Anda di halaman 1dari 5

Resume

Model-model pengembangan kurikulum

1. Model Pengembangan kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah abstraksi dunia nyata atau representasi
peristiwa kompleks atau sistem dalam bentuk naratif, matematis, garis serta lambang-
lambang lainnya. Model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat
digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang bersifat praktis.
Fungsi model yaitu sebagai sarana yang dapat memudahkan berkomunikasi.
Pengembangan kurikulum tidak terlepas dari aspek yang mempengaruhinya
misalnya cara berfikir, norma, politik dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut akan
menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan ini harus didasarkan kepada faktor-faktor yang konstan
contohnya seperti pengembangan kurikulum perlu di dasarkan pada tujuan, bahan
pelajaran, proses belajar mengajar, proses belajar mengajar, dan juga evaluasi.
Para pengembang kurikulum diharapkan bisa diharapkan bisa bekerja lebih
sistematis, sistemik dan optimal. Manfaat model menurut Nadler (Sanjaya,2010)
adalah sebagai berikut
1. Model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan aspek interaksi manusia
2. Model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian
3. Model dapat menyederhanakan proses yang bersifat kompleks
4. Model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan
Ada beberapa model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum yaitu
sebagai berikut
1. Model Beuchamp
G.A. Beuchamp mengemukakan lima langkah penting dalam mengambil
keputusan pengembangan kurikulum yaitu, pejabat pemerintah harus
menentukan lokasi yang akan di jadikan tujuan pengembangan kurikulum,
kemudian menentukan personalia yang akan terlihat dalam pengembangan
kurikulum, personalia akan dibentuk menjadi lima tim, menentukan
pelaksanaan kurikulum, langkah terakhir adalah mengevaluasi kurikulum.
2. Model Tyler
Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles Curriculum and Instruction
(1949), Ralph Tyler mengatakan bahwa curriculum development needed to
be treted logically and systematically. Iya mengatakan ada 4 hal yang di
anggap penting dalam pengembangan kurikulum yaitu: tujuan pendidikan
yang ingin dicapai, pengalaman belajar untuk mencapai tujuan,
pengorganisasian pengalaman belajar dan evaluasi.
3. Inverter model Taba
Dalam bukunya yang berjudul Theory and Pratice (1962). Iya mengatakan
Langkah-langkah Taba (1962) pengembangan kurikulum Hilda
mengemukakan perekayasaan kurikulum terdiri atas 5 langkah berurutan,
ialah:
a. Experiemental productioam of pilot units
b. Testing of experiemental units
c. Revising dan consolidating
d. Developing of framework
e. Instalation and desimination of the new unit
4. Model Wheeler
Dalam bukunya yang cukup berpengaruh. Curriculum Process, D.K.
Wheeler (1967) mempunyai argumen tersendiri, pengembangan kurikulum
(curriculum developers) dapat menggunakan suatu proses melingkar (a
cycle process), yang di mana setiap elemen saling berhubungan dan
bergantungan. Dengan langkah-langkahnya sebagai berikut
a) Selection of aims, goals, and objectives
b) Selection of learning exprerinces to help achieve theaims, goals and
objectives.
c) Selection of content through which certain types of experiences may be
offered.
d) Organization and intergration of learning exprinces and content with
respect to the teaching learning process.
e) Evalution of each phase and the problem of goals.
5. Model Nicholls
Nicholas menitikberatkan pada pendekatan pengembangan kurikulum
yang rasional, khususnya kebutuhan untuk kurikulum yag munculnya dari
adanya perubahan situasi. Mereka berpendapat bahwa:
"change should be planed and introduced on a rational and valid this
according to logical process and this has not been the case in the vast
majority of changes that have already taken place"
Terdapat lima langkah yang diperlukan yaitu Situsional analysis, Selection
of objectives, Selection ang organization of content, Selction and
organization of methods, Evaluation
6. Model skillbeck
Dalam sebuah artikelnya, Skilbeck (1976) menganjurkan suatu
pendekatan dan mengembangkan kurikulum pada tingkat sekolah.
Pendapatnya mengenai sekolah didasarkan pada pengembangan
kurikulum (SCBD), sehingga Skilbeck memberikan suatu model yang
membuat pendidik dapat mengembangkan kurikulum secara tepat dan
realistik. Mengingat susunan model ini secara logis termasuk kategori
rational by natur, namun Skilbeck mengingatkan bahwa agar tidak
terjurumus pada (trap), Skilbeck mengingatkan perangkap (trap), bahwa
pengembangan kuriulum (curriculum development) perlu mendahulukan
rencana mereka dengan memulainya dari salah satu langakah (stage)
tersebut secara bersamaan.
7. Model Olivia
Model perkembangan kurikulurn menurut Oliva terdiri dari tiga kriteria,
yaitu: simpel, komprehensif dan sistematis. Walaupun model ini mewakili
komponen- komponen paling penting, namun model ini dapat diperluas
menjadi model yang menyediakan detail tambahan dan menunjukkan
beberapa proses yang diasumsikan oleh model yang lebih sederhana.

2. Pendekatan pengembangan kurikulum


Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Jadi, pendekatan pengembangan kurikulum merujuk
pada titik tolak atau sudut pandang secara umum mengenai proses pengembangan
kurikulum.
Adapun pendekatan pengembangan kurikulum dipandang dari cakupan
pengembangannya terdapat beberapa pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Top down
Pengembangan kurikulum ini muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan
atau para administrator dari para pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan
seperti dirjen atau para kepala kantor yang menggunakan garis komando.
Prosedur kerja atau pengembangannya dilakukan dengan:
a. Membentuk tim pengarah oleh pejabat pendidikan.
b. Meyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau
rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah.
c. Hasil susunan diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi
catatan-catatan revisi.
d. Membuat kesimpulan

2. Pendekatan Grass Root


Inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau guru-guru
sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas
maka model ini dinamakan juga pengembangan dari bawah ke atas. Oleh
karena itu sifatnya yang demikian, maka pengembangan ini banyak
digunakan untuk penyempurnaan kurikulum.
Ada beberapa langkah penyempurnaan yang dapat dilakukan yaitu
a. Menyadari adanya masalah, biasanya model ini diawali dari keresahan
guru tentang kurikulum yang berlaku.
b. Mengadakan refleksi, kalau merasa ada masalah maka kita akan mencari
apa penyebabnya.
c. Mengajukan hipotesis/jawaban sementara yang berdasarkan kajian
refleksi dan guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah
dengan cara penanggulangan.
d. Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dan sesuai dengan situasi
dan kondisi di lapangan.
e. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya
f. Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan
3. Pendekatan demonstrasi
Menurut Smith, Stanley dan Shores mengemukakan dua pendekatan dari
demontrasi (1) sekelompok guru diorganisir dalam suatu sekolah, dengan
tugas mengembangkan suatu proyek eksperimen kurikulum, (2) model yang
tampak tidak begitu formal dibanding dengan yang pertama.
Ada beberapa keuntungan pendekatan demonstrasi
a. proses pengembangan kurikulum ini telah teruji
b. Pendekatan ini dapat digunakan untuk mengadakan perbaikan kurikulum
secara menyeluruh
c. Karena demontrasi ini dilakukan dalam sekala kecil,maka memudahkan
perubahan kurikulum.
d. Pendekatan demontrasi khususnya akar rumput dapat meningkatkan
inisiatif guru

4. Pendekatan Sentra-desentral
Pada pendekatan ini gabungan dari pengembangan top down dan grass
roots pada pendekatan ini terjadi kerjasama antara pejabat tinggi pendidikan
dengan pihak guru.
Arus pelaksanaan pendekatan ini berupa siklus dimana setelah evaluasi dari
pelaksanaan kurikulum maka pemerintah akan menuangkan ide apa yang
harus dilakukan setelah melakukan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai