Anda di halaman 1dari 13

ETIKA BISNIS

“Pengertian Etika, Moral dan Moralitas”

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


PUTU AGUS EKA RISMAWAN, SE., MM.
OLEH
KELOMPOK 1
Ni Putu Diah Apsari 1902612010142/05
Dewa Made Dana Sedewa 1902612010146/09
I Gede Angga Depra Nata 1902612010163/26
Ni Komang Alisa Andriani 1902612010170/33

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya lah penulis dapat penyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis
yang diampu oleh Bapak Putu Agus Eka Rismawan, SE., MM.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna.


Dengan demikian penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat kepada para pembaca. Dan akhir
kata penulis ucapkan terimakasih.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1.Pengertian Etika ......................................................................................... 3


2.2.Pengertian Moral dan Moralitas .................................................................. 4
2.3.Peran dan Manfaat Etika............................................................................. 4
2.4.Kesadaran Moral ........................................................................................ 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9


3.2 Saran ......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai manusia yang merupakan makhluk social yang mana hidup saling
berdampingan dan saling membutuhkan selalu hidup berlandaskan dengan norma
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam masyarakat etika dan moral
sangat diperlukan guna menjaga keselarasan dan menjaga kerukunan antar sesama.
Etika berkaitan dengan apa yang baik dan benar bagi masyarakat. Sebagian besar
masyarakat pada umumnya menerima prinsip etika berikut ini: kejujuran,
integritas, memenuhi komitmen, menaati kesepakatan, adil dan berpikiran terbuka
serta bersedia mengakui kesalahan, peduli dan berbelas kasih, menghormati
martabat manusia, bertanggung jawab untuk meraih keunggulan dan
mempertanggungjawabkan satu keputusan dan konsekuensinya. Definisi dan
praktik prinsip-prinsip tersebut cenderung bersifat kontekstual dan berubah sejalan
dengan perkembangan zaman dan norma masyarakat. Istilah yang cukup dekat
dengan “etika” adalah “moral”. Masyarakat yang memiliki etika dan moral yang
baik sudah pasti tentu bisa berbuat sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku
dalam masyarakat. Dengan etika yang baik kita juga bisa hidup lebih menghargai
perbedaan antar sesama serta menghormati perbedaan tersebut. Minimnya etika
dan moral masyarakat tidak jarang menyebabkan berbagai perselisihan yang
terjadi. Etika dan moral tidak hanya diajarkan dalam lingkungan masyarakat atau
sekolah namun melainkan lingkungan keluarga atau rumahlah yang harus pertama
menumbuhkan etika dan moral positif. Mengetauhi lebih dalam tentang etika,
moral dan moralitas serta kesadaran moral juga akan membantu kita sebagai
manusia untuk selalu berbuat pada hal-hal kebaikan dan juga menjadi dasar yang
kokoh dalam hidup bermasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan bahwa :
1. Apakah yang dimaksud dengan etika?
2. Apakah yang dimaksud dengan moral dan moralitas?

1
3. Bagaimana peranan dan manfaat dari etika?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan kesadaran moral?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari etika.
2. Untuk mengetahui pengertian dari moral dan moralitas.
3. Untuk mengetahui peran dan manfaat etika.
4. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kesadaran moral.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani dengan nama ethos, yang diartikan identik
dengan moral atau moralitas. Moral atau moralitas dalam pengertian di sini diterapkan
untuk menilai baik atau buruk dan benar atau salah terhadap suatu perbuatan ataupun
tindakan yang dilakukan. Secara etimologi kata etika yang berasal dari bahasa Yunani
yang dalam bentuk tunggal yaitu ethos dan dalam bentuk jamaknya yaitu ta etha.
“Ethos” yang berarti sikap, cara berpikir, watak kesusilaan atau adat. Kata ini identik
dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin “mos” yang dalam bentuk
jamaknya Mores yang berarti juga adat atau cara hidup. Etika dan moral memiliki arti
yang sama, namun dalam pemakaian sehari-harinya ada sedikit perbedaan dimana
moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai/dikaji, sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian sistem nilai yang ada dalam kelompok atau masyarakat tertentu.
Pengertian etika sering dikonotasikan dengan istilah tata krama, sopan-santun,
pedoman moral dan norma susila. Etika membahas nilai dan norma moral yang
mengatur perilaku manusia baik sebagai individu atau kelompok dan institusi di dalam
masyarakat. Sedangkan norma merupakan aturan atau konvensi yang diberlakukan di
masyarakat baik secara tersurat atau tersirat (yang bersifat informal dan tradisional).

R.W. Griffin mengemukakan bahwa etika adalah keyakinan mengenai tindakan


yang benar dan salah atau tindakan yang baik atau buruk yang memengaruhi hal
lainnya. Etika ini sangat erat hubunganya dengan perilaku manusia, khususnya perilaku
para pelaku bisnis, apakah berperilaku etis ataukah berperilaku tidak etis. R.W. Griffin
mengemukakan bahwa perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma
sosial yang diterima secara umum berkaitan dengan tindakan-tindakan yang
bermanfaat dan yang membahayakan.Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah
kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan secara heteronom. Etika
bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas, tetapi dapat
dipertanggungjawabkan.

3
2.2.Pengertian Moral dan Moralitas
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka
secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut sama-
sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata moral
sama dengan kata etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika
dari bahasa Yunani dan moral dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa
perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan
orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat.
Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut
berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik. Sedangkan kata
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu
perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan
baik dan buruk. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang
terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus
hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa
yang bernilai serta kewajiban manusia. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas
adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun.
Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau
gabungan dari beberapa sumber. Etika dan moralitas Etika bukan sumber tambahan
moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran moral.
2.3.Peran dan Manfaat Etika
Adapun peranan etika adalah sebagai moralitas,etika membimbing tingkah laku
manusia agar dapat mengelola kehidupan ini dengan lebih baik. Disamping itu, etika juga
memberikan ukuran terhadap tindakan manusia di dalam tata kehidupan sehari-hari, baik

4
antar pribadi, antar kelompok, maupun antar profesi. Etika membantu mengatasi konflik-
konflik dan mencegah meluasnya tindakan inmoral atau tidak bermoral. Serta sebagai
ilmu pengetahuan, etika memberikan pemenuhan terhadap keingintahuan manusia dan
menuntut manusia untuk dapat berprilaku secara kritis dan rasional.Sedangkan manfaat
dari etika adalah :
1. Manusia hidup dalam jajaran norma moral, religius, hukum, kesopanan, adat
istiadat dan permainan. Oleh karena itu, manusia harus siap mengorbankan
sedikit kebebasannya.
2. Norma moral memberikan kebebasan bagi manusia untuk bertindak sesuai
dengan kesadaran akan tanggung jawabnya human act, dan bukan an act of
man. Menaati norma moral berarti menaati diri sendiri, sehingga manusia
menjadi otonom dan bukan heteronom.
3. Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena norma
hukum tidak menjangkau wilayah abu-abu, norma hukum cepat ketinggalan
zaman, sehingga sering terdapat celah-celah hukum, norma hukum sering
tidak mampu mendeteksi dampak secara etis dikemudian hari, etika
mempersyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran, keadilan
dan prosedur yang wajar terhadap manusia, dan masyarakat, asas legalitas
harus tunduk pada asas moralitas.
4. Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan
secara otonom, mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana
yang tertib, teratur, damai dan sejahtera.
5. Perlu diwaspadai bahwa ”power tend to corrupt”, ”the end justifies the means”
serta pimpinan ala Machiavellian, yang galak seperti singa dan licin seperti
belut.
6. Dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi masyarakat yang
tertib, teratur, damai, dan sejahtera dengan mentaati norma-norma yang
berlaku demi mencapai ketertiban dan kesejahteraan social

5
2.4.Kesadaran Moral
Kesadaran moral adalah kesadaran tentang kenyataan, yang mengandung
pernyataan mengenai sesuatu. Kesadaran moral bersifat rasional, objektif, dan mutlak.
Memang ada relativisme moral yang berlaku untuk lingkungan sosial budaya tertentu.
Namun nilai-nilai moral yang bersifat mendasar, seperti kejujuran, keadilan, kearifan dan
pengendalian diri, bersifat universal. Pembentukan kesadaran moral memang tidak sekali
jadi, tetapi harus dilakukan secara terus-menerus, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang
kuat dan kukuh. Karena kesempurnaan moral dibentuk tidak dari sekali tindakan namun
dari sebuah kebiasaan. Kesadaran moral memiliki keterkaitan dengan hati nurani yaitu
kesadaran langsung untuk wajib memihak pada yang baik, adil, jujur dan seterusnya.
Dalam kesadaran moral terdapat 3 teori. Teori tersebut diantaranya adalah :
1. Teori Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di mana
berlangsung diskusi paling menarik tentang masalah moral. Etika normatif
dalam hal ini tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam
etika deskriptif, melainkan melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian
tentang perilaku manusia. Filsuf etika normatif bukan sekedar melukiskan adat
mengayau yang pernah terdapat dalam kebudayaan pada masa lalu, melainkan
menolak adat tersebut karena bertentangan dengan martabat manusia.
Demikian pula, etika normatif bukan hanya membatasi diri dengan memandang
fungsi prostitusi dalam suatu masyarakat, melainkan menolak prostitusi sebagai
suatu lembaga yang bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam
praktik belum tentu dapat diberantas sampai tuntas. Penilaian itu dibentuk atas
dasar norma-norma. Misalnya, norma bahwa “martabat manusia harus
dihormati”. Etika normatif disebut bersifat preskriptif (memerintahkan), yaitu
menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Sehubungan
dengan itu, etika normatif mengemukakan berbagai argumentasi mengapa
berlaku harus disebut baik atau buruk, dan mengapa suatu anggapan moral
dapat dianggap benar atau salah. Berbagai argumentasi tersebut bertumpu pada
norma-norma atau prinsip-prinsip etis yang dianggap tidak dapat ditawar-tawar.

6
Oleh karena itu, etika normatif bertujuan merumuskan prinsipprinsip etis yang
dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam
praktik.
2. Teori Deontologi
Istilah “deontologi” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “kewajiban”
(duty). Karena itu etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik. Menurut etika deontologi, suatu tindakan itu baik bukan
dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu,
melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri.
Jadi, tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan
kewajiban. Berdasarkan pandangan demikian, etika deontologi sangat
menekankan pentingnya motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari para
pelaku, terlepas dari akibat yang timbul dari perilaku para pelaku tersebut.
Sebagaimana dikatakan oleh Immanuel Kant (1734-1804), bahwa “kemauan
baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga”. Dalam
menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama
dan menjadi kondisi dari segalanya. Dalam kaitan dengan pandangan dasar
etika deontologi di atas, kita dapat menyinggung secara lebih jauh dua hal
pokok yang ditekankan oleh Kant, seorang filsuf yang sangat berpengaruh
dalam etika deontologi berikut ini.
a. Pertama, menurut Kant tidak ada hal di dunia ini yang dapat dianggap baik
tanpa kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepandaian, kearifan, penilaian,
dan bakat-bakat lainnya dapat merugikan bila tidak didasarkan pada
kemauan baik. Oleh karena itu, kemauan baik merupakan kondisi yang
mau tidak mau harus ada agar manusia dapat memperoleh kebahagiaan.
b. Kedua, dengan menekankan kemauan baik, menurut Kant tindakan yang
baik adalah tindakan yang bukan saja sesuai dengan kewajiban melainkan
tindakan yang dijalankan demi kewajiban. Sejalan dengan itu, ia menolak
semua tindakan yang bertentangan dengan kewajiban sebagai tindakan
yang baik, bahkan walaupun tindakan itu dalam arti tertentu berguna.

7
Demikian pula, semua tindakan yang dijalankan sesuai dengan kewajiban
tetapi tidak dijalankan berdasarkan kemauan baik melainkan hanya karena
dipaksa untuk menjalankannya dianggap sebagai bukan tindakan yang
baik.
3. Teori Teleologi
Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan
itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan
dinilai baik, bila akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu baik. Misalnya,
mencuri bagi teori teleologi tidak ditentukan oleh apakah tindakan itu sendiri
baik atau tidak, melainkan ditentukan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu
(Keraf, 1991: 30-36). Bila tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik,
seperti seorang anak mencuri uang untuk membeli obat bagi ibunya yang sakit
parah. Akan tetapi bila tindakan itu tujuannya buruk atau jahat, maka tindakan
itu dinilai jahat. Dari segi ini kita dapat menilai bahwa etika teleologi cenderung
menjadi situasional (etika situasi), karena tujuan dan akibat dari tindakan itu
dapat sangat situasional sifatnya, dan karena itu setiap norma dan kewajiban
moral tidak dapat berlaku begitu saja dalam setiap situasi. Sebaliknya, etika
deontologi yang menekankan baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
kewajiban, dan demi kewajiban lebih menjurus pada etika peraturan yang hanya
ingin menegakkan aturan moral tanpa memedulikan situasinya.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Etika adalah keyakinan mengenai tindakan yang benar dan salah atau
tindakan yang baik atau buruk yang memengaruhi hal lainnya. etika dipakai
untuk pengkajian sistem nilai yang ada dalam kelompok atau masyarakat
tertentuPengertian etika sering dikonotasikan dengan istilah tatakrama,
sopan-santun, pedoman moral dan norma susila.
2. Moral adalah nilai-nilai dan normanorma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral
berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu
yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal
dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan
dari beberapa sumber.
3. Adapun peranan etika adalah sebagai moralitas,etika membimbing tingkah
laku manusia agar dapat mengelola kehidupan ini dengan lebih baik.
Disamping itu, etika juga memberikan ukuran terhadap tindakan manusia di
dalam tata kehidupan sehari-hari, baik antar pribadi, antar kelompok, maupun
antar profesi.
4. Kesadaran moral adalah kesadaran tentang kenyataan, yang mengandung
pernyataan mengenai sesuatu. Kesadaran moral bersifat rasional, objektif, dan
mutlak. Memang ada relativisme moral yang berlaku untuk lingkungan sosial
budaya tertentu. Namun nilai-nilai moral yang bersifat mendasar, seperti
kejujuran, keadilan, kearifan dan pengendalian diri, bersifat universal.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu sebagai umat manusia yang hidup
saling berdampingan diharapkan selalu berperilaku yang baik. Karena dengan
kita selalu berperilaku yang baik terhadap sesama akan mencerminkan bahwa
sebagai manusia kita sudah mempunyai moral dan etika yang baik juga.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. (2005). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dalam modul 1


http://repository.ut.ac.id/4146/1/ASIP4406-M1.pdf. Diakses pada 30 Juni
2021.
Modul Etika dan Moral dalam
https://www.academia.edu/11595996/Modul_1_ETIKA_MORAL_NILAI_D
AN_NORMA_1_Etika. Diakses pada 30 Juni 2021.
Prihatminingtyas. Budi. (2019). Etika Bisnis. Malang: CV IRDH. Dalam
http://repository.unitri.ac.id/282/1/Buku%20etika%20bisnis%20Budi%20Prih
atminingtyas.pdf. Diakses pada 30 Juni 2021.

Anda mungkin juga menyukai