Anda di halaman 1dari 6

Tugas Model Pengembangan dan Hal Yang Perlu

Dikembangkan pada Kurikulum


tugas Mata Kuliah :

Kurikulum di SD

Dosen Pengampu : Drs. Supriyono, M.M.

Disusun oleh :

Nurul Aanisah (21010644015)

KELAS A

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Surabaya

Tahun Akademik 2021/2022


A. TULISKAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu
kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
atau sekolah. Berikut ini beberapa model pengembangan kurikulum

1. Model Administratif
Model pengembangan kurikulum Administratif, atau juga disebut yaitu: top down approach
dan line staf procedure. Memiliki arti yang sama yaitu suatu pendekatan atau prosedur pengembangan
kurikulum yang dilakukan oleh suatu tim atau para pejabat tingkat atas sebagai pemilik kebijakan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dari atas ke bawah, artinya pemerintah sebagai pemegang
kebijakan menyiapkan tim pengembang kurikulum tersendiri, sedangkan satuan pendidikan dan para
guru tinggal mengoperasikannya dalam pembelajaran.
Dalam teknis operasioanal model pengembangan kurikulum administratif ini adalah sebagai
berikut:
a) Tim pengembangan kurikulum mulai mengembangkan konsep-konsep umum, landasan,
rujukan maupun strategi naskah akademik.
b) Analisis kebutuhan.
c) Secara operasional mulai merumuskan kurikulum secara komprehensif.
d) Kurikulum yang sudah selesai dibuat kemudian dilakukan uji validasi dengan cara
melakukan uji coba dan pengkajian secara lebih cermat oleh tim pengarah tenaga ahli.
e) Revisi berdasarkan masukan yang diperoleh.
f) Sosialisasi dan desiminasi.
g) Monitoring dan evaluasi.

2. Model pendekatan Grass roots


Model pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan administratif.
Pendekatan grass roots yang disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-up, yaitu suatu proses
pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang muncul dari tingkat bawah, yaitu
sekolah sebagai satuan pendidikan atau para guru. Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil
pengalaman yang dirasakan pihak sekolah atau guru, di mana kurikulum yang sedang berjalan
dirasakan terdapat beberapa masalah atau ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan potensi yang
tersedia di lapangan.
Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model grass roots ini diperlukan kepedulian
dan profesionalisme yang tinggi dari pihak sekolah, antara lain yaitu:
a) Sekolah atau guru bersifat kritis untuk menyikapi kurikulum yang sedang berjalan.
b) Sekolah atau guru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.
c) Sekolah atau guru secara terus-menerus terlibat dalam proses pengembangan kurikulum.
d) Sekolah atau guru bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima masukanmasukan
dalam rangka pengembangan kurikulum.

3. Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, datang dari bawah. Model ini
diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru, bekerja sama dengan ahli yang bermaksud
mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau
beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
a) Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan
suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.
b) Kemudian hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar.

4. Model Beauchamp
Model pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchampi ini
dikembangkan oleh Beauchamp ahli dibidang kurikulum hal ini memiliki 5 bagian pembuat
keputusan. Lima tahap tersebut adalah:
a) Memutuskan arena atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum, suatu pengembangan
kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas diperluas di sekolahsekolah di daerah tertentu
baik bersekala regional atau nasional yang disebut arena
b) Menetapkan personalia atau tim para ahli kurikulum, yaitu siapa-siapa saja yang ikut
terlibat dalam pengembangan kurikulum.
c) koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih mana
yang akan dipakai dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan
dikembangkan.
d) ) Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang
sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
e) Evaluasi kurikulum

5. Model Roger’s
Model Kurikulum yang dikehendaki hendaknya dapat mengembangkan individu secara
fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara
Interpersonal.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model ini:
a) Diadakan kelompok untuk dapat melakukan hubungan internasional di tempat yang tidak
sibuk untuk memilih target sistem pendidikan.
b) Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru, atau dalam waktu tertentu para peserta
saling bertukar pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.
c) Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam suatu
sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan lebih sempurna yaitu antara guru dengan
murid, guru dan peserta didik dan lainnya.
d) Selanjutnya diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi seperti langkah
no. 3 dalam situasi ini diharapkan masing-masing person akan saling menghayati dan
lebih akrab sehingga memudahkan memecahkan problem sekolah secara lebih cepat.

6. Model Pemecahan Masalah


Model ini dikenal juga dengan nama “action research model” model kurikulum ini didasarkan
pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Sesuai dengan asumsi
tersebut model ini menekankan pada tiga hal yaitu hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan
masyarakat, serta otoritas ilmu. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-
harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action
research. untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research.
Langkah-langkah dalam model ini adalah sebagai berikut:
1. Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara
mendalam
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya
3. Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya
4. Menentukan keputusan-keputusan apa yang perlu diambil sehubungan dengan maslah
tersebut
5. Melaksanakan keputusan yang telah diambil dan menjalankan rencana yang telah disusun
6. Mencari fakta secara meluas
7. Menilai kekuatan dan kelemahannya.

7. Taba’s Inverted Model


Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif
yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-
konsep yang secara deduktif. Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak
merangsang timbulnya inovasi-inovasi, menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih
mendorong inovasi dan kreatiitas guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan investasi atau
arahan terbalik dari model tradisional.11 Pengembangan model ini diawali dengan melakukan
pencarian data serta percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengan tahapan implementasi, hal
ini dilakukan guna mempertemukan teori dan praktik.
adapun langkah–langkahnya adalah adalah sebagai berikut:
a) Mendiagnosis kebutuhan merumuskan tujuan menentukan materi, penilaan,
memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunkah suatu unit
kurikulum.
b) Mengadakan try out.
c) Mengadakan revisi atas try out.
d) Menyusun kerangka kerja teori.

8. Model Skillbek
Malkom Skilback, direktur Pusat Pengembangan Kurikulum Austalia ( Australia’s
Curriculum Development Center), mengembangkan suatu interaksi altertnatif atau model dinamis
bagi suatu interaksi alternatif atau model dinamis bagi model proses kurikulum. Dalam sebuah
artikelnya, Skilbeck (1976) mengajurkan suatu pendekatan dan mengembangkan kurikulum pada
tingkat sekolah. Pendapatnya mengenai sekolah di dasarkan pada pengembangan kurikulum
(SCBD), sehingga Skilbeck memberikan suatu model yang membuat pendidik dapat
mengembangkan kurikulum secara tepat dan realistic.

9. Model Saylor
Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan menentukan atau
menetapkan tujuan sasaran pendidikan yang khusus dan utama yang akan mereka capai. Saylor,
Alexander dan Lewis, mengklasifikasi serangkaian tujuan ke dalam empat (4) bidang kegiatan
dimana pembelajaran terjadi, yaitu :
1. perkembangan pribadi,
2. kompetensi social,
3. ketrampilan yang berkelanjutan
4. spesialisasi.
Setelah tujuan dan sasarn serta bidang kegiatan ditetapkan, perencana memulai proses merancang
kurikulum. Diputuskan kesempatan belajar yang tepat bagi masing-masing bidang kegiatan dan
bagaimana serta kapan kesempatan ini akan disediakan.

10. Model Tyler


Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum dengan
perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and
Instruction. The Tyler Rationale, suatu proses pemilihan tujuan pendidikan, dikenal luas dan
dipraktekkan dalam lingkungan kurikulum. Walaupun Tyler mengajukan suatu model yang
komprehensif bagi perkembangan kurikulum, bagian pertarna dari model Tyler, pemilihan
tujuan, mendapat banyak perhatian dari pendidik lain.
Tyler menyarankan dalam perencanaanya kurikulum sebagai berikut :
1. mengidentifikasi tujuan umurn dengan mengumpulkan data dari tige sumber, yaitu
pelajar, kehidupan diluar sekolah dan mata pelajaran. Setelah mengidentifikasi
beberapa tujuan umurn, perencana
2. memperbaiki tujuan-tujuan ini dengan menyaring melalui dua saringan, yaitu filsalat
pendidikan dan filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaran psikologis
3. tujuan umum yang lolos saringan menjadi tujuan-tujuan pengajaran.

B. HAL APA SAJA YANG PERLU DIPERHATIKAN SEHINGGA KURIKULUM YANG


DIKEMBANGKAN MEMENUHI HARAPAN.

Dalam mengembang kurikulum biasanya menggunakan beberapa prinsip yang dipegang


sebagai acuan agar kurikulum yang dihasilkan itu memenuhi harapan siswa, pihak sekolah, orang tua,
masyarakat pengguna. dan tentunya pemerintah. Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam
pengembangan kurikulum, adalah sebagai berikut ;
1. Prinsip berorientasi pada tujuan
Prinsip ini menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi pengembangan komponen-
komponen lainnya dalam pengembangan kurikulum. Untuk itu tujuan hurikulum harus jelas,
artinya tujuan kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana kurikulum
untuk dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan lainnya yang lebih spesifik dan operasional.
Tujuan kurikulum juga harus komprehensif, yakni meliputi berbagai aspek domain tujuan,
baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini perlu diperhatikan agar keluaran yang
dihasilkan menguasai ketiga aspek domain tujuan tersebut secara utuh.

2. Prinsip kontinuitas
prinsip kontinuitas bermaksud bahwa perlu ada kesinambungan, khususnya kesinambungan
bahan/materi kurikulum pada jenis dan jenjang program pendidikan. Bahan atau materi
kurikulum perlu dikembangkan secara berkesinambungan mulai dari jenjang SD, SLTP,
SMU/SMK sampai ke PT. Materi kurikulum harus memiliki hubungan hierarkis fungsional.
Untuk itu dalam pengembangan materi kurikulum harus diperhatikan minimal dua aspek
kesinambungan, yaitu:
(1) materi kurikulum yang diperlukan pada sekolah (tinakat) yang ada di atasnya harus sudah
diberikan pada sekolah (tingkat) yang ada di bawahnya dan
(2) materi yang sudah diajarkan/diberikan pada sekolah (tingkat) yang ada di bawahnya
tidak perlu lagi diberikan pada sekolah (tingkat) yang ada di atasnya.
Dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi kurikulum, yang dapat
mengakibatkan kebosanan pada siswa dan atau ketidaksiapan siswa untuk memperoleh
materi di mana mereka sebelumnya tidak memperoleh materi dasar yang memadai.
Kontinuitas atau kesinambungan juga perlu diperhatihan antara berbagai mata pelajaran

3. Prinsip fleksibilitas
prinsip fleksibilitas yaitu adanya terkait dengan kebebasan siswa dalam memilih program
studi yang dipilih. Artinya, pengembang kurikulum atau sekolah harus mampu
menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa. Siswa diperkenankan memilih sesuai
dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.Selain memberi kebebasan kepada
siswa, fleksibilitas juga perlu diberikan kepada guru, khususnya dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah
digariskan dalam kurikulum. Guru perlu diberikan kebebasan dalam menjabarkan tujuan-
tujuan, memilih materi pelajaran yang sesuai, memilih strategi dan metode yang
dikembangkan dalam suatu kegiatan pembelajaran, dan membuat kriteria yang objektif
dan rasional dalam melakukan dan memberikan penilaian kepada para siswa.

4. Prinsip integritas
Prinsip integritas yang dimaksud di sini adalah keterpaduan, artinya pengembangan
kurikulum harus dilakukan dengan menggunakan prinsip keterpaduan. Prinsip ini
menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk mampu membentuk manusia yang
utuh, pribadi yang integrated. Artinya, manusia yang berkemampuan selaras dengan
lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupannya. Untuk itu kurikulum harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan
hidup (life skills).

Anda mungkin juga menyukai