Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ETIKA AKADEMIK

ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK


Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Etika Akademik

Dosen Pengampu : Ismail Nura, ME

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Abdillah Husain Nasution 0502233172

Fahnia Zhalzabila Siregar 0502232107

Tia Rahmayani Nasution 0502232079

Rahmat Syahputra Surbakti 0502233194

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Tidak lupa juga kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad
Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya
yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas bapak Ismail
Nura, ME. selaku dosen pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah bekerja sama dengan membagikan ilmunya kepada kami di
penulisan makalah ini hingga kami dapat dengan rampung menyelesaikan makalah ini.

Kami ucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami meminta kritik
dan saran diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap semoga para
pembaca dapat menambah pengetahuan dari maklah yang kami buat.

Medan, 3 Maret 2024

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak .............................................................................. 5
B. Macam-Macam Etika, Moral, dan Akhlak ...................................................................... 7
C. Perbedaan dan Persamaan Etika, Moral, dan Akhlak ................................................... 11
D. Teori dan Aliran-Aliran Etika ....................................................................................... 12
E. Penyebab Etika, Moral, dan Akhlak Menurun .............................................................. 15
F. Metode Peningkatan Etika, Moral, dan Akhlak ............................................................ 17
BAB III .................................................................................................................................... 19
PENUTUP................................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, masyarakat dihadapkan
pada berbagai tantangan etika yang kompleks. Perkembangan teknologi informasi,
misalnya, telah membuka pintu untuk diskusi tentang privasi data, kebebasan berekspresi,
dan dampak sosial media terhadap kesehatan mental. Di sisi lain, isu-isu seperti
ketidaksetaraan ekonomi, keragaman budaya, dan perubahan iklim juga menuntut refleksi
mendalam tentang tanggung jawab moral kita terhadap lingkungan dan sesama manusia.
Perkembangan ini menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih baik tentang
konsep etika, moral, dan akhlak dalam menjawab berbagai dilema yang dihadapi oleh
individu maupun masyarakat. Misalnya, dalam konteks bisnis, munculnya pertanyaan
tentang keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial menyoroti pentingnya integritas dan
tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat.
Selain itu, perbedaan budaya dan nilai-nilai yang semakin terlihat dalam
masyarakat global menekankan perlunya dialog antarbudaya yang didasarkan pada
penghargaan terhadap keragaman dan kesalingpengertian. Dengan demikian, pembahasan
tentang etika, moral, dan akhlak menjadi semakin penting dalam upaya menjaga harmoni
sosial dan pembangunan yang berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika, moral, dan akhlak?
2. Apa macam-macam etika, moral, dan akhlak?
3. Bagaimana perbedaan dan persamaan etika, moral, dan akhlak?
4. Apa saja teori-teori etika?
5. Apa penyebab etika, moral, dan akhlak menurun
6. Bagaimana metode peningkatan etika, moral dan akhlak

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian etika, moral, dan akhlak
2. Untuk mengetahui macam-macam etika, moral, dan akhlak
3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan etika, moral, dan akhlak
4. Untuk mengetahui teori-teori etika
5. Untuk mengetahui penyebab menurunnya etika, moral, dan akhlak
6. Untuk mengetahui metode peningkatan etika, moral, dan akhlak

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak


1. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos (bentuk tunggal) atau
ta etha (bentuk jamak). Ethos mempunyai arti: tempat tinggal, padang rumput, kandang,
kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Sedangkan arti ta etha
yaitu adat kebiasaan atau cara bertindak. Barang siapa membiasakan diri atau
berperilaku sesuai atau mengacu pada adat istiadat yang berlaku di lingkungannya,
maka ia bertindak etis (bertindak sesuai dengan asas perilaku yang disepakati secara
umum). Dari arti bentuk jamak inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah etika
yang dicetuskan oleh Aristoteles untuk menunjuk filsafat moral.
Secara etimologis etika mempunyai arti sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan bagaimana cara bertindak sesuai dengan
adat kebiasaan. Etika merupakan ilmu kritis, refleksif, metodis dan sistematis tentang
tingkah laku manusia. Etika bertanya tentang apa yang harus dan tidak boleh, apa yang
baik dan yang buruk.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama’
etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
Sementara itu, etika secara umum dapat diartikan sebagai norma, aturan, kaidah
atau tata cara yang biasanya digunakan sebagai suatu pedoman atas asas seorang
individu dalam melakukan perbuatan maupun tingkah laku. Penerapan dari norma ini
erat kaitannya dengan sifat baik maupun buruk seorang individu di dalam masyarakat.
Dengan begitu, maka etika dapat diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan tentang baik
dan buruknya dan kewajiban, tanggung jawab dan hak baik secara sosial atau moral
pada setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat.

5
2. Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos,
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat-istiadat. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan
bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Kata bermoral mengacu pada bagaimana suatu masyarakat yang berbudaya atau
seseorang berperilaku seturut nilai dan norma yang berlaku. Rumusan arti kata moral
adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral sesuai dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Moral mengacu kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari
baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai
manusia.
Secara singkatnya moral adalah suatu tingkah laku hidup manusia, yang
mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang
baik , sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.

3. Akhlak
Kata akhlak berasal dari kala khalaga dengan akar kata khaluqun yang berarti
perangai, tabiat dan adat, atau dari kata kalqun yang berarti kejadian, buatan dan
ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau system
perilaku yang dibuat.
Pengertian akhlak dapat diartikan sebagai tingkah laku manusia yang dilakukan
dengan sengaja, diawali dari proses latihan yang menjadi kebiasaan, bersumber dari
dorongan jiwa untuk melakukan perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Untuk lebih jelasnya, ada perbedaan tentang
akhlak dan ilmu akhlak.
Akhlak secara kebahasaan bisa baik, bisa juga buruk tergantung kepada tata
nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata
akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi “orang yang berakhlak” berarti orang

6
yang berakhlak baik. Sebenarnya kata akhlak baik dapat disebut dengan akhlak al-
karomah sedangkan yang buruk disebut dengan akhlak mazmumah.

B. Macam-Macam Etika, Moral, dan Akhlak


1. Etika
• Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai
dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu yang
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
• Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa
yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat
menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk
sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

2. Moral
• Moralitas konvensional
Moralitas konvensional adalah sistem nilai dan norma yang diterima oleh suatu
kelompok sosial atau masyarakat yang mengatur tingkah laku individu-individu dalam
kelompok tersebut. Moralitas konvensional ini biasanya diterima secara luas oleh
masyarakat dan dianggap sebagai norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota kelompok
tersebut.
Moralitas konvensional biasanya terdiri dari norma-norma sosial yang telah lama
ada dan diterima secara luas oleh masyarakat, seperti norma tentang kehormatan, kejujuran,
dan tanggung jawab. Namun, moralitas konvensional juga dapat berubah dari waktu ke
waktu sesuai dengan perkembangan masyarakat dan nilai-nilai yang dianggap penting oleh
kelompok sosial tersebut.

7
Contohnya, di kebanyakan masyarakat, mencuri dianggap sebagai tindakan yang
tidak moral dan tidak terpuji, sehingga dianggap sebagai tindakan yang tidak boleh
dilakukan oleh anggota masyarakat.
• Moralitas hukum
Moralitas hukum adalah prinsip-prinsip etika yang diakui oleh sistem hukum dan
dijadikan dasar untuk mengatur tindakan manusia dalam masyarakat. Prinsip-prinsip ini
menekankan pada hak asasi manusia, keadilan, dan kepatutan. Moralitas hukum juga
merupakan bagian dari sistem hukum yang membantu menentukan apakah suatu tindakan
atau keputusan hukum merupakan tindakan yang benar atau salah secara moral.
• Moralitas religius
Moralitas religius adalah sistem moral yang didasarkan pada ajaran agama tertentu.
Banyak agama mengajarkan prinsip-prinsip moral yang dianggap penting untuk kehidupan
individu dan masyarakat. Misalnya, kebanyakan agama mengajarkan konsep kebenaran,
keadilan, kebaikan, dan kejahatan. Beberapa agama juga mengajarkan konsep-konsep
seperti kepatuhan terhadap Tuhan atau Dewa, pengabdian, dan pengakuan terhadap
keberadaan makhluk lain di dunia.
Moralitas religius dapat sangat bervariasi antar agama dan bahkan antar tradisi
dalam agama yang sama. Contohnya adalah moralitas yang mengatakan bahwa berbohong
adalah tindakan yang tidak benar karena dianggap melanggar ajaran agama.
• Moralitas universal
Moralitas universal adalah prinsip-prinsip moral yang dianggap berlaku untuk
semua orang, di semua tempat, dan dalam semua waktu. Prinsip-prinsip ini biasanya
dianggap sebagai standar universal yang dapat diterima oleh semua orang di dunia, dan
dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat keputusan moral. Beberapa contoh prinsip
moralitas universal mungkin termasuk keadilan, kejujuran, pengampunan, dan toleransi
terhadap orang lain.
• Moralitas personal
Moralitas personal adalah sistem nilai dan prinsip yang menentukan apa yang
dianggap benar atau salah oleh individu. Ini merupakan bagian dari kepribadian seseorang
dan dapat berubah-ubah seiring dengan pengalaman hidup dan pertumbuhan pribadi.
Moralitas personal sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti agama, keluarga,
budaya, dan pengalaman hidup.

8
Moralitas personal dapat membantu seseorang membuat keputusan yang tepat dan
menjadi orang yang terhormat di mata orang lain. Namun, juga penting untuk menghargai
moralitas orang lain yang berbeda dan menghargai hak asasi manusia yang sama bagi
semua orang. Contohnya adalah moralitas yang mengatakan bahwa mengkritik orang lain
secara terbuka adalah tindakan yang tidak benar karena dianggap tidak sopan.

3. Akhlak
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan
orang-orang sidiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan akhlak setan dan orang-orang
tercela. Maka pada dasarnya akhlak itu dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a) Akhlak Mulia atau Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah atau Karimah)


Akhlak mulia atau terpuji disebut juga dengan Akhlakul Mahmudah atau Akhlakul
Karimah yaitu sikap dan tingkah laku yang mulia atau terpuji terhadap Allah, sesama
manusia dan lingkungannya. Sifat mulia tersebut bagi setiap muslim perlu diketahui yang
bersumber dari Al Quran dan hadis. Sifat terpuji sangat memberikan jaminan keselamatan
kehidupan manusia, dalam hubungan dengan Allah, kehidupan pribadi, bermasyarakat dan
negara.
Contoh Akhlak mulia terhadap Allah diantaranya:
• Ikhlas : Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain.
Perbuatan seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata,
dengan niat yang ikhlas, menjauhkan dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika
melakukan amal yang baik.
• Bertaubat : Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha
untuk menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
• Bersabar : Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari
ridha-Nya.
• Bersyukur : Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun
non fisik, dan meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-
Nya.
• Bertawakal : Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya
kepada Allah, untuk meraih sesuatu yang diharapkan.
• Harapan : Sikap jiwa yang sedang mengharap sesuatu yang disenangi Allah.

9
• Bersikap Takut : Takut akan siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya.

Contoh Akhlak Mulia Terhadap Sesama Manusia:


• Menjaga hubungan baik
Seperti halnya saling tolong menolong dengan tetangga, saling memberi jika ada
rezeki lebih, atau saling membantu dalam hal kebaikan.
• Berkata benar
Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran kita, membuat
masukan / opini yang salah dan masyarakat terkadang mengikuti berita yang
ternyata tidak benar kenyataan (hoax).
• Tidak meremehkan orang lain
Allah memerintahkan bagi orang yang beriman, untuk tidak merendahkan orang
lain. Merasa dirinya lebih, padahal kita tidak sadar ada yang lebih baik dan lebih
berpikiran daripada luasnya pemikiran kita.
• Bersangka baik (Husnuzon)
Husnuzan kepada sesama adalah sifat terpuji yang harus diterapkan dengan lahir
dan batin, ucapan dan sikap, agar apa yang kita jalani selalu diridhai oleh Allah.

b) Akhlak Buruk atau Tercela (Al-Akhlaqul Mazmumah)


Akhlak tercela disebut juga Akhlakul mazmumah yaitu Sikap dan tingkah laku
yang buruk terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lain serta lingkungan.
Berdasarkan pengertian akhlak buruk, maka diharapkan agar setiap muslim menghindari
sifat tercela karena ini sangat merusak kehidupan manusia, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, bermasyarakat maupun kehidupan bernegara, dab begitu juga hubungan dengan
Allah.
Contoh Akhlak mazmumah kepada Allah:
• Musyrik
Merupakan mempersekutukan (meminta / memohon) selain kepada Allah dengan
makhluk-Nya. Seperti menyembah berhala pun termasuk dalam hati yang musyrik.
Karena ini bertentangan dengan ajaran tauhid.
• Takabbur

10
Sikap menyombongkan diri dan tidak mengakui kekuasaan Allah di alam ini.
Adapun yang menyebabkan seseorang menjadi takabur, salah satunya karena rupa
tampan atau cantik, kedudukan jabatan yang tinggi, kekayaan dan lain sebagainya.
• Murtad
Sikap mengganti keyakinan diri dan beralih ke keyakinan yang lain dari agama
islam/singkatnya keluar dari agama islam. Maka akan mendapatkan
hukuman riddah (hukuman mati) saat di akhirat kelak.

Contoh Akhlak mazmumah kepada sesama:


• Mudah marah (Al-Ghadhab)
Kondisi emosi yang tidak bisa terkontrol yang mengakibatkan perilaku yang tidak
menyenangkan orang lain.
• Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu)
Sikap seseorang yang ingin menghilangkan kebahagian / kenikmatan orang lain dan
rasa ingin menggagalkan kebaikan orang lain karena berhasil menjadi lebih baik
dan sukses.
• Mengumpat (Al-Ghiiba)
Perilaku seseorang yang menghasut orang lain untuk tidak suka kepada seseorang
dan membicarakan keburukannya.
• Berbuat aniaya (Al-Zhulmu)
Perbuatan yang akan merugikan orang lain baik materi maupun non-materi. Dan
sebagian mengatakan, seseorang yang mengambil hak orang lain.
• Kikir (Al-bukhlu)
Sikap seseorang yang tidak mau membantu orang lain, baik dalam hal jasa maupun
materi.

C. Perbedaan dan Persamaan Etika, Moral, dan Akhlak


a) Perbedaan etika, moral dan akhlak
• Berdasarkan pembahasannya:
➢ etika bersifat teoritis dan memandang tingkah laku manusia secara umum
➢ moral lebih bersifat praktis yang ukurannya adalah perbuatan
➢ akhlak yaitu perbuatan yang sesuai dengan agama
• Berdasarkan sumber yang dijadikan patokan:
➢ etika berasal dari kebiasaan yang berlaku di masyarakat

11
➢ moral berdasarkan asal pikiran
➢ akhlak berdasarkan pada Al quran dan sunnah
b) Persamaan etika, moral, dan akhlak
• Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
• Kedua, akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk
menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah
kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin
rendah pula kualitas kemanusiaannya.
• Ketiga, akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata
merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi
merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan
aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan
keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan
dan konsistensi yang tinggi.

D. Teori dan Aliran-Aliran Etika


a) Teori-Teori etika
• Teori Etika yang Bersifat Fitri
Teori ini menyatakan bahwa moralitas bersifat fitri. Yakni, pengetahuan
tentang baik-buruk atau dorongan untuk berbuat baik sesungguhnya telah ada
pada sifat alami pembawaan manusia (fitrah/innate nature).

• Teori Etika Empirik Klasik


Aristoteles-muridnya Plato, yang lebih dikenal sebagai Bapak Logika,
tokoh peletak landasan peripatetisme, dan sang Guru Pertama- berpendapat
bahwa etika merupakan suatu keterampilan semata dan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan alam Idea Platonik yang bersifat supranatural.
Keterampilan tersebut, menurutnya, diperoleh dari hasil latihan dan
pengajaran. Artinya, seseorang yang berlatih dan belajar untuk berbuat baik,
maka ia pun akan menjadi seorang yang bermoral.

• Teori Etika Modernisme

12
Dalam permasalahan etika, corak pemikiran modernisme berbeda dari
dua teori di atas. Akan tetapi, pada saat yang sama, mereka justru mempercayai
adanya satu etika yang bersifat rasional, absolut, dan universal-yakni bisa
disepakati oleh semua manusia.

• Teori Etika Immanuel Kant


Kant mengatakan bahwa etika adalah urusan “nalar praktis Artinya,
pada dasarnya nilai-nilai moral itu telah tertanam pada diri manusia sebagai
sebuah kewajiban (imperatif kategoris). Kecenderungan untuk berbuat baik,
sebenarnya telah ada pada diri manusia. Manusia pada intinya hanya
menunaikan kecenderungan diri dalam setiap perbuatannya. Kata lain,
perbuatan etis bersifat deontologis dan berada di balik nalar.

• Teori Bertrand Russel


Russel berpendapat bahwa perbuatan etis benife rasional. Artinya,
justru karena manusia rasional, dia melihat perlunya bertindak secara etis.
Mengapa? Bertindak secara etis pada akhirnya akan mendukung pencapaian
interest (kepentingan) sang pelaku, baik interest material maupun nonmaterial.
Dengan istilah lain, nilai-nilai itu sekaligus bersifat pragmatis atau utiliristik.”

b) Aliran-aliran etika
• Hedonisme
Pertanyaan yang muncul dalam membicarakan persoalan baik adalah,
“apa yang menjadi hal yang terbaik bagi manusia?. Para hedonis menjawab,
kesenangan. Sesuatu itu baik apabila dapat memuaskan keinginan kita atau apa
yang dapat meningkatkan kreativitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri
kita.
Pemikiran ini telah muncul sejak zaman Aristoteles (433-355 S.M), dan
dilanjutkan oleh muridnya Sokrates, menurutnya sejak kecil manusia selalu
mencari kesenangan dan selalu menghindar dari segala sesuatu yang tidak
menyenangkan. Baginya kesenangan tersebut bersifat badani. Namun ia
memberi catatan, kesenangan yang diperoleh tidak boleh menjadikan manusia
larut. Kesenangan tersebut harus tetap berada dalam kendali dirinya.
Penting untuk dicatat, bagi aliran ini, kebebasan bukan dalam makna
seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya. Epikorus membedakan tiga macam

13
keinginan. Keinginan alamiah yang tidak perlu (seperti makanan), keinginan
alamiah yang tidak perlu (seperti makanan yang enak) dan keinginan yang sia-
sia (seperti kekayaan). Hanya keinginan pertama harus dipuaskan dan
pemuasnya secara terbatas menghasilkan kesenangan paling besar.
• Utilitarianisme
Biasanya perbuatan itu baik atau buruk dilihat pada perbuatannya
sendiri. Menolong orang dari kesusahan itu perbuatan baik dan berbohong itu
buruk. Akan tetapi menurut aliran Utilitarianisme, nilai moral perbuatan
manusia ditentukan oleh tujuannya. Inilah makna dari utilitarianisme (utilis-
bahasa latin) yang berarti manfaat.
Prinsip aliran ini adalah, “suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral
apabila akibat-akibatnya menunjang kebahagiaan semua yang bersangkutan.”.
Perbuatan yang mengakibatkan banyak orang merasa senang dan puas adalah
perbuatan yang terbaik. Filosof pertama yang mengutarakan konsep ini adalah
Jeremi Bentham (1748-1832) dari Inggris. Ungkapannya yang terkenal adalah
“the greatest happiness of the greatest number”(kebahagiaan terbesar dari
jumlah orang terbesar).
Baginya kualitas kesenangan sama, yang membedakannya hanyalah
kuantitasnya. Jika sebuah perbuatan menimbulkan banyak manfaat, paling
banyak menimbulkan kemakmuran dan kesejahteraan dan kebahagiaan
masyarakat, maka perbuatan itu dipandang baik. Sebaliknya jika perbuatan itu
lebih banyak membawa keburukan dan kerugian bagi masyarakat ketimbang
manfaatnya, maka perbuatan itu dipandang buruk.

• Deontologi
Aliran ini dipelopori oleh filosof Jerman, Immanuel Kant (1724- 1804).
Menurutnya, baik dan buruk tidak dapat diukur berdasarkan hasilnya,
melainkan semata-mata berdasarkan maksud si pelaku dalam melakukan
perbuatan tersebut. Kant sampai pada kesimpulan, yang bisa disebut baik
dalam arti yang sesungguhnya hanyalah kehendak baik. Kehendak menjadi
baik, jika bertindak karena kewajiban. Kalau perbuatan dilakukan dengan suatu
maksud atau motif lain, perbuatan itu tidak dapat disebut baik, betapapun
luhurnya motif tersebut. Tegasnya, sesuatu perbuatan itu baik dilakukan karena
kewajiban atau berdasarkan “imperatif katagoris”. Imperatif katagoris akan

14
mewajibkan orang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa ada persyaratan
persyaratan tertentu.

E. Penyebab Etika, Moral, dan Akhlak Menurun


1) Penyimpangan sosial
Menurut James W. Vander Zanden penyimpangan sosial merupakan
perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal yang tercela
dan di luar batas toleransi. Penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses
sosialisasi yang kurang sempurna. Retaknya sebuah rumah tangga menjadikan
seorang anak tidak mengenal disiplin dan sopan santun.Hal ini di sebabkan karena
orang tua sebagai agen sosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya.

2) Pengaruh budaya asing


Kota merupakan tempat pusat segala aktifitas, keluar masuknya budaya
asing menjadikan munculnya budaya-budaya baru dan menghapus budaya- budaya
lama. Merasuknya budaya-budaya asing dalam kehidupan suatu bangsa membawa
banyak sekali perubahan walaupun dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
budaya asing membawa dampak positif namun dalam bidang pergaulan budaya
asing membawa dampak yang negatif. Masuknya budaya clubing, minum-minuman
keras juga juga narkotika sekarang menjadi budaya baru di kota-kota besar, tidak
hanya remaja yang hidup dikota-kota besar yang mengalami tingkat degradasi
moral yang tinggi bahkan remaja yang tinggal di pedesaan yang mengenal adat
istiadat yang kuat pun ikut terpengaruh budaya asing dan mengalami tingkat
degradasi moral yang tinggi.

3) Kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya mendorong para
laki-laki untuk terjun kedalamnya bahkan para perempuan pun merasa memili hak
yang sama untuk ikut terjun kedalamnya sehingga dalam sebuah rumah tangga
seorang anak kurang mendapat pengawasan dan perhatian dari orang tua mereka
akibatnya banyak dari mereka mencari kebahagiaan yang salah, seperti clubbing,
minum-minuman keras, dan menghilangkan stres dengan obat-obatan.

15
4) Rendahnya tingkat pendidikan
Crow and crow menegaskan; leaming is a modification of accompanying
growth processes that are brougt about trought adjusment to sensions initieted
though sensory stimulation(Laster D. Crow. Alice D.crow 1956:215) artinya:
”Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan yang
semua itu di sebabkan melalui penyesuaian terhadap keadaan yang diawali lewat
rangsangan panca indra”. Kurangnya pendidikan dan kemampuan diri dalam
pergaulan dapat membuat seseorang keliru dalam mengambil jalan hidupnya,
sehingga mereka mudah terpengaruh dengan hal-hal baru seiring proses sosialisasi
yang mereka alami. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
sosialisasi, karena pendidikan menjadi landasan perilaku seseorang. Kurangnya
pendidikan mengakibatkan proses sosialisasi kurang seimbang.

5) Kurangnya keefisienan dan keefektifan lembaga sosial masyarakat


Ada berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat, tingginya
tingkat kemiskinan mengakibatkan berbagai masalah sosial, seperti meningkatnya
jumlah kriminalitas, kurangnya pendidikan, dan banyaknya jumlah penduduk yang
kelaparan serta kurang gizi. Hal tersebut menarik sebagian besar perhatian
pemerintah sehingga masalah mengenai degradasi moral remaja di kesampingkan.
Kurangnya perhatian lembaga sosial terhadap moral remaja mengakibatkan tingkat
degradasi moral yang tinggi. Penerapan – penerapan norma dan sanksi yang kurang
mengikat dari lembaga sosial mengakibatkan para pemuda mengabaikan aturan-
aturan tersebut.

6) Media masa atau media informasi


Kemajuan IPTEK melahirkan berbagai macam media yang mutakhir seperti
televisi, handpone, internet dan lain-lain. Banyaknya informasi yang bisa di peroleh
dari media tersebut menyebabkan banyak para remaja menyalahgunakan media
tersebut. Banyaknya tayangan-tayangan yang tidak seharusnya di tampilkan oleh
media masa seperti adegan-adegan kekerasan dan romantis yang sering di
tayangkan oleh media masa membuat para remaja meniru adegan-adegan tersebut.
Tayangan media masa yang sering mereka lihat dijadikan kebudayaan baru yang
dianggap sesuai dengan kemajuan zaman. Rasa tidak ingin ketinggalan zaman dari
orang lain membuat para remaja melakukan kebiasaan baru yang sudah menjadi
16
kebudayaan atau sering mereka jumpai seperti tayangan televisi dan lingkungan
sosialisasi.

F. Metode Peningkatan Etika, Moral, dan Akhlak


1. Metode Taat Syari’at
Metode ini berupa pembenahan diri, yakni membiasakan diri dalam hidup
sehari- hari untuk melakukan kebajikan dan hal-hal bermanfaat sesuai dengan
ketentuan syari’at, aturan-aturan negara, dan norma-norma kehidupan
bermasyarakat.
Disamping itu berusaha untuk menjauhi hal-hal yang dilarang syara’ dan
aturan- aturan yang berlaku. Metode ini sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa
saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan perilaku
positif seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup tenang dan
wajar. Senang melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari
permusuhan.
Penerapan metode metode nya dalam kehidupan dapat berupa:
• Membiasakan diri untuk selalu melakukan kebaikan dan menjauhi yang di
larangan syara
• Menjauhi permusuhan
• Membiasakan diri untuk menyesuaikan dengan lingkungan

2. Metode Pengembangan Diri


Metode yang bercorak psiko-edukatif ini didasari oleh kesadaran atas
kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian melahirkan keinginan untuk
meningkatkan sifat- sifat baik dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk.
Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning) seperti
pada “Metode Taat Syari’at” ditambah dengan upaya meneladani perbuatan dari
pribadi-pribadi yang dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini
secara konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat terpuji
yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat. Metode ini
sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja dilakukan secara lebih sadar,
lebih disiplin dan intensif serta lebih personal sifatnya daripada metode pertama.
Penerapan metode metode nya dalam kehidupan dapat berupa:

17
• Berupaya meneladani perbuatan-perbuatan terpuji dari pribadi-pribadi yang
di kagumi.
• Membiasakan konsisten untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan terpuji dan
menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri.
• Berusaha meningkatkan potensi-potensi baik yang ada pada diri untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.

3. Metode Kesufian
Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini
menurut Al Ghazali dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujaahadah dan al-
riyaadhah.
Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghilangkan
segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, maksiat). Sedangkan Al-
Riyaadhah adalah latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha
meningkatkan kualitas ibadah. Kegiatan sufistik ini berlangsung dibawah
bimbingan seorang Guru yang benar-benar berkualitas dalam hal ilmu, kemampuan
dan wewenangnya sebagai Mursyid.
Penerapan metode metode nya dalam kehidupan dapat berupa:
• Membiasakan bersifat zuhud
• Melakukan riyaadhah / mendekatkan diri pada tuhan
• Meningkatkan kualitas ibadah

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika, moral, dan akhlak merupakan konsep yang erat kaitannya dalam membentuk
perilaku manusia serta norma-norma yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Etika berfokus
pada pertanyaan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan, moral mengacu pada nilai-
nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan individu atau kelompok, sedangkan akhlak
merujuk pada tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja dan berulang.
Meskipun memiliki perbedaan dalam pendekatan dan sumber yang digunakan,
ketiganya memiliki persamaan dalam upaya mengarahkan individu untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai yang dianggap baik dalam masyarakat. Selain itu, terdapat pula berbagai
teori dan aliran etika yang mencoba menjelaskan dan mengkaji aspek-aspek moralitas dalam
kehidupan manusia.
Namun, meskipun etika, moral, dan akhlak memiliki peran penting dalam membentuk
karakter individu dan menjaga keseimbangan dalam masyarakat, terdapat tantangan yang
menyebabkan kemerosotan dalam penerapan nilai-nilai tersebut. Beberapa penyebab
menurunnya etika, moral, dan akhlak antara lain adanya penyimpangan dalam tata nilai yang
berlaku, pengaruh budaya konsumerisme yang menekankan pada kesenangan dan kepentingan
pribadi, serta kurangnya pendidikan dan keteladanan dari lingkungan sekitar.
Dengan demikian, untuk menjaga keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat, penting
bagi individu dan lembaga untuk terus memperkuat nilai-nilai etika, moral, dan akhlak dalam
setiap aspek kehidupan, serta menghadapi dan mengatasi tantangan yang mengancam
kemurnian nilai-nilai tersebut.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, serta keterbataasan kami dalam mencari sumber referensi dan menyajikan
kepada Dosen maupun pembaca semua. Maka dari itu, kritik dan saran dari teman-teman dapat
kami terima. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis sampaikan banyak terima kasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

Akmal Tarigan, Azhari. (2022). Etika Akademik Ikhtiar Mewujudkan Insan Ulul Albab. Medan:
Febi UIN-SU Press.
Rusmana, Nurrani. 2023. Perbedaan Etika, Moral dan Akhlak.
https://pasjabar.com/2023/05/12/perbedaan-etika-moral-dan-akhlak/. Diakses pada 3 Maret
2024.
Hulu, Silferius. Etika dan Moral. https://www.pustakabergerak.id/artikel/etika-dan-moral-1.
Diakses pada 3 Maret 2024.
Dosen sosiologi.com. ( 2023, 25 Juli). Pengertian Nilai Moral, Jenis, dan Contohnya. Diakses
pada 3 Maret 2024. https://dosensosiologi.com/pengertian-nilai-moral-dan-contohnya/.
Nandy. Memahami Apa Itu Nilai Moral Hingga Jenis-Jenisnya.
https://www.gramedia.com/literasi/nilai-moral/#Jenis-Jenis_Moralitas. Diakses pada 3 Maret
2024

20

Anda mungkin juga menyukai