Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Dampak Positif dan Negatif dari IPTEK


dalam sistem Religiusitas
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Wawasan Keilmuan, Teknologi dan Lingkungan
Dosen Pengampu : Muhammad Taufik Page, SKM., M. Kes

Oleh

Masita
Ernywati
Mistri Ayu
Eva Krstiani
Evi Kristiani
Riska Wirdha Astrianti
Muhammad Amar Naufal

KEPERAWATAN B 2019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehaadiran Tuhan Yang Maha ESA atas segala berkat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Dampak Positif dan
Negatif dari IPTEK dalam sistem Religiusitas. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk senantiasa memberikan
masukan, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalaah ini dan saya
mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaaca untuk menambah wawasan dan
pengetaahuan tentang cara menggunakan IPTEK dengan bijak teruama pada sistem Religiusitas

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian internet...................................................................................................3
B. Pengertian Teknologi..............................................................................................3
C. Macam – Macam Perangkat Teknologi...................................................................4
D. Manfaat media internet............................................................................................5
E. Jejaring internet.......................................................................................................5
F. Dampak pengaruh jejaring sosial.............................................................................6
G. Pengertian religiunitas.............................................................................................6
H. Dimensi-Dimensi Religiusita..................................................................................7
I. Religiusitas dalam Perspektif Islam.........................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Informasi di era modern ini semakin pesat di dalam kehidupan
masyarakat. Internet merupakan salah satu media dari teknologi informasi tersebut yang
memiliki perkembangan tercepat dari teknologi-teknologi lainnya. Perkembangan tersebut
memberikan dampak positif dan negatif yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia termasuk
di dalamnya kehidupan beragama. Hal tersebut selaras dengan munculnya jejaring sosial yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat terutama remaja atau mahasiswa sebagai media untuk
berkomunikasi yang memungkinkan setiap orang saling berinteraksi dengan orang yang berada
di negara lain atau tempat yang jauh tanpa mengenal batas dan waktu. Selain untuk berinteraksi,
setiap orang dapat memperoleh informasi dari manapun, kapanpun dalam bentuk apapun baik itu
informasi yang positif maupun negatif yang tidak sesuai dengan agama dan budayanya.

Perubahan dewasa saat ini, berdampak pada berbagai kalangan. Salah satunya pada
mahasiswa, yang dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi yang pesat yang
menimbulkan dampak munculnya globalisasi informasi, mode, serta semakin menjamurnya
berbagai macam perangkat media massa dan elektronik, seperti televisi, internet, handphone dan
alat-alat komunikasi lainnya yang ikut memengaruhi perubahan nilai sosial dan gaya hidup
mahasiswa (Kunto,1999). Mahasiswa pada umumnya digolongkan kedalam kelompok masa
remaja akhir yang berada pada rentang usia 18-22 tahun dan merupakan masa transisi menuju ke
fase dewasa (Santrock, 2003). Pada fase ini, mahasiswa seringkali menghadapi berbagai
perubahan dan permasalahan karena merupakan masa penentuan identitas diri, dan
pengembangan sikap realistis dan harapan. Hal ini diakibatkan oleh adanya ketidaksesuaian
antara perkembangan fisik yang telah matang dengan perkembangan psikososialnya (Hurlock,
2009).Kebebasan media dan pers yang menyertai era globalisasi, diantaranya menyebabkan
materi-materi seks kian mudah didapatkan dan beredar di masyarakat. Media komunikasi
internet yang bebas sensor menjadi lahan subur bagi perkembangan materi-materi seks, terutama
yang berbau porno. Kemudahan dan fasilitas seperti yang disediakan internet pun menjadikan
sajian-sajian seksual di internet sangat variatif. Internet tidak hanya menampilkan materi seks
porno dalam bentuk gambar-gambar diam saja, tetapi ada juga yang menampilkan gambar
bergerak lengkap dengan suaranya, potongan video klip dengan durasi pendek sampai yang
panjang (Purwono, 1998). Sajian situs porno di internet selain memperlihatkan gambar-gambar
wanita telanjang, ternyata juga menayangkan video hubungan seksual, paedophilia (foto
telanjang anak-anak), hebephilia (foto telanjang remaja) dan paraphilia (materi seks
“menyimpang”); termasuk di antaranya gambar-gambar sadomasochism (perilaku seks dengan
siksaan fisik), perilaku sodomi, urinasi (perilaku seks dengan urin), defekasi (perilaku seks
dengan feses) dan perilaku seks dengan hewan (Elmer-Dewitt, 1995). Beberapa diantaranya
sangatlah amat porno dan tidak lazim, semuanya begitu mudah didapat hanya dengan sekedar
meng-klik mouse di tangan.

Kualitas informasi sangat penting, karena dapat mempengaruhi capital providers dan
stakeholder lain dalam membuat suatu keputusan investasi. Selain itu, investor memerlukan
informasi yang berkualitas untuk menciptakan pasar yang lebih efisien. DeAngelo (1981)
mendefinisikan audit quality sebagai kemungkinan yang dinilai pasar bahwa auditor akan
memberikan a) penemuan mengenai pelanggaran dalam sistem akuntansi klien, b) auditor

1
melaporkan adanya laporan yang salah saji telah dideteksi dan didefinisikan sebagai
independensi auditor. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan audit quality merupakan
suatu fungsi dari kemampuan auditor untuk mendeteksi laporan yang salah saji dan independensi
auditor yang dapat dinilai oleh pasar. Seorang audit harus memiliki etika yang baik. Etika
seorang auditor sudah terdapat pada etika profesi, namun masih ada kasus auditor yang
menyimpang. Pelanggaran etika profesi untuk mengejar keuntungan material. Padahal sudah
seharusnya, seorang auditor memiliki komitmen yang baik dalam menyusun laporan keuangan.
Salah satu asumsi hilangnya perilaku etis disebabkan kurangnya nilai-nilai religius dalam diri
akuntan. Hilangnya nilai religius akan mengakibatkan akuntan tidak bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. Karena seseorang yang memiliki agama dalam hidupnya maka
akan menghindari perilaku yang menyimpang dan perilaku yang dapat merugikan banyak pihak.
Glock dan Stark (1965) mengatakan bahwa religiusitas adalah keseluruhan dari fungsi jiwa
individu mencakup keyakinan, perasaan, dan perilaku yang diarahkan secara sadar dan sungguh-
sungguh pada ajaran agamanya dengan mengerjakan lima dimensi keagamaan yang didalamnya
mencakup tata cara ibadah wajib maupun sunat serta pengalaman dan pengetahuan agama dalam
diri individu. Selain nilai agama atau religiusitas yang menjadi titik berat dalam menentukan
kualitas audit, namun perilaku pribadi juga memiliki peran besar dalam menentukan tindakan
penyelempengan kualitas audit. Orientasi etika dapat memengaruhi keputusan audit dalam
mengambil tindakan, maupun itu tindakan baik maupun buruk. Orentasi etika (ethical
orientation atau ethical ideology) dapat diartikan mengenai konsep diri dan perilaku pribadi yang
berhubungan dengan individu dalam diri seseorang. Cohen et al (1996) mengatakan bahwa
orientasi etika pada setiap individu, pertama ditentukan oleh kebutuhan masing - masing
individu. Kebutuhan tersebut berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan sistem nilai individu
yang akan menentukan harapan atau tujuan dalam setiap perilaku sehingga pada akhirnya
individu tersebut menentukan tindakan apa yang akan diambilnya.

B. Tujuan Makalah

Untuk menegtahui dampak positf dan negatif dari pengunaan IPTEK dalam sistem
Religiusitas

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Internet

Dalam buku Teknologi Informasi dan Komunikasi karangan Hendri Pondia, disebutkan
bahwa Internet adalah sekumpulan komputer yang terhubung satu dengan yang lain dalam
sebuah jaringan. Disebut jaringan yang saling terhubung karena Internet menghubungkan
komputer-komputer dan jaringan komputer yang ada di seluruh dunia menjadi sebuah jaringan
komputer yang sangat besar. Dengan adanya internet, segala informasi dapat dikomunikasikan
secara instan dan global. Teknologi ini telah membuka mata dunia akan lahirnya interaksi yang
baru dana dapat melahirkan sisi positif maupun negatif. Hasrat untuk berkomunikasi, dahaga
akan informasi dan pengetahuan secara bebas tanpa batasan ras, bangsa, geografi, kelas, dan
batasan- batasan lainnya merupakan dasar filosofis kemunculan internet sebagai teknologi
komunikasi dan informasi (Mahayana, 1999: 16-17). Media Internet secara tidak langsung juga
dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap kehidupan. Diantara media-media yang
menggunakan teknologi internet ini diantaranya email, forum, mailist, jejaring sosial, blog atau
website dan lain-lain.

B. Pengertian Teknologi

Teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
bantuan alat dan akal (Hardware dan Software) sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak manusia.1
Sedangkan informasi adalah hasil pemrosesan, manipulasi, dan pengorganisasian/penataan dari
sekedar kelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan bagi penggunanya.

Pengertian teknologi informasi menurut beberapa ahli teknologi informasi:


a. Teknologi informasi adalah studi atau alat elektronika, terutama komputer untuk
menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata,
bilangan dan gambar
b. Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan
informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi
c. Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan
mengirimkan informasi dalam bentuk elektroniks
d. Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan
jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video.

Jadi menurut paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknologi informasi
adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, untuk menghasilkan informasi
yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Peran ilmu
pengetahuan teknologi informasi atau media elektronik terutama internet telah membuat dunia
semakin mudah terjangkau, karena internet memiliki kemampuan menginformasikan berbagai
peristiwa dunia secara terus menerus selama 24 jam. Mulai dari pebisnis, pegawai, sampai pada
pelajar membutuhkan internet. Internet mempermudah akses informasi bagi para pelajar
maupun mahasiswa, guna mengakses ilmu pengetahuan (Duila, Kompasiana, 2016).

3
Pada dasarnya fungsi teknologi informasi pada dunia maya adalah keikutsertaan massa
secara langsung dalam melakukan proses komunikasi. Jadi, model komunikasi yang dibentuk
oleh dunia maya adalah komunikasi massa yang melibatkan banyak manusia dalam prosesnya.
Jika dianalogikan, komunikasi menjadi bahan sedangkan dunia maya menjadi wadah atau
media. Hal ini akan menjadi pasangan yang cocok dalam penyebaran dakwah melalui teknologi
informasi.

C. Macam-macam perangkat teknologi

Macam-macam perangkat teknologi informasi adalah sebagai berikut:

a. Cash Register adalah alat yang digunakan untuk memperoleh informasi pembayaran.
Alat ini sering dijumpai di bagian kasir di toko-toko.
b. Kalkulator adalah alat yang digunakan untuk memperoleh informasi hasil perhitungan
angka.
c. Komputer adalah perangkat berupa hardware dan software yang digunakan untuk
membantu manusia dalam mengolah data menjadi informasi dan menyimpannya untuk
ditampilkan di lain waktu.
d. Laptop/Notebook adalah perangkat canggih yang fungsinya sama dengan komputer,
tetapi bentuknya praktis dapat dilipat dan dibawa ke manamana karena bobotnya yang
ringan, bentuknya yang ramping, dan daya listriknya yang menggunakan baterai charger,
sehingga bisa digunakan tanpa harus mencolokannya ke steker.
e. Deskbook adalah perangkat sejenis komputer dengan bentuknya yang jauh lebih praktis,
yaitu CPU menyatu dengan monitor sehingga mudah diletakkan di atas meja tanpa
memakan banyak tempat. Namun perangkat ini masih menggunakan sumber listrik
steker karena belum dilengkapi baterai.
f. Personal Digital Assistant (PDA)/Komputer Genggam adalah perangkat sejenis
komputer, tetapi bentuknya sangat mini sehingga dapat dimasukkan dalam saku.
Walaupun begitu, fungsinya hampir sama dengan komputer pribadi yang dapat
mengolah data. Bahkan, sekarang banyak PDA yang juga berfungsi sebagai telepon
genggam (PDA Phone)
g. Kamus Elektronik adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk menerjemahkan
antar bahasa.
h. MP4 Player adalah perangkat yang dapat digunakan sebagai media penyimpanan data
sekaligus sebagai alat pemutar video, musik, serta game.
i. Kamera Digital adalah perangkat yang digunakan untuk menyimpan gambar atau video
dengan menggunakan metode penyimpanan secara digital atau disk.
j. Al-Qur‟an Digital adalah revolusi baru dalam dunia buku. Kitab suci AlQur‟an kini
tersedia dalam bentuk digital, lengkap dengan layar yang menampilkan tulisan dan juga
dapat mengeluarkan suara.
k. Flashdisk adalah media penyimpan data portabel yang berbentuk Universal Serial Bus.
Ukurannya kecil dan bobotnya sangat ringan, tetapi dapat menyimpan data dalam
jumlah besar.
l. MP3 Player adalah perangkat yang dapat menyimpan data sekaligus dapat digunakan
untuk memutar musik dan mendengarkan radio.
m. Televisi adalah perangkat elektronik yang memiliki kelebihan karena dapat
menyampaikan informasi dalam bentuk gambar bergerak/video bersuara secara
langsung.

4
n. Radio adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk menyampaikan informasi
berupa suara dari station pemancar melalui frekuensi yang telah ditetapkan.
o. Koran adalah media cetak yang digunakan untuk menyampaikan informasi, berupa
tulisan, dan gambar yang terbit setiap hari.
p. Majalah adalah jenis media cetak yang digunakan untuk menyampaikan informasi
berupa tulisan dan gambar yang terbit secara rutin setiap minggu atau bulanan.

D. Manfaat Media Internet

Melihat perkembangannya saat ini, internet merupakan kebutuhan pokok bagi


masyarakat luas. Bukan lagi barang mewah, internet sekarang sudah mudah didapat/diakses.
Berbagai pekerjaan ataupun kebutuhan dapat dengan mudah diselesaikan melalui internet.
Mellki A.P mengungkapkan beberapa manfaat dan kegunaan internet di antaranya :

a. Informasi yang murah, gampang, melimpah, cepat serta aktual,


b. Perpustakaan raksasa,
c. Media komunikasi,
d. Fasilitas promosi serta publikasi.
e. Media Bisnis,
f. Pertukaran Data, dan
g. Mereduksi Biaya Produksi.

Media internet tidak hanya dipergunakan untuk mencari informasi ataupun melakukan
transaksi jual beli saja, tetapi juga dapat dijadikan sarana bersosialisasi. Situs yang
menyediakan layanan pertemanan yang dikenal dengan jejaring sosial menjadi incaran utama
para pengguna internet. Para pengguna internet yang didominasi oleh anak-anak dan remaja
membuat akun jejaring sosial untuk saling berkomunikasi satu sama lain.

E. Jejaring Sosial

Jejaring sosial merupakan layanan berbasis web, yang diikuti individu untuk (1)
membangun profil publik atau semi publik dalam satu ikatan sistem, (2) untuk
mengartikulasikan sejumlah daftar pengguna lain yang ikut berbagi bersama dalam suatu
koneksi, (3) untuk melihat dan melintasi daftar yang terhubung. Hal ini sejalan dengan
pendapat Mbete, dkk yang menjelaskan bahwan Situs jejaring sosial adalah sebuah platform
berbasis web yang menyediakan tempat bagi pengguna internet untuk bergabung dan
membentuk situs online, sehingga orang-orang dari berbagai negara dapat menjalin hubungan
pertemanan tanpa harus bertemu secara langsung.

Situs jejaring sosial memiliki kelebihan dapat menghubungkan setiap pengguna


internet di seluruh dunia tidak mengenal ruang dan waktu. Bahkan ada idiom yang
menyebutkan bahwa saat ini adalah era generasi menunduk. Dimanapun, kapanpun, semua
asyik menunduk dengan gadget kesayangan untuk mengakses situs gaul semacam facebook
atau twitter.

5
F. Dampak Penggunaan Jejaring Sosial

Donny BU. Dalam bukunya “Usir Galau dengan Internet Sehat”, menjelaskan bahwa
jejaring sosial memiliki efek positif, diantaranya :

1. Mengembangkan keterampilan teknis dan sosial yang sangat dibutuhkan di era digital
seperti sekarang ini.

2. Memperluas jaringan pertemanan,

3. Motivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka temui secara
online,

4. Situs jejaring sosial membuat pengguna menjadi lebih bersahabat, perhatian dan empati

Selanjutnya, juga mengemukakan bahwa jejaring sosial memiliki efek negatif, diantaranya :

1. Malas berkomunikasi di dunia nyata,

2. Lebih mementingkan diri sendiri,

3. Sebagai lahan subur bagi para predator untuk melakukan kejahatan.

G. Pengertian Religiusitas
Religiusitas berasal dari kata religi yang sering diartikan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai agama (Al-diin). Kata Religi dalam bahasa Inggris yaitu religion, dalam bahasa Belanda;
religio. Keduanya berasal dari bahasa latin, religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat.
Secara lebih komprehensif, ahli-ahli psikologi agama Glock & Stark menandaskan bahwa religi
adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan,
yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling
maknawi (ultimate meaning). Dari istilah agama atau religi tersebut muncullah istilah
religiusitas atau keberagamaan. Religiusitas dapat diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan,
seberapa kokoh keyakinan, seberapa istiqomah pelaksanaan ibadah dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya. Glock dan Stark merumuskan religiusitas sebagai
komitmen religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang dapat dilihat
melalui aktifitas atau prilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman
yang dianut

Selain bermanfaat, perkembangan teknologi berdampak negatif pada aspek sosial,


seperti: kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan
pelajar, dengan semakin meningkatnya kenakalan dan tindakan menyimpang yang dilakukan
remaja (Irene, dalam Ngafifi, 2014). Pengaruh negatif perkembangan teknologi di antaranya
adalah serbuan paparan pornografi bagi remaja. Paparan pornografi di media adalah tayangan
berisi materi seks di media massa yang secara sengaja ditujukan untuk membangkitkan hasrat
seksual bagi khalayak . Contoh-contoh pornografi di media massa adalah gambar atau foto
wanita dengan berpakaian minim atau tidak berpakaian di sampul depan atau di bagian dalam
majalah atau media cetak, kisah kisah yang menggambarkan hubungan seks di dalam berbagai
media cetak, adegan seks di dalam film bioskop, Video atau Video Compact Disc (VCD), dan
sebagainya (Rumyeni & Lubis, 2013). Demikian juga televisi dengan berbagai tayangan

6
pornografi berdampak buruk bagi masyarakat, terutama remaja dan anak-anak di bawah umur
(Budiman, dalam Muntaqo, 2006).

Religiusitas (kata sifat religius) tidak identik dengan agama. Mestinyaorang yang
beragama itu adalah sekaligus orang yang religius juga. Namunbanyak terjadi, orang penganut
suatu agama yang gigih, tetapi dengan bermotivasi dagang atau peningkatan karier. Disamping
itu, ada juga orang berpindah agama karena dituntut oleh calon mertuanya, yang kebetulan dia
tidak beragama sama dengan yang dipeluk calon suami atau istri. Ada juga kejadian, menurut
anggapan orang luar, seseorang sangat tekun dan taat melakukan ajaran agamanya secara
lahiriah, akan tetepi diluar pengamatan orang, ia adalah lintah darat, sedangkan dalam rumah
tangganya ia juga kejam dengan istrinya, serta secara diam-diam ia suka berjudi, atau main
serong, dsb. Orang ini hanya beragama sekedar ingin dihormati, dan tambah mendapat
keuntungan-keuntungan material tertentu. Ia bukan manusia religius. Realitas ini mendorong
timbulnya berbagai gugatan terhadap efektifitas pendidikan agama yang selama ini dipandang
oleh sebagian masyarakat telah gagal dalam membangun afeksianak didik dengan nilai-nilai
yangeternal (abadi)serta mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Terlebih lagi
dalam hal ini, dunia pendidikan yang mengembanperan sebagai pusat pengembangan ilmu dan
SDM, pusat sumber daya penelitian dan sekaligus pusat kebudayaan kurang berhasil, kalau
tidak dikatakan gagal dalam mengemban misinya. Sistem pendidikan yang dikembangkan
selama ini lebih mengarah pada pengisian kognitif mahasiswa, sehingga melahirkan lulusan
yang cerdas tetapi kurang bermoral. Fenomena di atas tidak terlepas dari adanya pemahaman
yang kurang benar tentang agama dan keberagamaan (religiusitas). Agama sering kali dimaknai
secara dangkal, tekstual dan cenderung esklusif. Nilai- nilai agamahanya dihafal sehingga
hanya berhenti pada wilayah kognisi, tidak sampai menyentuh aspek afeksidan psikomotorik.

Keberagamaan tidak selalu identik dengan agama. Agama lebih menunjuk kepada
kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dalam aspek yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan
dan hukum-hukumnya. Sedangkan keberagamaan atau religiusitas lebih melihat aspek yang “di
dalam lubuk hati nurani” pribadi, dan karena itu religiusitas lebih dalam dari agama yang
tampak formal.

H. Dimensi-Dimensi Religiusitas

Keberagaman atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia.


Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan ritual (beribadah), tetapi
juga melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan akhir. Bukan hanya berkaitan dengan
aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi
dalam hati seseorang. Menurut Glock & Stark dalam buku Psikologi Islami Dr. Djamaludin
Ancok dan Fuat Nashori Suroso, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi
keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi
penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dan dimensi pengetahuan
agama (intelektual).

I. Religiusitas dalam Perspektif Islam

Konsep religiusitas menurut Glock dan Stark memiliki kesamaan dengan konsep
religiusitas dalam Islam. Konsep tersebut mencoba melihat keberagamaan seseorang bukan
hanya dari satu atau dua dimensi saja tetapi mencoba memperhatikan dari berbagai dimensi.
Begitupun konsep religiusitas atau keberagamaan dalam Islam, tidak hanya diwujudkan dalam

7
bentuk ritual saja tetapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai suatu sistem menyeluruh,
Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula. Dalam buku
“Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islam,” H. Fuad Nashori dan Rachmy
Diana Mucharam menjelaskan dimensi- dimensi religiusitas dalam Islam yaitu : dimensi akidah,
dimensi ibadah, dimensi amal, dimensi ihsan, dan dimensi ilmu

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa secara umum adanya media internet khususnya
jejaring sosial berdampak terhadap religiusitas dalam hal ini terhadap pelaksanaan shalat.
Dampak positif yang dirasakan melalui adanya jejaring sosial mudahnya berkomunikasi serta
mendapatkan informasi yang cepat dan bermanfaat bagi pelaksanaan shalat itu sendiri seperti
artikel-artikel ilmu tentang tatacara shalat dan keajaiban shalat dimanapun berada tanpa ada
hambatan. Hal ini sejalan dengan ungkapan John L. Esposito bahwa dengan adanya internet,
umat islam dapat mengakses sejumlah informasi tanpa hambatan. Sedangkan, dampak negatif
tersebut dapat terlihat dari munculnya sifat candu terhadap jejaring sosial, yang dapat
mengakibatkan naik dan turunnya semangat terhadap pelaksanaan shalat. Hal tersebut sesuai
dengan penjelasan Bambang Syamsul Arifin bahwa mahasiswa yang tergolong remaja memiliki
jiwa agama yang tidak stabil

Pemaparan di atas sesuai dengan ungkapan Donny, “remaja memang lebih banyak
menghabiskan waktu di situs-situs gaul, chatting, main game online, atau browsing, tetapi
mereka belum tentu paham dengan berbagai fitur yang ada”. Pendapat dari para informan
mengungkapkan bahwa jika tidak mengakses jejaring sosial dalam satu hari maka akan
menyebabkan rasa bosan. Sesuai dengan pengalaman para informan bahwa pengaruh-pengaruh
negatif yang muncul seperti itu secara tidak sadar sangat mengganggu aktivitas ibadah terutama
shalat. Ditambah dengan banyaknya konten-konten negatif yang seringkali muncul secara tiba-
tiba baik dalam bentuk iklan, game atau virus yang menampilkan konten negatif dalam bentuk
gambar atau video dapat membuat pelaksanaan shalat menjadi tidak khusus

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu aspek yang turut mempengaruhi
setiap aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi mampu mengubah pola
hubungan dan pola interaksi antar manusia. Kehadiran teknologi merupakan sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas manusia sedikit banyak akan
dipengaruhi oleh kehadiran teknologi. Kemajuan teknologi dewasa ini ditandai dengan
semakin canggihnya alat-alat di bidang informasi dan komunikasi, satelit, bioteknologi,
pertanian, peralatan di bidang kesehatan, dan rekayasa genetika. Muculnya masyarakat digital
dalam berbagai bidang kehidupan merupakan bukti dari kemajuan teknologi. Masyarakat dan
negara-negara di dunia berlombalomba untuk dapat menguasai teknologi tinggi (high tech)
sebagai simbol kemajuan, kekuasaan, kekayaan dan prestise. Dalam masyarakat Postmodern
berlaku hukum “barang siapa yang menguasai teknologi maka ia akan menguasai dunia”.
Dalam era globalisasi, kemajuan teknologi berlangsung sangat cepat sehingga kadangkala
manusia tidak sempat untuk beradaptasi dengan kemajuan tersebut. Akibatnya terjadi anomi
dalam masyarakat karena mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang jelas. Masyarakat
yang tidak mampu menguasai teknologi akan mengalami cultural lag dan akan terancam
eksistensinya.
Kemajuan teknologi ibarat dua sisi mata uang, di mana di satu sisi kemajuan
teknologi memberikan banyak manfaat positif bagi manusia untuk mempermudah manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian disisi yang lain kemajuan teknologi
menimbulkan efek negatif yang kompleks melebihi manfaat dari teknologi itu sendiri
terutama terkait pola hidup manusia dalam dimensi sosial budaya. Teknologi mengancam
kematian melalui berbagai penyakit, kerusakan lingkungan, pemanasan globalbal,
menciptakan ketegangan, memberikan berbagai resiko, belenggu atas diri manusia melalui
sistem kontrol yang tersembunyi, dan dehumanisasi. Satu hal yang perlu kita ingat, teknologi
selalu berwajah ganda, di satu saat ia menjadi teman, di saat yang lain, ia juga bisa menjadi
lawan.
Upaya-upaya yang dapat kita lakukan sebagai solusi untuk menanggulangi dampak
negatif dari kemajuan teknologi adalah dengan menanamkan kesadaran kepada setiap
individu tentang pentingnya memahami dampak negatif kemajuan teknologi. Dengan analisa
SWOT secara sederhana kita dapat menjadikan tantangan dan dampak negatif dari teknologi
menjadi peluang untuk memajukan suatu masyarakat dan negara. Untuk itulah diperlukan
peran serta aktif dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara dalam mencegah,
mengurangi, dan menanggulangi dampak negatif dari kemajuan teknologi. Sebagai manusia
modern sangat tidak bijaksana serta tidak mungkin jika kita mengatakan say no to technology,
namun yang harus kita lakukan yaitu mempertimbangkan kebutuhan kita terhadap teknologi,
mempertimbangkan baik-buruknya teknologi tersebut dan tetap menggunakan etika, serta
tidak terlalu berlebihan agar kita tidak kecanduan dan menjadi budak teknologi.
Kita harus menyadari bahwa teknologi bukan merupakan aspek kehidupan umat
manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak kebudayaan dan peradaban umat
manusia di dalam evolusinya mencapai kesempurnaan hidup (perfection of existence). Namun
teknologi merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk mempermudah dalam
melakukan sesuatu dalam aktivitas kehidupannya terutama pada bidang religiusitas yang
orientasi tidak akan memperlihatkan kekuatan serta dinamikanya, kalau tidak diwujudkan
dalam kesadaran.
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan memanfaatkan kemajuan teknologi pada
masa pembangunan ini, kesadaran religius, budaya dan ilmiah perlu ditanamkan dan
ditumbuhkan secara bersama-sama, karena dengan demikian manusia akan mendapatkan
motivasi yang kuat untuk menentukan sikap dan perjalanan kegiatannya secara utuh dan
terarah.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kenyataan budaya yang sangat berharga

9
dan dibutuhkan, namun tetap harus dipertahankan fungsi dan peranannya sebagai sarana
untuk kehidupan atau kepentingan hidup manusia, dan bukan menjadi tujuan hidupnya.
Penolakan terhadap ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi sebagai sarana kehidupan
manusia adalah suatu kekeliruan, sama halnya dengan kekeliruan yang dilakukan orang dalam
penyembahan dan pemujaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tujuan hidup.
Kesadaran religius tidak berarti memisahkan diri dari kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, tetapi agama menempatkan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sebagai alat,
sarana dan bukan tujuan. Sebab tujuan hidup manusia itu sendiri, sesuai dengan martabatnya
telah ditentukan oleh Tuhan yang menciptakan manusia itu sendiri, dan jalan menuju kesana,
hanya dapat ditempuh melalui pemahaman manusia kepada suatu agama, jika manusia ingin
selamat dan tidak sesat dijalan atau terombang ambing oleh pergolakan zaman. Karena agama
khususnya Islam mempunyai sendi-sendi, patokanpatokan yang bagaikan tonggak-tonggak
jalan yang absolut yang menghantar manusia menuju Kesempurnaan dan ketenangan
hidup.khususnya Islam mempunyai sendi-sendi, patokan-patokan yang bagaikan tonggak-
tonggak jalan yang absolut yang menghantar manusia menuju Kesempurnaan dan ketenangan
hidup.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wahidin Asep., Effendi Rahmat. & Shaleh Komaruddin (2015). Pengaruh


Penggunaan Internet Terhadap Religiusitas Mahasiswa Universitas Islam Bandung, 17-
24
Muhammad Nurdinah (2015). Pergeseran Nilai-Nilai Religius: Tantangan Dan
Harapan Dalam Perubahan Sosial, V 17 No 2, 191 – 202.
Saputri Ardilla, Rachmatan Risana (2016). Religiusitas Dengan Gaya Hidup
Hedonisme: Sebuah Gambaran Pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala. V 12 No 2,
59 – 67.

Anda mungkin juga menyukai