Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS PERKEMBANGAN BUDAYA MODERN

TERHADAP ETIKA BERBICARA SISWA


SMA NEGERI 4 PEMATANGSIANTAR

Disusun oleh :

AMOS HAROL TURNIP

XII PMIA -4

NISN : 006011622
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini disahkan dan disetujui oleh :

PEMBIMBING

Elvina Simanjuntak S.pd


-----------------------------------------
NIP:197906052006042006
ABSTRAK

Etika adalah adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan
sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku.
Penerapan norma ini sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam
bermasyarakat.
Seiring dengan perkembangan budaya ke arah lebih modern yang terjadi saat ini,
tentunya dapat mempengaruhi bagaimana etika berbicara seorang anak kepada lawan
berbicaranya, baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan dalam lingkungan masyarakat.
Etika ini sangat dipengaruhi oleh peran keluarga dan lingkungan siswa yang terkait.
Disini keluarga berperan sebagai pihak pertama dalam menumbuh kembangkan basic etika anak.
Kemudian lingkungan berperan sebagai pihak pendamping yang nantinya berlanjut kepada pola
interaksi antara anak, orang disekitarnya dan di lingkungan. Interaksi ini yang dapat mengubah
sikap, tindakan, perilaku dan cara merespon seorang anak terhadap peristiwa di sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan budaya saat ini
dapat mempengaruhi etika seorang anak ketika berkomunikasi dengan sesorang . Sebagai bukti
dari analisis hipotesis antara interaksi sosial dan keluarga dalam menunjang peningkatan prestasi
siswa maka kami menggunakan hipotesis utama dan hipotesis tambahan. Dari analisis tersebut
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Adanya pengaruh yang kuat dari perkembangan budaya modern terhadap etika berbicara
seorang anak
2. Adanya keterkaitan dari pola tingkah laku siswa dalam merespon lingkungan sekitarnya
yang dapat mempengaruhi bagaimana etika bersosialisai seorang anak.

Kata kunci: Budaya, Etika


RIWAYAT HIDUP

AMOS HAROL TURNIP adalah nama penulis karya tulis ilmiah ini. Penulis lahir
dari orang tua Hendrik Saragih dan Asnita Sirait sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara. Penulis
dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 07 Agustus 2006. Penulis menempuh
pendidikan dimulai dari SD Negeri 122369 Pematang Siantar (2011-2017), melanjut ke SMP
Negeri 7 Pematang Siantar (2017-2020), dan akhirnya di SMA Negeri 4 Pematang Siantar (2020-
2023).
Penulis juga aktif dalam dunia organisai. Penulis aktif dalam organisasi Marching
Band SMA Negeri 4 Pematang Siantar dan pernah menjabat sebagai seksi Pecussion (alat musik
pukul) dari kelas 10 hingga kelas 12.
Penulis memiliki kemampuan dalam bermain alat musik, dan juga kemampuan
sebagai pelatih vokal group dalam bagian suara, serta penulis juga aktif dalam kegiatan rohani di
tempat ibadah penulis.
Dengan ketenkunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah
berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini
mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat terutama dalam bidang pendidikan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya, saya
sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berjudul "Analisis Perkembangan
budaya Modern Terhadap Etika Bebrbicara Siswa di SMA Negeri 4 Pematangsiantar " dengan tepat
waktu.
Karya ilmiah ini ditujukan untuk memberi edukasi dan membuka wawasan kita tentang
bagaimana perkembangan budaya modern di masa era digital saat ini dapat mempengaruhi tata
beretika siswa dalam berbicara dengan masyarakat di lingkungan sekolah baik itu guru, siswa dan
lain lain.
Saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Elvina Simanjuntak selaku
guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah mengajari saya selama ini dan
membuka wawasan serta pandangan saya tentang betapa pentignya pelajaran Bahasa Indonesia ini
dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya juga berterima kasih kepada teman-teman saya sekalian
yang telah terlibat dalam proses penelitian yang telah saya lakukan, sehingga karya tulis ilmiah saya
ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum
terangkai secara sempurna. Oleh karena itu saya meminta saran, kritik dan penilaian dari para
pembaca yang dapat membangun dan mengembangkan ide-ide baru agar kedepannya karya ilmiah
yang akan saya susun semakin baik dan bermutu. saya sebagai penulis berharap karya ilmiah ini
mampu memberikan pengetahuan dan wawasan bagaimana perkembangan budaya ke arah yang
lebih modern dapat mempengaruhi tata etika berbicara siswa.

i
DAFTAR ISI
ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................1
1.2. Perumusan Masalah........................................................................3
1.3. Tujuan Masalah...............................................................................4
1.4. Manfaat Masalah.............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................6


2.1. Budaya ..........................................................................................6
2.1.1. Pengertian Budaya.............................................................6
2.1.2. Unsur-Unsur Budaya.........................................................7
2.1.3. Fakor – Faktor yang Mempengaruhi Budaya ..................10
2.1.3.1 Faktor Internal ......................................................10
2.1.3.2 Faktor Eskternal ....................................................11
2.1.4. Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap
Budaya ...............................................................................12
2.1.5. Pengaruh Lingkungan Geografis Terhadap
Perkembangan Budaya ....................................................13
2.2. Etika ...........................................................................................15
2.2.1. Definisi Etika ..................................................................15
2.2.2. Bentuk Bentuk Etika
18
2.2.3. Etika dalam Dunia Pendidikan
20
2.2.4. Pengaruh Perkembangan Budaya Terhadap
Etika Siswa
23
2.3. Kerangka Konsep
25 2.4.

ii
Definisi Operasional
25

BAB III METODE PENELITIAN


26
3.1. Objek Penelitian
26
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
26
3.2.1. Waktu Penelitian
26
3.2.2. Tempat Penelitian
26 3.3.
Ruang Lingkup Penelitian
26
3.4. Jenis Data
27
3.5. Alat Pengumpulan Data
27
3.6. Teknik Pengumpulan Data
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
29
4.1. Hasil
29
4.2. Pembahasan
29

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI


31
5.1. Kesimpulan
31
5.2. Saran
31

iii
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................................................................
32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Sebagai masyarakat tentunya kita tidak asing dengan yang namanya budaya.
Dikehidupan sehari-hari juga kita selalu menjumpai yang namanya budaya, baik itu didalam
lingkungan keluarga, masyarakat dan mungkin di lingkungan tempat kita kerja ataupun juga di
lingkungan tempat kita sekolah. Disetiap tempat yang kita kunjungi juga tentunya terdapat budaya
yang mengatur tingkah berperilaku dan berbicara di tempat tersebut. Namun dalam hal ini, hal
yang akan menjadi pembahasan ialah bagaimana budaya dalam tata berbicara kita terhadap orang
lain.
Sebagai makhluk sosial juga kita harus dapat beradaptasi dengan budaya yang
terdapat disekitar lingkungan kita agar kita dapat menjadi masyarakat yang baik, terjalinnya
komunikasi dan interaksi yang baik anatara satu sama lain. kita tidak dapat hidup sendiri karena
segala sesuatu didunia ini tidak dapat diperoleh manusia dengan sendirinya. Dan manusia juga tidak
bisa mengerjakan apapun secara sendiri, mereka cenderung membutuhkan campur tangan orang lain
untuk dapat meningkatkan usaha dan hasil kerjanya. Dari awalnya manusia diciptakan untuk hidup
dengan sesamanya dan saling bekerjasama dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu cara
kita berinteraksi dengan budaya yang ada di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat
sangat diperlukan dalam hal ini.
Budaya berinteraksi yang dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya
berbeda-beda. Misalnya saja, budaya berinteraksi yang terjadi di lingkungan keluarga memiliki
cirinya tersindiri seperti bagaimana seharusnya tata krama etika berbicara seorang anak terhadap
orang tuanya. Dan bukan hanya itu saja setelah melakukan interaksi di lingkungan keluarga kita pun
akan memperluas interaksi tersebut ke lingkungan sekitar kita, dan tentunya budaya interaksi di
lingkungan tempat tinggal kita berbeda dengan budaya interaksi di lingkungan sekitar kita. Dan
tentunya dengan terciptanya interaksi baik ini rasa persatuan dan kesatuan, serta kekeluargaan akan
tercipta dengan baik di lingkungan sekitar kita.
Di zaman era digital saat ini, perkembangan budaya itu sendiri semakin maju.
Budaya tata krama beretika dalam berbicara yang terdapat dilingkungan masyarakat juga tentunya
berkembang dengan budaya berbicara yang baru dan terdapat sejumlah perubahan, bai. Namun
walaupun budaya sudah semakin berkembang, banyak masyarakat yang kurang menerapkan budaya
tata krama berbicara yang baik di lingkungannya. Tentunya hal ini juga terjadi pada kalangan muda
terutama siswa yang merupakan generasi penerus bangsa. Tata krama berbicara para siswa di zaman

1
saat ini sudah memudar baik berbicara terhadap seniornya di sekolah, terhadap guru-gurunya dan
bahkan kepada orang tuanya sendiri.
Hal ini tentunya kembali lagi dari bagaiamana keluarga mendidik anak anaknya
dalam beretika ketika berbicara dengan orang lain, karena didalam keluargalah seorang anak diajari
sejak dini bagaimana mereka harus beretika ketika berbicara dan bagaimana tata krama berbicara
seseorang kepada orang lain disekitarnya. Jika hal tersebut terus menerus diajarkan kepada anak
anaknya, maka tentunya hal tersebut berpengaruh positif terhadap tata krama berbicaranya ketika
berada di lingkungan masyarakat, maupun dilingkungan sekolah.
Namun, jika didalam lingkungan keluarga seorang anak kurang mendapat
pendidikan beretika dalam berbicara kepada orang lain, tentunya hal ini sangat berdampak buruk
terhadap perkembangan etikanya. Terdapat sejumlah survei yang mengatakan bahwa
ketidakbertikaan berbicara seorang anak itu berasal dari keluarga itu senidri juga. Tetapi sebelum
lanjut kearah yang lebih jauh, pertama sekali kita harus mengetahui apa itu keluarga.
Keluarga secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu lingkungan yang
didalamnya terdapat sekelompok orang yang terdiri dari orang tua dan anak. Keluarga merupakan
faktor eksternal yang mempengaruhi belajar bertetika seorang siswa. Siswa yang belajar akan
menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
Pada lingkungan keluarga inilah anak usia dini mendapatkan pendidikan pertama dari
orang tuanya. Orang tua menjadi pihak yang pertama kali dikenal oleh anak dalam kehidupannya.
Dalam persepektif pendidikan, keluarga menjadi lingkungan pendidikan yang pertama pada anak
usia dini dalam mengajari anak anaknya dalam berbicara sesuai tata krama yang berlaku.
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam perkembangan seorang
individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembentukan Kepribadian anak bermula dari
lingkungan keluarga. Salah satu bentuk tanggung jawab orang tua terhadap anak di dalam keluarga
adalah dengan mendidik anak-anaknya dalam bericara yang baik dan benar kepada orang lain.
Keadaan tiap-tiap keluarga tentunya berlainan. Ada keluarga yang kaya dan ada
keluarga yang miskin, ada keluarga yang besar dan ada keluarga yang kecil, ada keluarga yang
harmonis dan ramah serta ada keluarga yang selalu gaduh dan banyak pertengkaran di dalamnya.
Secara alamiah, keluarga yang bermacam-macam jenisnya tersebut akan membawa pengaruh yang
berbeda-beda pula terhadap bagaimana cara berbicara anak. Hal ini disebabkan aktivitas, kejadian,
dan perilaku yang terjadi di sekitar anak, secara tidak langsung merupakan proses pendidikan dan
akan memiliki dampak yang signifikan bagi perkembangan anak. Misalnya saja jika orang tua
selalu selalu berantam ketika dirumah dan berbicara dengan kata kata kasar, dapat membuat si anak
2
akan mengikuti perkataan dari orang tuanya itu dan hal itu akan terbawa terus hingga kelingkungan
masyarakat bahkan dilingkungan sekolahnya.
Orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan moral serta tata krama berbicara
dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan
informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan
guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Orang tua harus menaruh
perhatian serius tentang cara berbicara seorang anak dirumah. Perhatiaan orang tua dapat
memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar berbicara dengan baik dan benar,
karena anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar. Namun pada masa
sekarang, banyak orang tua yang melupakan hal itu, banyak orang tua yang menyerahkan
pendidikan moral dan tata berbicara anak sepenuhnya kepada sekolah. Orang tua berfikir bahwa
pendidikan yang diberikan sekolah sudah cukup untuk menunjang kepribadian anak dalam
bersosialisasi di lingkungan masyarakat.
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan karakter anak adalah
tanggung jawab sekolah. Berprestasi atau tidaknya anak ditentukan dari proses belajarnya di
sekolah. Padahal, pendidikan bukan hanya proses belajar mengajar di sekolah, tapi juga interaksi
seseorang dengan anggota keluarga atau masyarakat di lingkungannya juga dapat diartikan sebagai
pendidikan.
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap bagaimana seorang anak dalam
belajar bersosialisasi. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup
atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau
tidaknya hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam
rumah, semuanya itu dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti akan merumuskan masalah
yang akan menjadi panduan pada penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Apakah ada pengaruh positif perkembangan budaya modern terhadap tata kosakata
berbicara siswa di SMA Negeri 4 Pematang Siantar ?
2. Apakah ada pengaruh negatif perkembangan budaya modern terhadap etika berbicara siswa
terhadap guru di SMA Negeri 4 Pematang Siantar ?
3. Apakah ada dampak positif perkembangan budaya modern terhadap cara siswa dalam
bersosialisasi di SMA Negeri 4 Pematang Siantar ?

3
4. Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana etika siswa dalam bersosialisasi
dengan guru di SMA Negeri 4 Pematang Siantar ?
5. Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana etika siswa dalam besosialisasi
dengan sesama siswa di SMA Negeri 4 Pematang Siantar ?

1.3. Tujuan Penlitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh positif perkembangan budaya modern terhadap tata kosakata
berbicara siswa di SMA Negeri 4 Pematang Siantar.
2. Untuk mengetahui pengaruh negatif perkembangan budaya modern terhadap etika berbicara
siswa terhadap guru di SMA Negeri 4 Pematang Siantar.
3. Untuk mengetahui dampak positif perkembangan budaya modern terhadap cara siswa dalam
bersosialisasi di SMA Negeri 4 Pematang Siantar.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana etika siswa dalam
bersosialisasi dengan guru di SMA Negeri 4 Pematang Siantar.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana etika siswa dalam
bersosialisasi dengan sesama siswa di SMA Negeri 4 Pematang Siantar

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah :


a) Secara teoritis
Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk mengkaji dan
menganalisis tentang perkembangan budaya modern terhadap etika berbicara siswa.
b) Secara praktis
1) Bagi penulis, penelitian ini memberikan pengalaman langsung dengan mengumpulkan
informasi dari keseharian siswa mengenai apa perubahan yang terjadi pada cara siswa dalam
berbicara akibat dari perkembangan budaya modern saat ini .
2) Bagi siswa, siswa akan mendapat gambaran bahwa lingkungan mereka, khususnya orang tua
dalam keluarga, dapat mempengaruhi bagaiamana kebahasaan dan etika siswa dalam
berbicara dengan orang tua, guru, dan juga dengan teman sesama siswa

4
3) Bagi orang tua, penelitian ini dapat memberi informasi, sehingga orang tua dapat
mengoptimalkan proses bimbingan dan arahan mengenai bagaimana seseorang itu harus
berbicara yang baik dan benar dengan orang lain baik yang lebih tua darinya, maupun yang
lebih muda darinya.
4) Bagi sekolah, penelitian ini memberikan gambaran pentingnya sekolah memberikan
pembinaan yang lebih terhadap moral siswa dalam beretika ketika berbicara dengan sesama
siswa terutama dengan guru.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budaya

2.1.1. Pengertian Budaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya biasanya berarti rasional, Budaya
dapat dijelaskan sebagai cara hidup yang ditemukan dalam sekelompok orang Diwariskan dari
generasi ke generasi oleh para tetua kelompok.
Dalam bahasa Sansekerta kata kebudayaan berasal dari kata budh yang berarti akal,
yang kemudian menjadi kata budhi atau bhudaya sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil
pemikiran atau akal manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi
dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya
adalah perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani. Sehingga kebudayaan diartikan sebagai
hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli sebagaimana disebutkan
oleh Elly. M. Setiadi, sebagai berikut:
a. E.B Tylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, adat istiadat, dan kemampuan lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
b. R. Linton (1893-1953), kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang
dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
lainnya.
c. Herkovits (1985-1963), kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan
oleh manusia.31
d. Koentjaraningrat (1985-1963), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
Koentjaraningrat juga menjelaskan jika pada dasarnya banyak yang membedakan
antara budaya dan kebudayaan, di mana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya,
yang berarti daya dari budi. Pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan
6
dari kebudayaan yang tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya,
menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

2.1.2. Unsur Unsur Budaya

Mempelajari dan mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan


sangat penting dalam memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul
Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di
dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem
kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Berbagai unsur budaya tersebut
adalah:
a. Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya guna
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai
bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia
dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang
diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat
bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa
kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara
lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari
bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa
itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara
membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga
dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa
tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat
intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering
terjadi.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem
pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai
unsur yang digunakan dalam kehidupannya.

7
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender
pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh
nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa
dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan
kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat
menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan
pada siklus peristiwa alam.
Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan
menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk
menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut
tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak
mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai.
Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri
bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu
mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan
manusia yang ada di sekitarnya.
Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan
mengenai, antara lain :
1. Alam sekitarnya;
2. Tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
3. Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
4. Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
5. Tubuh manusia;
6. Sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
7. Ruang dan waktu.
c. Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai
kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh
adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana
hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia 13 akan
8
digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial
dalam kehidupannya.
d. Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya, sehingga mereka akan
selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam
memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat
berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang
masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam
peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
e. Mata pencaharian hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana
cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya.
f. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian
tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung,
ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam
suatu masyarakat.
g. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian
tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung,
ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam
suatu masyarakat.

9
2.1.3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Budaya
Seiring dengan kemajuan zaman serta teknologi yang canggih, Indonesia bangkit
menjadi negara berkembang yang semakin lama semakin tumbuh menjadi negara maju dan ini
merupakan salah satu perkembangan zaman yang sangat cepat yang sering disebut dalam bahasa
sosiologi sebagai revolusi. Hilangnya budaya indonesia secara bertahap di akibatkan karena
adanya perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, faktor yang terjadi dalam masyarakat
maupun luar masyarakat itu sendiri.
Faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat dapat berupa penemuan baru, atau
pertentangan dari masyarakat itu sendiri. Faktor yang berasal dari luar masyarakat dapat berupa
adanya pengaruh budaya dari masyarakat lainnya.

2.1.3.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain
sebagai berikut.
1. Bertambahnya atau berkurangnya penduduk .
Pertumbuhan penduduk yang cepat dapat menyebabkan perubahan dalam struktur
masyarakat seperti munculnya kelas sosial yang baru dan profesi yang baru. Selain itu
pertambahan jumlah penduduk juga mengakibatkan bertambahnya kebutuhan- kebutuhan
seperti sandang, pangan, dan papan. Padahal sumbersumber pemenuhan kebutuhan tidak
seimbang, sehingga akan imbul masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas,
dan lain-lain. Kondisi ini akan mengubah pola interaksi dan meningkatnya mobilitas sosial.
Selain itu, berkurangnya penduduk yang diakibatkan oleh migrasi dan urbanisasi
akan mengakibatkan kekosongan dalam pembagian kerja dan jumlah angkatan kerja, sehingga
akan memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2. Adanya penemuan baru (discovery)

Penemuan baru dalam masyarakat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi


mengakibatkan terjadinya perubahan sosial.

3. Pertentangan (konflik) masyarakat


Dalam interaksi sosial di masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan-
pertentangan (konflik) mungkin saja terjadi baik antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Apalagi pada masyarakat yang
berkembang dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern akan selalu terjadi

10
pertentangan, misalnya golongan muda yang ingin mengadopsi budaya asing, golongan tua
yang tetap mempertahankan tradisi lama. Konflik ini akan menimbulkan perubahan nilai-nilai,
pola perilaku dan interaksi yang baru di masyarakat tersebut.
4. Terjadinya pemberontakan (revolusi)

Revolusi adalah perubahan yang sangat cepat dan mendasar yang dilakukan oleh
individu atau kelompok. Revolusi akan berpengaruh besar pada struktur masyarakat dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pengaruh tersebut mulai dari lembaga negara sampai
keluarga yaitu mengalami perubahan-perubahan yang mendasar. Contohnya revolusi industri di
Inggris, revolusi Perancis, revolusi fisik tahun 1945 di Indonesia.

2.1.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat, antara lain berikut
ini:
1. Lingkungan alam fisik

Salah satu faktor penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam
seperti terjadinya bencana alam banjir, longsor, gempa bumi, kebakaran hutan, dan sebagainya.
Di daerah yang terkena banjir menyebabkan masyarakat yang berada di sekitar daerah tersebut
terpaksa harus mencari tempat tinggal baru, sehingga mereka harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga
masyarakat.

2. Peperangan

Peperangan antara negara satu dengan negara yang lain kadang bisa menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan baik pada lembaga kemasyarakatan maupun struktur
masyarakatnya. Biasanya negara yang menang memaksakan nilai- nilai, cara- cara, dan
lembaga yang dianutnya kepada negara yang kalah.
Contohnya rakyat Indonesia saat kalah melawan Belanda. Belanda memaksakan penerapan
sistem pemerintahan kolonial menggantikan sistem pemerintahan kerajaan yang dianut
sebagian besar daerah-daerah di Indonesia. Hal itu berakibat terjadinya perubahan-perubahan
pada struktur lembaga kemasyarakatan.
11
3. Pengaruh kebudayaan lain

Di era globalisasi ini tidak ada satupun negara yang mampu menutup dirinya
dari interaksi dengan bangsa lain. Interaksi yang dilakukan antara dua negara mempunyai
kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh lain kadang juga bisa menerima pengaruh dari
masyarakat lain. Dengan demikian akan timbul suatu nilai-nilai sosial budaya yang baru
sebagai akibat asimilasi atau akulturasi kedua budaya. Dalam kaitannya dengan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain, dikenal istilah-istilah sebagai berikut:

2.1.4. Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap Budaya

Perkembangan Teknologi berpengaruh terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi


budaya, dimana dimensi atau indikator Ras Menurut (Nasikun, 2003) disebutkan beberapa
karakteristik berikut sebagai sifat-sifat dasar dari suatu masyrakat majemuk, yaitu:
a. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki sub-
kebudayaan yang berbeda satu sama lain
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer
c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar
d. Secara relatif seringkali mengalami konflikkonflik di antara kelompok yang satu dengan
yang lain
e. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan
dalam bidang ekonomi
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
Salah satu faktor yang menyebabkan pendistribusian barang kurang meluas karena
belum melakukan pemasaran online. Hal ini dikarenakan dalam praktiknya masih kurang
maksimal, sehingga hasil yang didapat pun kurang maksimal. Kurangnya pengetahuan sampai
dengan adaptasi terhadap internet dan perkembangan teknologi menjadi tantangan dan masalah
yang harus dihadapi (Susanti et al., 2020). Hal tersebut berpengaruh terhadap dimensi atau
indikator faktor-faktor yang mempengaruhi budaya budaya sebagai keseluruhan dimensi seperti
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau
kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh angggota-anggota suatu masyarakat, budaya
menghasilkan jawaban-jawaban khususnya sendiri terhadap tantangan-tantangan hidup seperti
12
kelahiran, pertumbuhan, hubunganhubungan sosial, dan bahkan kematian., (Dedy Mulyana,
2001).
Untuk meningkatkan Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya dengan
memperhatikan Ras, maka hal yang harus dilakukan adalah memperhatikan pembelajaran atau
usaha pemerintah ke pada masyarakat dengan upaya menanamkan pendidikan Multikultural.
Pendidik Multikultural sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan pontensi-
potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilainilai yang ada dalam
masyarakat dan kebudayaan. Multikultural diartikan sebagai keragaman kebudayaan, aneka
kesopanan. Sedangkan secara terminologi, pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai
pendidikan mengenai keragaman kebudayaan.maka kurikulum pendidikan multikultural
seharusnya mencakup subjek-subjek seperti: toleransi; tema-tema tentang perbedaan etno-
kultural dan agama; bahaya diskriminasi: penyelesaian konflik dan mediasi; HAM: demokratis
dan pluralitas; kemanusiaan universal dan subjeksubjek lain yang relevan. dimana masyrakat
(Musa Asy’arie, 2010)
Perkembangan Teknologi berpengaruh terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi
budaya, apabila Perkembangan Teknologi di persepsikan baik oleh pelanggan / konsumnen
maka ini akan meningkatkan kualitas untuk melihat keanekaragaman budaya sebagai realitas
dalam kehidupan bermasyarakat. Kearifan yang demikian akan terwujud jika seseorang
membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural sebagai
keniscayaan hidup yang kodrati, baik dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan
masyarakat yang lebih kompleks .Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya, (Choirul Mahfud,
2006).
Perkembangan Teknologi berpengaruh terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi
budaya, ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh: (Saddam et al., 2020), (Wardhani, et
al., 2020), (Cahyono & Iswati, 2017), (Hudani, 2020), dan (Khairuddin, 2018)

2.1.5. Pengaruh Lingkungan Geografis Terhadap Budaya

Lingkungan Geografis berpengaruh terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi


budaya, dimana dimensi atau indikator Ras Sering kali ras diartikan sebagai suatu sistem yang
mengklasifikasikan perbedaan anatara orang-orang kaukasian, negroid, dan ras mongoloid.
Meskipun demikian, dalam ilmu genetika modern, pembedaan semacam itu ditolak. Dalam
perkembangan kini, sebagai akibat migrasi yang luas, identitas ras itu menjadi makin tidak jelas

13
karena terjadi perkawinan antar ras yang membuat manusia menampilkan ras tertentu yang
berbeda dengan ras asli nya, (Alo liliweri, 2005).
Masalah yang sangat ekstrim berpengaruh terhadap dimensi atau indikator
Faktorfaktor yang mempengaruhi budaya determinan paling fundamental dari keinginan dan
perilaku konsumen. Sub-budaya, sub budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan
daerah geografis.Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting,dan pemasar
sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka,
(Kotler, 2005).
Lingkungan dan masyarakat merupakan dua konsep yang memiliki keterkaitan
secara fungsional dalam konteks ekologi dan ekosistem. Berdasarkan sudut pandang (view
point) yang berbeda, telaah empiris telah menghasilkan suatu sintesa tentang hubungan
masyarakat dengan lingkungannya. Menurut kaum deterministis, lingkungan alam menentukan
corak kehidupan masyarakat, kaum posibilistik memandang lingkungan sebagai faktor yang
berpengaruh, sedangkan kaum optimistik teknologi memiliki keyakinan akan keampuhan
IPTEK untuk mendayagunakan potensi lingkungan.Berdasarkan ketiga pandangan tersebut,
maka keberadaan masyarakat dalam lingkungannya bergantung pada tingkat kemampuan yang
dimilikinya. Secara konsepsional bahwa manusia merupakan faktor dominant terhadap
lingkungannya (man ecological dominant concept) telah menampakkan fenomena kehidupan
masyarakat yang variatif dan disparitas antar wilayah dan antar masyarakat. Beragamnya
aktivitas, perbedaan tingkat kesejahteraan, dan dinamika perubahan masyarakat adalah
merupakan konsekuensi logis dari konsep tersebut. Masyarakat dengan aktivitasnya menjadi
fenomena yang memberikan warna dominan terhadap suatu ruang geografis. Di mana, aktivitas
masyarakat tersebut pada hakikatnya adalah merupakan respons terhadap stimulus yang berasal
dari lingkungannya. Manusia sebagai individu dalam kolektifitasnya membentuk tatanan
kehidupan bermasyarakat. Menurut Sumaatmadja (1996:15), manusia sebagai mahluk hidup
berada di tengah-tengah manusia lainnya (lingkungan sosial), dalam konteks budaya
(lingkungan budaya), dan alam semesta (lingkungan alam). Ketiga lingkungan tersebut
merupakan tiga faktor yang memiliki jalinan hubungan secara fungsional.
Adimihardja (1993:1) mengemukakan bahwa manusia, kebudayaan, dan lingkungan
merupakan tiga faktor yang saling jalin menjalin secara integral. Keberadaan masyarakat
dengan lingkungannya merupakan satu kesatuan yang utuh. Namun demikian, keberadaan
masyarakat dengan kebudayaannya telah banyak turut serta mempengaruhi kondisi lingkungan
hidup. Bagaimanakahmenjaga keutuhan hubungan masyarakat dengan lingkungannya dan

14
terjaganya keseimbangan sehingga lingkungan menjadi sumber kelangsungan hidup
masyarakat secara berkelanjutan.
Upaya untuk meningkatkan Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya dengan
memperhatikan Lingkungan Geografis, maka yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah
dengan menanamkan/mempelajari wawasan perspektif global untuk memandang secara global
dan bertindak menggunakan kearifan lokal merupakan pilihan yang tepat. Berdasarkan hal
tersebut menjadi dasar yang kuat untuk menelusuri lebih lanjut mengenai hubungan desain
produk seni, khususnya seni/budaya yang secara potensial menyimpan berbagai pesan yang
dapat digunakan mengatasi permasalahan yang sifatnya global maupun local untuk menggali
nilai-nilai pelestarian lingkungan geografis. (Soemarwoto, 1983).
Lingkungan Geografis berpengaruh terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi
budaya, apabila Ras di persepsikan baik oleh pelanggan / konsumnen maka ini akan dapat
meningkatkan kualitas kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya dan kepercayaan
yang ada sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam proses pembangunan
kesejahteraan masyarakat. Kebudayaan dari suatu daerah diharapkan mampu menarik perhatian
dari masyarakat local maupun mancanegara untuk mengenal ragam budaya dari tiap provinsi di
Indonesia yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.Faktor-faktor yang mempengaruhi
budaya, (Yesiningrum, 2015).
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, penelitian terdahulu yang relevan dan
pembahasan pengaruh antar variabel, maka di perolah rerangka berfikir artikel ini seperti di
bawah ini.

2.2. Etika
2.2.1 Definisi Etika
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani Ethos yang artinya tampak dari
suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya adalah perbuatan, sikap, atau
tindakan manusia. Pengertian etika secara khusus adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu
individu dalam lingkungan pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah laku
yang dianggap benar.
Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata
cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan
perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan
buruknya individu di dalam bermasyarakat.

15
Pengrtian Etika menurut para ahli itu sendiri antara lain :
1. Menurut Arishoteles
Aristoteles merupakan seorang filsuf asal Yunani dan murid dari Plato berpendapat dengan
membagi etika menjadi 2 pengertian, yakni Terminius Technicus dan Manner and Cutom
2. Menurut W. J. S. Poerwadarminta
Wilfridus. J. S Poerwadarminta merupakan salah satu tokoh sastra Indonesia,
mengemukakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan terkait perbuatan dan perilaku manusia
dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya yang ditentukan oleh manusia pula.
3. Menurut Louis O. Kattsoff
Kattsoff memberikan pandangan bahwa etika pada hakikatnya lebih cenderung berkaitan
dengan asas-asas pembenaran dalam relasi tingkah laku antarmanusia.
4. Menurut H. A Mustafa
H. A. Mustafa mengemukakan pengertian etika adalah ilmu yang menelaah suatu tingkah
laku atau perbuatan manusia dari segi baik dan buruknya dengan memperhatikan perilaku
manusia tersebut sejauh yang diketahui oleh akal pikiran manusia.
Dengan begitu, Etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruknya serta
kewajiban, hak, dan tanggung jawab, baik itu secara sosial maupun moral, pada setiap individu
di dalam kehidupan bermasyarakatnya. Atau bisa dikatakan juga bahwa etika mencakup nilai
yang berhubungan dengan akhlak individu terkait benar dan salahnya. Dari definisi etika tersebut
di atas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut:
1. Dillihat dari segi objek pembahahasannya Etika berupaya membahas perbuatan dilakuakan
oleh manusia.
2. Dilihat dari segi sumbernya Etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai
terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu juga
memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi,
psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.
3. Dilihat dari segi fungsinya Etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap
seuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai
baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika tersebut
berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.
Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya Etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan zaman.
Etika sendiri memiliki ciri – ciri atau karakteristik sebagai berikut
16
1. Etika Bersifat Absolut atau Mutlak
Etika mempunyai sifat mutlak atau absolut berarti sebuah etika berlaku untuk siapa
saja, di mana saja, dan kapan saja. Etika sebagai prinsip yang tidak dapat dinegosiasikan dan
tidak pula tergantung dengan dasar moral yang berubah-ubah.
Sebagai contoh, membunuh dan merampas hak atau milik orang lain merupakan
perbuatan dan tindakan yang tidak bermoral apapun itu alasannya.
2. Etika Tetap Berlaku Meskipun Tanpa Disaksikan Dleh Orang Lain
Umumnya, etika tetap berlaku meskipun tidak disaksikan oleh siapapun. Hal itu
karena etika berkaitan dengan hati nurani dan prinsip hidup manusia yang baik.
Sebagai contoh, apabila ada individu yang mencuri meskipun tak diketahui oleh
orang lain, tetap saja itu itu merupakan suatu tindakan yang telah melanggar etika dan norma
yang berlaku. Sehingga bagaimanapun juga moral dari individu tersebut akan buruk, meski
tidak dijerat oleh aparat penegak hukum sekalipun.
3. Etika Berhubungan Dengan Cara Pandang Batin Manusia
Etika, yakni cara perspektif batin yang berhubungan dengan baik dan buruknya suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia atau individu.
Pada hakikat, setiap manusia tentu diajarkan berbagai hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan. Maka lambat laun manusia akan mengetahui perkara yang baik dan buruk sehingga
akan terbentuk dan tertanam di hatinya.
Hal ini tentunya akan memunculkan perdebatan dalam diri manusia apabila ingin
melakukan perbuatan yang buruk atau jahat

.
4. Etika Berhubungan Dengan Perbuatan, Perilaku, dan Tingkah Laku Manusia
Etika sangat erat kaitannya dengan perilaku, perbuatan, dan tingkah laku suatu
individu. Dengan begitu, umumnya, etika akan terbentuk secara alami akibat adanya perilaku,
perbuatan, dan tingkah laku dari individu tersebut.
Perilaku dan perbuatan yang buruk dianggap sebagai etika yang buruk, sedangkan
perilaku dan perbuatan yang baik maka dianggap sebagai etika yang baik pula. Intinya,
bagaimanapun juga etika sangat amat berkaitan dengan perilaku dan perbuatan yang dilakukan
oleh individu itu sendiri.
Etika bukan hanya diperlukan di lingkungan bermasyarakat saja, melainkan juga di
lingkungan profesi. Setiap profesi pasti erat kaitannya dengan etika terkait nilai, norma, dan

17
kewajiban moral. Maka dari itu, setiap anggota suatu profesi harus sadar bahwa pekerjaannya
memiliki keterlibatan moral tertentu.
Etika itu sendiri meiliki sejumlah manfaat bagi manusia, antara lain :
1. Seseorang menjadi memiliki rasa tanggung jawab
2. Dipakai sebagai pedoman
3. Dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan dan organisasi.
4. Menjaga ketertiban dan keteraturan dalam organisasi atau perusahaan
5. Menjadi kontrol sosial
6. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakyat
7. Bisa melindungi hak anggota pekerja

2.2.2. Bentuk - Bentuk Etika


Etika sendiri tentunya memiliki beberapa bentuk baik berdasarkan jenisnya,
cakupannya, lingkungannya dan lainnya. Bentuk bentuk dari etika tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1. Etika Berdasarkan Jenisnya
Menurut jenisnya, ada dua jenis-jenis etika di antaranya etika normatif dan etika
deskriptif.
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan macam-macam etika yang akan berupaya untuk membidik
secara kritis dan rasional tingkah laku dan perilaku manusia serta apa yang dicari oleh manusia
dalam kehidupan sebagai sesuatu yang dianggap mempunyai nilai-nilai untuk diterapkan dalam
kehidupan.
2. Etika Normatif
Etika normatif merupakan jenis etika yang berusaha menetapkan berbagai tingkah laku
dan pola perilaku baik yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu
yang mempunyai nilai moral untuk dianggap dalam suatu kelompok masyarakat.
2. Etika Berdasarkan Cakupannya
Menurut cakupannya, ada dua jenis-jenis etika, yaitu etika khusus dan etika umum.
1. Etika Khusus
Macam-macam etika yang selanjutnya adalah etika khusus. Etika khusus merupakan
jenis etika berupa penerapan konsep moral standar dalam situasi kehidupan yang khusus. Etika
khusus dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

18
a. Etika individual, yaitu bentuk etika yang menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.

b. Etika sosial, yaitu bentuk etika berfokus pada kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota masyarakat.

2. Etika Umum
Etika umum merupakan jenis etika yang berkaitan dengan keadaan dasar tentang
tindakan manusia secara etis. Etika umum juga berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan oleh
manusia dalam mengambil keputusan etis dan teori-teori dalam etika serta prinsip moral dasar
yang dijadikan sebagai pegangan manusia dalam berbuat.
3. Etika Berdasarkan Sumbernya
Menurut sumbernya, ada dua jenis etika, di antaranya etika teologis dan etika
filosofis. Berikut penjabarannya di bawah ini.
1. Etika Teologis
Etika teologis adalah jenis etika yang berhubungan dengan agama juga kepercayaan
suatu individu, tanpa adanya batasan pada suatu agama tertentu. Ada dua hal yang perlu
ditekankan dalam etika teologis ini.
Pertama, etika teologis tidak dibatasi oleh satu agama saja, hal itu karena
mengingatnya banyaknya jumlah agama di dunia ini. Pada hakikatnya, setiap agama pastinya
memiliki etika teologisnya masing-masing berbeda dan juga spesifik.
Kedua, etika ini merupakan lingkupan dari etika umum yang sebagian besar individu
telah menerapkan dan mengetahuinya. Etika umum ini condong luas dan banyak dengan
bagian-bagian yang tak terbatas. Sehingga secara tak langsung, seorang individu memahami
etika teologis dengan cara mengetahui dan memahami pula dari etika umum, dan sebaliknya.

2. Etika Filosifis
Etika filosofis adalah jenis etika yang lahir dari kegiatan berpikir atau berfilsafat yang
dilakukan oleh individu dan termasuk dalam bagian dari filosofis (berdasarkan filsafat).
Filsafat sebagai suatu bidang ilmu yang salah satunya mempelajari pikiran manusia.
Adapun etika filosofis dibagi menjadi dua sifat, yakni empiris dan non-empiris.
Empiris merupakan jenis filsafat yang erat kaitannya dengan sesuatu yang nyata,
berwujud, atau konkret. Contohnya, apabila suatu individu mengambil salah satu bidang filsafat
hukum, akan membahas terkait hokum.
19
Kemudian, non-empiris merupakan bagian yang berupaya melebihi suatu yang nyata,
berwujud, atau konkret sebelumnya. Sifat non-empiris ini cenderung menanyakan gejala
konkret yang menyebabkannya.
Terdapat perdebatan tentang posisi etika filosofis dan juga teologis dalam ranah
etika. Selama perjalanan sejarah pertemuan antara kedua etika yaitu etika filosofis dan etika
teologis, terdapat tiga pertanyaan yang paling muncul dalam menanggapi perbedaan tersebut,
diantaranya:
1. Revisionisme
Pernyataan tentang Revisionisme berawal dari Augustinus (354 – 430) dimana ia
berpendapat bahwa etika teologis memiliki tugas untuk merevisi atau mengoreksi dan
memperbaiki etika filosofis.
2. Sintesis
Tanggapan tentang sintesis diutarakan oleh Thomas Aquinas (1225 – 1274)
dimana ia menyintesiskan antara etika teologis dengan etika filosofis. Hasil sintesis tersebut
suatu entitas baru dimana etika filosofis dan etika teologis tetap menonjolkan identitas masing-
masing.
3. Diaparalisme
Tanggapan tentang etika ini dikemukakan oleh F.E.D Schleiermacher (1768 –
1834) dimana ia beroendapat bahwa etika filosofis dan etika teologis ialah gejala-gejala yang
sejajar. Bisa diumpamakan dengan sepasang rel kereta api yang selalu berjalan berdampingan.

2.2.3. Etika Dalam Dunia Pendidikan


Proses intemalisasi etika dalarn diri siswa tidak dapat dilakukan secara instant,
namun melalui proses sejalan dengan perkembangan jasarnani dan rohani siswa. Proses
intemalisasi dimulai dengan pengenalan nilai-nilai di dalam keluarga oleh orangtua maupun
sanak famili yang serumah.Jika anak sudah bergaul dengan lingkungan sosialmasyarakat sekitar
ia akan berkenalan dengan berbagai nilai disekitarnya. Dan jika ia sudah bersekolah pengenalan
nilai akan sernakin banyak dan beragam yang dibawa oleh ternan-ternan sekolah , guru dan juga
orang lain yanghadir di sekolah. Jika ia sudah mulai tertarik nonton televisi, rnaka ia juga akan
berkenalan dengan nilai yang ditawarkan dan disampaikan oleh para artis-selebritis melalui
adegan-adegan yang dibawakannya, selain lewat promosi atau iklan yang ditayangkan. Nilai-
nilai yang diterima siswa ada yang berbeda bahkan bertolak belakang atau berlawanan dengan
nilai-nilai yang dikenalkan di rumah dandisekolah, ada nilai baru yang tidak belum dikenal di

20
rurnah dan atau di sekolah.Terhadap rnasuknya nilai tersebut mungkin diterima melalui saringan
atau filter orangtua dan atau lewat guru, tetapi juga ada nilai yang diterirna tanpa filter.
Pertentangan nilai dalarn diri siswa dapat terjadi, yang dapat menyebabkan siswa
memiliki standar ganda. Misalnya jika di rumah dan di sekoklah siswa kelihatan alim, sopan,
baik dan takwa. Tetapi di luar, jika sudah bergabung dengan kelornpok gengnya mereka akan
berperilaku yang sangat berbeda. Misal minum minuman beralkohol tinggi sampai mabuk, pesta
gandalnarkoba bahkan pesta seks. Dalam surat kabar sering diberitakan penggerebekan yang
dilakukan polisi terhadap rumah kos di mana pesta mabuk-mabukan, narkoba dan seks terjadi,
dan ternyata pelakunya mahasiswa dan atau siswa.
Bagaimana perkembangan moral teIjadi? Salah satu teori yang terkenal adalah yang
dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg. Kohlberg mengurutkan perkembangan menjadi tiga
tahap, dan setiap tahap ada dua peringkat. Susunan peringkat itu, sebagai berikut: Tahap
pertama: Prekonvensional. Dalam tahap ini ada dua peringkat yang dilalui, yaitu orientasi
ketaatan dan sanksi. Orangtua mengajarkan mana perbuatan baik dantidak baik Jika anaka
berbuat baik, orangtua memberikan ganjaran, penghargaan atau hadiah, tetapi jika anak
melakukan perbuatan tidak baik, orangtua memberikansanksi hukuman. Anak akan belajar
untuk melakukan perbuatan yang baik dan tidak lagi melakukan perbuatan yang tidak baik.
Peringkat kedua, berorientasi pada azas dan alat atau instrumentasi. Si anak belajar
bahwa jika ia melakukan perbuatan baik, berarti ia melakukan sesuatu yang dapat diterima oleh
lingkungannya dan tidak mendapatkan hukuman. Pada peringkat ini anak belajar memahami
azas nilai baik dan azas itu merupakan instrumen untuk melakukan perbuatan yang dpat
diterima oleh linngkungannya. Contoh cara meminta sesuatu secara sopan kepada orangtua dan
orang lain. Misal kata: "bolehkan saya minta tolong...", anak tidak diajari untuk berkata: "He,
kamu bantu saya", jika meminta bantuan dari orang lain karena kata itu tidak sopan.
Tahap kedua: Peringkat Konvensional. Nilai-nilai yang menjadi alasan untuk berbuat
baik diterima sebagai nilianya untuk memenuhi kehendak orangtua sertalingkungannya. Dengan
cara itu ia dapat diterima di dalam kehidupan bermasyarakat. Anak menyadari bahwa ia berada
dalam suatu lingkungan sosial buadaya masyarakat yang memiliki tata nilai, aturan serta adat
yang mengatur perilaku warga atau pendukungnya. Contoh para calon anggota DPR, Kepala
Daerah atau Bupati diminta menandatangai suatu kontrak sosial oleh pendukungnya atau warga
masyarakat yang tidak atau kurang percaya pada janji.
Apa yang telah ditanamkan di dalam keluarga tidak dihancurkan di sekolah, tetapi
justru di sekolah anak diajari untuk memahami secara rasional alasannya (membangun moral
reasoning). Hukuman secara fisik maupun kata-kata verbal yang menyakitkan hati dan perasaan
21
yang diistilahkan "bullying" harns sudah ditinggalkan oleh guru dan siswa di dalam lingkungan
sekolah.Kebiasaan memper olok-olok, mengejek, mempermalukan, menyoraki jika ada siswa
yang dianggap aneh, dan juga kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang bersifat negatif atau
meremehkan (verbal discouragement) harus ditinggalkan.
Sebagai contoh ada guru yang mempunyai kebiasaan mengatakan siswanya sebagai
wedus-wedus, berfikir lambat seperti keong bekicot, otak kebo, otak udang, goblok dan lain
sebagainya. Secara psikologis kata-kata yang sifatnya menegatif dan meremehkan tersebut akan
melukai , menggores hati siswa dan akan erdampak dalam perkembangan anak khususnya pada
anak yang perasa dan sensitif terhadap kata-kata kasar (sarkasme).
Sekolah sebenamya mempunyai kewajiban untuk memperluas, memeperdalam
pemahaman nilai-nilai yang diperlukan di dalam kehidupan bermsayarakat seperti; pengenalan
etika profesi, etika bisnis, etika berlalu lintas, etika pergaulan, etika berbicara lewat telepon,
etika moral dan lain sebagainya. Konflik nilai yang dialami dalam diri siswa antara nilai yang
ditanamkan di dalam keluarga, sekolah dan adanya pengaruh dari lingkungan dapat
menimbulkan kebingunan bahkan dapat membentuk kepribadian rangkap.
Perilaku di rumah dan di sekolah baik, alim, patuh dan sopan, tetapi jika di luar
lingkungan rumah dan sekolah berbalik 180 derajad. Orangtua dan guru kaget ketika si anak
ditangkap polisi karena pesta narkoba dan seks bersama teman-temanya di tempat penginapan.
Jika tidak ada kesinambungan dalam pendidikan etika di sekolah anak akan mencari nilainya
sendiri tanpa merasa perlu memehami alasannya dan menganggap nilai yang diambil dari
lingkungan pergaulan serta media masa adalah baik, modern dan gauI.
Oleh karena itu sekolah wajib mengembalikan nuansa pendidikan etika di dalam
proses pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah. Guru perlu mendidik dengan hati yang
dilandasi kasih sayang kepada anak yang sedang tumbuh-kembang baik secara fisik maupun
psikologik. Hubungan yang sifatnya hierarki-birokrasi, di mana guru merasa berkuasa atas
murid yang selalu siap menghukum karena siswa dianggap salah, tidak mematuhi kata perintah
guru harus diganti dengan hubungan pendampingan dalam perjalanan siswa menghayati proses
pendidikan di sekolah.

22
2.2.4 Pengaruh Perkembangan Budaya Terhadap Etika Siswa
Implikasi dari perubahan suatu system budaya yang dianut dalam masyarakat
mengakibatkan terjadinya pengaruh yang signifikan terhadap nilai-nilai budaya tersebut dalam
penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sistem pendidikan harus memperhatikan nilai-
nilai budaya, karena budaya yang ada akan menolong terjadinya pembudayaan dalam proses
pendidikan yang diselenggarakan
Pendidikan adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus
berubah, berkembang dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan
untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi
dalam sistem sosial, yang mana termasuk di dalamnya adalah pendidikan, karena pendidikan
ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal, informal, maupun non formal.
Pendidikan ada karena adanya suatu masyarakat yang berperan di dalamnya, maka
pendidikan dan masyarakat itu memiliki suatu hubungan yang erat dan ketergantungan. Oleh
karena itu pendidikan merupakan suatu bantuan yang di dalamnya terdapat pengabdian
masyarakat sehingga masyarakat itu semakin berkembang dan maju dengan adanya suatu
pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pematangan dan pendewasaan masyarakat.
Pada zaman sekarang ini ada perkembangan budaya sosial yang berjalan begitu cepat
namun ada juga yang berjalan dengan lamban, juga sangat berdampak pada pendidikan,
misalnya dengan bertambahnya penduduk yang cepat maka perlu disediakan sekolah untuk
menampung siswa tersebut, sehingga sarana pendidikan pun juga harus dibangun lebih banyak.
Lalu dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial itu pula kebutuhan masyarakat
terhadap pendidikan guna menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, akan sangat
memerlukan pendidikan guna mempersiapkan masyarakat itu sendiri dalammenghadapi
perkembangan zaman itu.
Upaya bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan mewajibkan
pendidikan dasar sembilan tahun adalah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan berubahnya kebutuhan
masyarakat akan pendidikan yang mampu membekali diri mereka dengan pengetahuan dan
keterampilan yang nantinya dapat digunakan atau dipraktikkan dalam kehidupan nyata, maka
perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan orientasi pendidikan juga akan terjadi.
Jika kita melihat perkembangan budaya sosial sebagai dampak dari berkembangnya
teknologi adalah dengan sangat mudahnya mengakses internet yang bagi masyarakat yang tidak
agamis dapat digunakan untuk hal-hal yang negatif, kita juga bisa menyaksikan banyak
23
kecurangan-kecurangan, ketidak jujuran, dan banyak perbuatan negatif yang bertentangan
dengan norma agama Islam sebagai dampak dari perubahan sosial, karenannya sangat
diperlukan sistem pendidikan yang dapat mempersiapkan manusia (masyarakat) untuk tidak
melakukan perbuatan tersebut.
Dampak lain dari terjadinya perkembangan budaya sosial terhadap pendidikan
adalah dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan,
juga dampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu
(quality oriented), yaitu akan peningkatan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan menuju
kepada pembelajaran unggul sehingga menghasilkan output yang berkualitas.
Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada
pendidikan, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga
perubahan sosial yang menghasilkan akibat buruk bagi dunia pendidikan, berikut sisi positif dan
negatif dari suatu perubahan budaya terhadap pendidikan :
a. Dampak Positif
Perkembangan budaya tentunya memiliki dampak yang positif terutama bagi para
siswa. Tentunya dengan perkembangan budaya tata kosakata siswa dalam berbicara meningkat,
karena variasi kata kata terbaru yang muncul seiring dengan perkembangan budaya yang ada.
Dan tentunya dengan perkembangan budaya ini siswa dapat bersosialisasi ataupun
berkomunikasi dengan sesame siswa di dalam lingkungan sekolah dengan lebih baik dan benar,
sehingga menciptakan suasana bersosialisasi yang hangat.
b. Dampak Negatif
Perkembangan budaya juga tentunya memiliki dampak yang negatif bagi siswa.
Akibat dari perkembangan budaya saat ini mengakibatkan etika siswa dalam berbicara dengan
orang lain menurun. Karena banyak nya kosakata baru yang yang biasa disebut “ kata kata gaul
” yang bermunculan mengakibatkan rasa attitude siswa dalam berbicara menurun. Siswa
banyak menggunakan kata kata yang kurang sopan ketika berbicara dengan sesame siswa
dilingkungan sekolah. Bahkan terkadang para siswa berbicara dengan kata kata kasar kepada
guru, dan menyebabkan guru menghukum siswa tersebut. Namun walaupun telah dihukum
akibat kesalahannya, para siswa itu terkadang tetap menggunakan kata kata yang kurang sopan
atau bahkan kata kata kasar ketika berbicara. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap masa
depan dari siswa itu sendiri. Dan dapat mengakibatkan hal tersebut terbawa hingga ke dalam
masyarakat yang akan menghasilkan masyarakat tersebut menjauhi siswa itu.

24
2.3. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk dari hal-hal khusus sehingga konsep
tidak dapat langsung diamati dan diukur. Dalam hal ini konsep hanya dapat diamati dan diukur
melalui variabel. Jadi variabel difungsikan sebagai simbol atau lambang bilangan dari konsep
yang dibuat bervariasi.
Kerangka konsep peneliti pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (variabel bebas) adalah
Budaya, sedangkan yang menjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah Etika siswa.

BUDAYA ETIKA SISWA

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

2.4. Definisi Operasional


Dalam mencapai tujuan dalam penelitian ini penulis menentukan definisi operasional
sebagai berikut.
1. Tingkat Etika siswa dalam bersosialisasi dengan guru dan sesama siswa dalam kehidupan
siswa SMA Negeri 4 Pematangsiantar.
2. Etika berbicara yang diperoleh siswa sebagai hasil ukur dari pengaruh perkembangan budaya
modern

BAB III
25
METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian


Dalam hal ini, penulis menargetkan siswa SMA Negeri 4 Pematang
Siantar sebagai objek dalam melakukan penelitian ini. Untuk memperoleh data
dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis meminta informasi
dan data sejumlah siswa kelas 12 kepada guru bidang kesiswaan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada awal bulan 3, dan akan berlangsung sekitar dua
minggu. Berikut adalah tabel pelaksaan penelitian ini.

Tabel 3.2
Waktu Penelitian
Bulan ( Juli )
No KELAS
Rabu-Jumat Senin-Selasa Rabu-Kamis
08-10 Maret 13-14 Maret 15-16 Maret
1
XII PMIA-4

2
XII PMIA-3

Sumber: Penulis

3.2.2. Tempat Penelitian


Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 4 PematangSiantar, yang
beralamat di Jl. Patimura no.1, PematangSiantar, Sumatera Utara.

3.3. Ruang Lingkup Penelitian


Untuk memudahkan penelitian, maka penulis menetapkan ruang lingkup analisis
untuk membatasi permasalahan dan pembahasan. Dalam hal ini, penulis meneliti sejumlah
siswa yang berinteraksi dengan siswa lain maupun guru di sekolah.

26
3.4. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif. Data kualitatif
berisikan data penelitian yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data kualitatif pada
penelitian ini adalah informasi berupa gambaran mengenai tingkat etika siswa saat berbicara
dengan guru dan sesama siswa.

3.5. Alat Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah alat tulis,
laptop, internet, flashdisk, serta sarana dan prasana lainnya yang mampu mendukung

pengumpulan informasi selama penelitian ini berlangsung.

3.6. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
Observasi serta dokumentasi. Dimana Observasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana tata
kebahasaan dan juga etika siswa saat berbicara dengan guru dan sesama siswa. Dilakukan secara
langsung terhadap sejumlah murid maksimal 30 siswa dengan melihat bagaimana respon siswa
terhadap pembicaraan yang dilakukan siswa tersebut dengan guru dan sesama siswa Serta teknik
pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi yakni melakukan pencarian informasi
pada media elektronik.

BAB IV
27
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bagaimana perkembangan budaya sangat
beradampak bagi tata beretika siswa. kita tahu bahwa pada semester 1 tahun 2021 proses
pembelajaran yang dilebih sering digunakan oleh siswa adalah pembelajaran daring ( dalam
jaringan), yang menggunakan zoom, dan google meet untuk melakukan interaksi dengan sesama
siswa dan guru. Akibat dari pembelajaran daring itu juga mempengaruhi cara siswa dalam
bersosialisasi. Hal ini karena siswa lebih ditekankan untuk belajar dan bersosialisasi dari rumah
dibanding langsung diluar rumah, sehingga tata beretika siswa juga mengalami perubahan dan
lebih tepatnya kearah penurunan sikap etika siswa tersebut. Namun di semester 2 tahun 2022
proses pembelajaran yang sering digunakan siswa adalah pembelajaran luring ( luar jaringan )
yakni pembelajaran tatap muka secara langsung yang dilakukan di sekolah. Dan karena hal itu
para siswa dapat bertemu satu sama lain dan berinteraksi dengan siswa dan guru kembali.
Walaupun demikian dikarenakan pembelajaran daring yang telah menurunkan sikap etika siwa
dalam berbicara menyebabkan interaksi yang dilakukan menjadi kurang baik. Siswa semakin
kurang sopan ketika berbicara dengan guru bahkan melawan perintah guru, dan juga siswa
sering menggunakan kata kata kasar ketika berbicara dengan sesama siswa, bahkan tak jarang
para siswa tersebut menggunakan kata kata kasar ketika sedang ada guru didekatnya.

4.2. Pembahasan
Dengan demikian orang tua dan sekolah harus lebih mengarahkan bagaimana cara
bersosialisasi yang baik lagi kepada siswa, agar cara mereka dalam bersosialisasi tidak salah dan
mengakibatkan para siswa dijauhi oleh masyarakat, dikucilkan, bahkan diusir dari daerah
setempat ketika siswa terjun ke dalam dunia masyarakat nanti nya. Dan tentunya diperlukan
waktu lagi untuk mendidik para siswa tersebut menjadi memiliki etika yang lebih baik lagi
Tentunya pendidikan moral yang diberikan keluarga tidak cukup untuk mendidik
siswa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, hal itu dapat disebabkan pendidikan yang minim dan
hal lainnya. Sehingga orang tua menyuruh anaknya untuk bersekolah agar dapat memahami
bagaimana bersosialisasi yang baik, penggunaan kata kata yang baik ketika berbicara dan
memahami pelajaran pelajaran lain dengan baik melalui interaksi sosial yang dilakukan anaknya
disekolah. Jadi kita tahu bahwa dengan melakukan interaksi sosial dapat meningkatkan
pemahaman siswa terdahap bagaimana etika bersosialisasi yang baik dan benar. Sehingga

28
kepribadian siswa lebih meningkatkan ketika melakukan interaksi sosial dengan sesama maupun

guru dan juga di dalam keluarga.

29
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan
Etika siswa saat berinteraksi di sekolah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang
kami bahas yaitu faktor internal dan interaksi sosial. Karena keluarga merupakan orang terdekat
yang selalu ada di samping kita yang mana dampak dari keluarga akan sangat besar kepada
murid atau anak. Jadi dari hasil penelitian di atas kami mendapatkan kesimpulan bahwa
keluarga sangat berdampak besar terhadap sikap dan perilaku anaknya karna anak akan meniru
dan menerima apa yang diberikan oleh anggota keluarga di rumah dan pendidikan dari keluarga
adalah yang pertama dan paling utama untuk anak. Apabila orang tua memberi hal positif
kepada anak seperti memberi dukungan belajar, motivasi, dan kondisi rumah atau keluarga yang
harmonis bisa membantu anak menaikkan mood dan semangat anak di rumah dan di sekolah.
Dan sebaliknya apabila orang tua malah memberikan dampak atau perilaku yang buruk pada
anak seperti sering ribut di rumah, membentak anak, terlalu menuntut anak dengan keinginan
orang tua akan membuat si anak tidak nyaman dan terganggu, apabila si anak tidak semangat
mulai dari rumah maka ke sekolah pun degan keadaan tidak semangat, dan hal itu akan sangat
berpengaruh kepada kepribadian anak.
Karena besarnya pengaruh keluarga terhadap terhadap etika seoarang anak, orang tua
dituntut atau diminta untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada anaknya. Di zaman
sekarang banyak anak yang ingin memilih jalan A tapi orang tua tidak mendukung dan
memaksa anak memilih jalan B yaitu jalan yang dipilih orang tuanya, dari situ si anak akan
memilih salah satu jalan dengan setengah hati, di satu sisi jika ia memilih jalannya sendiri maka
orang tuanya tidak mendukung, jika ia memilih jalan orang tuanya itu juga bukanlah jalan
sesuai keinginan dan pilihan hatinya. Maka si anak pun akan bingung dan akhirnya jadi memilih
jalan yang salah. Jadi itulah contoh kecil seberapa pentingnya dampak dan peran orang tua
kepada murid dalam meningkatkan etika bersosisalisasi anak.
Dampak dari interaksi sosial di lingkungan sekitar juga tidak kalah penting terhadap
bagaimana cara bersosialisasi murid, karena interaksi kita dengan orang di lingkungan adalah
interaksi kedua setelah orang tua, sama seperti tadi orang di sekitar kita dapat memberikan
dampak baik maupun buruk kepada murid. Apabila lingkungan kita baik dan positif maka kita
akan terdorong untuk positif. Contohnya seperti apabila lingkungan kita adalah orang-orang
yang rajin belajar, rajin mengerjakan pr maka kita akan ikutan juga seperti mereka karna faktor
lingkungan tadi.
30
Apabila lingkungan tempat kita berinteraksi adalah lingkungan yang jelek atau negatif
dan buruk terhadap kita itu juga dapat mempengaruhi kita, apabila yang dulunya kita rajin dan
tidak malas, dengan lingkungan kita yang contohnya suka berkata kasar, suka unutk menghina
sseorang tanpa kita sadari akan tertarik untuk mengikuti dan akhirnya akan seperti mereka.

5.2. Saran
Berikut beberapa saran dari kami mengenai hasil penelitian di atas:
1. Untuk murid
Murid harus bijak dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan budaya yang terjadi,
dimana murid harus dapat menyaring kata kata yang buruk dan yang baik yang dapat
dipergunakan dalam kehidupan sehari hari. Agar sekiranya dengan dilakukan hal
demikian tingkat etika murid akan semakin baik saat bersosialisasi terutama dalam
lingkungan masyarakat.

2. Untuk orang tua


Orang tua harus bisa dalam mengontrol tata berbicara anak. Orang tua harus selalu
mengajarkan kepada anaknya bagaimana cara untuk berbicara yang memiliki etika yang
baik dan berbicara menggunakan kata kata yang seharusnya diucapkan dan memberitahu

kepada anak anaknya apa saja kata kata yang tidak boleh diucapkan ketika berbicara.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, dkk, Etika Pendidikan Keluarga, Sekolah, Masyarakat, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Amin, Ahmad, Ethika Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 2001.

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode & Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fathurrohman, Muhammad & Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Teras.

Geldard Kathryn & David Geldard. 2011. Konseling Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Hadi, Amirul & Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Budaya. Bandung:Pustaka Setia.

Hariyanto & Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Heni, Mularsih & Karwono . 2017. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan

Sumber Belajar. Depok: PT Grafindo Persada.

Maran, Rafael Raga, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:

Rineka Cipta, 2007 Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:

PT.Rineka Cipta.

Mudjiono & Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran Etika. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Novikasari Artikel Ifada. 2016. Uji Validitas Instrumen. Purwokerto.

Priyanto, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian

Dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava

Media.

Rachmawati, Tutik & Daryanto.2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik.

Yogyakarta: Gava Media.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Beretika. Jakarta: CV Rajawali.

ShoimatulMu’minah, 2010, Pengaruh Pendidikan Keluarga

Terhadap Etika Anak


32
Slameto. 1995. Etika dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sobur, Alex. 1985. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa.

Sudjana, Nana 1989. . Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

_______ 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syafei, M.Syahlan. 2002. Bagaimana Anda Mendidik Anak. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Thobrani, Muhammad & Ali Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran Perkembangan Budaya.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wiyani, Novan Ardy. 2016. Konsep Dasar PAUD. Yogyakarta: Gava

________________. 2014. Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Media.

Emosi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Yayan Riyanti, 2007. Studi Korelasi antara Perhatian Orang Tua dengan etika anak

33

Anda mungkin juga menyukai