Anda di halaman 1dari 19

PENTINGNYA PEMAHAMAN ETIKA AGAMA HINDU

TERHADAP IPTEK

Oleh :
Ni Gusti Ayu Putu Suryani
NIP. 196609015 199903 2 001

UNIT PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA /


PPKB UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Tri Dharma
Perguruan Tinggi untuk melengkapi beban kerja dosen. Laporan ini penulis susun
berdasarkan hasil analisa dan studi pustaka yang penulis lakukan dengan fokus
kepada teori dan praktik yang ada di dalam Etika Agama.
Pada kesempatan ini, penulis pun tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam membuat tulisan ini. Penulis
berterima kasih pula atas setiap bantuan, dorongan, dan arahan yang diberikan
oleh setiap pihak dalam pengerjaan tulisan ini. Kami menyadari banyak
kekurangan yang terdapat dalam tulisan ini. Kami sangat menerima semua kritik,
saran, dan masukkan yang berguna demi kebaikan bersama. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Denpasar, 26 Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Metode Penulisan ......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
2.1 Pengertian Etika Agama............................................................... 4
2.2 Keterikatan etika agama dengan perkembangan IPTEK ............. 5
2.3 Implementasi Etika Agama dalam IPTEK ................................... 8
2.4 IPTEK dai am WEDA.................................................................. 10
2.5 Kewajiban mengamalkan ilmu dalam Agama Hindu .................. 11
2.6 Pedoman perkembangan IPTEK dalam Agama Hindu................ 12
2.7 Antisipasi Umat Hindu terhadap Perkembangan IPTEK............. 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 15
3.2 Saran............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi di dalam pola kehidupan telah menampakkan
pengaruhnya pada setiap kehidupan masyarakat, dan negara. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sedemikian pesat berdampak pada
pengembangan sistem produksi, transportasi dan komunikasi. Nyaris tidak ada
bidang kehidupan yang tidak dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan ini. Secara
kasat mata, perkembangan IPTEK dengan segala produk yang dihasilkan memberi
pengaruh terhadap gaya hidup. Perubahan gaya hidup itu secara mencolok tampak
di kalangan kaum muda. Perkembangan IPTEK dan perubahan gaya hidup di
kalangan kaum muda berpengaruh terhadap cara pandang dan sikap kaum muda
terhadap agama. Pertanyaan mengenai peran dan fungsi agama mulai menguat
karena tidak jarang agama menjadi sangat gagap mengantisipasi kemajuan
IPTEK. Kemajuan IPTEK dapat menyebabkan manusia modern bersikap
sedemikian optimis dan yakin dapat menerangkan segala fenomena alam secara
rinci, ilmiah dan rasional. Fakta telah membuktikan bahwa teknologi yang
merupakan implikasi dan aplikasi dari ilmu pengetahuan, telah memberi
sumbangan dan kemudahan yang jelas bagi kemajuan dan kesejahteraan hidup
manusia modern. Kalau IPTEK bisa menjelaskan berbagai peristiwa kehidupan
secara meyakinkan, apakah agama masih diperlukan?
Perkembangan EPTEK adalah kenyataan yang bersifat ambivalen. Di satu
pihak, IPTEK membantu manusia untuk mengembangkan kehidupan
individuindividu dan bersama: transportasi, komunikasi-multimedia, peningkatan
sarana dan mutu pendidikan, dan lain-lain. Di lain pihak, tak dapat dipungkiri
bahwa IPTEK juga berpotensi besar terhadap penghancuran hidup dan alam
semesta. Keganasan senjata nuklir dan bom adalah bagian kecil dari akibat negatif
dari perkembangan IPTEK yang secara kasat mata bisa kita lihat. Selain itu,
polusi udara dan air serta kerusakan/kehancuran alam semesta (hutan) yang dari
tahun ke tahun sungguh semakin mengerikan adalah akibat negatif dari

1
perkembangan teknologi dan industrialisasi serta ambisi manusia untuk
menguasai (mengeksploitasi) alam semesta.
Perkembangan IPTEK menimbulkan konflik batin dalam kehidupan
banyak kaum muda. Konflik batin ini terjadi terutama di kalangan mahasiswa
yang memiliki agama hanya sebagai warisan tradisi keluarga dan imannya kurang
mengakar. Ada juga beberapa mahasiswa yang tidak dapat mendamaikan
pandangan ilmiahnya dengan keyakinan agamanya sehingga memilih untuk
menjadi ateis dan merasa tidak memerlukan agama lagi. Golongan kedua ini
mengikuti kuliah pendidikan agama hanya untuk memenuhi kewajiban/presensi
dan demi nilai
Di satu sisi, semakin disadari akan tanggungjawab untuk mengembangkan
moralitas kaum muda. Di sisi lain, juga menyadari bahwa perkembangan
moralitas kaum muda zaman ini tidak bisa dipisahkan dari realitas perkembangan
IPTEK. Kaum mudalah yang paling banyak menyerap hasil perkembangan
IPTEK. Mereka pula yang terkena dampak negatif secara langsung dari
penggunaan produk produk IPTEK. Menumbuhkan moralitas kaum muda menjadi
penting mengingat bahwa kaum muda adalah kendali bagi pengembangan IPTEK
di masa mendatang. Itulah sebabnya perlu dikaji di sini hubungan antara agama
dan IPTEK, bagaimana hubungan itu mesti dilihat dan bagaimana
mengembangkan moralitas kaum muda dalam konteks hubungan keduanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Etika Agama?
2. Apa keterikatan etika agama dengan perkembangan teknologi?
3. Bagaimana implementasi etika agama untuk menopong pola kehidupan?
4. Bagaimana keterkaitan sloka-sloka dalam kitab suci agama hindu?

2
1.3 Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis
mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, teknik
wawancara, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Sumber berasal dari
buku dan juga hasil media elektronik atau Internet.

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
bagaimana pengaruh agama dan etika terhadap perkembangan IPTEK.

3
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Pengertian Etika Agama


Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad
lamanya menghuni bumi. Dalam prosesnya, pembinaan kepribadian manusia
dipengaruhi oleh lingkungan dan didukung oleh faktor pembawaan manusia sejak
lahir. Terkait dengan itu, manusia sebagai makhluk sosial, tidaklah terlepas dari
nilai-nilai kehidupan sosial. Oleh karena nilai akan selalu muncul apabila manusia
mengadakan hubungan sosial atau bermasyarakat dengan manusia lain. Dalam
pandangan sosial, etika dan agama merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos, ethos (adat, kebiasaan, praktek).
Artinya sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang yang tersusun
dari sebuah sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala alamiah
masyarakat atau kelompok tersebut.6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu: pertama, Ilmu tentang apa yang baik dan
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Kedua, kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak. Ketiga, Nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat
K. Bertens mengatakan etika dapat dipakai dalam arti nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini disebut juga sistem nilai dalam hidup
manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya, etika orang Jawa.
Etika dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral yang biasa disebut kode
etik. Kemudian etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik dan buruk. Arti
etika di sini sama dengan filsafat moral.
Amsal Bakhtiar mengemukakan bahwa etika dipakai dalam dua bentuk
arti: pertama, etika merupakan suatu kumpulan mengenai pengetahuan, mengenai
penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia yang lain.
Secara spesifik, Ahmad Amin mengatakan etika adalah suatu ilmu yang

4
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh sebagian orang kepada lainnya, mengatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.
Berdasarkan pemahaman di atas, etika merupakan ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia, sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran dan hati nurani manusia.
Agama merupakan suatu realitas yang eksis di kalangan masyarakat, sejak
dulu ketika manusia masih berada dalam fase primitif, agama sudah dikenal oleh
mereka. Meskipun hanya dalam taraf yang sangat sederhana sesuai dengan tingkat
kesederhanaan masyarakat waktu itu. Dari masyarakat yang paling sederhana
sampai kepada tingkat masyarakat yang modern, agama tetap dikenal dan dianut
dengan variasi yang berbeda. Dengan demikian agama tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan manusia, kapan dan dimanapun.

2.2 Keterikatan etika agama dengan perkembangan IPTEK


Dari abad ke abad manusia selalu dihadapkan dengan pertanyaan-
pertanyaan fundamental. Dari mana asal manusia? Bagaimana manusia
diciptakan? Untuk apa manusia hidup? Untuk apa manusia harus mengalami
penderitaan dan kematian? Bagaimana manusia memahami nilai-nilai rohani yang
membedakan dirinya dari hewan dan benda-benda mati sekaligus menyadarkan
dirinya sebagai bagian tak terpisahkan dari ciptaan-ciptaan yang lain? Sejak
sebelum berkembangnya.
Ilmu, manusia berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam
perkembangan ilmu, manusia berusaha menjawab petanyaan-pertanyaan tersebut
secara ilmiah. Kendati sampai sekarang belum ada jawaban tuntas mengenai
pertanyaan-pertanyaan tersebut, upaya untuk menjawab dan merefleksikan
pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu manusia untuk semakin menyadari
dirinya sendiri dan memahami dunia sekitarnya. Kesadaran akan martabat dirinya
sebagai bagian tak terpisahkan dari alam semesta memberi pengaruh terhadap
sikap dan perilakunya di tengah dunia ini. Manusia adalah puncak dari evolusi
alam. Ia terus berkembang dan dapat merencanakan perkembangan itu. Manusia

5
tahu dan mampu melaksanakan apa yang ia mau. Manusia menghargai kehidupan,
maka ia selalu berusaha mempertahankan dan melanggengkan hidupnya dengan
keturunan. Selanjutnya, manusia menyadari bahwa ia tidak berkuasa secara penuh
atas hidupnya. Secerdas apapun dan sekaya apapun manusia, ia tidak mampu
mempertahankan hidupnya di dunia ini. Pada saatnya ia harus merangkul
kematian dan penentu kematian itu berada di luar kuasa dirinya. Hal ini
menandakan bahwa ada kekuatan adikodrati yang terlibat dalam kehidupan
manusia. Selain itu, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain dan lingkungannya.
Konsekuensinya, ia harus menjaga dan membangun hubungan yang selaras
dengan sesama, lingkungan dan pencipta-Nya. Pengetahuan agama dicari oleh
manusia dengan budi dan hatinya, dengan segala ilmu pengetahuan dan alat
teknologi yang memadai. Bagi orang beriman, agama bukan sekedar lembaga
pembuat dan penjaga aturan atau norma dan kewajiban moral. Agama bersangkut
paut dengan seluruh hidup manusia, dengan segala segi-seginya. Dasar dari
sebuah agama adalah iman, yaitu relasi mendalam manusia dengan Allah yang
menginspirasi hidup. Agama berhubungan dengan pertanggungjawaban
intelektual agar orang terbuka untuk semakin memahami ajaran dan memaknai
sertai mengkomunikasikannya dalam kesaksian hidup di tengah dunia. Agama
berkaitan dengan ajaran moral yang bersumber pada Kitab Suci dan tradisi.
Ajaran moral itu berisi tentang nilai-nilai yang mendorong hidup individu dan
bersama di tengah masyarakat. Agama berhubungan dengan ibadat (dimensi
kultis) yang mengungkapkan pengalaman kesatuan dengan sesama dan Yang Ilahi
dalam doa dan peribadatan. Agama merupakan sebuah lembaga atau organisasi
yang membantu para pemeluknya untuk memahami dan menghayati kewajiban-
kewajiban dalam kesatuan dengan sesama pemeluk dan dalam hidup di tengah
masyarakat. Ketika agama menekankan salah satu aspek di atas, agama bisa
kehilangan roh pembaru bagi para pemeluknya dan dunia sehingga agama kurang
mampu berperan di dalam memberi pencerahan bagi pemaknaan hidup di tengah
perkembangan dunia yang sedemikian pesat ini.
Di tengah perkembangan IPTEK, agama ditantang untuk memberikan
refleksi cerdas yang mencerahkan bagi manusia modern. Pemahaman dan
penghayatan agama yang dipersempit hanya pada tataran dogma (yang berciri

6
deduktif dan otoritatif) dan hukum-hukum yang mengarahkan pada kehidupan
sorgawi tidaklah memadai. Agama perlu membantu manusia untuk merefleksikan
dan memaknai berbagai pengalaman konkrit di tengah hiruk pikuk di dunia ini.
Selain itu, di tengah mentalitas modern yang menghembuskan optimisme terhadap
kekuatan akal budi manusia, agama perlu membantu menumbuhkan kesadaran
insani bahwa hidup manusia bukanlah sekadar proses alami, melainkan proses
kultural dan religius yang menghadirkan keutuhan hidup dan mengarahkan pada
cakrawala tujuan hidup tertinggi yang melampaui hal-hal material dan historis
duniawi.
Agama dan keyakinan iman tidak perlu dipertentangkan dengan
perkembangan IPTEK. Manusia beragama dan manusia IPTEK adalah makhluk
yang sama sebagai cipataan Tuhan, penghuni alam semesta ini. Keyakinan iman
seharusnya memberi pencerahan bagi pengembangan IPTEK agar manusia tetap
menyadari keterbatasannya. Sehebat apapun manusia dan IPTEK yang
dikembangkan, ia tidak mampu menguak semua misteri kehidupan dan alam
semesta ini. Kegagalan IPTEK untuk menjelaskan peristiwa kehidupan dan
berbagai peristiwa alam semesta juga tidak perlu membuat manusia merasa
pesimis terhadap hidup dan masa depannya. Manusia tidak hanya bisa belajar dari
segala potensi dirinya yang mendatangkan optimisme. Ia juga bisa belajar dari
kegagalannya dan memaknai keterbatasannya untuk menegaskan bahwa ada kuasa
adi kodrati yang terlibat dalam sejarah hidup manusia. Di tengah perkembangan
IPTEK agama justru ditantang menegaskan kekhasan refleksi dan sumbangannya
bagi perkembangan peradaban umat manusia. Usaha manusia untuk
mengembangkan IPTEK tetap mempertimbangkan Perkembangan keutuhan
pribadi manusia dengan segala dimensi yang dimilikinya. Kesadaran akan
multidimensionalitas ini menyadarkan bahwa baik IPTEK maupun agama perlu
terus menerus berdialog satu sama lain dan berdialog dengan kenteks hidup
manusia serta kekuatan adikodrati yang membimbing manusia menuju
perwujudan dirinya secara utuh.

7
2.3 Implementasi Etika Agama dalam IPTEK
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh
Tuhan, yangharus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia,
sehingga ketika seseorangmemanfaatkan teknologi maka tetap harus
memperhatikan aspek agama sehingga akantercapai suatu keseimbangan antara
hal yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.&alam Hindu ilmu
pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagaisuatu anugerah Ida
Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dhanna, sehingga ketika
sesorangmemanfaatkan pengetahuan itu diharapkan selalu mengingat Ida Sang
Hyang Widhi Wasa sebagai suatu bentuk pengamalan dari berkarma berdasarkan
dhanna, dan Kemudahan sertakenikmatan yang dapat diberikan oleh hasil
pengembangan Iptek itu tentunya patut di syukuri sebagai sebagai anugerah
Tuhan sebagai penyeimbangan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan agama
untuk mencapai tujuan agama Hindu yaitu
Moksartham Jagaddhitiaya ca iti dharmah atau kebahagiaan lahir batin
Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang saling
mendukung. Ilmu dapat di pandang sebagai produk, proses dan paradigma. Ethika
ilmu pengetahuan berusaha memahami alam sebagaimana adanya. Salah satu ciri
teori keilmuan adalah berdaya ramah dan terbuka untuk diuji, dan dikembangkan
dalam falsifikasi yang sahih (Modul Akta V B, IA, 198211983). Ilmu dapat dibagi
dua yaitu, Ilmu dasar (fundamental science) dan Ilmu terapan (applied science).
Tujuan ilmu dasar mengembangkan ilmu itu sendiri, sedangkan tujuan
ilmu terapan untuk memecahkan masalah-masalah praktis, dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Ilmu dasar juga mempunyai tujuan
untuk mengetahui dan mendalami tentang alam dan semua isinya. Hasil-hasil
yang telah dicapai ilmu dasar menawarkan sederetan alternatif-alternatif mana
yang dapat dipakai untuk memecahkan masai ah praktis dalam masyarakat. Hasil-
hasil ilmu terapan itu masih harus ditransformasikan menjadi bahan atau prosedur
teknik pelaksanaan suatu proses pengelolaan atau produksi. Jadi ilmu pengetahuan
melahirkan prosedur disumbangkan kepada teknologi. Namun kalau suatu produk
walaupun prosedurnya sudah bagus dan konstruksinya kuat kalau dipakai atau
dimanfaatkan menyebabkan tidak nyaman apalagi tidak indah, tidak seni dalam

8
penampilan tentu tidak akan menarik perhatian orang. Pengertian seni menurut
Leo Tolstoi mengemukakan bahwa seni adalah aktivitas manusia yang terdiri atas
ini, bahwa seorang secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu
menyampaikan perasaan- perasaan yang telah dihayati kepada orang - orang lain
sehingga mereka kejangkitan perasaan-perasaan ini dan juga mengalaminya".
Sesuai dengan batasan ini memang umat Hindu khususnya di Bali mereka sudah
dijangkiti oleh perasaan-perasaan seni dan langsung mengalaminya karena
didalam kegiatan keagamaan mereka dituntut untuk memerankan seni sesuai
dengan konteknya. Agama dan ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan. Masing -
masing jenis pengetahuan mempunyai landasan-landasan ontologis,
frpistemoiogis dan aksiologis sendiri. Ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya, dan hasil-hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan
merupakan sari penjelasan mengenai alam yang sifatnya umum dan impersonal.
Sedangkan agama memasukipula daerah penjelajahan bersifat transcendental yang
berada di luar pengalaman manusia.
Sekiranya kita bertanya Apakah yang akan terjadi setelah manusia mati"?.
Maka pertanyaan itu tidak dapat diajukan kepada ilmu melainkan kepada agama,
sebab seorang ontologis ilmu membatasi din path pengkajian obyek yang berada
dalam lingkungan pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan dikaji secara lebih
mendalam di dalam agama Ilmu pengetahuan merupakan kajian sebagian di dalam
Weda. Ilmu dan pengetahuan bagaikan dua sisi mata uang. Kalah satu kabur atau
kosong tentu tidak dapat dijadikan transaksi pembayaran. Demikian pula dengan
agama tanpa ilmu akan menjadi egois, takabur, tidak berdasarkan kebenaran, akan
simpang siur tidak tentu arah. Agama tanpa ilmu, tidak akan berkembang. Sebab
ilmu akan" menuntut tentang cara mempelajari agama, mengembangkan agama
dan membantu penelitian dalam agama. Luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
manusia merupakan jembatan untuk mengejar atau membantu sraddha mencapai
kebenaran. Ungkapan ini baru tergolong sattwam, namun kalau tidak digerakkan
oleh karma untuk berbuat tentu tidak akan ada apa-apa. Menurut ajaran agama
Hindu perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak terikat oleh hasil

9
(karma yoga). Terikat atau tidak kepada hasil tetapi setiap bekerja tentu dikejar
oleh hasil (karma dikejar oleh pahala, sebab merupakan hukum kodrat).

2.4 IPTEK dalam WEDA


Menurut Albert Einsten, agama masa -depan adalah agama alam semesta.
Agama yang menghindari dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah dan
bathiniah, serta berdasarkan pengertian agama yang muncul karena berbagai
pengalaman, baik fisik maupun spiritual, dan merupakan satu kesatuan yang
sangat berarti.
Alam sebagai satu-kesatuan terdiri atas Bhuta-kala yang meliputi bhuta
(ruang, materi), serta kala (waktu, energi). Interaksi antara keduanya
menyebabkan alam (baik buana agung maupun buana alit) tidak bersifat kekal,
tetapi senantiasa mengalami perubahan, karena hanya perubahanlah yang kekal.
Materi (bhuta) berubah karena ulah sang kala. Lalu adakah aturan untuk
semuanya ini?
Alam diciptakan-Nya sebagai suatu paket yang lengkap dengan komposisi,
struktur dan hukumnya. Segala gerak alam diatur dengan hukum alam RTA,
sedangkan tingkah laku manusia diatur dengan dharma. Akan •tetapi, mengingat
manusia merupakan bagian dari alam, maka secara langsung mereka juga
dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini kemudian menurut Darwin
memaparkan bahwa siapa yang kuat (bertahan) dialah yang akan menang. Hukum
alam ini bersifat mengatur gerak makrokosmos dan mikrokosmos dari tingkat
mikro hingga makro. Benda-benda langit beredar dalam lintasannya menurut
RTA. Demikian pula gerakan-gerakan elektron di sekeliling inti. Hukum alam
bersifat rahasia yang mesti disingkap dengan kemampuan akal budhi (idep)
manusia. Selanjutnya RTA berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
atau science.
Petualangan manusia dalam dunia sains berawal dari keragu-raguan dan
berakhir dengan kepercayaan akan adanya ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan
diri pada dharma, secara umum dikenal sebagai ajaran agama. Hal ini bermula
dari kepercayaan dan mencapai puncaknya pada tingkat keyakinan dan
kepasrahan. Dengan demikian, sains dan agama menurut perspektif Hindu

1
bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu dipadukan untuk suatu inovasi
yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap sebagai filsafat hidup, sementara
filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, apakah layak jika anak dan induknya
dipertentangkan?
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-
langkah baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu
dikenal dalam falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Premana. Tri
Premana merupakan metode ilmiah dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai
sebuah eksperimen (menyitir pendapat Mahatma Gandhi), maka Tri Prmana
adalah landasannya. Eksperimen bermula dari adanya problema yang perlu
dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala
yang timbul (Anumana Premana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari
sumber tertulis atau pengalaman (Agama Premana), serta dibuktikan dengan
pengamatan langsung (Praktyasa Premana). Pengetahuan kebenaran yang telah
berhasil disingkap harus disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai
sendiri. Hal ini disebabkan pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan
siklus air (Banyu Pinaruh) dalam kerangka Tri Pramana. Sungguhlah berdosa jika
sampai kita memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri.
Agar kita tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat
kitab suci WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya
disebarluaskan kepada yang lainnya (Rgveda 1.12.6). Dan dalam Bhagawadgita
disebutkan persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada
persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu
pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33).

2.5 Kewajiban mengamalkan ilmu dalam Agama hindu


Kewajiban menuntut ilmu adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan
oleh umat yang sedang brahmacari untuk kepentingan kehidupan dalam Grehasta.
Dalam tingkat hidup Grehasta mempunyai tanggung jawab yang prinsipil yaitu
membentuk anak yang suputra yang dapat berguna dalam masyarakat dan taat
kepada catur guru. Untuk memdidik anak menjadi suputra tidak mudah diperlukan
persiapan yang matang. Oleh karena itu dalam tingkat brahmacari harus berhasil

1
dengan baik sehingga bisa mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Ilmu
pengetahuan yang diperoleh pada saat berguru harus lengkap,baik ilmu untuk
mencari nafkah ataupun agama.

2.6 Pedoman perkembangan IPTEK dalam Agama Hindu


Agama Hindu mengajarkan bahwa manusia sebagai mahluk Tri
Pramanayang dibekali bayu, sabda, dan idep. Bayu adalah kemampuan untuk
bergerak, tumbuh, berkembang, hidup dan didukung oleh sabda yang memberikan
kemampuan untuk berbicara, berkomunikasi serta dimuliakan dengan diberikan
idep yang merupakan akal yang memberi kemampuan untuk berpikir dan
menentukan yang baik atau salah (wiweka). Oleh karena itu, semenjak hidup
manusia tidak lepas dari perkembangan baik perkembangan ilmu pengetahuan
maupun teknologi, mulai dari jaman primitif sampai ke jaman modern seperti
sekarang ini.
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi agama Hindu
selalu mengajarkan agar berpedoman pada kesucian agar ilmu pengetahuan
maupun teknologi yang dikembangkan senantiasa tidak merusak tatanan
kehidupan dan selalu untuk memberi manfaat yang positif bagi umat manusia.
Karena bagaimanapun untuk mengejar kesejahteraan lahir bathin yang mencakup
artha, kama untuk mencapai moksa tentu kita harus tetap berpegangan pada ajaran
dharma.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga kita hendaknya
tetap berpedoman pada:
1. Tri Samaya
a. Atita : belajar dengan masa lampau
b. Wartamana : penyesuaian dengan masa sekarang
c. Nagata : penyesuaian pengembangan untuk masa yang akan
datang
2. Dharma Sidhyartha
a. Iksa : pemahaman maksud dan tujuan kegiatan
b. Sakti : kesadaran kemampuan mendukung kegiatan
c. Desa : penyesuaian tempat kegiatan

1
d. Kala : penyesuaian waktu kegiatan
e. Tattwa : pemahaman hakikat kegiatan itu
3. Rasa, utsaha, dan logika (akal).
Dan ke semua tersebut harus disesuaikan dengan:
a. Desa = penyesuaian dengan tempat.
b. Kala = penyesuaian dengan waktu.
c. Patra = penyesuaian dengan keadaan.

2.7 Antisipasi Umat Hindu terhadap Perkembangan IPTEK


Dengan merenungkan kembali manfaat IPTEK, maka kita menyadari
tentang penggunaan atau manfaat IPTEK itu. Telah diungkapkan pada bagian
awal tulisan ini IPTEK ibarat pisau bermata dua, di satu pihak akan sangat
bermanfaat bila didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup,
kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia, tetapi di sisi lainnya akan sangat
tidak ada gunanya jika IPTEK menjerumuskan umat manusia pada jurang
kehancuran, misalnya seperti bom nuklir atau bom kimia yang dapat
menghancurkan umat manusia yang tidak berdosa, mahluk hidup yang lain dan
kerusakan alam pada lokasi bom itu diledakkan atau di-ujicobakan. Dari media
massa kita bisa mendapatkan informasi tentang aktivitas pencinta perdamaian dan
lingkungan menentang berbagai percobaan nuklir, menunjukkan bahwa kemajuan
IPTEK akan sangat berbahaya bila digunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak
menguntungkan umat manusia.
Dalam pengembangan IPTEK tentunya umat beragama punya tanggung
jawab moral, etika, dan spiritual untuk menjaga pengembangan IPTEK khususnya
yang dikembangkan oleh para pakar bioteknologi untuk tidak mencampuradukkan
berbagai gen dan menciptakan organisme yang kemudian menjadi monster-
monster yang mengancam kelestarian alam dan kesejahteraan umat manusia.
Umat beragama kiranya dapat mengantisipasi kemajuan IPTEK dengan kembali
kepada makna IPTEK ditinjau dari sudut pandang agama, yaitu : untuk
mendekatkan diri manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan belajar dari
ciptaan-Nya yang mengagumkan dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
dan kebahagiaan umat manusia. Sepanjang IPTEK bermanfaat untuk

1
meningkatkan kualitas hidup manusia, meningkatkan kecerdasan dan keluhuran
budi pekerti serta tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, umat
manusia dan segala ciptaan-Nya, maka agama sangat mendorong kemajuan
IPTEK, tetapi IPTEK yang disalahgunakan untuk menghancurkan umat manusia,
berbagai mahluk hidup serta alam ciptaan-Nya maka IPTEK itu hendaknya
ditinggalkan. Untuk itu kitab suci Veda mendorong umat-Nya untuk senantiasa
kreatif dan selalu maju seperti diamanatkan dalam kitab suci Veda berikut: "
“Wahai umat manusia, maju teruslah kamu, jangan mundur. Aku
amigrahkan dua hal yaitu : Kekuatan dan kecerdasan" (Atharvaveda VIII.
1.6)
"Wahai umat manusia maju dan naiklah, jangan turun dan mundur.
Semoga engkau dapat memecahkan ikatan fcwaria/7"( Atharvaveda VIII.
1.4) " Wahai umat manusia majulah kamu dari kegelapan pikiran, menuju
cahaya yang terang" (Atharvaveda VIII. 1.8)
"Wahai umat manusia, bangkitlah dan tataplah ke depan" (Atharvaveda
X. 179.1)
"Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa, membuat kemajuan di bumi
dengan menurunkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dan tingkah
laku yang bertanggung jawab terpuji" (Rgveda X.29.7)
Berdasarkan kutipan tersebut, umat beragama, khususnya mengantisipasi
dampak IPTEK adalah dengan jalan kembali kepada ajaran Tuhan Yang Maha
Esa dalam kitab suci veda maupun susastra Hindu lainnya. Demikian pula dapat
dijumpai sebuah adigium di dalam Hindu yang menyatakan : "Bukanlah seorang
maharsi (muni cendekiawan) bila ia tidak memberikan pendapat (tafsir kembali)
terhadap apa yang dipahami mereka". Jadi pengkajian terhadap ajaran agama
dengan menyingkapi makna ilmu pengetahuan dan teknologi serta manfaat
penjelmaan dapat mengantar seseorang mencapai kebahagiaan

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga kita
hendaknya tetap berpedoman pada Tri Samaya, Dharma Sidhyartha, Rasa, utsaha,
dan logika (akal), serta semua hal tersebut harus disesuaikan dengan Desa, Kala,
dan Patra.
Walaupun IPTEK banyak manfaat tetapi IPTEK ibarat pisau bermata dua,
di satu pihak akan sangat bermanfaat bila didayagunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup, kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia, tetapi disisi
lainnya akan sangat tidak ada gunanya jika IPTEK menjerumuskan umat manusia
pada jurang kehancuran.

3.2 Saran
Ilmu pegetahuan, teknologi dan seni memang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Tetapi apa jadinya hal tersebut jika tidak didasari oleh ajaran
agama. Hal ini malah akan meresahkan masyarakat karena akan bersifat merusak.
Oleh karena itu ada baiknya perlu adanya penyeimbangan antara IPTEK, seni
dengan ajaran agama.

1
DAFTAR PUSTAKA

Devianti, P. (20U). Iptek Dalam Pandangan Hindu, [online] puspadevianti.


Tersedia di https://puspadevianti.wordpress.com/2011 /03/15/iptek-dalam-
pandangan-hindu [Accessed 11 Apr. 2019].

Sudiarja, A., "Pendidikan Agama dalam Zaman yang Berubah", Basis 07-08 (Juli-
Agustus 2003) Agama dan Penghayatan Iman yang Membumi", Orientasi
Baru (1994).

Tarpin, L., 2008 "Humanisme dan Reformasi Praksis Pendidikan", dalam


Humanitas dan Humaniora dalam Humanisme dan Humaniora:
Relevansinya bagi Pendidikan, Bambang Sugiharto (ed.), Jalasutra,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai