Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

‘’Contoh Pelanggaran Nilai dalam Masyarakat


dan Dunia Pendidikan’’

Disusun oleh :
1. Rama Akhsena (202006050046)
2. Shabrina Ilmi Mufida (202006050028)
3. Shafna Navis P (202006050001)
4. Sindi Arum Nata (202006050005)
5. Siska Ismah Triyani (202006050002)
6. Stanislaus Rachel Pringgadani (202006060002)

S1 FARMASI REGULER
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, laporan ilmu sosial dan budaya ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ‘’Contoh Pelanggaran Nilai dalam Masyarakat dan
Dunia Pendidikan’’
. Namun saya sangat menyadari bahwa dalam laporan kami ini masih terdapat banyak
kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dari
para pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan laporan berikutnya.
Semoga laporan yang kami buat ini dapat menggerakkan manusia Indonesia, khususnya
kita untuk lebih berkarya dan berinovasi sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia
sehingga mampu meningkatkan image bangsa di mata bangsa di dunia.

Kediri, 11 Maret 2021

Penulis

i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.5 Tujuan Penelitian...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Etika Pendidikan................................................................................................3
2.2 Sistem Pembelajaran E-Learning.......................................................................3
2.3 Penyebab Pelanggaran Etika pada E-Learning.................................................4
2.4 Pelanggaran Etika pada E-Learning.................................................................5
2.5 Pelanggaran Nilai dalam Masyarakat...............................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu institusi pendidikan dituntut untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang
mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan bidangnya, baik secara intelektual
maupun secara etika. Namun pada kenyataannya, seringkali dijumpai ketidakjujuran yang
dilakukan secara sengaja. Hal ini menjadi masalah yang serius dalam dunia pendidikan karena
perilaku tidak etis tersebut akan berdampak pada perilaku pelanggaran aturan yang dilakukan
oleh lulusan di dunia kerja di kemudian hari.
Dalam dua dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat
pesat dan hal tersebut berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali dunia
pendidikan. Perkembangan ini menyebabkan sistem pendidikan online telah menjadi sangat
popular. Hal ini menjadi sangat menarik untuk dipelajari mengingat sistem pembelajaran e-
learning melalui internet telah menghapus keterbatasan kesempatan pendidikan.
Kehadiran teknologi informasi pada berbagai bidang kehidupan, dapat mengakibatkan
atau menimbulkan dampak negative, baik bagi pengguna atau pelaku bidang teknologi informasi
itu sendiri, maupun bagi masyarakat luas yang secara tidak langsung berhubungan dengan
teknologi informasi tersebut.
Dalam dunia pendidikan, dampak negatif tersebut perlu diwaspadai, mengingat pesatnya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut memunculkan adanya tantangan
baru yang harus dihadapi pengelola sistem pembelajaran online, terutama dalam hal etika.
Manusia dituntut harus senantiasa melakukan sesuatu dalam tindakan yang beretika, termasuk
dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan.
Sistem pendidikan harus dijalankan berlandaskan pada etika yang baik dan benar, sebab
pendidikan tidak hanya mencakup penanaman nilai yang baik melalui pembelajaran saja, namun
mencakup pula penerapan etika, baik terhadap pendidik maupun peserta didik. Etika dapat
diartikan sebagai suatu cara pandang, penilaian, atau perilaku seseorang secara moral. Etika
mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku atas perilaku seseorang dengan orang lain.
Etika menjadi suatu nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah laku di dalam kehidupan kelompok tersebut.
Dalam pelaksanaannya, interaksi seseorang dalam kelompok tersebut akan sangat
mungkin terjadi tindakan-tindakan tidak etis, yaitu tindakan-tindakan yang melanggar etika yang
berlaku dalam kehidupan kelompok tersebut. Dalam e-learning, juga terdapat etika pendidikan
yang menjadi pegangan dalam memberikan penilain secara moral terhadap perilaku anggota
komunitas virtual ini, sehingga sangat memungkinkan adanya pelanggaran terhadap etika di
dalamnya.
Dari sudut etika, interaksi dalam sistem pendidikan online dengan sistem pendidikan
tatap muka memiliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dari aspek psikologis. Dalam
interaksi tatap muka, pemantauan perilaku pelanggaran terhadap etika pendidikan dapat
diketahui dengan mudah dan cepat. Tidak demikian halnya dengan sistem pendidikan online.
Perilaku dalam interaksi online pada umumnya lebih sulit untuk dipantau, sehingga pelanggaran
etika lebih memungkinkan terjadi dalam sistem ini. Hal ini lah yang menuntuk adanya
kepedulian yang lebih tinggi terhadap adanya pelanggaran etika dalam sistem pembelajaran e-
learning.

1
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis kasus pelanggarann Nilai Etika
dalam Dunia Pendidikan.
2. Minat siswa membaca dan berdiskusi tentang nilai etika dalam dunia pendidikan
sangat rendah
3. Meningkatnya sikap apatisme di kalangan para siswa tentang kasus-kasus pelanggaran
nilai etika di dunia pendidikan
4. Literatur dan informasi tentang kasus-kasus pelanggaran nilai etika dalam dunia
pendidikan sangat terbatas.
1.3 Rumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti serta memberikan arah dan pedoman
dalam melaksanakan pengumpulan data perlu dibuat suatu rumusan masalah yang akan menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa pada zaman
sekarang dalam menganalisis kasus nilai etika dalam dunia pendidikan?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui kemampuan siswa pada zaman sekarang dalam menganalisis kasus nilai etika
dalam dunia pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses pengajaran yang dapat terjadi secara terus menerus
dalam kehidupan seseorang, sehingga kemampuan, bakat, kecakapan dan minatnya dapat
dikembangkan. Pendidikan memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
1. Pendidikan adalah suatu proses dengan mana pemikiran, rasio, mental manusia didisiplin dan
dikembangkan). Hal ini didasarkan pada sebuah pemikiran bahwa manusia itu adalah
“Homosapiens” artinya jenis makhluk yang dapat berpikir dengan menggunakan logika.
2. Pendidikan adalah kegiatan atau proses dengan mana individual dibina agar loyal setia tanpa
syarat dan penyesuaian membuat pada kelompok atau lembaga sosial.
3. Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dalam mana individu dibantu mengembangkan
daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sedangkan “Etika” dari asal
usul kata, berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik.
Perkembangan studi etika tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang
dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada
umumnya.
Menurut Surajiyo (2005) “Secara terminologi, etika adalah cabang ilmu yang
membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan yang baik dan
buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia, yaitu yang menyangkut perbuatan,
tingkah laku, gerakan, kata-kata, dan sebagainya.” Etika dipandang sebagai refleksi filosofis atas
nilai dan moralitas yang ada, dihidupi dan menjadi patokan dalam bertingkah laku dan bertindak.
Etika pendidikan karenanya akan menghantar pada perilaku yang baik dalam lingkup
dunia pendidikan. Dengan kata lain, etika pendidikan menjadi patokan nilai-nilai moral di dalam
tindakan para pelaku yang terkait baik itu pendidik maupun peserta didik, baik itu sistem,
kebijakan maupun semangat yang dijiwai oleh peserta didik, pendidik maupun karyawan. Dari
etika pendidikan ini mengalir kegiatan-kegiatan profesional pendidikan. Kegiatan profesional
pendidikan terjadi dalam proses interaktif antara pendidik dan peserta didik.
Menurut Tanyid (2014) pada dasarnya etika pendidikan masing-masing memiliki pokok
pemahaman yang berbeda, yaitu etika menyangkut kebiasaan atau sikap baik buruk seseorang
sedangkan pendidikan menyangkut sebuah proses yang secara terus-menerus berlangsung dalam
kehidupan seseorang, yang mengacu pada tujuan pendidikan itu sendiri,yaitu ingin menanamkan
nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan manusia itu sendiri.

2.2 Sistem Pembelajaran E-Learning


Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan secara tradisional, yaitu dicirikan dengan adanya
pertemuan tatap muka antara pelajar dan pengajar dalam proses belajar mengajar. Sistem ini
sudah dilaksanakan sejak dahulu hingga saat ini. Konsep ini memiliki beberapa kendala,
khususnya berkaitan dengan keterbatasan lokasi dan waktu dalam penyelenggaraannya. Untuk
menanggulangi kendala tersebut, dibutuhkan adanya konsep pembelajaran alternatif. Aplikasi
teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang
bersifat global dan berhubungan dengan jaringan yang menempatkan siswa di tengah-tengah
proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik.

3
E-learning merupakan suatu bentuk pendidikan yang dilakukan melalui suatu jaringan
komputer seperti internet dan melibatkan perangkat materi belajar berbasis multimedia yang
diakses oleh siswa dari jarak yang cukup jauh. Elearning bisa dilaksanakan secara individu
maupun beberapa individu yang bergabung dalam suatu kelas, sehingga terbentuk komunitas,
yaitu komunitas virtual.
Jefferies dan Stahl (2005) menggambarkan sistem pembelajaran berbasiskan teknologi
sebagai interaksi antara 3 (tiga) buah domain, yaitu teknologi, pedagogi dan etika. Interaksi
diantara domain tersebut adalah :
1. E-Learning yaitu interaksi antara teknologi dan pedagogi.
2. Computer Ethics yaitu interaksi antara teknologi dan etika.
3. Theories of Learning yaitu interaksi antara pedagogi dan etika.

2.3 Penyebab Pelanggaran Etika pada E-Learning


Sistem pembelajaran secara online (online learning) merupakan sistem pembelajaran
yang berorientasi pada siswa (student centred) dan bukan berorientasi pada pengajar (teacher
centred). Pada sistem pembelajaran ini, lingkungan belajar secara online digunakan untuk
memfasilitasi pengalaman belajar siswa dan membangun kebiasaan untuk berperilaku secara etis.
Siswa diharapkan untuk berpartisipasi dalam pengerjaan tugas-tugas secara online yang
melibatkan proses turorial yang interaktif, latihan-latihan, dan quiz dari setiap materi yang
dipelajari, kegiatan riset dan komunikasi.
Dengan sistem pembelajaran yang menuntut siswa melakukan banyak kegiatan, maka
secara psikologis umumnya siswa yang memiliki ”harga diri” yang tinggi akan memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan pelaggaran etika jika dibandingkan dengan
siswa yang memiliki “harga diri” yang lebih rendah. Disamping itu, siswa yang memiliki
keinginan atau pengharapan yang tinggi terhadap penguasaan materi tidak akan tergoda untuk
melakukan pelanggaran etika dikarenakan kesadaran mereka akan rendahnya kualitas akademik
yang akan dimilikinya. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi yang lebih rendah untuk
menguasai materi, tetapi memiliki keinginan yang tinggi untuk mendapatkan nilai yang tinggi
cenderung untuk berbuat pelanggaran terhadap etika yang berlaku.
Menurut Handayani dan Baridwan (2014) Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku
ketidakjujuran akademik dipengaruhi oleh minat (intention). Minat adalah sumber motivasi yang
dapat mendorong individu untuk bebas memilih untuk melakukan apa yang disukai dan ingin
dilakukan. Minat mahasiswa untuk melakukan perilaku ketidakjujuran akademik tidak dilandasi
oleh perasaan suka atau tidak suka, perasaan positif atau negatif terhadap perilaku ketidakjujuran
akademik, melainkan lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti norma subyektif, kontrol perilaku
yang dipersepsikan, dan kewajiban moral.
Perasaan bersalah atau kewajiban atas dasar norma benar atau salah juga sangat
mempengaruhi minat mahasiswa untuk melakukan perilaku ketidakjujuran akademik. Disamping
sebab-sebab psikologis di atas, pelanggaran tehadap etika dalam sistem pembelajaran e-learning
juga disebabkan beberapa factor, diantaranya:
1. Kurangnya komitmen terhadap proses belajar yang menuntut siswa untuk belajar
secara mandiri dan kurangnya konsentrasi dalam belajar atau dalam mengerjakan tugas-
tugas yang diterima.
2. Adanya tuntutan dari keluarga dan orang terdekat lainnya untuk pencapaian hasil
terbaik. Hal tersebut akan menjadi beban bagi siswa, karena kemampuan siswa terbatas.
4
3. Kurangnya manajemen waktu yang efektif, khususnya dialami oleh siswa pada tahun-tahun
pertama.
4. Rendahnya kualifikasi atau kemampuan dasar siswa saat masuk ke sistem pendidikan ini.
5. Pengalaman siswa pada system pembelajaran sebelumnya yang kurang mendorong siswa
untuk belajar secara mandiri masih terbawa saat siswa mengikuti sistem pembelajaran ini.
6. Penggunaan internet yang intensif, khususnya di sekolah tanpa disertai adanya kesadaran
tentang penghargaan terhadap hak cipta.
7. Website seakan-akan adalah perpustakaan milik umum yang semua isinya “bebas” digunakan
oleh siswa
8. Siswa menganggap bahwa plagiat atau meniru hasil karya orang lain bukanlah merupakan
tindakan ilegal
2.4. Pelanggaran Etika pada E-Learning
Jika dibandingkan dengan sistem belajar konvensional yang dilakukan lewat tatap muka
antara pengajar dengan siswa, elearning sebagai bentuk pembelajaran secara online lebih
memungkinkan terjadinya pelanggaran etika seperti mencontek menjadi lebih mudah. Siswa bisa
mendapatkan informasi atau materi milik orang lain dengan mudah dan menjadikannya sebagai
tugas, karya atau makalahnya.
Dengan teknologi yang sekarang ada, proses penggandaan data atau informasi menjadi
sangat mudah. Dengan jaringan komputer termasuk internet, proses pertukaran data dan
informasi pun menjadi lebih mudah. Oleh karenanya, dengan kemudahan yang muncul akibat
dari adanya teknologi, maka sangat penting untuk menjaga sistem e-learning ini agar tidak terjadi
praktek-praktek pelanggaran etika. Pelanggaran terhadap etika dalam elearning yang umumnya
terjadi adalah :
1. Mengkopi sebagian atau seluruh isi dari buku atau karya di internet, tanpa menyebutkan
sumbernya.
2. Mengkopi tugas dari sumber yang sama atau dari siswa lain
3. Mengunduh tulisan dari internet tanpa ijin
4. Membeli karya dari orang yang menjualnya
5. Mencontek saat evaluasi
6. Bekerja sama saat mengerjakan tugas individu
7. Mengakui ide, gambar atau rancangan orang lain sebagai miliknya
8. Membiarkan karyanya disalin oleh orang lain
9. Mengerjakan tugas siswa lain
Langkah Pencegahan dan Tindakan Pelanggaran Etika pada E-Learning
Dengan karakteristiknya yang khas, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
mencegah pelanggaran etika, antara lain :
1. Berikan motivasi belajar yang cukup dan ajarkan strategi belajar kepada siswa Banyak
faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Motivasi belajar dan strategi yang
digunakan dalam belajar memegang peranan yang penting. Lingkungan belajar yang
kondusif akan menentukan dorongan motivasi yang dimiliki siswa. Siswa akan

5
2. menunjukkan motivasi yang tinggi jika isi materi yang mereka dapatkan menarik dan
sesuai dengan minatnya. Jika siswa sudah terbiasa dengan sistem pembelajaran e-learning,
maka semakin lama perilaku mereka akan berubah. Lingkungan belajar yang konstruktif
juga dapat meningkatkan motivasi dan strategi belajar, seperti berfikir kritis. Institus
pendidikan seharusnya menginformasikan kepada siswa tentang etika dan kejujuran
akademik.
Siswa harus memahami visi dan peraturan akademik dalam sistem pendidikan
jarak jauh. Panduan sistem pembelajaran yang tepat untuk sistem pembelajaran jarak jauh
juga harus difahami dengan baik oleh siswa, seperti: Etika ujian, penggunaan sumber
bahan ajar, tata cara interaksi dan bimbingan, bagaimana mengumpulkan dan melaporkan
data, penggunaan sumber daya akademik, menghormati karya orang lain, etika komputer,
memberikan bantuan kepada orang lain, dan kepatuhan terhadap peraturan akademik
lainnya. Pemberian motivasi belajar yang cukup dan strategi belajar yang tepat kepada
siswa sangat penting mengingat bahwa populasi siswa dalam pendidikan jarak jauh lebih
beragam.
Sistem ini memerlukan pemberian kesempatan pendidikan kepada siapapun atas
dasar kesetaraan; mengesampingkan perbedaan suku atau kebangsaan, jenis kelamin,
perbedaan ideologi atau kondisi fisik lainnya. Perspektif ini penting, karena sifat dari
lingkungan belajar secara online memiliki potensi untuk mencapai jumlah peserta didik
yang banyak. Pemahaman terhadap etika dalam pembelajaran e-learning sangat penting,
mengingat jumlah dan keragaman siswa dalam lingkungan memerlukan kebijakan yang
mampu menyeimbangkankan harapan siswa yang berbeda-beda dan pemberian
kesempatan kepada pengguna untuk belajar bagaimana berperilaku yang tepat. Hal ini
menjadi tanggung jawab pengelola sistem pembelajaran elearning untuk mempersiapkan
kerangka kerja dan monitoring terkait perilaku siswa dalam proses pembelajaran agar
kedua fungsi keberhasilan sistem dan memenuhi harapan para pengguna.
3. Sesuaikan proses dan evaluasi belajar dengan output yang dikehendaki Bagaimana
mekanisme evaluasi yang akan dilakukan sangat tergantung pada apa yang ada pada
imaginasi dari tutor. Oleh karenanya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Tugas yang diberikan haruslah cara yang paling tepat agar siswa dapat memahami
materi yang diberikan, hindari hambatan bagi siswa untuk memahami dan dorong
siswa untuk memahami gaya belajarnya sendiri. Jika tugas diberikan dalam bentuk
tugas kelompok, siswa harus mampu mengevaluasi sejauh mana kontribusinya
kepada kelompok. Mungkin ini adalah masa yang menyulitkan bagi siswa untuk
mengerjakan tugasnya sendiri.
b) Digunakannya teknologi (contohnya melalui diganakannya software tertentu) untuk
mengendalikan jumlah waktu yang telah diluangkan dan tugas yang telah dilakukan
dan revisi yang harus dilakukan untuk pengerjaan suatu tugas yang telah ditentukan.
c) Manajemen waktu yang buruk adalah satu masalah yang sering kali muncul. Hal
tersebut menyebabkan siswa mengerjakan tugasnya dengan tergesa-gesa dikarenakan
sudah mencapai batas waktu. Manajemen waktu yang baik sangat dibutuhkan siswa
karena sistem pembelajaran elearning menuntut siswa untuk mandiri dan mampu
mengatur waktunya sendiri.
d) Kualitas interaksi perlu mendapatkan perhatian. Strategi linguistik dapat digunakan
untuk membandingkan dan memahami sifat interaksi. Jumlah dan panjang pesan yang
diposting perlu dipertimbangkan. Selain itu, interaksi sebagai persyaratan sistem
pembelajaran online adalah penting, mengingat interaksi sosial adalah unsur penting.

6
e) Forum adalah tempat di mana peserta didik bersosialisasi, namun pengalaman ini juga
bisa menjadi kesempatan ketika dilakukan sesuai dengan aturan khusus yang
melindungi hak-hak semua pengguna.
f) Hargai pemikiran yang asli dan kritis Bentuk plagiat yang baru sekarang ini lebih
buruk dibanding pada waktu yang lalu. Siswa dengan mudah menggunakan perangkat
elektronik yang memungkinkan siswa untuk menemukan dan menyimpan informasi
yang sangat banyak. Sumber informasi tersebut dapat dimanipulasi dengan mudah.
Oleh karenanya, perlu dibuat suatu cara
g) atau mekanisme untuk memberikan penghargaan jika karya yang dihasilkan asli dan
memberikan hukuman jika memang karya yang dihasilkan tidak asli.
Kode etik yang menjadi pedoman di lingkungan pembelajaran online harus dibuat
sehingga dapat menjadi acuan bagi pengguna dalam berkomunikasi secara etis dan penggunaan
informasi, seperti:
a. Memberikan kontribusi kepada masyarakat dan kesejahteraan manusia Menghindari
kerugian bagi orang lain
b. Bersikap jujur dan dapat dipercaya
c. Bersikap adil dan mengambil tindakan untuk tidak diskriminasi
d. Menghormati hak milik seperti hak cipta dan paten
e. Memberikan kredit yang tepat untuk kekayaan intelektual
f. Menghormati privasi orang lain
g. Menghormati kerahasiaan
4. Gunakan teknologi untuk merancang bentuk baru sistem pengajaran dan evaluasi Bentuk
praktek pendidikan yang kerdil bisa menjadi modern dan baik jika siswa tertarik untuk
menghasilkan dan memelihara perkembangan materi pelajaran. Sifat Teknologi Informasi yang
dapat dilaksanakan dimana dan kapan saja bisa digunakan dengan cara yang lebih innovatif.
Pada e-learning, kehadiran dan partisipasi siswa dapat dipantau secara elektronik dengan
mudah dan pada saat yang sama siswa dapat membuktikan penguasaan materinya melalui
pembuktian dengan bantuan komputer dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
Kekhawatiran kurangnya tingkat kehadiran pada e-learning dan metode evaluasi bisa dihilangkan
dengan menyediakan metode digunakan untuk memantau tingkat partisipasi siswa. Lingkungan
belajar secara virtual dapat menguntungkan khususnya dalam menciptakan materi praktek yang
dengan mudah tersedia untuk setiap siswa. Penciptaan komunikasi secara online yang dapat
dengan mudah diperluas dan interaksi diantara komponenkomponen dapat membantu siswa
untuk menemukan proses belajar dan membantu memperluas etika profesi diantara anggota
belajar. Teknologi yang digunakan harus mampu mendukung kebijakan berkaitan dengan akses
dan arus informasi ke dan dari pengguna secara teratur.
Dengan demikian, fasilitas interaksi secara online penting untuk disediakan. Interaksi
diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu:
1. antara instruktur dan peserta didik dalam bentuk pesan motivasi
2. Antara peserta didik, dalam bentuk isi dan protokol jaringan maupun pada interaksi
social antar peserta didik.
5. Kebijakan untuk melawan plagiatisme Untuk melawan plagiatisme, langkah yang dapat
dilakukan dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
7
a. Memastikan bahwa pada tingkat institusi peringatan yang tepat dan hukuman
yang akan diberikan dipublikasikan kepada komunitas siswa. Perangkat prosedur institusi
disiapkan untuk menentukan hukum yang tepat.
b. Pendekatan untuk melawan “teknologi dengan teknologi“ dapat dilakukan
dengan menyediakan perangkat lunak deteksi plagiatisme yang akan membantu
mendeteksi plagiatisme. Pengelolaan situasi yang mendukung perlawanan plagiatisme
dengan dua cara, yaitu:
c. Dengan menetapkan kebijakan yang menyediakan model bagi siswa untuk
mengikuti
d. Melibatkan isu-isu etika teknologi dalam kurikulum Hinman dalam Isa, dkk
(2008) mengusulkan adanya usaha untuk mencegah ketidakjujuran akademik yang dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu:
1. Memberikan kesadaran kepada siswa mengenai kejujuran akademik.
2. Menciptakan sistem pencegahan agar mampu menghilangkan atau
mengurangi kesempatan bagi siswa untuk melakukan ketidakjujuran
akademik.
3. Pendekatan secara hukum, yaitu dengan berusaha untuk menangkap
dan menghukum orang-orang yang curang.
2.5 Pelanggaran Nilai Dalam Masyarakat

1. Pengertian Nilai Dalam Masyarakat


Nilai sosial merupakan standar yang memuat seperangkat perilaku dan berfungsi
sebagai pedoman individu dalam hidup bermasyarakat. Nilai sosial mencakup hal-hal
yang yang dianggap baik dan penting dalam mendorong tercapainya tujuan dari suatu
masyarakat. Nilai sosial sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat berperan dalam
mempertegas batasan mengenai baik dan buruknya suatu perilaku serta hal yang
dianggap pantas dan tidak pantas.

Nilai sosial antara masyarakat satu dengan yang lainnya dapat berbeda-beda.
Setiap masyarakat memiliki ciri khas nilai sosialnya tersendiri yang kemudian
membentuk suatu identitas masyarakat yang khas. Contohnya, sebagai bangsa Indonesia
kita berpegang teguh pada nilai-nilai luhur bangsa yang berupa sikap gotong royong dan
keramahtamahan. Kedua nilai tersebut melekat kuat pada identitas Indonesia dan menjadi
ciri khas masyarakat Indonesia dimata negara-negara lain di dunia.

2. Ciri-ciri Nilai dalam masyarakat

Berikut ini merupakan beberapa ciri dari nilai sosial, yaitu sebagai berikut:

a. Nilai tercipta secara sosial, dalam artian bahwa nilai merupakan hasil
kesepakatan bersama suatu masyarakat guna memenuhi kebutuhan
manusia dan mencapai tujuan tertentu.
8

b. Nilai memiliki cakupan yang luas, meliputi cara berperilaku,


adat/kebiasaan, serta kebudayaan.
c. Nilai sosial diwariskan secara turun menurun atau lintas generasi melalui
interaksi sosial pada rentang waktu yang relatif lama.
d. Nilai sosial tidak statis, dalam artian seiring berjalannya waktu nilai dapat
bergeser, berubah, diperbaharui serta ditinggalkan.
e. Nilai sosial bervariatif antar masyarakat karena adanya perbedaan sistem
kebudayaan.
f. Nilai sosial bersifat mengikat individu/kelompok dalam suatu masyarakat.

3. Contoh Pelanggaran Nilai dalam Masyarakat


Bicara mengenai pelanggaran, tentunya ada perbuatan yang termasuk dalam kategori
pelanggaran nilai dalam masyarakat. Untuk membahasnya contoh pelanggaran nilai
dalam kehidupan masyarakat.
a. Pelanggaran Etika dan Sopan Santun
Sopan santun tata krama dan etika merupakan satu kesatuan yang
melekat terutama dalam adat budaya ketimuran. Bagi bangsa indonesia
sopan santu merupakan hal yang paling utama dan dianggap paling
prestisius. Sebab nilai nilai kesopanan dan etika ini merupakan simbol
yang menjadi ciri khas. Namun seiring dengan berjalannya waktu nilai
kesopanan dan etika tidak lagi dianggap penting. Bahkan nilai nilai ini
semakin tergantikan dengan adat budaya kebaratan yang mulai masuk dan
meracuni para generasi muda.
b. Tidak Mengucapkan Salam saat Memasuki Kediaman Orang Lain
Sudah sangat lumrah jika kemudian saat kita bertamu harus
mengucapkan salam. Ini merupakan sebuah nilai yang diturunkan turun
temurun dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Namun,
tentunya hal ini merupakan hal yang sudah menjadi nilai kesopanan.
Sehingga tidak mengucapkan salam saat masuk ke rumah merupakan
bentuk pelanggaran nilai sosial. Sebab hal ini merupakan hal yang tidak
umum dilakukan.
c. Pembunuhan
Pembunuhan merupakan contoh pelanggaran nilai sosial yang
ketapan terjadi di masyarakat. Bahkan saat ini angka kriminalitas pada
kasus pembunuhan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa saat
ini telah terjadi krisis yang menyebabkan berbagai bentuk pelanggaran nilai
9

sosial. Dalam kasus ini tentu kita tidak boleh mengabaikan bahwa nilai
sosial yang berlaku harusnya mampu memberikan batasan batasan terhadap
tindakan dan perilaku kesewenang wenangan.
d. Tindakan Pemerkosaan
Satu lagi bentuk pelanggaran nilai sosial bidang kesusilaan yang
akhir akhir ini cukup menyita perhatian dan memprihatinkan. Tindak
pemerkosaan banyak menuai kecamana sebab hal ii merupakam bentuk
kejahata seksual yang amat luar biasa dan harus diberikan hukuman yang
setimpal.
Kejahatan ini juga kerap diiringi dengan tindakan kekerasan secara
fisik hingga bahkan berujuang kepada hilangnya nyawa korban. Tentu saja
hal ini merupakan sesuatu yang memperihatikan dan patut menjadi
perhatian, sebab wanita yang menjadi korban merupakan kelompok yang
lemah dan membutuhkan perlindungan dari aparat penegak hukum dan juga
lingkungan keluarga sekitar.
e. Menikahi Saudara Kandung
Dalam tata aturan hukum istiadat kita sangat mengenal istilah
kekerabatan. Dimana hukumnya sangat dilarang untuk menikah dengan
saudara yang masih sedarah. Bukan hanya berkenaan dengan nilai sosial
namun nilai agama juga mengecam hal ini. Selain itu terdapat pendapat
juga dari sisi kesehatan yang menyatakan bahwa pernikahan dengan
saudara kandung atau saudara sedarah tidak dapat dilakukan sebab dapat
menimbulkan resiko terhadap keturunan yang nantinya akan dilahirkan.
f. Tidak Mematuhi Adat Istiadat Setempat yang Berlaku
Dalam tatanan adanya budaya tentu kita mengenal istilah dan urutan
yang ketat dalam adat. Mereka yang memiliki nama pangkat tinggi akan
berada dalam jajaran ketua.
Selain itu juga dalam adat istiadat ada aturan yabg tak boleh
dilanggar sebab jika dilanggar maka akan dapat mendatangkan kerugian.
Nah, dalam sistem kemasyarakatan kita seringkali terjadi pelanggaran
aturan terhadap adat istiadat. Hal inilah yang kemudian merupaka bentuk
pelanggaran nilai sosial dalam lingkungan masyarakat adat.
g. Melanggar Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas merupakan salah bentuk pelanggaran nilai
sosial dalam bidang hukum. Anda mungkin akan menganggapnya sepele
atau bahkan tidak menyangkan bahwa tindakan anda selama ini yang ketap
tidak mematuhi aturan lalu lintas merupakan sebuah bentuk pelanggaran
10

terhadap nilai sosial. Jika ditelaah lebih dalam bahwa pelanggaran terhadap
lalu lintas kaitannya adalah dengan kesadaran masyarakat untuk mematuhi
aturan dalam berkendara.
h. Diskriminasi
Mengohrmati orang lain merupakan sebuah ajaran yang sifatnya
berhubungan dengan kebiasaan. Dimana pengjormatan terhadap orang
yang lebih tua patut dilakukan sebagaimana apa yang menjadi ajaran dan
juga warisan turun temurun.
i. Namun, pada kenyataannya tindakan diskriminasi dengan mendiskreditkan
orang lain berdasarkan kepada status sosial dan juga kemampuan
ekonominya menjadi hal yang patut mendapat perhatian. Terlebih lagi
dalam beberapa kasus seperti penanganagan dan pelayanan publik dan juga
peradilan.
4. Macam-macam nilai yang ada dalam masyarakat
 Macam-macam Nilai Sosial Berdasarkan Sumber
a. Nilai Ekstrinsik
Merupakan nilai yang fungsi dan peranannya bersumber dari
masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain, nilai merupakan suatu hal
yang melibatkan unsur eksternal. Sebagai contoh, nilai menghargai
perbedaan antar sesama individu yang diwariskan oleh para pendiri
bangsa Indonesia.
b. Nilai Intrinsik
Merupakan nilai yang fungsi dan peranannya bersumber dari
harkat dan martabat manusia. Dengan kata lain, nilai merupakan suatu
hal yang melibatkan unsur internal. Sumber nilai intrinsik berkaitan
dengan Hak Asasi Manusia (HAM) yang memuat nilai-nilai mendasar
yang dibutuhkan seorang individu. Sebagai contoh, nilai kebebasan
berbicara, nilai ini berasal dari harkat dan martabat seorang individu
sebagai bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak untuk
dipenuhi kebutuhannya oleh negara dalam konteks demokrasi.
 Macam-macam Nilai Sosial Berdasarkan Jenis:
a. Nilai Material

Merupakan segala sesuatu yang kegunaannya dapat dirasakan secara


jasmani (unsur fisik). Sebagai contoh, pasir dapat dimaanfaatkan untuk
membangun rumah, oleh karena itu pasir dapat dikatakan memiliki nilai
material.
11

b. Nilai Vita
Merupakan segala sesuatu yang berguna dalam menunjang
aktivitas kehidupan sehari-sehari. Sebagai contoh, jaket pada musim hujan
berguna untuk menghangatkan tubuh, namun pada musim kemarau nilai
kegunaan jaket menjadi berkurang karena tidak ada satupun orang yang
menggunakan jaket. Jaket berdasarkan kegunaannya dapat dikatakan
memiliki nilai vital.
c. Nilai Rohani
Merupakan segala sesuatu yang kegunaannya dapat dirasakan
secara batin/rohaniah. Nilai rohani mencakup nilai religius,
moral/kebaikan, keindahan/estetika, dan kebenaran. Sebagai contoh, tiap-
tiap individu bebas mempraktekan agama yang mereka anggap benar serta
dapat membawa ketentraman kedalam hati mereka. Dalam hal ini
kebebasan dalam beragama adalah bagian dari nilai rohani.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
E-learning adalah suatu fenomena baru yang muncul seiring dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Karena bentuk e-learning berbeda dengan sistem
pembelajaran konvensional, maka dalam implementasinya, etika memegang peranan penting.
Tanpa etika, tujuan elearning untuk menciptakan sistem pendidikan yang dapat dilaksanakan
dimana dan kapan saja menjadi tidak berhasil. Agar pelanggaran terhadap etika pada sistem
pembelajaran e-learning tidak terjadi, perlu adanya pemahaman terhadap penyebab pelanggaran
etika.

Dengan bantuan teknologi, sistem pembelajaran yang diterapkan diharapkan mampu


mencegah pelanggaran-pelanggaran terhadap etika. Kebijakan pengelola sistem pembelajaran e-
learning diharapkan dapat mendukung pencegahan pelanggaran etika melalui penciptaan
mekanisme pencegahan dan tindakan tegas terhadap pelanggaran etika. Tentu saja ini bukanlah
hal yang mudah, tetapi tindakan preventif untuk mencegah dan penciptaan mekanisme yang baik
diharapkan dapat mengurangi pelanggaran-pelanggaran etika pada sistem pembelajaran e-
learning.
13
DAFTAR PUSTAKA
Brey, Philip. (2003). Ethical Issues for the Virtual University. Report for CEVU. The
Netherlands : University of Twente.
Caro, Jaime D.L. , Perlita B. Francisco Paulo Noel G. Paje. (2000). ELearning and Virtual
Communities, Phillipine : Proceedings of the Phillipine Computing Science Congress.
Darab, Sandy, Dr. (2005). Assessing the Communications and Take-up of Academic Values,
Codes and Conventions: an Empirical study of a First-year Unit for Undergraduates. Australia :
School of Social Sciences Southern Cross University.
Gearhart, Deb. (2001). Ethics in Distance Education: Developnig Ethical Policies. Journal of
Distance Learning Adminstration, Volume IV, Number I, USA: State University of West
Georgia.
Handayani, Trie Yanti dan Zaki Baridwan. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Ketidakjujuran Akademik: Modifikasi Theory of Planned Behaviour (TPB). Jurnal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Hart, Mike. (2004). Plagiarism and Poor Academic Practice – A Threat to the Extension of E-
Learning in Higher Education?. Electronic Journal on e-Learning Volume 2 Issue 1 (February
2004) 89-96.
Isa, Posiah Mohd, dkk. (2008). Inculcating Values and Ethics in Higher Education E-Learning
Drive: UiTM i-Learn User Policy. World Academy of Science, Engineering and Technology
Vol. 14 - 2008.
Jamali, Yusra. (2013). Interaksi dan Sistem Komunikasi dalam Pendidikan. Jurnal Paedagogia.
Vol. 2. Nomor 2. Tahun 2013.
Jefferies, Pat, Bernd Carsten Stahl. (2005). Some Ethical Considerations Regarding the
Relationship of ELearning and Pedagogy. United Kingdom : De Montfort University.
Khan, Badrul H. (2005). Learning Features in An Open, Flexible, and Distributed Environment.
AACE journal, 13(2), 137-153.
Sarmento, Manuela. (2007). E-learning: Does the “E” also Mean Ethics ?. Military Academy and
Lusíada University. Lisboa.
Stahl, Bernd Carsten. (2001). Ethical Issues in E-teaching - a Theoretical Framework. Ireland:
University College Dublin.
https://www.studiobelajar.com/nilai-sosial/

https://www.ruangguru.com/blog/nilai-di-masyarakat

https://dosensosiologi.com/macam-macam-nilai/

Anda mungkin juga menyukai