Anda di halaman 1dari 4

Laura Anisah Prihatini

Model-model pengembangan kurikulum beserta penerapannya


Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu
yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan
suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan
pendidikan/pembelajaran. Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik
dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Dikutip dari blog Educhannel Indonesia
model pengembangan kurikulum terbagi menjadi lima bagian yaitu sebagai berikut:
A. Model Tyler
Model Tyler adalah model pengembangan kurikulum yang paling dikenal bagi
perkembangan kurikulum. Model ini memperhatikan secara khusus pada fase
perencanaan. Pada awalnya Tyler mengajukan suatu model yang komprehensif bagi
perkembangan kurikulum, bagian pertama dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat
banyak perhatian dari pendidik lain. Sehingga menjadikan bukunya Basic Principles of
Curriculum and Instruction. The Tyler Rationale, suatu proses pemilihan tujuan
pendidikan, dikenal luas dan dipraktekkan dalam lingkungan kurikulum.
Model Tyler memperhatikan secara khusus pada fase perencanaan, Tyler menyarankan 3
perencana kurikulum sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tujuan umum dilakukan dengan mengumpulkan tiga sumber yaitu


pelajar penerapannya (dengan menganalisa kebutuhan dan minat siswa) kehidupan diluar
sekolah penerapannya (dengan cara analisa kehidupan kontemporer di lingkungan lokal
dan masyarakat pada skala besar, dari kebutuhan masyarakat mengalir banyak tujuan
pendidikan yang potensial), dan yang terakhir menganalisa mata pelajaran.
Apabila rangkaian tujuan yang mungkin diterapkan telah ditentukan, diperlukan proses
penyaringan untuk menghilangkan tujuan yang tidak penting dan bertentangan.
2. Memperbaiki tujuan-tujuan dengan menyaring melalui 2 saringan yaitu filsafat
pendidikan dan filsafat sosial disekolah, penerapannya (guru membuat garis besar nilai
yang merupakan komitmen sekolah) dan pembelajaran psikologis penerapannya (guru
harus mengklarifikasi prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat melibatkan rumusan dari
teori pembelajaran yang membantu menggarisbawahi asal usul proses pembelajaran,
bagaimana proses itu terjadi, pada kondisi seperti apa, bagaimana mekanismenya dan
sebagainya).
3. Tujuan umum yang lolos penyaringan dijadikan sebagai tujuan-tujuan pengajaran.
Jadi, kesimpulannya yaitu model Tyler ini lebih memperhatikan pada perencanaan yang dimulai
dengan mengidentifikasi tujuan umum kurikulum, memperbaikinya, dan didapatkan hasil yang
dijadikan tujuan-tujuan pengajaran.
B. Model Taba (Converter Model)
Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan
kurikulum. Menurut Taba kurikulum haruslah dirancang oleh guru, bukan diberikan
begitu saja dari pihak berwenang. Ia juga berpendapat bahwa guru harus memulai proses
pembuatan unit belajar mengajar secara khusus bagi murid-muridnya disekolah dan tidak
terlibat dalam rancangan kurikulum umum.
Maka dari itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan
dibangun menjadi suatu rancangan umum. Urutan pendekatan induktif tersebut meliputi:
a. Producing Pilot Units (membuat unit percontohan) Taba melihat langkah ini
sebagai penghubung antara teori dan praktek.
1. Diagnosis of needs (diagnosa kebutuhan). Penerapannya yaitu pengembang
kurikulum memulai dengan menentukan kebutuhan- kebutuhan siswa kepada siapa
kurikulum direncanakan.
2. Formulation of objectives (merumuskan tujuan). Penerapannya yaitu perencana
kurikulum memerinci tujuan – tujuan yang akan dicapai.
3. Selection of content (pemilihan isi). Penerapannya yaitu menganalisa bahasan
yang akan dipelajari dan harus berpangkal langsung dari tujuan-tujuan.
4. Organization of content (organisasi isi). Penerapannya yaitu menentukan tingkat
dan urutan mana mata pelajaran ditempatkan.
5. Selection of learning experiences (pemilihan pengalaman belajar). Penerapannya
yaitu perencana kurikulum harus memilih metode/strategi yang akan digunakan.
6. Orgcmzation of learning activities (organisasi kegiatan pembelajaran).
Penerapannya guru memutuskan bagaimana mengemas kegiatan-kegiatan
pembelajaran.
7. Determination of what to evaluate and of the ways and means of doing it
(Penentuan tentang apa yang akan dievaluasi dan cara serta alat yang dipakai untuk
melakukan evaluasi). Penerapannya yaitu perencana kurikulum harus memutuskan
apakah tujuan sudah tercapai. Guru rnemilih alat dan teknik yang tepat untuk
menilai keberhasilan siswa dan untuk menentukan apakah tujuan kurikulum sudah
tercapai.
8. Checking for balance and sequence (memeriksa keseimbangan dan urutan).
Penerapannya yaitu dengan melihat konsistensi diantara berbagai bagian dari unit
belajar mengajar, melihat alur pembelajaran yang baik dan melihat keseimbangan
antara berbagai macam pembalajaran dan ekspresi.
b. Testing Experimental Units (menguji unit percobaan). Uji ini diperlukan untuk
mengecek validitas. Penerapannyaan yaitu dengan meganalisa materi tersebut
dapat diajarkan atau tidak.
c. Revising and Consolidating (revisi dan konsolidasi). Penerapannya dengan
memodifikasi unit pembelajaran sesuai dengan keragaman kebutuhan dan
kemampuan siswa.
d. Developing a framework (pengembangan kerangka kerja) penerapannya yaitu
perencana kurikulum harus memeriksa apakah ruang lingkup sudah memadai dan
urutannya sudah benar.
e. Installing and disseminating new units (memasang dan menyebarkan unit-unit
baru). Penerapannya dengan mengatur pelatihan sehingga guru-guru dapat secara
efektif mengoperasikan unit belajar mengajar di kelas mereka.

C. Model Wheeler
Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, Curriculum Process, Wheeler (1967)
mempunyai argumen tersendiri pengembangan kurikulum (curriculum developers)
dapat menggunakan suatu proses melingkar (a cycle process), yang namanya setiap
elemen saling berhubungan dan bergantungan. Setiap langkah kurikulum pada
dasarnya memiliki bentuk rasional. Setiap langkah (phase)nya merupakan
pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya, di mana secara umum
langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah-langkah sebelumnya telah
diselesaikan.
Wheeler menawarkan 5 langkah jika dilakukan dengan logis temporer akan
menghasilkan kurikulum yang efektif, langkahnya sebagai berikut:
1. Seleksi aims, goals, and objectives (maksud, tujuan, dan sasarannya).
Penerapannya dengan menyeleksi maksud, tujuan kurikulum, dan untuk siapa
sasaran kurikulum ditujukan.
2. Seleksi pengalaman belajar penerapannya menyeleksi pengalaman belajar
yang sesuai apakah kerja kelompok atau individu.
3. Seleksi isi materi, penerapannya dengan menyeleksi isi materi agar didapatkan
materi yang cocok untuk diajarkan agar nantinya tujuan pemebelajaran dapat
tercapai
4. Organisasi dan integrasi pengalaman belajar dan materi, penerapannya dengan
mengorganisasi materi-materi.
5. Evaluasi, penerapannya dengan melakukan evaluasi pembelajaran.

D. Model Nicholls
Nicholls menitikberatkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional,
khususnya kebutuhan untuk kurikulum yag munculnya dari adanya perubahan situasi.
Analisis situasi menjadi langkah pertama (preliminary stage) yang membuat para
pengembang kurikulum memahami faktor-faktor yang akan mereka kembangkan.
Terdapat lima langkah atau tahap (stage) yang diperlukan dalam proses pengembangan
secara kontinu (continue curriculum process). Langkah-langkah terbut menurut Nicholls
yaitu sebagai berikut:
1. Situsional analysis (analisis situasional) penerapannya yaitu pengembang
kurikulum menganalisis factor-faktor yang akan guru kembangkan, yang
seharusnya lebih responsif kepada lingkungan dan lebih khusus kepada peserta
didik.
2. Selection of objectives (seleksi tujuan) penerapaanya menyeleksi sasaran
pembelajaran.
3. Selection ang organization of content (seleksi dan organisasi isi) penerapannya
menyeleksi dan mengorganisasikan isi. Setelah materi disusun dilanjutkan
dengan
4. Selction and organization of methods (seleksi dan organisasi metode)
penerapannya dengan memilih dan mengorganisasikan metode
penyampainnya/metode pembelajaran.
5. Evaluation (evaluasi) penerapannya dengan melakukan evaluasi pembelajaran.

E. Model Skilbeck
Malkom Skilbeck, mengembangkan suatu interaksi altertnatif atau model dinamis bagi
model pengembangan kurikulum. Skilbeck berpendapat berdasarkan pengembangan
kurikulum (SCBD), bahwa ia mengajurkan suatu pendekatan dan mengembangkan
kurikulum pada tingkat sekolah. Sehingga Skilbeck memberikan suatu model yang
membuat pendidik dapat mengembangkan kurikulum secara tepat dan realistic yaitu
model dynamic in nature. Model tersebut memiliki langkah sebagai berikut:
1. Analisis situasi, penerapannya dengan menganalisis peserta didik, kurikulum yang
diharapkan, kesiapan guru, dan sebagainya.
2. Merumuskan tujuan, penerapannya dengan merumuskan tujuan seperti apa yang akan
dicapai.
3. Membuat program
4. Interpretasi dan implementasi, yaitu penerapan dikelas.
5. Monitoring, umpan balik, asesmen, dan rekonstruksi, penerapannya hamper sama
dengan evaluasi.
Skilbeck berkata bahwa model dapat diaplikasikan secara bersama dalam pengembangan
kurikulum, tetapi agar tidak terjurumus pada perangkap (trap) pengembangan kurikulum perlu
mendahulukan rencana mereka dengan memulainya dari salah satu langkah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai