Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen


kebijakan fiskal yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan fungsinya
dalam mengatur dan mengarahkan perekonomian serta untuk menjalakan roda
pemerintahan dengan cara mengatur pengeluaran dan pendapatan negara. Di setiap
negara khususnya di Indonesia sudah tentu setiap tahunnya mengalami peningkatan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. Dalam setiap mengelola anggaran
pendapatan dan belanja harus benar-benar dikelola secara berkualitas dan
bertanggung jawab. Kualitas belanja yang dianggap baik dapat dilihat pada saat
sejauh mana belanja negara yang sudah dapat mensejahterakan seluruh masyarakat
dan keseimbangan antara input dan outcome yang produktif serta dampat yang
positif yang diberikan. Selain itu belanja negara dapat dikatakan berkualitas apabila
efisien baik dari sisi alokasi, teknis maupun ekonomi. Efisiensi alokasi terkait dengan
alokasi belanja yang disesuaikan dengan kebutuhan, tepat sasaran pada sektor-sektor
kunci dan mendukung fungsi-fungsi pokok. Efisiensi teknis merefleksikan bahwa
belanja dilaksanakan dengan mekanisme dan proses bisnis yang sederhana oleh
birokrasi yang efisien sehingga dapat mempercepat penyerapan.

Berdasarkan anggaran pendapatan dan belanja negara juga akan terlihat


bagaimana perkembangan dana dalam pembangunan yang ada di Indonesia yang
terjadi di setiap wilayahnya. Dana pembangunan Indonesia juga sangat
dipertanggung jawabkan serta harus seimbang antara input dan outcomenya,
sehingga dapat dikatakan bahwa dana pembangunan Indonesia sudah berjalan dan
diterima secara efektif. Selain itu pula dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara juga memiliki proses penyusunan anggaran hingga anggaran tersebut dapat
diberikan persetujuan yang akan direkomendasikan oleh komite anggaran kepada
CEO. Dari hal tersebut anggaran pendapatan dan belanja negara akan dapat
diperhitungkan perkiraan penerimaan negara serta pengeluaran negara. Untuk
memperhitungkan hal tersebut juga sudah ditentukan dasar-dasar perhitungan
perkiraan penerimaan negara.

Perekonomian Indonesia
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan yaitu :
1.2.1. Bagaimanakah perkembangan dana pembangunan Indonesia?
1.2.2. Bagaimanakah proses penyusunan anggaran?
1.2.3. Bagaimanakah perkiraan penerimaan negara?
1.2.4. Bagaimanakah perkiraan pengeluaran?
1.2.5. Apa sajakah dasar perhitungan perkiraan penerimaan negara?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah adapun tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu:
1.3.1. Untuk mengetahui perkembangan dana pembangunan Indonesia
1.3.2. Untuk mengetahui proses penyusunan anggaran
1.3.3. Untuk mengetahui perkiraan penerimaan negara
1.3.4. Untuk mengetahui perkiraan pengeluaran
1.3.5. Untuk mengetahui dasar perhitungan perkiraan penerimaan negara

Perekonomian Indonesia
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Dana Pembangunan Indonesia


Dari segi perencanaan pembangunan di Indonesia, APBN adalah konsep
perencanaan pembangunan yang memiliki jangka pendek, karena iyulah APBN
selalu disususn setiap tahun. Maka secara gari besar APBN terdiri dari pos – pos
seperti dibawah ini :
1. Dari sisi penerimaan, terdiri dari pos penerimaan dalam negeri dan
penerimaan pembangunan
2. Sedangkan dari sisi pengeluaran terdiri dari pos pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan

APBN disusun agar pengalokasian dana pembangunan dapat berjalan dengan


memperhatikan prinsip berimbang dan dinamis. Hal tersebut perlu diperhatikan
mengingat tabungan pemerintah yang berasal dari selisih antara penerimaan dalam
negeri dengan pengeluaran rutin, belum sepenuhnya menutupi kebutuhan biaya
pembangunan di Indonesia. Meskipun dari PELITA ke PELITA jumlah tabungan
pemerintah sebagia sumber pembiayaan pembangunan terbesar, terus mengalami
peningkatan namun kontribusinya terhadap keseluruhan dana pembangunan yang
dibutuhkan masih jauh dari yang diharapkan. Dengan kata lain ketergantungan dana
pembangunan terhadap sumber lain, dalam hal ini pinjamanan luar negeri masih
cukup besar. Namun demikian mulai tahun terakhir PELITA, prosentase tabungan
pemerintah sudah mulai lebih besar dibanding pinjaman luar negeri. Hal ini tidak
terlepas dari peranan sektor migas yang saat itu sangat dominan, serta dengan
dukungan beberapa kebijakan pemerintah dalam masalah perpajakan dan upaya
peningkatan penerimaan negara lainnya. Untuk menghindari terjadinya deficit
anggaran pembangunan, Indonesia masih mengupayakan sumber dana dari luar
negeri, dan meskipun IGGI ( Inter Govermmental Group on Indonesia ) bukan lagi
menjadi forum Internasional yang secara formal membantu pembiayaan
pembangunan di Indonesia, namun dengan lahirnya CGI ( Consoltative Group on
Indonesia ) kebutuhan pinjaman luar negeri sebagai dana pembangunan masih dapat

Perekonomian Indonesia
3
diharapkan. Yang perlu diingat bahwa sebaiknya pinjaman tersebut ditempatkan
sebagai pelengkap pembangunan dan peran tabungan pemerintahlah yang tetap harus
dominan, bukan sebaliknya

2.2. Proses Penyusunan Anggaran


APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan
negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Rancangan APBN
berpedoman kepada rencana kerja pemerintah dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara. Tentang pembiayaan isinya antara lain disebutkan,
dalam hal APBN diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut dalam UU-APBN. Dalam rangka penyusunan rancangan
APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang,
menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun
berikutnya, berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapainya. Rencana kerja dan
anggaran tersebut disertai perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun
anggaran yang sedang disusun, disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan rancangan APBN, dan hasil pembahasan tersebut
disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan
undang-undang tentang APBN tahun berikutnya, sedangkan ketentuan lebih lanjut
mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah Pusat mengajukan rancangan UU-
APBN, disertai Nota Keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR
bulan Agustus tahun sebelumnya. DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan
perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU-APBN. Pengambilan
keputusan oleh DPR selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan
unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR tidak
menyutujui RUU-APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya. Dalam proses
penyusunan APBN ini juga terdapat beberapa mekanisme penyusunan anggaran yang
berdasarkan atas beberapa pasal. Mekanisme tersebut diantaranya adalah :
A. Mekanisme penyusunan APBN (UU No. 17 tahun 2003 Pasal 13):

Perekonomian Indonesia
4
1. Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan
Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun
berjalan.
2. Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka
ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh
Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN
tahun anggaran berikutnya.
3. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,
Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas
kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap
kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.
B. Mekanisme penyusunan APBN (Pasal 14) :
1. Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga
selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya.
2. Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
3. Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai
dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran
yang sedang disusun.
4. Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
rancangan APBN.
5. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada
Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang
tentang APBN tahun berikutnya.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
C. Mekanisme penyusunan dan penetapan APBN (Pasal 15) :

Perekonomian Indonesia
5
1. Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,
disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada
Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
2. Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai
dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan
Perwakilan Rakyat.
3. Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan
perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan
Undangundang tentang APBN.

Secara garis besar, proses penyusunan anggaran terbagi menjadi dua, yakni
dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up).
1. Dari atas ke bawah (Top-down)
Merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan sebelumnya
dan tidak berlandaskan teori yang jelas. Proses penyusunan anggaran dari atas
ke bawah ini secara garis besar berupa pemberian sejumlah uang dari pihak
atasan kepada para karyawannya agar menggunakan uang yang diberikan
tersebut untuk menjalankan sebuah program. Terdapat 5 metode penyusunan
anggaran dari atas ke bawah:
a. Metode kemampuan (The affordable method)
Metode kemampuan (The affordable method) adalah metode dimana
perusahaan menggunakan sejumlah uang yang ada untuk kegiatan
operasional dan produksi tanpa mepertimbangkan efekpengeluaran
tersebut.
b. Metode pembagian semena-mena (Arbitrary allocation method)
Metode pembagian semena-mena (Arbitrary allocation method)
merupakan proses pendistribusian anggaran yang tidak lebih baik
dari metode sebelumnya. Metode ini tidak berdasar pada teori, tidak
memiliki tujuan yang jelas, dan tidak
membuat konsep pendistribusian anggaran dengan baik.
c. Metode persentase penjualan (Percentage of sales)
Metode persentase penjualan (Percentage of sales) menggambarkan
efek yang terjadi antara kegiatan iklan dan promosi yang dilakukan

Perekonomian Indonesia
6
dengan persentase peningkatan penjualan dilapangan. Metode ini
mendasarkan pada dua hal, yaitu persentase penjualan dan sejumlah
pengembalian yang diterima dari aktivitas periklanan dan promosi
yang dilakukan.
d. Melihat pesaing (Competitive parity)
Melihat pesaing (Competitive parity) karena sebenarnya tidak ada
perusahaan yang tidak mau tahu akan keadaan pesaingnya. Tiap
perusahaan akan berusaha untuk melakukan promosi yang lebih baik
dari para pesaingnya dengan tujuan untuk menguasai pangsa pasar.
e. Pengembalian investasi (Return of investment)
Pengembalian investasi (Return of investment merupakan
pengembalian keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan terkait
dengan sejumlah uang yang telah dikeluarkan untuk iklan
danaktivitas promosi lainnya. Sesuai dengan arti katanya, investasi
berarti penanaman modal dengan harapan akan adanya pengembalian
modal suatu hari.
2. Dari bawah ke atas (Bottom-up)
Merupakan proses penyusunan anggaran berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan anggaran ditentukan belakangan setelah tujuan
selesai disusun. Proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas
merupakan komunikasi strategis antara tujuan dengan anggaran.  Terdapat 3
metode dasar proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas, yakni:
a. Metode tujuan dan tugas (Objective and task method)
Metode tujuan dan tugas (Objective and task method)dengan menegaskan
pada penentuan tujuan dan anggaran yang disusun secara beriringan.
Terdapat 3 langkah yang ditempuh dalam langkah ini, yakni penentuan
tujuan, penentuan strategi dan tugas yang harus dikerjakan, dan perkiraan
anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai tugas dan strategi tersebut.
b. Metode pengembalian berkala (Payout planning)
Metode ini menggunakan prinsip investasi dimana pengembalian modal
diterima setelah waktu tertentu. Selama tahun pertama, perusahaan akan
mengalami rugi dikarenakan biaya promosi dan iklan masih melebihi

Perekonomian Indonesia
7
keuntungan yang diterima dari hasil penjualan. Pada tahun kedua,
perusahaan akan mencapai titik impas (break even point) antara
biaya promosi dengan keuntungan yang diterima. Setelah memasuki
tahun ketiga, barulah perusahaan akan menerima keuntungan
penjualan. Strategi ini hasilnya dirasakan dalam jangka panjang.
c. Metode perhitungan kuantitatif (Quantitative models)
Jenis metode ini yaitu menggunakan sistem perhitungan statistik
dengan mengolah data yang dimasukkan dalam komputer dengan teknik
analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Metode ini jarang
digunakan karena kompleks dalam pemakaiannya.
2.3. Perkiraan Penerimaan Negara
Penerimaan negara merupakan pemasukan yang diperoleh negara untuk
membiayai dan menjalankan setiap program-program pemerintahan, sedangkan
Sumber-sumber penerimaan Negara berasal dari berbagai sektor, dimana semua
hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan
meningkatkan kesejahtraan seluruh rakyat Indonesia. Peneriman negara ini
bersumber dari penerimaan dalam negeri dan luar negeri. Penerimaan pajak dalam
negeri yaitu berupa pajak serta bukan pajak. Target pendapatan negara di tahun
2020 merupakan target yang optimal namun tetap realistis untuk mendukung
pencapaian sasaran pembangunan namun tetap mampu adaptif menghadapi risiko
perekonomian. Penerimaan negara ini bersumber dari penerimaan dalam negeri
dan penerimaan luar negeri yaitu :
1. Penerimaan Dalam Negeri
a. Pajak
Pajak merupakan suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan suatu
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung,
untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Peneriman pajak menurut UU
no 17 tahun 2003, Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang
terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak

Perekonomian Indonesia
8
dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal dari pajak
penghasilan,pajak pertambahan nilai barang dan jasa,pajak penjualan atas
barang mewah,pajak bumi dan bangunan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan,cukai,dan pajak lainnya. Pajak perdagangan internasional adalah
semua penerimaan negara yang berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan
ekspor. hingga saat ini struktur pendapatan negara masih didominasi oleh
penerimaan perpajakan, terutama penerimaan pajak dalam negeri dari sektor
nonmigas.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan
pemerintah pusat ynag tidak berasal dari penerimaan pajak. Penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) adalah semua penerimaan yang diterima oleh
negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah
atas laba badan usaha milik negara, serta penerimaan negara bukan pajak
lainnya (UU No 17 Tahun 2003)
2. Penerimaan Luar Negeri
Penerimaan dari luar negeri dapat dihasilkan dari Investasi atau modal
proyek ataupun pinjaman keluar negeri. Bisa juga didapatkan dari ekspor
barang ataupun dari Visa para tourist yang datang ke Indonesia. Adapun jenis
penerimaan luar negeri yaitu
a. Pinjaman program Pinjaman Program, yang seluruhnya merupakan
pinjaman luar negeri yang segera dapat dicairkan.
b. Pinjaman proyek Pinjaman Proyek, yang sebagian besar berasal dari
reaksi komitmen pinjaman proyek tahun-tahun sebelumnya.
2.4. Perkiraan Pengeluaran
Pengeluaran negara merupakan pengeluaran untuk membiayai kebutuhan
maupun kegiatan-kegiatan pada suatu negara demi mewujudkan kesejahteraan
rakyat. Penyebab pengeluaran pemerintah meningkat yaitu:

a. Meningkatnya fungsi pertahanan, fungsi keamanan, dan fungsi ketertiban


b. Meningkatnya fungsi pemerintah
c. Meningkatnya fungsi perbankan
d. Meningkatnya fungsi pembangunan

Perekonomian Indonesia
9
Ada 2 sifat Pengeluaran Pemerintah, yaitu:
1. Sifat Ekhsautif
Pengeluaran pemerintah yang ada kontra prestasinya berupa pembelian
atau belanja barang atau jasa dalam perekonomian baik untuk konsumsi
maupun untuk menghasilkan barang (produksi).
2. Sifat Transfer
Pengeluaran pemerintah yang tidak ada kontra prestasinya yaitu berupa
penyimpangan atau pemindahan.
A. Jenis – jenis pengeluaran Negara menurut sifatnya meliputi :

1. Pengeluaran Investasi
Pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan ketahanan
ekonomi di masa dating
2. Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja
Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan
kegiatan perekonomian masyarakat
3. Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat
Pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan
masyarakat
4. Pengeluaran Penghematan Masa Depan
Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung bagi negara, namun
bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang
lebih besar di masa yang akan datang
5. Pengeluaran Yang Tidak Produktif
Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung kepada
masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah
B. Klasifikasi Pengeluaran Negara
Dalam pengeluaran negara memiliki beberapa klasifikasi pengeluaran yang mana
klasifikasi Pengeluaran Negara sesuai APBN adalah sebagai berikut:
1. Belanja
a. Belanja Rutin
Belanja rutin adalah belanja negara untuk pemeliharaan atau untuk
penyelenggaraan pemerintah sehingga bersifat rutin dilakukan setiap tahun

Perekonomian Indonesia
10
anggaran, rerta bersifat khasuatif yang berarti manfaatnya hanya untuk
tahun anggaran yang bersangkutan. Contoh: Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Pembayaran Bunga Hutang ( Hutang Dalam Negeri, Hutang Luar
Negeri), Subsidi ( Subsidi BBM, Subsidi Non BBM)
b. Belanja Pembangunan
Belanja pembengunan tidak bersifat rutin tetapi merupakan belanja yang
bersifat Investasi sehingga manfaatnya di masa yang akan datang. Belanja ini
disebut juga belanja proyek. Contoh: Pembiayaan Pembangunan Rupiah,
Pembiayaan Proyek
2. Pembayaran Kewajiban Negara atau Tagihan dari Pihak ke-3 (pembayaran
hutang).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi pengeluaran
negara menurut dan jenisnya adalah Jumlah belanja pegawai sebesar 180.624
milyar Rupiah dengan rincian Gaji dan tunjangan 91.171 , honorarium dan
vakasi 28.146 dan kontribusi sosial 61.307. Jumlah belanja barang 58.175, jasa
18.807, pemeliharaan 10.184, perjalanana 20.912, layanan umum 13.096,
PNBP 10,359, belanja modal 121.659, pembayaran bunga utang dalam negeri
80.396, utang luar negeri 36.007, subsidi energi 133.807, subsidi non energi
51.010, belanja hibah 771, bantuan sosial 61.526, belanja lain-lain 26.294.
Sehingga total realisasi pengeluaran negara Indonesia tahun 2011 adalah
sebesar 823.627. Selain hal tersebut pengeluaran negara juga memiiki beberapa
fungsi. Fungsi dari Pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
b. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat
menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada
tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan
sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk
medukung pembelanjaan tersebut.

Perekonomian Indonesia
11
c. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka,
pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek
tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
d. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan
mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah
menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan
atau tidak.
e. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
f. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
g. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
C. Pengaruh Pengeluaran Negara
Pengaruh pengeluaran negara Ada beberapa sektor yang berpengaruh
karena pengeluaran negara, di antaranya:

1. Produksi
Secara langsung atau tidak langsung, pengeluaran negara
memengaruhi sektor produksi. Pengeluaran negara juga disebut sebagai
faktor produksi lainnya, disamping faktor produksi berupa modal, tenaga
kerja, dan manajemen. Misalnya, pengeluaran negara di bidang
pendidikan dan pelatihan maka akan meningkatkan potensi sumber daya
manusia (SDM) yang terdidik. SDM tersebut memperbesar faktor
produksi yang berupa tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan sektor
produksi. Pemerintah dapat memengaruhi tingkat Gross National Product
(GNP) dengan mengubah berbagai faktor yang dapat dipakai dalam
produksi, melalui program pengeluaran.

Perekonomian Indonesia
12
2. Distribusi
Secara langsung dan tidak langsung akan berpengaruh terhadap distribusi
barang dan jasa. Misalnya pengeluaran anggaran untuk membiayai
fasilitas pendidikan, paling tidak akan menambah keterampilan sejumlah
orang. Subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk barang dan jasa akan
mempermudah masyarakat yang berdaya beli rendah menjadi bisa
membeli. Pemerintah dapat memengaruhi pola distribusi pendapatan riil
melalui penyediaan keuntungan di satu pihak dan pengurangan
pendapatan riil dari sektor swasta di lain pihak. Konsumsi Secara
langsung dan tidak langsung, pengeluaran pemerintah dapat mengubah
atau memperbaiki pola dan tingkat konsumen masyarakat terhadap
barang dan jasa yang disediakan pemerintah atau pasar.

3. Keseimbangan perekonomian
Dalam kebijakan fiskalnya, pemerintah dapat memperbaiki dan
memelihara keseimbangan perekonomian dan meningkatkan pendapatan
nasionalnya melalui target Produk Domestik Bruto (PDB)
2.5. Dasar Perhitungan Perkiraan Penerimaan Negara
Untuk memperoleh hasil perkiraan penerimaan Negara,ada beberapa hal
pokok yang harus diperhatikan. Hal-hal tersebut adalah:
1. Penerimaan Dalam Negeri dari Migas
Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :
a. Produksi minyak rata-rata per hari
b. Harga rata-rata ekspor minyak mentah
2. Penerimaan Dalam Negeri diluar Migas
Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :
a. Pajak penghasilan
b. Pajak pertambahan nilai
c. Bea masuk
d. Cukai
e. Pajak ekspor
f. Pajak bumi dan bangunan
g. Bea materai

Perekonomian Indonesia
13
h. Pajak lainnya
i. Penerimaan bukan pajak
j. Penerimaan dari hasil penjualan BBM
3. Penerimaan pembangunan terdiri dari penerimaan bantuan program dan
bantuan proyek.

Dalam memperhitungkan perkiraan penerimaan negara menggunakan beberapa


konsep dan dasar-dasar perhitungan diantaranya yaitu :

1. Konsep Produk Domestik Bruto, Produk Domestik Regional Bruto, dan


Pendapatan Nasional
a. Produk Domestik Bruto
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu
(biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di
negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari
suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan
dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya,
PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
PDB Nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk
kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB
riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka
PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan
pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor –
impor
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah
tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh
pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima
faktor produksi:

Perekonomian Indonesia
14
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti
tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba
untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan
pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam
praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan,
maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
b. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik yang
merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di
suatu wilayah pada satu periode tertentu. PDRB dihitung dalam dua cara,
yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dalam
menghitung PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga barang
dan jasa tahun berjalan, sedangkan pada PDRB atas dasar harga konstan
menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar).
Penghitungan PDRB saat ini menggunakan tahun 2000 sebagai tahun
dasar. Penggunaan tahun dasar ini ditetapkan secara nasional.
Peroduk Domestik Bruto sebagai salah saru indicator ekonomi memuat
berbagai instrument ekonomi yang di dalmnya terlihat jelas keadaan
makro ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, income
perkapita dan berbagai instrument ekonomi lainnya. Dimana dengan
adanya data-data tersebut akan sangan membantu pengambil
kebijaksanaan dalam perencanaan dan evaluasi sehingga pembangunan
tidak salah arah.
Angka PDRB sangat diperlukan dan perlu disajikan, karena selain dapat
dipakai sebagai bahan analisa perencanaan pembangunan juga merupakan
barometer untuk mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah
dilaksanakan. PDRB dapat didefinisikan berdasarkan tiga pendekatan
yaitu:
1. Pendekatan Produksi (Production Approach)
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (NTB) yang tercipta sebagai
hasil proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh berbagai

Perekonomian Indonesia
15
unit produksi dalam suatu wilayah/region pada suatu jangka waktu
tertentu, biasanya setahun.
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor faktor
produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu wilayah/region
pada jangka waktu tertentu (biasanya setahun). Balas jasa faktor
produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan
keuntungan. Termasuk sebagai Komponen penyusun PDRB adalah
penyusutan barang modal tetap dan pajak tidak langsung neto. Jumlah
semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagainilai
tambah bruto sektoral. PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah
bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan
inventori, dan ekspor neto di suatu wilayah/region pada suatu periode
(biasanya setahun). Yang dimaksud dengan Ekspor netto adalah
ekspor dikurangi impor.
c. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan
faktor-faktor produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun.
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William
Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional
negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia
menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat
tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut
pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur
dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama
sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto

Perekonomian Indonesia
16
(Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut
harga pasar pada suatu negara.

Perekonomian Indonesia
17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
dana pembangunan di Indonesia terus mengalami peningkatan mengingat
pembangunan yang ada di Indonesia meningkat terus menerus. mengingat
tabungan pemerintah yang berasal dari selisih antara penerimaan dalam
negeri dengan pengeluaran rutin, belum sepenuhnya menutupi kbutuhan
biaya pembangunan di Indonesia. Penerimaan negara juga bersumber dari
pajak dan penerimaan negara bukan pajak serta penerimaan dari luar negeri.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu mengingat pembangunan
yang terus mengalami peningkatan, maka sebaiknya pihak pengelola
anggaran negara harus menekan bahkan menghindarkan praktik-praktik yang
dapat merugikan masyarakat Indonesia.

Perekonomian Indonesia
18

Anda mungkin juga menyukai