BELAJAR SIBERNETIK”
Disusun untuk memenuhi tugas
Disusun Oleh:
Fakultas Teknik
2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas berkat rahmat dan karunia-Nya
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar
Sibernetik”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata Teori Belajar.
Kami sadari bahwa sepenuhnya tugas makalah ini tidak lepas dari dukungan, dorongan,
dan bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Ibu Nia Kusstianti, S.Pd M.Pd. dan ibu Sri Usodoningtyas, S.Pd M.Pd Selaku dosen
pengampu mata kuliah Teori Belajar, yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan
dukungan dalam bentuk pengarahan dan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Orang tua yang selalu memberikan doa dan motivasi, serta dukungan yang sangat
berarti sehingga mendorong kami untuk melakukan yang terbaik. Teman-teman seperjuangan
program studi S1 Pendidikan Tata Rias yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan
tugas ini.
Kami berharap semoga Allah SWT memberikan limpahan pahala atas kebaikan yang
telah diberikan kepada kami. Kami merasa bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para
pembaca demi perbaikan makalah ini.
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Teori Blajar Sibernetik.
2. Menjelaskan bagaimana sejarah Sibernetik.
3. Memperkenalkan siapa saja tokoh – tokoh belajar Sibernetik.
4. Menjelaskan cara penerapan Teori Belajar Sibernetik.
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah proses yang tidak akan pernah berhenti selama manusia hidup di bumi.
Tidak ada manusia yang akan berhasil tanpa melalui proses belajar, karena dalam belajar
ini manusia menemukan pengetahuan dan pengalaman yang baru. Dengan belajar manusia
bisa menemukan ilmu pengetahuan yang luas, atau suatu proses yang dilakukan setiap
individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Proses pembelajaran di kelas dan
diberikan kepada siswa untuk menerima secara visual materi yang diberikan agar siswa
tidak hanya menerima pengetahuan secara teori. Pembelajaran yang dimaksud adalah
pembelajaran sibernetik.
Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata ‘Cybernetic’ yakni sistem kontrol
dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. Kata ‘cybernetic’ yang
selanjutnya kita tulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa Yunani yang berarti
pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan
mengontrol mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Louis Couffignal tahun
1958. Kini istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan
internet, kecerdasan buatan, dan jaringan komputer. Sejalan dengan pengertian tersebut
M.R.Abror mendefinisikan: “Cybernetic” merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
mempersoalkan prinsip pengendalian dan komunikasi yang diterapkan dalam fungsi
organisme atau mesin yang majemuk, dalam hal ini sering disinonimkan dengan umpan
balik.” Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori belajar sibernetik
ialah teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan Teori belajar yang lain. Teori
belajar ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.
Berdasarkan teori sibernetik, belajar yaitu pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yakni mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih
penting lagi ialah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari oleh siswa. Informasi
ini lah yang akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
Berbagai teori belajar dan pembelajaran seperti teori sibernetik yang belum aktif
diterapkan, maka seorang guru menerapkan teori belajar yang sesuai dengan kondisi,
konteks, serta sarana dan prasarana dalam pembelajaran yang dihadapi. Teori belajar
sibernetik ini sangat relevan dan menjadi landasan pengembangan multimedia yang
berkembang di dunia pendidikan penggunaan teori pembelajaran sibernetik dalam
pembelajaran akan menjadi proses pembelajaran lebih efektif dalam menyampaikan materi.
Asumsi lain dari teori sibernetik bahwa tidak ada satu proses belajar manapun yang ideal
untuk segala situasi dan cocok untuk semua siswa, karena cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi.
Teori belajar sibernetik merupakan salah satu teori pembelajaran yang menyatukan
antara teori dan praktik. Untuk meningkatkan kemampuan atau kreativitas belajar siswa
dan membangun pengetahuan baru peserta didik. Pengelolaan pembelajaran dalam teori
belajar sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang
memperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal siswa yang mempengaruhi
proses belajar melalui proses pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh guru dalam mengelola pembelajaran yaitu kemampuan awal peserta
didik, motivasi, perhatian, persepsi, ingatan, lupa, retensi, transfer. Sedangkan kondisi
eksternal yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar dengan proses pengolahan
informasi antara lain kondisi belajar, tujuan belajar, pemberian umpan balik. Proses belajar
akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran (dalam sibernetik disebut sistem informasi)
yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi
pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial,
sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat jika disajikan dalam bentuk terbuka
dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
1. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemprosesan informasi
di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu.
2. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan
bentuk ataupun isinya.
3. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkannya teori tentang komponen struktur dan
pengatur alur pemprosesan informasi (proses kontrol). Komponen pemprosesan informasi
dipilah menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta
proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah:
Sensory reseptor
merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR
informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya ditangkap dalam bentuk
aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan
informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
Working memory
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi
perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran
persepsi. Karakteristik WM adalah bahwa:
1. Ia memiliki kapasitas yang terbatas, kurang lebih 7 slots. Informasi di dalamnya
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa upaya pengulangan
atau rehearsal.
2. Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
Asumsi pertama berkaitan dengan penataan jumlah informasi, sedangkan
asumsi kedua berkaitan dengan pesan proses kontrol. Artinya, agar informasi
dapat bertahan dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak melebihi
kapasitas WM disamping melakukan rehearsal. Sedangkan penyandian pada
tahapan WM, dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantik, dipengaruhi oleh
peran proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
Long term memory.
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang
telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali
informasi disimpan didalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan
“lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan
kembali (retrieval failure) informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata
dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali
informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi
disimpan di dalam LTM dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi
pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan
pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa
proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru
pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar
pengetahuan (knowledge base) (Lusiana 1992). Sedangkan proses kontrol diasumsikan
sebagai strategi yang tersimpan di dalam ingatan dan dapat dipergunakan setiap saat
diperlukan.
1. Urutan elaboratif dari umum ke rinci sesuai dengan karakteristik skemata dalam
ingatan manusia yang tersusun secara hirarkhis.
2. Epitome sebagai kerangka isi pelajaran sejalan dengan skemata yang berfungsi
untuk mengintegrasikan kontruk-konstruk ke dalam suatu unit konseptual.
Penyajian epitome pada awal pengajaran juga sesuai dengan fungsi skemata
sebagai kerangka untuk mengkaitkan informasi-informasi yang lebih rinci.
3. Jenis-jenis hubungan antara konstruk yang dispesifikasi dalam model elaborasi
sesuai dengan representasi struktur pengetahuan dalam ingatan.
Penerapan teori sibernetik dalam proses belajar mengajar, paling tidak mengikuti langkah-
langkah antara lain:
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi
dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Pada akhirnya, masing-masing aliran teori
belajar ini mengandung keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahannya sendiri yang
harus kita ketahui untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan
belajar yang lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar sebernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-
teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan
ilmu informasi. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemprosesan informasi. Teori ini
lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana
proses belajar dapat berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi dari pesan
tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara
belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi.
Teori ini dikembangkan oleh para penganutnya, antara lain seperti pendekatan-
pendekatan yang berorientasi pada pemprosesan informasi yang dikembangkan oleh Gagne
dan Berliner, Biehler dan Snowman, Baine, serta Tennyson. Bahwa proses pengolahan
informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti
dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari
struktur informasi yang teroraganisasi dalam proses penelusuran bergerak secara hirarkhis,
dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci,
sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Konsepsi Landa dengan model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik
mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut siswa untuk berpikir sistematis, tahap demi
tahap, linear, menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristik menuntut
siswa untuk berpikir devergen, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus.
Pask dan Scott membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau wholist, dan tipe serial
atau serialist. Mereka mengatakan bahwa siswa yang bertipe wholist cenderung
mempelajari sesuatu yang paling umum menuju ke hal-hal yang lebih khusus, sedangkan
siswa dengan tipe serialist dalam berpikir akan menggunakan cara setahap demi setahap
atau linear. Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain
dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas
belajar 2) peristiwa pembelajaran, dan 3) pengorganisasian/urutan pembelajaran.
3.2 Saran
Mengingat perihal kelemahan teori sibernetik yang dikritik karena tidak secara langsung
membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini
pun cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja
pada otak peserta didik. Pada akhirnya, masing-masing aliran teori belajar ini mengandung
keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahannya sendiri yang harus kita ketahui untuk
dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan belajar yang lain sehingga
dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
Daftar Pustaka
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://re
pository.radenfatah.ac.id/18765/1/a%2529.%2520BAB%25201%252
0%2528Nur%2520Azizah%252C%25201652100207%2529.pdf&ved
=2ahUKEwjztMfL0dH9AhWC1TgGHdEPBfkQFnoECBkQBg&usg
=AOvVaw1vsFuUFVW4qthYtdlXezLa
https://serupa.id/teori-belajar-sibernetik-pengertian-proses-dan-
penerapan/
https://www.academia.edu/36709907/TEORI_BELAJAR_SIBERNE
TIK
https://sukeratayasa.wordpress.com/kajian-teori-pembelajaran-
sibernetik/
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/view/961#:~
:text=Teori%20belajar%20sibernetik%20merupakan%20perkemba
ngan,yang%20terikat%20pada%20situasi%20tertentu.
http://e-
campus.iainbukittinggi.ac.id/ecampus/AmbilLampiran?ref=91676&j
urusan=&jenis=Item&usingId=false&download=false&clazz=ais.dat
abase.model.file.LampiranLain#:~:text=Teori%20sibernetik%20ada
lah%20teori%20yang,proses%20dari%20pada%20hasil%20belajar.
https://semnas.unikama.ac.id/ks2b/arsip/2017/berkas/3.pdf