TERHADAP IPTEK
Oleh :
Ni Gusti Ayu Putu Suryani
NIP. 196609015 199903 2 001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Tri Dharma
Perguruan Tinggi untuk melengkapi beban kerja dosen. Laporan ini penulis susun
berdasarkan hasil analisa dan studi pustaka yang penulis lakukan dengan fokus
kepada teori dan praktik yang ada di dalam Etika Agama.
Pada kesempatan ini, penulis pun tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam membuat tulisan ini. Penulis
berterima kasih pula atas setiap bantuan, dorongan, dan arahan yang diberikan
oleh setiap pihak dalam pengerjaan tulisan ini. Kami menyadari banyak
kekurangan yang terdapat dalam tulisan ini. Kami sangat menerima semua kritik,
saran, dan masukkan yang berguna demi kebaikan bersama. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Metode Penulisan ......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
2.1 Pengertian Etika Agama............................................................... 4
2.2 Keterikatan etika agama dengan perkembangan IPTEK ............. 5
2.3 Implementasi Etika Agama dalam IPTEK ................................... 8
2.4 IPTEK dai am WEDA.................................................................. 10
2.5 Kewajiban mengamalkan ilmu dalam Agama Hindu .................. 11
2.6 Pedoman perkembangan IPTEK dalam Agama Hindu................ 12
2.7 Antisipasi Umat Hindu terhadap Perkembangan IPTEK............. 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 15
3.2 Saran............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
perkembangan teknologi dan industrialisasi serta ambisi manusia untuk
menguasai (mengeksploitasi) alam semesta.
Perkembangan IPTEK menimbulkan konflik batin dalam kehidupan
banyak kaum muda. Konflik batin ini terjadi terutama di kalangan mahasiswa
yang memiliki agama hanya sebagai warisan tradisi keluarga dan imannya kurang
mengakar. Ada juga beberapa mahasiswa yang tidak dapat mendamaikan
pandangan ilmiahnya dengan keyakinan agamanya sehingga memilih untuk
menjadi ateis dan merasa tidak memerlukan agama lagi. Golongan kedua ini
mengikuti kuliah pendidikan agama hanya untuk memenuhi kewajiban/presensi
dan demi nilai
Di satu sisi, semakin disadari akan tanggungjawab untuk mengembangkan
moralitas kaum muda. Di sisi lain, juga menyadari bahwa perkembangan
moralitas kaum muda zaman ini tidak bisa dipisahkan dari realitas perkembangan
IPTEK. Kaum mudalah yang paling banyak menyerap hasil perkembangan
IPTEK. Mereka pula yang terkena dampak negatif secara langsung dari
penggunaan produk produk IPTEK. Menumbuhkan moralitas kaum muda menjadi
penting mengingat bahwa kaum muda adalah kendali bagi pengembangan IPTEK
di masa mendatang. Itulah sebabnya perlu dikaji di sini hubungan antara agama
dan IPTEK, bagaimana hubungan itu mesti dilihat dan bagaimana
mengembangkan moralitas kaum muda dalam konteks hubungan keduanya.
2
1.3 Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis
mempergunakan metode observasi atau teknik pengamatan langsung, teknik
wawancara, dan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Sumber berasal dari
buku dan juga hasil media elektronik atau Internet.
3
BAB II
PEMBAHASA
N
4
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh sebagian orang kepada lainnya, mengatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat.
Berdasarkan pemahaman di atas, etika merupakan ilmu yang menyelidiki
mana yang baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia, sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran dan hati nurani manusia.
Agama merupakan suatu realitas yang eksis di kalangan masyarakat, sejak
dulu ketika manusia masih berada dalam fase primitif, agama sudah dikenal oleh
mereka. Meskipun hanya dalam taraf yang sangat sederhana sesuai dengan tingkat
kesederhanaan masyarakat waktu itu. Dari masyarakat yang paling sederhana
sampai kepada tingkat masyarakat yang modern, agama tetap dikenal dan dianut
dengan variasi yang berbeda. Dengan demikian agama tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan manusia, kapan dan dimanapun.
5
tahu dan mampu melaksanakan apa yang ia mau. Manusia menghargai kehidupan,
maka ia selalu berusaha mempertahankan dan melanggengkan hidupnya dengan
keturunan. Selanjutnya, manusia menyadari bahwa ia tidak berkuasa secara penuh
atas hidupnya. Secerdas apapun dan sekaya apapun manusia, ia tidak mampu
mempertahankan hidupnya di dunia ini. Pada saatnya ia harus merangkul
kematian dan penentu kematian itu berada di luar kuasa dirinya. Hal ini
menandakan bahwa ada kekuatan adikodrati yang terlibat dalam kehidupan
manusia. Selain itu, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain dan lingkungannya.
Konsekuensinya, ia harus menjaga dan membangun hubungan yang selaras
dengan sesama, lingkungan dan pencipta-Nya. Pengetahuan agama dicari oleh
manusia dengan budi dan hatinya, dengan segala ilmu pengetahuan dan alat
teknologi yang memadai. Bagi orang beriman, agama bukan sekedar lembaga
pembuat dan penjaga aturan atau norma dan kewajiban moral. Agama bersangkut
paut dengan seluruh hidup manusia, dengan segala segi-seginya. Dasar dari
sebuah agama adalah iman, yaitu relasi mendalam manusia dengan Allah yang
menginspirasi hidup. Agama berhubungan dengan pertanggungjawaban
intelektual agar orang terbuka untuk semakin memahami ajaran dan memaknai
sertai mengkomunikasikannya dalam kesaksian hidup di tengah dunia. Agama
berkaitan dengan ajaran moral yang bersumber pada Kitab Suci dan tradisi.
Ajaran moral itu berisi tentang nilai-nilai yang mendorong hidup individu dan
bersama di tengah masyarakat. Agama berhubungan dengan ibadat (dimensi
kultis) yang mengungkapkan pengalaman kesatuan dengan sesama dan Yang Ilahi
dalam doa dan peribadatan. Agama merupakan sebuah lembaga atau organisasi
yang membantu para pemeluknya untuk memahami dan menghayati kewajiban-
kewajiban dalam kesatuan dengan sesama pemeluk dan dalam hidup di tengah
masyarakat. Ketika agama menekankan salah satu aspek di atas, agama bisa
kehilangan roh pembaru bagi para pemeluknya dan dunia sehingga agama kurang
mampu berperan di dalam memberi pencerahan bagi pemaknaan hidup di tengah
perkembangan dunia yang sedemikian pesat ini.
Di tengah perkembangan IPTEK, agama ditantang untuk memberikan
refleksi cerdas yang mencerahkan bagi manusia modern. Pemahaman dan
penghayatan agama yang dipersempit hanya pada tataran dogma (yang berciri
6
deduktif dan otoritatif) dan hukum-hukum yang mengarahkan pada kehidupan
sorgawi tidaklah memadai. Agama perlu membantu manusia untuk merefleksikan
dan memaknai berbagai pengalaman konkrit di tengah hiruk pikuk di dunia ini.
Selain itu, di tengah mentalitas modern yang menghembuskan optimisme terhadap
kekuatan akal budi manusia, agama perlu membantu menumbuhkan kesadaran
insani bahwa hidup manusia bukanlah sekadar proses alami, melainkan proses
kultural dan religius yang menghadirkan keutuhan hidup dan mengarahkan pada
cakrawala tujuan hidup tertinggi yang melampaui hal-hal material dan historis
duniawi.
Agama dan keyakinan iman tidak perlu dipertentangkan dengan
perkembangan IPTEK. Manusia beragama dan manusia IPTEK adalah makhluk
yang sama sebagai cipataan Tuhan, penghuni alam semesta ini. Keyakinan iman
seharusnya memberi pencerahan bagi pengembangan IPTEK agar manusia tetap
menyadari keterbatasannya. Sehebat apapun manusia dan IPTEK yang
dikembangkan, ia tidak mampu menguak semua misteri kehidupan dan alam
semesta ini. Kegagalan IPTEK untuk menjelaskan peristiwa kehidupan dan
berbagai peristiwa alam semesta juga tidak perlu membuat manusia merasa
pesimis terhadap hidup dan masa depannya. Manusia tidak hanya bisa belajar dari
segala potensi dirinya yang mendatangkan optimisme. Ia juga bisa belajar dari
kegagalannya dan memaknai keterbatasannya untuk menegaskan bahwa ada kuasa
adi kodrati yang terlibat dalam sejarah hidup manusia. Di tengah perkembangan
IPTEK agama justru ditantang menegaskan kekhasan refleksi dan sumbangannya
bagi perkembangan peradaban umat manusia. Usaha manusia untuk
mengembangkan IPTEK tetap mempertimbangkan Perkembangan keutuhan
pribadi manusia dengan segala dimensi yang dimilikinya. Kesadaran akan
multidimensionalitas ini menyadarkan bahwa baik IPTEK maupun agama perlu
terus menerus berdialog satu sama lain dan berdialog dengan kenteks hidup
manusia serta kekuatan adikodrati yang membimbing manusia menuju
perwujudan dirinya secara utuh.
7
2.3 Implementasi Etika Agama dalam IPTEK
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh
Tuhan, yangharus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia,
sehingga ketika seseorangmemanfaatkan teknologi maka tetap harus
memperhatikan aspek agama sehingga akantercapai suatu keseimbangan antara
hal yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.&alam Hindu ilmu
pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagaisuatu anugerah Ida
Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dhanna, sehingga ketika
sesorangmemanfaatkan pengetahuan itu diharapkan selalu mengingat Ida Sang
Hyang Widhi Wasa sebagai suatu bentuk pengamalan dari berkarma berdasarkan
dhanna, dan Kemudahan sertakenikmatan yang dapat diberikan oleh hasil
pengembangan Iptek itu tentunya patut di syukuri sebagai sebagai anugerah
Tuhan sebagai penyeimbangan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan agama
untuk mencapai tujuan agama Hindu yaitu
Moksartham Jagaddhitiaya ca iti dharmah atau kebahagiaan lahir batin
Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang saling
mendukung. Ilmu dapat di pandang sebagai produk, proses dan paradigma. Ethika
ilmu pengetahuan berusaha memahami alam sebagaimana adanya. Salah satu ciri
teori keilmuan adalah berdaya ramah dan terbuka untuk diuji, dan dikembangkan
dalam falsifikasi yang sahih (Modul Akta V B, IA, 198211983). Ilmu dapat dibagi
dua yaitu, Ilmu dasar (fundamental science) dan Ilmu terapan (applied science).
Tujuan ilmu dasar mengembangkan ilmu itu sendiri, sedangkan tujuan
ilmu terapan untuk memecahkan masalah-masalah praktis, dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Ilmu dasar juga mempunyai tujuan
untuk mengetahui dan mendalami tentang alam dan semua isinya. Hasil-hasil
yang telah dicapai ilmu dasar menawarkan sederetan alternatif-alternatif mana
yang dapat dipakai untuk memecahkan masai ah praktis dalam masyarakat. Hasil-
hasil ilmu terapan itu masih harus ditransformasikan menjadi bahan atau prosedur
teknik pelaksanaan suatu proses pengelolaan atau produksi. Jadi ilmu pengetahuan
melahirkan prosedur disumbangkan kepada teknologi. Namun kalau suatu produk
walaupun prosedurnya sudah bagus dan konstruksinya kuat kalau dipakai atau
dimanfaatkan menyebabkan tidak nyaman apalagi tidak indah, tidak seni dalam
8
penampilan tentu tidak akan menarik perhatian orang. Pengertian seni menurut
Leo Tolstoi mengemukakan bahwa seni adalah aktivitas manusia yang terdiri atas
ini, bahwa seorang secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu
menyampaikan perasaan- perasaan yang telah dihayati kepada orang - orang lain
sehingga mereka kejangkitan perasaan-perasaan ini dan juga mengalaminya".
Sesuai dengan batasan ini memang umat Hindu khususnya di Bali mereka sudah
dijangkiti oleh perasaan-perasaan seni dan langsung mengalaminya karena
didalam kegiatan keagamaan mereka dituntut untuk memerankan seni sesuai
dengan konteknya. Agama dan ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan. Masing -
masing jenis pengetahuan mempunyai landasan-landasan ontologis,
frpistemoiogis dan aksiologis sendiri. Ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya, dan hasil-hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan
merupakan sari penjelasan mengenai alam yang sifatnya umum dan impersonal.
Sedangkan agama memasukipula daerah penjelajahan bersifat transcendental yang
berada di luar pengalaman manusia.
Sekiranya kita bertanya Apakah yang akan terjadi setelah manusia mati"?.
Maka pertanyaan itu tidak dapat diajukan kepada ilmu melainkan kepada agama,
sebab seorang ontologis ilmu membatasi din path pengkajian obyek yang berada
dalam lingkungan pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan dikaji secara lebih
mendalam di dalam agama Ilmu pengetahuan merupakan kajian sebagian di dalam
Weda. Ilmu dan pengetahuan bagaikan dua sisi mata uang. Kalah satu kabur atau
kosong tentu tidak dapat dijadikan transaksi pembayaran. Demikian pula dengan
agama tanpa ilmu akan menjadi egois, takabur, tidak berdasarkan kebenaran, akan
simpang siur tidak tentu arah. Agama tanpa ilmu, tidak akan berkembang. Sebab
ilmu akan" menuntut tentang cara mempelajari agama, mengembangkan agama
dan membantu penelitian dalam agama. Luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
manusia merupakan jembatan untuk mengejar atau membantu sraddha mencapai
kebenaran. Ungkapan ini baru tergolong sattwam, namun kalau tidak digerakkan
oleh karma untuk berbuat tentu tidak akan ada apa-apa. Menurut ajaran agama
Hindu perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak terikat oleh hasil
9
(karma yoga). Terikat atau tidak kepada hasil tetapi setiap bekerja tentu dikejar
oleh hasil (karma dikejar oleh pahala, sebab merupakan hukum kodrat).
1
bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu dipadukan untuk suatu inovasi
yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap sebagai filsafat hidup, sementara
filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, apakah layak jika anak dan induknya
dipertentangkan?
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-
langkah baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu
dikenal dalam falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Premana. Tri
Premana merupakan metode ilmiah dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai
sebuah eksperimen (menyitir pendapat Mahatma Gandhi), maka Tri Prmana
adalah landasannya. Eksperimen bermula dari adanya problema yang perlu
dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala
yang timbul (Anumana Premana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari
sumber tertulis atau pengalaman (Agama Premana), serta dibuktikan dengan
pengamatan langsung (Praktyasa Premana). Pengetahuan kebenaran yang telah
berhasil disingkap harus disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai
sendiri. Hal ini disebabkan pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan
siklus air (Banyu Pinaruh) dalam kerangka Tri Pramana. Sungguhlah berdosa jika
sampai kita memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri.
Agar kita tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat
kitab suci WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya
disebarluaskan kepada yang lainnya (Rgveda 1.12.6). Dan dalam Bhagawadgita
disebutkan persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada
persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu
pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33).
1
dengan baik sehingga bisa mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Ilmu
pengetahuan yang diperoleh pada saat berguru harus lengkap,baik ilmu untuk
mencari nafkah ataupun agama.
1
d. Kala : penyesuaian waktu kegiatan
e. Tattwa : pemahaman hakikat kegiatan itu
3. Rasa, utsaha, dan logika (akal).
Dan ke semua tersebut harus disesuaikan dengan:
a. Desa = penyesuaian dengan tempat.
b. Kala = penyesuaian dengan waktu.
c. Patra = penyesuaian dengan keadaan.
1
meningkatkan kualitas hidup manusia, meningkatkan kecerdasan dan keluhuran
budi pekerti serta tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, umat
manusia dan segala ciptaan-Nya, maka agama sangat mendorong kemajuan
IPTEK, tetapi IPTEK yang disalahgunakan untuk menghancurkan umat manusia,
berbagai mahluk hidup serta alam ciptaan-Nya maka IPTEK itu hendaknya
ditinggalkan. Untuk itu kitab suci Veda mendorong umat-Nya untuk senantiasa
kreatif dan selalu maju seperti diamanatkan dalam kitab suci Veda berikut: "
“Wahai umat manusia, maju teruslah kamu, jangan mundur. Aku
amigrahkan dua hal yaitu : Kekuatan dan kecerdasan" (Atharvaveda VIII.
1.6)
"Wahai umat manusia maju dan naiklah, jangan turun dan mundur.
Semoga engkau dapat memecahkan ikatan fcwaria/7"( Atharvaveda VIII.
1.4) " Wahai umat manusia majulah kamu dari kegelapan pikiran, menuju
cahaya yang terang" (Atharvaveda VIII. 1.8)
"Wahai umat manusia, bangkitlah dan tataplah ke depan" (Atharvaveda
X. 179.1)
"Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa, membuat kemajuan di bumi
dengan menurunkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dan tingkah
laku yang bertanggung jawab terpuji" (Rgveda X.29.7)
Berdasarkan kutipan tersebut, umat beragama, khususnya mengantisipasi
dampak IPTEK adalah dengan jalan kembali kepada ajaran Tuhan Yang Maha
Esa dalam kitab suci veda maupun susastra Hindu lainnya. Demikian pula dapat
dijumpai sebuah adigium di dalam Hindu yang menyatakan : "Bukanlah seorang
maharsi (muni cendekiawan) bila ia tidak memberikan pendapat (tafsir kembali)
terhadap apa yang dipahami mereka". Jadi pengkajian terhadap ajaran agama
dengan menyingkapi makna ilmu pengetahuan dan teknologi serta manfaat
penjelmaan dapat mengantar seseorang mencapai kebahagiaan
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga kita
hendaknya tetap berpedoman pada Tri Samaya, Dharma Sidhyartha, Rasa, utsaha,
dan logika (akal), serta semua hal tersebut harus disesuaikan dengan Desa, Kala,
dan Patra.
Walaupun IPTEK banyak manfaat tetapi IPTEK ibarat pisau bermata dua,
di satu pihak akan sangat bermanfaat bila didayagunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup, kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia, tetapi disisi
lainnya akan sangat tidak ada gunanya jika IPTEK menjerumuskan umat manusia
pada jurang kehancuran.
3.2 Saran
Ilmu pegetahuan, teknologi dan seni memang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Tetapi apa jadinya hal tersebut jika tidak didasari oleh ajaran
agama. Hal ini malah akan meresahkan masyarakat karena akan bersifat merusak.
Oleh karena itu ada baiknya perlu adanya penyeimbangan antara IPTEK, seni
dengan ajaran agama.
1
DAFTAR PUSTAKA
Sudiarja, A., "Pendidikan Agama dalam Zaman yang Berubah", Basis 07-08 (Juli-
Agustus 2003) Agama dan Penghayatan Iman yang Membumi", Orientasi
Baru (1994).