Anda di halaman 1dari 14

USULAN

PENELITIAN TERAPAN

ALAT MUSIK TRADISIONAL LATOTOU; PELACAKAN, PEMBUATAN DAN


PENGEMBANGAN SYNTHESIZER ALAT MUSIK LATOTOU DI WILAYAH DESA
HENDEA KABUPATEN BUTON SELATAN
RINGKASAN PENELITIAN
Latar belakang masalah dalam penelitian ini antara lain berdasarkan wawancara dengan
pengrajin alat musik tradisional Latotou yang berada di Wilayah Buton Selatan bahwa alat musik
Latotou digunakan sebagai penghibur pelepas penat dan kantuk. Namun kebanyakan alat musik
Latotou ini oleh masyarakat etnis Laporo digunakan diwaktu malam hari ketika menjaga kebun
dari serangan hama babi. Namun data dan informasi alat musik Latotou terkait historikal, bahan,
penamaan, jenis irama dan penggunaannya tidak tersedia secara memadai, terlebih lagi orang yang
mampu membuat Latotou saat ini telah berusia lanjut dan jumlahnya sedikit dan spesifikasi teoritis
dan praktis tentang Latotou sebagai sistem penghasil bunyi tidak tersedia.
Tujuan penelitian ini yaitu (1) Mengetahui Data dan informasi historikal alat musik Latotou
terkait bahan, penamaan, jenis irama dan penggunaannya. (2) Mengetahui cara membuat Latotou
dan mendefinisikan SoP pembuatan Latotou. (3) Mengembangkan synthesizer digital Latotou dan
aplikasi berbasis android.
Subjek penelitian yang diambil yaitu alat musik Latotou yang berada di wilayah Kabupaten
Buton Selatan tepatnya yang berada di Desa Hendea. Metode yang digunakan adalah (1) mengacu
pada prinsip heuristik ialah sejarawan harus mencari sumber primer maupun sekunder, biasanya
tersajikan dalam aneka bahan dan ragam tulisan. (2) melakukan studi literatur terkait penelitian
yang dilakukan, pengambilan data dan analisis sistem yang dibangun.
BAB 1. PENDAHULUAN

Alat-alat musik hampir merupakan komponen universal dari budaya manusia. Seperti yang
diketahui bahwa budaya kuno Mesopotamia, Mediterania, India, Asia Timur, dan Amerika
semuanya memiliki bermacam-macam instrumen musik. Suara yang dihasilkan oleh suatu
instrumen dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti bahan dari mana instrumen itu dibuat,
ukuran dan bentuknya, dan cara memainkannya. Misalnya, alat musik gesek dapat dipukul, dipetik,
atau ditekuk, setiap metode menghasilkan suara yang khas. Sebuah instrumen kayu yang dipukul
oleh pemukul terdengar sangat berbeda dari instrumen logam, bahkan jika kedua instrumen
tersebut identik.
Alat musik telah digunakan sejak masa paling awal untuk berbagai keperluan, mulai dari
hiburan penonton konser hingga iringan tarian, ritual, pekerjaan, dan obat-obatan. Salah satu
contohnya yaitu Alat musik tradisional Latotou yang merupakan alat musik tradisional Buton
Selatan tepatnya di Desa Hendea. Latotou ini terbuat dari kayu gaba ringan (kayu lapi) yang
dibelah dengan ukuran tertentu dan diruncingkan pada kedua ujungnya. Alat musik ini sendiri
berbeda-beda penamaannya tergantung pada penamaan etnis yang menggunakannya. Bagi etnis
Wolio mengenalnya dengan nama Ratotou, sedangkan pada etnis Laporo menyebutnya Latotou.
Istilah Latotou sendiri diambil dari bunyi tiga batang alat musik ini yang berfungsi sebagai melodis
yang menghasilkan nada dasar “LA-TO-TOU” sedangkan potongan alat musik lainnya berfungsi
sebagai ritme. Dalam penelitian ini akan fokus mengkaji Latotou dalam perspektif etnis Laporo
dan synthesizer Latotou sebagai bentuk dari alat musik digital dari Latotou.
Bagi etnis Laporo, alat musik ini menjadi alat musik penghibur utama pada masanya,
sebelum mengenal alat-alat musik lain yang bernuansa modern. Alat musik Latotou ini mulai
dikenal oleh etnis Laporo setelah terjadinya persebaran etnis Laporo dari kampung pertama Laporo
yang dikenal dengan Liwungau (Lipu Mangau). Disebut Liwungau karena kampung ini pernah
dibakar oleh pasukan Tobelo dari Ternate. Dari sanalah masyarakat Laporo tersebar menjadi
masyarakat Hendea, Gonda, Bugi, Kombeli, Laburunci, Lapanda, Awainulu dan sebagainya.
Dalam proses bermigrasi dan menemukan pemukiman baru inilah kemudian masyarakat
membutuhkan musik untuk pelepas penat dan kantuknya. Namun kebanyakan alat musik Latotou
ini oleh masyarakat Laporo digunakan pada malam hari untuk menjaga kebun dari serangan hama
babi. Dalam kesunyian di malam hari inilah Latotou kerap dimainkan sebagai penahan kantuk.
Selanjutnya alat musik ini dijadikan sebagai pengiring pada acara-acara adat seperti Linda,
Mangaru dan Manca.
Bicara soal musik tentu tak lepas dari instrumen penghasil nada dan suara yaitu alat musik.
Pada dasarnya semua instrumen yang dibuat dengan desain sedemekian rupa dan mampu
menghasilkan nada suara dapat dikategorikan sebagai alat musik. Dari waktu ke waktu alat musik
pun ikut berkembang layaknya industri musik itu sendiri. Pada awalnya alat musik masih berupa
alat tradisonal yang umumnya merupakan hasil dari sebuah kebudayaan tertentu. Namun berkat
kemajuan teknologi, orang mulai mengembangkan alat musik modern seperti alat musik digital.
Tak hanya menghasilkan efek suara maupun tiruan suara alat musik asli, alat musik elektronik
tersebut juga mempermudah kegunaannya karena lebih efisien dan praktis, contohnya keyboard
dan Gitar.
Latotou merupakan alat musik perkusi (analog) yang berbahan dasar kayu dimana kualitas
bunyi dari Latotou sendiri akan rentan terhadap waktu dari pembuatan Latotou. Penggunan kayu
sebagai bahan dari alat musik Latotou sendiri memiliki dampak ekosistem yang cukup besar
terhadap lingkungan sekitar, untuk itu dengan memanfaatkan perkembang teknologi yang sangat
pesat saat ini, membuat alat musik Latotou dalam bentuk digital (synthesizer) yang dapat
dimainkan seperti alat musik pada umumnya seperti keyboard dan Gitar yang telah memiliki nada
diatonis.
Dari permasalahan diatas, penelitian ini akan fokus mengkaji Latotou dalam perspektif
etnis Laporo yang berada di Desa Hendea dan pembuatan Synthesizer Latotou serta pembuatan
aplikasi Latotou berbasis android sebagai bentuk penerapan alat musik digital Latotou.

Rumusan Masalah
1. Data dan informasi tentang alat musik tradisional Latotou tidak tersedia secara memadai.
2. Orang yang mampu membuat Latotou telah berusia lanjut dan jumlahnya sedikit.
3. Spesifikasi teoritis dan praktis tentang Latotou sebagai sistem penghasil bunyi tidak tersedia.

Tujuan
1. Mengetahui Data dan informasi historikal alat musik Latotou terkait bahan, penamaan, jenis
irama dan penggunaannya.
2. Mengetahui cara membuat Latotou dan mendefinisikan SoP pembuatan Latotou
3. Mengembangkan synthesizer digital Latotou dan aplikasi berbasis android

Manfaat
1. Bagi masyarakat, dapat mengetahui data dan informasi terkait historikal alat musik Latotou.
2. Bagi Pembangunan, nilai-nilai kearifan dan kecerdasan lokal dapat dilestarikan
3. Bagi ilmu pengetahun dan teknologi, aspek historis, teoritis dan praktis dari sistem penghasil
bunyi Latotou dapat dikembangangkan untuk inovasi ilmu pengetahuan berikutnya.

Ruang Lingkup:
1. Historikal alat musik tradisional Latotou yang berada di Desa Hendea Kabupaten Buton
Selatan
2. Mencari dan menemukan frekuensi masing-masing nada dasar Latotou
3. Menemukan nilai-nilai parameter isyarat digital sistim penghasil bunyi Latotou
4. Mengembangkan perangkat lunak synthesizer Latotou dalam Platform Android
Target Pencapaian:
Target luaran penelitian ini adalah: (1) terdokumentasi historis, teoritis dan praktis alat musik
tradisional Latotou di wilayah Kabupaten Buton Selatan tepatnya di Desa Hendea. (2) perangkat
keras alat musik Latotou dan SoP pembuatannya. (3) Perangkat Lunak synthesizer alat musik
Latotou dan petunjuk penggunaanya (4) Artikel berupa Jurnal ilmiah nasional dan internasional,
Paten dan HKI.

Target Tahunan
Pencapaian target tahunan dalam penelitian ini:
1. Tahun Pertama : (1) Dokumentasi historis alat musik Latotou yang berada di Desa Hendea
Kabupaten Buton Selatan. (2) Perangkat keras alat musik Latotou. (3) Dokumen SoP
pembuatannya. (4) Artikel berupa jurnal ilmiah nasional terakreditasi.
2. Tahun Kedua: (1) Dokumentasi teoritis dan praktis alat musik Latotou. (2) Perangkat lunak
synthesizer alat musik Latotou. (3) Dokumen penggunaan Perangkat lunak synthesizer alat
musik Latotou. (4) Artikel berupa jurnal ilmiah internasional, Paten dan HKI

Tabel Rencana Target Capaian Tahunan


Jenis Luaran Indikator Capaian
No
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS1 TS+1 TS+2
1 Artikel ilmiah dimuat di Internasional bereputasi
jurnal2) Nasional Terakreditasi
2 Artikel ilmiah dimuat di Internasional Terindeks
prosiding3) Nasional
3 Invited speaker dalam temu Internasional
ilmiah4) Nasional
4 Visiting Lecturer5 Internasional
Paten
Paten sederhana
Hak Cipta
Merek dagang
Rahasia dagang
5 Hak Kekayaan Intelektual Desain Produk Industri
(HKI)6) Indikasi Geografis
Perlindungan Varietas
Tanaman
Perlindungan Topografi
Sirkuit Terpadu
6 Teknologi Tepat Guna7)
7 Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa Sosial8)
8 Buku Ajar (ISBN)9)
9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengolahan Sinyal
Pengolahan sinyal merupakan suatu operasi matematik yang dilakukan terhadap suatu sinyal
sehingga diperoleh suatu informasi yang berguna. Pengolahan sinyal dapat dilakukan secara
analog atau digital. Pengolahan sinyal analog memanfaatkan komponen-komponen analog,
misalnya dioda, transistor, Op-amp, dan lainnya. Pengolahan sinyal digital menggunakan
komponen-komponen digital, register, counter, dekonder, summing, mikroprocessor,
mikrokontroler, dan lainnya. Untuk kemudahan pada pengolahan sinyal digital sebagai pemroses
digunakan suatu komputer (mikrokontroler) untuk mempresentasikan algoritma atau model
matematik. Selain sistem komputer diperlukan perangkat keras lainnya yaitu mikropon sebagai
masukkan/keluaran. Sinyal dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sinyal analog (continue) dan
sinyal diskrit (digital).
Sinyal analog diubah menjadi sinyal digital melalui rangkaian konverter analog to digital
converter (ADC). Konverter A/D sudah direalisasikan dalam suatu peranti integrated circuit (IC).
Keluaran dari ADC berupa suatu kode biner yang nilainya bersesuaian dengan level kuantisasi
dari sinyal analog yang dicuplik pada suatu waktu tertentu. Pada ADC, sinyal analog tersebut
diproses melalui tiga proses yaitu sampling, quantizing, dan coding. Prosesnya dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Proses dalam ADC

B. Nyquist Criteria
1. Teori Sampling
Teori Sampling adalah sebuah teori yang pertama kali dikemukakan oleh Harold Nyquist
pada tahun 1920. Sampling berarti mengambil atau mencuplik sinyal pada waktu-waktu tertentu
saja dan untuk selanjutnya sinyal yang telah tercuplik tersebut akan didekatkan atau dikodekan
dalam suatu nilai-nilai bit yang merepresentasikan informasi dari sinyal informasi melalui proses
kuantisasi .
Sinyal analog (t) merupakan fungsi kontinyu dari variabel waktu kontinyu t. Sinyal analog
disampling dengan waktu interval yang sama dengan T akan menghasilkan sinyal digital
X(nT)=a(t)│t=nt-∞ < n < ∞ ......... (1)
T merupakan kebalikan dari rasio sampling, F. Sampling sering direpresentasikan sebagai
modulasi sinyal analog dengan jumlah unit inpuls respon tertunda m(t).
X(nT) = a(t) x m(t)

𝑀 (𝑡) = ∑ = −∞ 𝛿 (𝑡 − 𝑛𝑇) … … … (2)


𝑛
Input sinyal merupakan fungsi pita terbatas A(f)=0 untuk –fn<f<fn. Spektrum sinyal
modulasi juga merupakan kumpulan impuls dengan pengulangan F. Spektrum output sama dengan
konvolusi spektrum sinyal analog dengan modulasi spektrum sinyal.
X(f) = A(f)*M(f) ......... (3)
Spektrum sinyal modulasi merupakan kumpulan dari fungsi impuls yang dipisahkan dengan
frekuensi F Hz

𝑀 (𝑓 ) = ∑ = −∞ 𝛿(𝑓 − 𝑘𝐹 ) … … … (4)
𝑛
Spektrum sinyal output dapat diGambarkan sebagai pengulangan dari spektrum sinyal
analog dengan interval F Hz. Untuk menjamin semua input dapat disampling, maka fungsi
sampling harus menyampling dengan rasio lebih besar atau sama dengan dua kali frekuensi input
tertinggi. F≥2fn. Ini merupakan kriteria Nyquist. Jika rasio ini tidak dijaga, maka pengulangan
sinyal input akan menumpuk dengan sinyal utama, sehingga sinyal ouput terdistorsi yang disebut
aliasing.
2. Kuantisasi
Sinyal digital merupakan sebuah deretan angka yang diwakili oleh beberapa digit dengan
jumlah tertentu. Proses melakukan konversi sinyal yang telah dicuplik menjadi sinyal digital yang
diwakili oleh sebuah nilai dengan jumlah digit tertentu disebut kuantisasi.

Gambar 2. Proses Kuantisasi


C. Sejarah Singkat Instrumen Perkusi
Sejarah kemajuan dan perkembangan alat musik sangat berhubungan dengan sejarah umat
manusia dan dapat diakui sebagai suatu pengaruh dari latihan yang luar biasa dari manusia purba.
Para pemain timpani dengan percaya diri dalam kelompok menyetel genderang-genderang dari
tembaga yang dikilapkan, mengingatkan kita terhadap banyak instrumen sederhana namun penting
dalam hidup mereka dalam masa kanak-kanaknya. Forsyth mengatakan bahwa jenis paling awal
dan pertama dari musik adalah ritmis. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat tentang asal
mula lahirnya ritmis, tetapi peristiwa di dalam sejarah musik dari masa prasejarah hingga kini tidak
lagi menawarkan suatu studi yang menarik dibandingkan dengan kemajuan dan pengembangan
dari instrumen perkusi sekarang. Banyak bukti mendasar dari evolusi kini ditinggalkan dan sejarah
sudah menggantikan dongeng.
Pengetahuan modern tentang instrumen-instrumen primitif atau prasejarah dapat ditelusuri
300 abad silam dan didasarkan pada tiga sumber mendasar, yaitu: pertama bukti arkeologis
(penggalian, es, rawa pasir dan tanah yang menyimpan bahan bakar, dll). Kedua penyajian
bergambar; dan ketiga literatur yang berkaitan dengan kesusasteraan termasuk studi-studi dari
banyak jenis instrumen yang dilestarikan oleh orang-orang primitif.
Dasar dari instrumen pertama diletakan tanpa disadari oleh manusia awal ketika mereka memukul-
mukul tanah atau juga membuat bunyi dalam kerongkongannya, menepuk-nepuk tangannya atau
dipukulkan pada tubuhnya. Kegiatan awal memukul-mukul tubuh dapat ditemukan di dalam buku
ketiga dari sejarah Amerika yang berhubungan dengan upacara ritual masa lampau Tupinamba—
suatu tarian api dalam upacara agama orang-orang Brazil yang disertai dengan hochets maracas
dan hentak-hentakan kaki. Seperti dalam Perjanjian Lama orang-orang Yahudi berusaha
menikmati irama seperti demikian “....oleh karena engkau bertepuk tangan dan menghentakan
kakimu ke tanah, dan bergembira dalam hatimu....”(Yehezkiel 25:6).
Perkusi atau tindakan menghentakan atau membenturkan (tubuh) atau benda yang satu dengan
benda yang lainnya adalah suatu seni orang primitif yang sungguh terampil. Ia (orang primitif)
mempertahankan setiap rasa (irama) melalui ketrampilan memukulnya sehingga kita dapat
berasumsi bahwa instrumen pertama bertepuk tangan bisa jadi merupakan peralatan atau senjata
untuk bertahan hidup sebagaimana ia bergantung pada makanan.
Memukul atau membenturkan benda-benda atau kayu perisai, busur pemburuan atau
pemakaian tongkat-tongkat sebagai kentongan dan seterusnya, mau menyatakan bahwa
sesungguhnya instrumen-instrumen yang pertama digunakan dengan cara dipukulkan atau
dibenturkan. Banyak ahli menjelaskan hal di atas dengan menyebutkan contoh latihan prajurit
perang yang membenturkan perisainya atau setia menyanyikan irama mars (lagu) pertempurannya.
Percival Kirby menyatakan bahwa “sesungguhnya perisai itu awalnya adalah salah satu drum
utama dari suku Zulu”.
Namun dibalik itu fungsi dasar yang penting dari alat musik yang dipukul atau ditabuh dalam
banyak tarian upacara agama primitif adalah untuk membantu memeriahkan tarian itu dan
terutama untuk melayani sihir dalam upacara agama primitif. Secara simbolis alat-alat musik yang
dipukul atau ditabuh itu memberi kuasa (tenaga) dari sihir bagi dan lebih memberi makna suci
bagi upacara ritual tersebut. Meskipun ada kemajuan secara teknis konstruksi ataupun adanya
manipulasi awal dari instrumen-instrumen ini, tidak dapat dilepaskan dari tujuan awal untuk
mendapatkan kuasa atau kekuatan hal-hal yang gaib. Ini merupakan dasar atau prinsip yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia primitif.

1. Jenis instrumen perkusi awal


Idiofon merupakan instrumen perkusi yang ditemukan awal. Idiofonidiofon ini adalah
instrumen yang dibuat dari bahan-bahan alami yang bunyinya nyaring dan merdu, yang mana
dapat dihasilkan tanpa penambahan suatu kulit yang ditegangkan, dawai atau tabung udara yang
bergetar. Instrumen atau idiofon ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
• Shaken idiophone, yaitu bagian bunyi yang secara bersama dihasilkan dari insrumen-
instrumen yang cara memainkannya dengan dikocok.
• Stamped and stamping idiophone, yaitu bunyi yang dihasilkan dari tabung-tabung berongga.
• Scraped idiophones, yaitu idiophone yang dihasilkan dari benturan atau ketokan dan
menghasilkan satu rangkaian irama.
• Concussion idiophone, yaitu idiofon dari sepasang instrumen yang sama atau similar, seperti
bumerang-bumerang.
• Struck idiophone, yaitu idiofon yang dihasilkan dari satu atau lebih potongan-potongan
material yang dipukul dengan suatu tongkat atau stick.

2. Bentuk, organologi dan fungsi instrumen perkusi


a. Clapers
Jika hentakan kaki, menepuk-nepuk badan dan tepukan tangan diterima sebagai bentuk
instrument musik awal, secara sederhana perkembangan alaminya dapat dilihat dari clapper
sebagai instrument musik. Hal ini membuat John Frederick Rowbotham tertarik untuk
menceramati masalah ini 70 tahun lalu. Di Australia kita dapat menemukan banyak persamaan
atau kemiripan instrumen musik digunakan oleh orang-orang yang hidup dalam jaman primitif.
Benua itu tidak hanya mempunyai binatang dan tumbuhan memfosil tetapi juga cara hidup awal
manusia telah menjadi fosil. Melalui cara hidup orang Aborigin kita dapat melihat banyak hal baik
yang ada di masa lalu. Banyak dari instrumen musik mereka semuanya tanpa direncanakan
sebelumnya, karena digunakan secara mendadak. Seringkali mereka memukul dua batang ranting
hijau secara bersamaan.
Penemuan arkeologis dan bukti-bukti bergambar secara prinsipil mendukung penggunaan
yang luas dari clapper semacam ini, bukan hanya di Australia tetapi juga terutama di Mesir dan
Asia Timur. Hal ini merupakan suatu ketertarikan yang kuat terhadap bunyi-bunyian dari musik
sederhana yang alami.

b. Scrapers
Instrumen ini ditemukan sejak awal jaman batu. Ketika itu hampir bisa dipastikan bahwa
instrumen ini mempunyai makna gaib yang masih dipertahankan oleh orang-orang primitif. Dalam
wujud sederhananya instrumen scraper terdiri dari suatu batu, tulang, kulit kerang dibentuk dan
dikikis dengan suatu tongkat atau benda kaku (keras) lain. Di dalam upacara agama atau ritual
erotis di masa dahulu, orang-orang menggesek-gesekan tulang, merasa mendapatkan kekuatan
(tenaga) untuk melakukan percintaan. Scraper banyak ditemukan di antara suku-suku asli Amerika
Tengah (Mexico) dan Utara, dan juga di antara suku-suku di Amerika Latin dan juga tersebar luas
di Africa. Suatu bentuk yang sederhana dari scraper adalah yang ditemukan di Portugal, di mana
dua pucuk pohon cemara digosok berlawanan satu terhadap yang lain untuk persiapan menari.
Cerita rakyat dan pengetahuan tentang scraper ada dalam setiap benua dan tetap bertahan (hidup)
dalam dunia modern.

Gambar 3. Secara berurutan adalah Bamboo Scraper, reso-reso, Mexico; dan Horn scraper,
Mexico. (Sumber: James Blades, Percussion Instruments and Their History)

c. Rattles
Rattles bisa ditemukan dalam bunyi yang dihasilkan oleh bunyi giring-giring permainan bayi
atau juga dari suara atau bunyi yang ditimbulkan oleh ular derik. Secara sederhana rattles sebagai
suatu instrumen dengan manufaktur sederhana, adalah sejumlah benda keras dan kecil seperti gigi,
kuku binatang, kulit kerang yang disusun bersama. Rattles digunakan sebagai instrumen dalam
tarian yang mengeluarkan bunyi saat digoncangkan, serta sering dipakai pada kaki, lengan atau
leher dari penari.
Bunyi rattles ini juga yang ditemukan dalam suku Bushmen di Afrika Selatan, biasanya
menggunakan bel-bel yang dipasangkan di kaki, bahu, lengan atas dan telinga-telinga mereka. Bel-
bel kecil dari kelompok Bushman ini terdiri atas bola berongga berisi atau dipakai untuk
menyimpan sejumlah kerikil-kerikil kecil. Bel-bel ini akan mengeluarkan bunyi saat digoncangkan
dengan satu hentakan.

Gambar 4. Secara berurutan adalah Gourd Rattles; dan Cowrie shell Gourd Rattle, Afrika. (Sumber: James Blades,
Percussion Instruments and Their History)
Demikian juga dengan labu bermanik-manik disebut Cabaca, yaitu suatu instrumen
digunakan dalam orkes tarian Amerika Latin masih dipakai hingga sekarang. Sementara di Afrika
terdapat semacam instrumen (alat musik) redulcimer, terbuat dari sejumlah tangkai jagung dan
diikat dengan rumput yang dijalin. Dulcimer akan menghasilkan bunyi halus dan berderik ketika
dawai-dawainya dipetik

Gambar 5. Secara berurutan adalah Cabaca, Amerika Latin Orchestra; Wood Rattles, Africa; dan Reed Dulcimer,
Afrika Tengah. (Sumber: James Blades, Percussion Instruments and Their History)

D. Alat Musik Latotou


Latotou merupakan salah satu alat musik tradisional masyarakat etnis Laporo yang berada
di Desa Hendea Kabupaten Buton Selatan, yang merupakan alat musik pukul terbuat dari kayu
gaba ringan (kayu lapi) yang dibelah dengan ukuran tertentu dan diruncingkan pada kedua
ujungnya. Istilah Latotou sendiri diambil dari bunyi tiga batang alat musik ini yang berfungsi
sebagai melodis yang menghasilkan nada dasar “LA-TO-TOU” sedangkan potongan alat musik
lainnya berfungsi sebagai ritme. Namun kebanyakan alat musik Latotou ini digunakan masyarakat
Laporo pada malam hari ketika menjaga kebun dari serangan hama babi. Dalam kesunyian di
malam hari inilah Latotou kerap dimainkan sebagai penahan kantuk. Seiring berjalannya waktu
alat musik ini dijadikan sebagai pengiring pada acara-acara adat seperti Linda, Mangaru dan
Manca.

Gambar 6. Alat Musik Latotou


BAB 3. METODE PENELITIAN
Metode Pelacakan Historis

Metode Pembuatan / Manufacture

Metode Pengembangan Sintesizer

Metodologi dalam penelitian ini yaitu:


1. Studi Pustaka
Studi pustaka yang berasal dari buku, jurnal, dan paper yang berkaitan dengan alat musik
perkusi, pengolahan isyarat, synthesizer dan aplikasi android.
2. Observasi
Kegiatan observasi mencakup kegiatan pengamatan dan pencatatan terhadap teknik
pembuatan alat musik Latotou, Jenis kayu yang digunakan, ukuran kayunya, teknik
memainkan, jumlah pemain, serta pada acara-acara budaya apa saja alat musik ini dimainkan
oleh etnis Laporo.
3. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan terhadap informan atau responden yang mengetahui
langsung alat musik Latotou, baik bahan, cara pembuatan maupun teknik memainkannya.
Sasaran yang akan dijadikan informan adalah para pemain maupun tokoh adat yang dapat
memberikan informasi utuh seputar Latotou.
4. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi dilakukan dengan mengabadikan berupa gambar maupun video
teknik pembuatan alat musik Latotou, cara memainkannya dan pada momentum acara adat
Latotou dimainkan sebagai pengiring. Bahkan kegiatan perekaman audio diperlukan utuk
merekam nada pada setiap batang Latotou dan syair yang dilantunkan oleh para pemain.
5. Perancangan sistem
a. Perancangan sistem yang dilakukan dalam membangun synthesizer Latotou dapat
digambarkan melalui blok diagram berikut:

Akuisisi Sinyal Normalisasi dan Perhitungan


Analog Segmentasi Spektrum Frekuensi

Perhitungan Sifthing dan Skaling


Frekuensi Dominan
Gambar 7. Blok Diagram Menentukan Frekuensi Latotou
Pembangkitan Bunyi Dengan
Pemilihan Metode
Frekuensi Dasar Tertentu
Pembangkitan Isyarat Bunyi
Menggunakan Metode Yang Terpilih
Modulasi Isyarat Sorthterm dan
Longterm

Perhitung Parameter ADSL Pembangkitan Bunyi Isyarat


Model Longterm Isyarat Longterm Menggunakan Parameter
Digital Hasil Akuisisi ADSL
Perhitungan Korelasi Isyarat
Termodulasi Dan Isyarat Digital
Hasil Akuisisi

Pemuktahiran Isyarat
Termodulasi Dengan Variasi
Nilai ADSL

Gambar 8. Blok Diagram Pembangkitan Nada Latotou

b. Perancangan sistem pembuatan aplikasi Latotou berbasis Android dapat digambarkan


melalui blok diagram berikut:
Desain Grafis Desain Tampilan Pengkodean
Tampilan Menu Aplikasi Aplikasi

Gambar 9. Blok Diagram Pembuatan Aplikasi Latotou

6. Tahapan pengujian dan analisis sistem dilakukan untuk mengetahui apakah aplikasi yang
dibangun berjalan sesuai fungsi yang telah didesain.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

Jadwal Kegiatan Tahun Ke-1


No. Jenis Kegiatan Tahun Ke-1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan proposal (TPP dan TPM)
2 Penyusunan instrumen penelitian (TPP)
3 Penyempurnaan instrumen penelitian
(TPP dan TPM)
4 Pengumpulan data lapangan (TPP dan
TPM)
5 Analisis data dan penulisan draf laporan
akhir (TPP)
6 Diskusi temuan lapangan (TPP dan
TPM)
7 Penulisan artikel (TPP dibimbing TPM)
8 Seminar hasil penelitian (TPP)

Jadwal Kegiatan Tahun ke-2


No Jenis Kegiatan Tahun Ke-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Penyusunan proposal (TPP dan TPM)


2 Penyusunan instrumen penelitian (TPP)
3 Penyempurnaan instrumen penelitian (TPP
dan TPM)
4 Pengumpulan data lapangan (TPP dan
TPM)
5 Analisis data dan penulisan draf laporan
akhir (TPP)
6 Diskusi temuan lapangan (TPP dan TPM)
7 Penulisan artikel (TPP dibimbing TPM)
8 Penyusunan buku (TPP dan TPM)
9 Seminar hasil penelitian (TPP)

Anda mungkin juga menyukai