Anda di halaman 1dari 9

MODEL – MODEL

PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dosen Pengampu :
1. Dr. Masfiah, M.Kes.
2. Dra. Novia Restu Windayani, S.Pd., M.Pd.

Nama Kelompok:

1. Mira Aulia Alamanda​​(22050634003)


2. Afilza Rania Hanifianti​​(22050634004)
3. Dinda Devy Wulansari​​(22050634014)
4. Elprastya Phinastika Azzahira​​(22050634015
Kurikulum merupakan rancangan pengajaran yang telah
disusun secara sistematis. Pengembangan kurikulum
merupakan sebuah proses perencanaan dalam penyusunan
kurikulum yang dilakukan oleh pengembang. Kegiatan ini
dilakukan agar kurikulum dapat menjadi bahan ajar atau
sebagai acuan untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Model
pengembangan kurikulum merupakan sebuah alternatif
untuk sebuah prosedur dalam mendesain, menerapkan, dan
mengevaluasi.
Definisi Kurikulum
Dalam bahasa latin kurikulum merupakan sebuah lintasan untuk berlari dalam langkah-
langkah kecil (Jacobs, 2010b: 72). Menurut Abs (2004: 212), kata kurikulum dalam
bahasa Jerman sinonim dengan kata Lehrplan yang dapat diterjemahkan sebagai
silabus isi atau sasaran pengajaran. Secara terminologi, kurikulum berarti suatu
program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematika atas dasar norma-
norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi pendidik
untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 19 20 2004: 3).

Menurut Dakir kurikulum itu memuat semua program yang dijalankan untuk menunjang
proses pembelajaran.

Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan


Nasional (2008: 845), kurikulum dapat diartikan sebagai perangkat mata pelajaran
yang diajarkan pada lembaga pendidikan atau perangkat mata kuliah mengenai bidang
keahlian khusus
Model – model pengembangan
kurikulum
1. Lewis’s Administrative model, Saylor,
Alexander, and Top down
Model administrasi atau line staf merupakan salah satu model pengembangan kurikulum yang
dapat dikatakan sebagai model kurikulum paling awal dan terkenal. Model pengembangan
kurikulum ini berbasis pendekatan kerja top-down yang dimana diyakini akan efektif dalam
mengimplementasikan perubahan kurikulum melalui pembentukan tim mentoring yang terdiri dari
pakar pendidikan, pakar kurikulum, pakar mata pelajaran, dan pemimpin pekerjaan dan perusahaan.

Model administrasi atau garis komando memiliki langkah-langkah sebagai berikut :


• Administrator Pedidikan/Top Administrative Officers (pemimpin) membentuk komisi pengarah.
• Komisi Pengarah (Steering Comittee) bertugas merumuskan rencana umum,
mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan menyaipkan suatu pernyataan
filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh wilayah sekolah.
• Membentuk komisi kerja pengembangan kurikilum yang bertugas mengembangkan
kurikulum secara operasional mencakup keseluruhan komponen kurikulum dengan
mempertimbangkan landasan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
• Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan menyempurnakan bagian-
bagian tertentu bila dianggap tidak perlu.
2. Grass roots
tratif karena model ini hasi dari inisiatif dan gagasan dari para guru. Grass roots juga
dikenal sebagai pendekatan bottom-up, grass roots adalah proses pengembangan
kurikulum yang dimulai dengan aspirasi yang dihasilkan di tingkat yang lebih rendah
(sekolah atau guru). Keinginan ini seringkali didorong oleh hasil pengalaman yang
dirasakan oleh pihak sekolah atau guru, ketika dirasa ada yang salah dengan kurikulum
atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan potensi lapangan.
3. Demonstrasi
Model demonstrasi ini dirintis oleh sekelompok guru dengan yang ahli untuk bekerja
sama dalam memperbaiki kurikulum. Model pengembangan kurikulum ini hanya
berskala kecil yang mencakup satu sekolah atau beberapa sekolah dan satu
komponen kurikulum atau seluruh komponen kurikulum. Model pengembangan
kurikulum ini pada dasarnya bersifat grass roots yaitu datang dari bawah.
Terdapat 2 variasi dari model kurikulum ini adalah, (1) beberapa guru dari berbagai
sekolah yang telah ditunjuk dikumpulkan kemudian melakukan sebuah percobaan
tentang pengembangan kurikulum. Setelah dilakukan percobaan, hasil tersebut dapat
disebarluaskan ke sekolah-sekolah. (2) kurang bersifat formal, beberapa guru merasa
kurang puas dengan kurikulum yang ada, kemudian mencari atau melakukan
penelitian dan dikembangkan sendiri dengan maksud menemukan kurikulum yang
lebih baik untuk digunakan dan disebarluaskan ke daerah-daerah.
4. Beauchamp
model beauchamp memiliki 5 tahap dalam pembuat keputusan yaitu :
1. Memutuskan arena ruang lingkup wilayah pengembangan
kurikulum (sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi, atau seluruh
wilayah negara), yang keputusannya menjabarkan ruang lingkup
dalam upaya pengembangan.
2. Menetapkan sebuah tim ahli kurikulum, yang dimana isi dari tim
tersebut akan terlibat dengan pengembangan kurikulum.
3. Tim penyusun yang terdiri dari tujuan pengajaran kurikulum dan
pelaksanaan proses belajar dan mengejar.
4. Mengimplementasi kurikulum seperti yang telah diputuskan dalam
ruang lingkup pengembangan kurikulum.
5. Evaluasi kurikulum, memiliki 4 aspek yaitu:
a. Evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru.
b. Evaluasi desain kurikulum.
c. Evaluasi hasil belajar siswa
d. Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
5. Model Roger’s

Terdapat empat langkah Model pengembangan kurikulum yang ​


dikemukakan oleh Rogers berdasarkan pandangannya tentang
manusia disebut dengan ​Relasi Interpersonal Rogers yaitu :
a. Mengadakan kelompok agar terjalin suatu hubungan di tempat yang
digunakan untuk memilih target sistem pendidikan.
b. Melalui kelompok yang intensif bagi guru, para peserta didik dapat
saling bertukar pendapat, pengalaman, dan ide.
c. Kemudian diadakan pertemuan dengan lingkup masyarakat yang
lebih meluas dalam sebuah sekolah. Berdasarkan dari hal tersebut,
hubungan interpersonal akan terjalin lebih baik dan lebih sempurna
antara guru dan peserta didik.
d. Diadakannya sebuah pertemuan dengan lingkup masyarakat yang
lebih meluas dan diharapkan setiap individu yang terlibat di dalamnya
dapat saling menghayati dan lebih mengakrabkan diri sehingga
membantu memudahkan pemecahan masalah sekolah dengan lebih
cepat.
6. Model Pemecahan Masalah
Terdapat dua langkah ​penyusunan kurikulum dalam model pemecahan masalah
ini yaitu:
a. Pengkajian data-data yang telah dikumpulkan untuk digunakan sebagai bahan
penyusunan kurikulum. Data yang digunakan harus valid dan reliable agar dapat
dipakai sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan penyusunan.
Melalui keputusan tersebut, disusun rencana menyeluruh dan komprehensif
mengenai cara-cara mengatasi masalah yang ada.
b. Mengimplementasikan keputusan hasil dari langkah pertama berupa
pengkajian data penyusunan kurikulum.

7. Model Taba’s Inverted


Menurut Taba, pengembangan kurikulum yang ​bersifat induktif dapat lebih
memberikan dorongan untuk inovasi dan kreativitas guru. ​Langkah-langkahnya
yaitu :

a. Melakukan diagnosa kebutuhan dengan merumuskan tujuan, menentukan materi,


penilaian, dan memperhatikan antara luas serta kedalaman bahan yang kemudian
disusun menjadi suatu unit kurikulum.
b. Melakukan pengadaan try out.
c. Mengadakan proses revisi dari try out.
d. Melakukan penyusunan kerangka kerja teori.
e. Memberitahukan kurikulum baru yang hendak diterapkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai