Anda di halaman 1dari 7

SELF MANAGEMENT PROGRAM (SMP) UNTUK PENYAKIT KRONIK

1. Pengertian Self Management Program

Manajemen merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001) memiliki dua arti, yaitu;

 penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran; dan


 pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannnya perusahaan dan organisasi.

Manajemen Menurut James A.F. Stoner : Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan
semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Pengertian Manajemen Menurut Mary Parker Follet : Manajemen adalah suatu seni, karena untuk
melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.

Kata diri, pribadi, individu, merupakan totalitas manusia sebagai perpaduan dari jasad dan ruhani, fisik
yang bisa kita lihat dan sesuatu yang tak terlihat yang menggerakan fisik (hati; pikiran; jiwa). (Udo Yamin
Efendi Majdi dalam artikelnya yang berjudul manajemen diri : upaya membangun karakter).

Diri adalah totalitas dari pemikiran, keinginan, dan gerakan yang dilakukan dalam ruang dan waktu.
Maka, diri merupakan perpaduan antara intelektual, emosional, spiritual, dan fisik.

Menurut Stephen M. Edelson, Ph.D. manajemen diri adalah istilah psikologi yang digunakan untuk
menjelaskan proses mencapai kemandirian (personal autonomy).

Secara istilah manajemen diri yaitu menempatkan individu pada tempat yang sesuai untuk dirinya dan
menjadikan individu layak menempati suatu posisi sehingga tercapai suatu prinsip laki-laki yang kapabel
pada posisi yang tepat (yakni, menyediakan posisi untuk tiap-tiap individu dan memposisikan tiap-tiap
individu pada posisinya secara tepat).

Jadi, pada dasarnya manajemen diri merupakan pengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan
perbuatan yang dilakukan, sehingga mendorong pada penghindaran diri terhadap hal-hal yang tidak baik
dan peningkatan perbuatan yang baik dan benar.

Manajemen diri adalah sebuah proses merubah “totalitas diri” baik itu dari segi intelektual, emosional,
spiritual, dan fisik agar apa yang kita inginkan (sasaran) tercapai.

2. Dimensi Potensi Self-Management

Yang menjadi dimensi potensi pada aspek manajemen diri adalah :


a) remaja dapat mengenali dan memahami dirinya atau potensi yang dimilikinya dan melakukan
perubahan dalam berbagai aspek baik aspek intelektual, emosional, spiritual, dan fisik menuju
ke arah yang lebih baik, serta mengelolanya dengan baik
b) dapat menemukan peluang diri

3. Tantangan dan Hambatan dalam Self-Management

Dalam manajemen diri ada beberapa tantangan yang didapatkan oleh individu, remaja khususnya
diantaranya adalah :

1. mampu untuk hidup mandiri, dapat menentukan diri sendiri kemana dia akan melangkah.
2. merumuskan bagaimana caranya untuk meraih impian yang ingin kita capai, dan bagaimana
untuk mengelola diri dengan baik. Lingkungan dapat menjadi hambatan bagi remaja dalam
mengelola dirinya sendiri. Hambatan tersebut adalah : Remaja ketika akan mengelola dirinya
sendiri sering berorientasi kepada orang lain, bukan karena kemauan sendiri. Seharusnya remaja
mempunyai niat yang tulus dari dalam dirinya untuk mengelola dirinya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan diatas, diantaranya :
 mampu menerima diri kita apa adanya, baik kelebihan ataupun kekurangan.
 melakukan hal yang terbaik, baik untuk diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhan.
 berani untuk bermimpi dan memimpikan sesuatu.
 mampu belajar dari pengalaman dan mampu mengambil hikmah dari suatu kejadian.

4. Dua Belas Strategi Self-Management

Menurut Prijosaksono, Aribowo dan Marlan Mardianto dalam buku self-management terdapat dua belas
yang bisa ditempuh agar mempunyai manajemen diri yang baik :

A. Mengenali dan Menemukan Potensi Diri

Supaya individu dapat mengenali dan menemukan potensi dimiliki, maka harus :

1. Mengubah Sikap dengan cara sebagai berikut:


 Perlakukan sesama seperti memperlakukan diri sendiri.
 Percaya bahwa pasti ada peluang dalam setiap kesulitan
 Memandang bahwa hari ini adalah hari yang dijadikan Tuhan buat manusia.
 Mengatasi musuh terbesar diri sendiri
 Jangan pedulikan pendapat orang lain
2. Memperbaiki Pencitraan Diri,
dengan cara sebagai berikut:
 Mengenali siapa diri sendiri
 Mengatasi citra diri yang buruk
 Membentuk citra diri yang positif
 Jadilah sahabat bagi diri sendiri
3. Terus Bekerja dan Berkarya, dengan cara sebagai berikut:
 Mempunyai prinsip dalam bekerja
 Bekerjalah dengan penuh rasa cinta
 Kegigihan: cobalah sekali lagi!
 Jadilah proaktif

B. Terus Bertumbuh dan Berkembang

4. Peliharalah kesehatan fisikss dengan cara sebagai berikut:


 Kenalilah kondisi fisik diri sendiri
 Latihan ESC merupakan olah raga murah dan mudah
 Perhatikan makanan yang dimakan
 Hindari kebiasaan buruk yang merusak
5. Tingkatkan Daya Pikiran dengan cara sebagai berikut:
 Jangan sia-siakan kekuatan pikiran (kenalilah otak dan pikiran)
 Alam bawah sadar merupakan kekuatan maha dahsyat
 Relaksasi: jalan menuju alam bawah sadar
 Menciptakan realitas baru (The subconscious reprogramming)
6. Kembangkanlah Kehidupan Spiritual dengan cara sebagai berikut:
 Mengenal dan menemukan Tuhan
 Meditasi
 Memelihara dan mengembangkan kehidupan spiritual
 Rasakan kehadiran Tuhan setiap hari
 Kehidupan dan kematian
7. Lakukan Saja Sekarang, dengan cara sebagai berikut:
 Mulailah langkah pertama
 Tujuan menentukan arah hidup
 Penundaan awal kehancuran .
 Disiplin: mengalahkan diri sendiri
8. Tetaplah Belajar dengan cara sebagai berikut:
 melalui pendidikan dan pembelajaran
 meningkatkan kemampuan membaca
 menggunakan bahasa dan komunikasi
 mengembangkan keterampilan
 Kaizen: penyempurnaan berkesinambungan

C. Membangun Jaringan Kehidupan

9. Kembangkan Jaringan Anda, dengan cara sebagai berikut:


 mengetahui fungsi dari suatu jaringan
 melatih seni membangun jaringan
 memelihara jaringan
10. Membangun dan Memelihara Hubungan, dengan cara sebagai berikut:
 Paling mencintai sesama manusia
 Berkomunikasi empatik
 mengatasi sakit hati
 sinergi dan kerja sama
11. Membangun Sesama, dengan cara sebagai berikut:
 alasan perlu membangun sesama
 membangun sesama
 Memberdayakan sesama
 menciptakan pemimpin
12. Membangun Kelompok Tumbuh Bersama, dengan cara sebagai berikut:
 membentuk kelompok bersama
 menyelenggarakan pertemuan kelompok
 memelihara keutuhan kelompok
 Duplikasi kelompok
 Q Society

2. Pengertian Self Management Program (SMP) Untuk Penyakit Kronik

Menurut Lin, KW program manajemen diri (self management) dikembangkan untuk mendukung pasien
dengan penyakit kronis. Tujuannya melaksanakan self-management sebagai salah satu managemen
penyakit kronik dalam kehidupan sehari – hari.

Self management merupakan serangkaian teknis untuk mengubah perilaku, pikiran, dan perasaan.

Self management lebih menunjuk pada pelaksanaan dan penanganan kehidupan seseorang dengan
menggunakan suatu keterampilan yang dipelajari. Self management juga dapat menghindarkan konsep
inhibisi dan pengendalian dari luar yang sering kali dikaitkan dengan konsep kontrol dan regulasi.

Self-management merupakan suatu strategi kognitif behavioural yang bertujuan untuk membantu klien
agar dapat mengubah perilaku negatifnya dan mengembangkan perilaku positifnya dengan jalan
mengamati diri sendiri; mencatat perilaku-perilaku tertentu (pikiran, perasaan, dan tindakannya).

Lee et al menyatakan bahwa secara umum self management merupakan proses menjaga kesehatan
melalui keyakinan positif dan pengelolaan penyakit. Individu yang mengalami penyakit kronis, dapat
melakukan self management melalui perawatan diri dalam mempertahankan kesehatan serta
mengurangi efek dari penyakit dan membatasi perkembangan penyakit (Adulv et al., 2010).

Self management merupakan kemampuan individu mempertahankan perilaku yang efektif meliputi
mengikuti diet dan olahraga, penggunaan obat diresepkan, pemantauan mandiri dan koping emosional.

3. Teori Self Care Management

Orem mengidentifikasi sepuluh faktor dasar yang mempengaruhi self care, yaitu : agency dalam
melakukan self care yaitu :

1. usia,
2. gender,
3. tahap perkembangan,
4. tingkat kesehatan,
5. pola hidup,
6. sitem pelayanan kesehatan,
7. keluarga
8. dan lingkungan eksternal

3. Self Management Program (SMP) Untuk penyakit kronik

a) Penyakit Kronik Hipertensi


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayes menyatakan bahwa manajemen hipertensi
yang efektif salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok, mempertahankan diet
yang sehat dan aktivitas fisik yang sehat. Modifikasi perilaku sangat bermanfaat untuk
mengurangi atau menunda dampak buruk dari stroke.
Salah satu upaya untuk melakukan pencegahan komplikasi hipertensi perlu adanya peningkatan
pencegahan tentang hipertensi.
Department of Health and Human Services, National Institute of Health, National Heart, Lung
and Blood Institute, National Hight Blood Pressure Education Program (2003)
merekomendasikan beberapa perubahan gaya hidup dalam upaya mengontrol tekanan darah
seperti: penurunan berat badan, perubahan pola makan, menghindari konsumsi alkohol, olah
raga secara teratur, berhenti merokok, dan penggunaan terapi dengan obat-obatan.
Hipertensi merupakan penyakit kronik, oleh sebab itu pasien harus bertanggung jawab dalam
melakukan pengelolaan diri sendiri (self management behaviour) baik untuk menurunkan gejala
maupun menurunkan risiko komplikasi.
Praktik self management behaviour (SMB) sangat berperan dalam melakukan aktivitas-aktivitas
pengelolaan penyakit kronik, manajemen koping dan mengatur kondisi-kondisi yang disebabkan
oleh sakit kronik. Self management behaviour yang dilakukan secara efektif bermanfaat untuk
meningkatkan kepuasan pasien dalam menjalani hidup, menurunkan biaya perawatan,
meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian pasien, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan praktik SMB, yaitu pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi. Pengetahuan yang dimiliki oleh pasien akan meningkatkan rasa
percaya diri dan menumbuhkan keyakinan pasien terhadap efektivitas pengobatan hipertensi.
Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan informasi tentang suatu penyakit dan
cara pengobatan penyakit tersebut, lebih mungkin untuk berhasil dalam mengelola penyakit
tersebut (Ellis, dkk).
Faktor-faktor lain yang juga tetap perlu dikontrol oleh penderita hipertensi adalah pola makan
yaitu asupan kalori dan zat tertentu berupa garam dan aktivitas fisik seperti olahraga.
b) Penyakit Kronik Diabetes Miletus
Kemampuan individu dalam mengelola kehidupan sehari-hari, mengendalikan serta mengurangi
dampak penyakit yang dideritanya dikenal dengan self-management.
Menurut Konsensus Pengendalian dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia tahun 2011, perilaku
sehat yang merepresentasikan self-management pada pasien DM antara lain mengikuti pola
makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat DM dan obat-obat pada
keadaan khusus secara aman dan teratur, melakukan pemantauan kadar gula darah serta
melakukan perawatan kaki secara berkala (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011).
Self-management perlu dipahami sebagai sebuah proses yang tidak hanya berkembang dari
waktu ke waktu, tetetapi juga berkembang dalam kaitannya dengan jenis pengalaman penyakit
seseorang dan masalah spesifik tentang kesehatan mereka (Lin, 2008).
Self-management memungkinkan pasien untuk mengembangkan keterampilan dalam
memecahkan masalah, meningkatkan keyakinan diri (self-efficacy) dan mendukung aplikasi
pengetahuan dalam kehidupan nyata (Toobert, Hampson, & Glasgow 2005).
Adanya keterampilan memecahkan masalah pada penyakit DM, memungkinkan pasien untuk
membuat suatu keputusan tentang pengelolaan yang terbaik untuk dirinya. Pengelolaan diri
tersebut sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil pengelolaan penyakit DM.
self-management pasien DM secara umum serta berdasarkan lima aspek perilaku, yaitu diet,
medikasi, olahraga, memantau kadar gula darah dan perawatan kaki di Poliklinik DM RSUD
Sumedang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Variabel dalam penelitian
ini adalah perilaku self-management pada pasien DM dengan subvariabel meliputi perilaku diet,
medikasi, olahraga, pemantauan kadar gula darah, dan perawatan kaki.
Perilaku perawatan kaki ini mungkin dipengaruhi oleh latar belakang agama. Mayoritas
responsden dalam penelitian ini beragama Islam. Sebagai muslim, mereka harus mencuci kaki
mereka setidaknya lima kali sehari, sehingga mereka sudah terbiasa dengan perawatan kaki
dasar dan kegiatan kebersihan sebelum beribadah shalat (Kurniawan, Sia, Maneewat, &
Petpitcetchian, 2011).
Perawat sebagai salah satu petugas kesehatan yang terdekat dengan pasien memiliki peran yang
sangat penting terutama dalam memotivasi dan memberdayakan pasien untuk meningkatkan
self management pada perawatan diabetes. Perawat dapat berperan sebagai edukator dan
motivator bagi pasien dan keluarga.

4. Proses Self Management Program (SMP)

Self-management merupakan serangkaian teknis untuk mengubah perilaku, pikiran, dan perasaan.
Aspek-aspek yang dapat dikelompokkan ke dalam prosedur self-management menurut Yates (1985:4)
adalah:

1. Management by antecedent:
pengontrolan reaksi terhadap sebab-sebab atau pikiran dan perasaan yang memunculkan
respon.
2. Management by consequence:
pengontrolan reaksi terhadap tujuan perilaku, pikiran, dan perasaan yang ingin dicapai.
3. Cognitive techniques:
pengubahan pikiran, perilaku dan perasaan. Dirumuskan dalam cara mengenal, mengeliminasi
dan mengganti apa-apa yang terefleksi pada antecedents dan consequence.
4. Affective techniques:
pengubahan emosi secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA :

1. Kristanti & Handriani (2013). Mencegah & Mengobati 11 Penyakit Kronis. Yogyakarta: Citra
Pustaka
2. Imamah, Nur Fithriyanti (2012). Pengaruh Self Management Guidance Hipertensi Terhadap
Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Di Posyandu Lansia DK III Ngebel Kecamatan Kasihan Bantul.
Naskah Publikasi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY.
3. Wibowo, A. (2011). Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kejadian Komplikasi Pada Penderita
Hipertensi di Ruang Rawat Inap di RS. Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri, Vol. 4, No. 1
4. World Health organization (WHO). (2013). A global brief on Hypertension. Silent killer, Global
Public Health Crisis. World Health Organization.World Health Day 2013.
(http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/79059/1/WHO_DCO_WHD_20 13.2_eng.pdf).
Diakses pada tanggal 05 November 2018 pukul 18.49 Pm.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Tahun 2030 Prevalensi diabetes melitus di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Diakses dari http://m.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-
orang.html
6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes
melitus tipe 2 di indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai