Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI


MERINCI DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dosen Pengampu: Drs. Mansur, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 3 :


Febryan Raditya : 12201179
Zaki Ferdiansyah : 12201164
M. Taufik Alfarizi : 12201174
Husna Yayni : 12201150
Laili : 12201153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai seperti moral, keagamaan, politik,
budaya, dan sosial, proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan
masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi
bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model
pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation)
suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi
berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
Berbagai macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli
kurikulum, pendidikan dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu terkadang berbeda
dengan sudut pandang ahli yang lain. Ada yang memandang dari sudut isinya dan
ada juga yang memandang dari sisi pengelolaanya (sentralisitik atau desentralistik).
Tidak sedikit pula ahli yang mengembangkan model kurikulum dari sisi proses
penggunaan kurikulum tersebut. Namun demikian, jika anda teliti lebih lanjut, para ahli
tersebut mempunyai satu tujuan atau arah yaitu mengoptimalkan kurikulum.
Selanjutnya dalam artikel ini akan dibahas tentang pengertian pengembangan
kurikulum, model-model pengembangan kurikulum, prosedur umum pengembangan
kurikulum dan implementasi manajemen kurikulum. Diharapkan dari paparan tersebut
diperoleh gambaran dan pemahaman secara jelas tentang pengembangan kurikulum
secara teoritik dan praktik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep desain kurikulum?
2. Apa saja model-model dari desain pengembangan kurikulum
3.
C. Tujuan Masalah
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Konsep Desain Kurikulum
Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli, diantaranya adalah:
1. Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk
yang memberi dasar, arah, tujuan, dan teknik yang ditempuh dalam memulai
dan melaksanakan kegiatan. Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
2. Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah
menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum.
Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan
dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut
penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.
3. Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain
kurikulum yang berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered
design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu
model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang
penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan
diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain
kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu
unsur dengan unsur lainnya, prinsip--prinsip pengorganisasian, serta hal-hal
yang diperlukan dalam pelaksanaannya.
B. Desain Pengembangan Kurikulum
Berikutnya akan dibahas enam macam model pengembangan
kurikulum, yaitu Model Administratif ( Top Down ), Model pendekatan Grass
Roots, Model Beauchamp, Taba’s Inverted Model, Tyler dan Oliva.
1. Desain Taba
Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Hilda
Taba atas dasar data induktif yang disebut model terbalik, karena biasanya
pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang secara
deduktif. Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak
merangsang timbulnya inovasi-inovasi, menurutnya pengembangan
kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru adalah yang
bersifat induktif, yang merupakan investasi atau arahan terbalik dari model
tradisional.
Pengembangan model ini diawali dengan melakukan pencarian data
serta percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengan tahapan
implementasi, hal ini dilakukan guna mempertemukan teori dan praktik,
adapun langkah–langkahnya adalah adalah sebagai berikut:
a) Mendiagnosis kebutuhan merumuskan tujuan menentukan materi,
penilaian, memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian
disusunlah suatu unit kurikulum.
b) Mengadakan try out.
c) Mengadakan revisi atas try out.
d) Menyusun kerangka kerja teori.
e) Mengumumkan adanya kurikulum baru yang akan diterapkan.
2. Desain tyler
Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan
kurikulum dengan perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam bukunya
Basic Principles of Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu
proses pemilihan tujuan pendidikan, dikenal luas dan dipraktekkan dalam
lingkungan kurikulum.Walaupun Tyler mengajukan suatu model yang
komprehensif bagi perkembangan kurikulum, bagian pertarna dari model
Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian dari pendidik lain.
Tyler menyarankan perencana kurikulurn (1) mengidentifikasi tujuan
umurn dengan mengumpulkan data dari tige sumber, yaitu pelajar,
kehidupan diluar sekolah dan mata pelajaran. Setelah mengidentifikasi
beberapa tujuan umurn, perencana (2) memperbaiki tujuan-tujuan ini
dengan menyaring melalui dua saringan, yaitu filsalat pendidikan dan
filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaranpsikologis. (3) tujuan umum
yang lolos saringan menjadi tujuan-tujuan pengajaran.
Sumber data yang dimaksud Tyler adalah
a) Kebutuhan dan minat siswa; dengan meneliti kebutuhan dan minat
siswa, pengembang kurikulum mengidentifikasi serangkaian tujuan
yang potensial.
b) analisa kehidupan kontemporer di lingkungan lokal dan masyarakat
pada skala besar merupakan iangkah selanjutnya dalam proses
merumuskan tujuan-tujuan umurn; dari kebutuhan masyarakat
mengalir banyak tujuan pendidikan yang potensial.
c) mata pelajaran.
Dari ketiga sumber di atas diperoleh tujuan yang luas dan umum yang
masih kurang tepat, sehingga Oliva menyebutnya tujuan pengajaran.
Apabila rangkaian tujuan yang mungkin diterapkan telah ditentukan,
diperlukan proses penyaringan untuk rnenghilangkan tujuan yang tidak
penting dan bertentangan.
a. Saringan Filsafat; Tyler menyarankan guru untuk membuat garis
besar nilai yang merupakan komitmen sekolah.
b. Saringan Psikologis; untuk menerapkan saringan psikologis, guru
harus mengklarifikasi prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Psikologi pembelajaran tidak hanya mencakup temuan-temuan
khusus dan jelas tetapi juga melibatkan rumusan dari teori
pembelajaran yang membantu menggarisbawahi asal usulproses
pembelajaran, bagaimana proses itu terjadi, pada kondisi seperti apa,
bagaimana mekanismenya dan sebagainya.

3. Desain oliva
Model perkembangan kurikulurn menurut Oliva terdiri dari tiga
kriteria, yaitu : simple, komprehensif dan sistematis. Walaupun model ini
mewakili komponen--komponen paling penting, namun model ini dapat
diperluas menjadi model yang menyediakan detil tambahan dan
menunjukkan beberapa proses yang diasumsikan oleh model yang lebih
sederhana. Model perkembangan kurikulurn dari Oliva 1976 mempunyai 6
komponen yaitu:
1) Statement of philosophy
2) Statement of goals
3) Statement of objectives
4) Design of plan
5) Implementation
6) evaluation

4. Desain Administratif ( Top Down )


Ada beberapa istilah yang digunakan untuk pengembangan kurikulum
model Administratif, antara lain yaitu: top down approach dan line staf
procedure. Semuanya memiliki arti yang sama yaitu suatu pendekatan atau
prosedur pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh suatu tim atau para
pejabat tingkat atas sebagai pemilik kebijakan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dari atas ke bawah, artinya pemerintah sebagai pemegang
kebijakan menyiapkan tim pengembang kurikulum tersendiri, sedangkan
satuan pendidikan dan para guru tinggal mengoperasikannya dalam
pembelajaran.
Secara teknis operasioanal pengembangan kurikulum model
administratif ini adalah sebagai berikut:
a. Tim pengembangan kurikulum mulai mengembangkan konsep-
konsep umum, landasan, rujukan maupun strategi naskah akademik.
b. Analisis kebutuhan.
c. Secara operasional mulai merumuskan kurikulum secara
komprehensif.
d. Kurikulum yang sudah selesai dibuat kemudian dilakukan uji
validasi dengan cara melakukan uji coba dan pengkajian secara
lebihcermat oleh tim pengarah tenaga ahli.
e. Revisi berdasarkan masukan yang diperoleh.
f. Sosialisasi dan desiminasi.
g. Monitoring dan evaluasi.
5. Desain Gras Roots
Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan
administratif. Pendekatan grass roots yang disebut juga dengan istilah
pendekatan bottom-up, yaitu suatu proses pengembangan kurikulum yang
diawali dari keinginan yang muncul dari tingkat bawah, yaitu sekolah
sebagai satuan pendidikan atau para guru. Keinginan ini biasanya didorong
oleh hasil pengalaman yang dirasakan pihak sekolah atau guru, di mana
kurikulum yang sedang berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah atau
ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan potensi yang tersedia di lapangan.
Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model grass roots ini
diperlukan kepedulian dan profesionalisme yang tinggi dari pihak sekolah,
antara lain yaitu:
c. Sekolah atau guru bersifat kritis untuk menyikapi kurikulum yang
sedang berjalan.
d. Sekolah atau guru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab
untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
dan potensi yang dimiliki.
e. Sekolah atau guru secara terus-menerus terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum.
f. Sekolah atau guru bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima
masukanmasukan dalam rangka pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum model grass roots ini secara teknis
operasional bisa dilakukan dalam pengembangan kurikulum secara
menyeluruh (kurikulum utuh), maupun pengembangan hanya terhadap
aspek-aspek tertentu saja. Misalnya, pengembangan untuk satu mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran tertentu, pengembangan terhadap
metode dan strategi pembelajaran, pengembangan visi dan misi serta
tujuan, dan lain sebagainya. Dengan demikian yang dimaksud
pengembangan kurikulum baik dengan pendekatan top down approach
maupun grass roots approach secara teknis bisa pengembangan terhadap
kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh), atau pengembangan hanya
berkenaan dengan bagian atau aspek-aspek tertentu saja sesuai dengan
kebutuhan.
Adapun perbedaan yang sangat mendasar bahwa pendekatan grass
roots, inisiatif perbaikan dan penyempurnaan muncul dari arus bawah
(sekolah atau guru) seperti tertera pada bagan tersebut. Adapun tahap-tahap
yang dilakukan ketika mengembangkan kurikulum dengan menggunakan
pendekatan grass roots pada dasarnya sama dengan langkah-langkah
pendekatan administratif.
6. Desain Beaucamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode
beauchampi ini dikembangkan oleh Beauchamp ahli dibidang kurikulum hal
ini memiliki 5 bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah:
a. Memutuskan arena atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum,
suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya
pengembangan. (Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah
dilaksanakan di kelas diperluas di sekolahsekolah di daerah tertentu baik
bersekala regional atau nasional yang disebut arena).
b. Menetapkan personalia atau tim para ahli kurikulum, yaitu siapa-siapa
saja yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
c. Tim menyusun tujuan pengajaran kurikulum dan pelaksanaan proses
belajarmengajar, untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum
sebagai koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan
kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria
untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai dan menulis secara
menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan.
d. Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum
seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan
kurikulum.
e. Evaluasi kurikulum.

C. Karakteristik Pengembangan Kurikulum


Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals dan
general objectifes) yang jelas. Suatu progam atau kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur
pengembangan kurikulum. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan
terjadinya proses belajar yang baik karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong difersitas diantara para
pelajar. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar
mengajar, seperti tujuan konten, aktifitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan,
dan fasilitas yang menunjang. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan
karakteristik siswa pengguna.
The subject Arm Approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak
di gunakan di sekolah. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk
memungkinkan terjadinya perencanaan guru – siswa . Rencana kurikulum harus
memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama
terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
BAB 3
KESIMPULAN
Desain pengembangan kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta
proses belajar yang akan diikuti oleh perserta didik pada berbagai tahap perkembangan
pendidikan. Dan di dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum,
hubungan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya.
Desain pengembangan kurikulum ini memiliki beberapa model yaitu, Desain Taba,
Desain tyler, Desain oliva, Desain Administratif ( Top Down ), Desain Gras Roots, Desain
Beaucamp. Adanyan berbagai model pengembNGn kurikulum maka dapat digunakan sebagai
acuan dalam mengembangkan kurikulum atau sebagai acuan untuk memahami penerapan
kurikulum.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai