Anda di halaman 1dari 20

KAJIAN KURIKULUM SMK

MODEL – MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN


LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM BERDASARKAN KOMPETENSI
Dosen Pengampu
Dr. Maspiyah, M.Kes
Novia Restu Windayani, S.Pd., M.Pd

Di susun oleh :
Putri Anugerah Handini (032)
Devi Anzani Maghfiroh (033)
Riska Indah handayani (035)
Intania Sholihah (036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Kajian Kurikulum SMK yang berjudul “Model – Model Pengembangan Kurikulum Dan
Langkah Pengembangan Kurikulum”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Kurikulum
SMK pada semester II dengan dosen pengampu ibu Dr. Maspiyah, M.Kes. serta ibu Novia Restu
Windayani, S.Pd., M.Pd. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan orang tua yang
selalu mendukung kelancaran tugas kami.

Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
kami berharap semoga makalh ini bermanfaat bagi kami khususnya, dengan segala kerendahan
hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas berikutnya.

Surabaya, 6 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum
B. Model – Model Pengembangan Kurikulum
C. Langkah Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Kompetensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di segala jenis dan jenjang
pendidikan. Ketentuan kurikulum yaitu harus sesuai dengan falsafah dan dasar negara,
yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang menggambarkan pandangan hidup suatu bangsa.
Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang
digunakan, mulai dari kurikulum Taman Kanak-Kanak hingga kurikulum perguruan
tinggi. Apabila mengalami perubahan sistem ketatanegaraan, maka berakibat pada
perubahan sistem pendidikan, bahkan terhadap sistem kurikulum yang berlaku.
Kurikulum merupakan kunci dari pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi,
dan proses pendidikan yang akhirnya menetukan macam serta kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan. dalam lembaga pendidikan, Guru merupakan salah satu tokoh yang
berperan begitu penting dalam pengembangan kurikulum. Guru merupakan ujung tombak
dalam keberhasilan pendidikan yang terlibat langsung dalam mengembangkan,
memantau dan melaksanakan kurikulum sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Meskipun ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang cukup pesat, bukan berarti mengurangi peranan guru.
Bahkan hasil teknologi tersebut menambah beban tugas dan tanggung jawab sebagai
guru. Oleh karena itu, guru sebagai pelaku utama pendidikan harus memenuhi kewajiban
sebagai pendidik profesional dan sebagai pengembang kurikulum dengan langkah
pengembangan kurikulum yang sesuai.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar
menghasilkan rencana kurikulum yang lua dan spesifik. proses ini berhubungan dengan
seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain
penetapan jadwal perorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan,
mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang
mengacu pada kreasi sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya
untuk memudahkan proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengembangan kurikulum?
2. Apa saja model – model pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana langkah pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui model – model pengembangan kurikulum.
3. Mengetahui langkah pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum


Dalam bahasa arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan manbaj yang berarti
jalan yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum
pendidikan (manbaj al-dirasab) dalam kamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan
dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan –
tujuan pendidikan.
Kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan
dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Menurut KBBI pendekatan adalah proses, metode atau cara untuk mencapai
sesuatu. Dikaitkan dengan pengembangan kurikulum memiliki arti sebagai suatu proses,
metode, atau cara yang ditempuh oleh para pengembang kurikulum untuk menghasilkan
suatu kurikulum yang akan dijadikan pedoman pendidikan atau pembelajaran. Adapun
model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari suatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan
dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu
bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan.
Dalam pengembangak kurikulum banyak pihak yang harus berpartisipasi
diantaranya adalah administrator pendidikan, para ahli pendidikan ahli dalam kurikulum,
ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, guru dan orang tua, serta tokoh masyarakat. Dari
pihak tersebut yang secara terus – menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum
agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Jadi, pengembangan kurikulum tidak hanya melibatkan guru sebagai tenaga
pendidik, akan tetapi semua yang berkepentingan. Dengan demikian, perencanaan yang
dilakukan akan memberikan panduan yang jelas dalam implementasinya dan pada
akhirnya menghasilkan produk berupa output dan autocom peserta didik yang diinginkan.

B. Model – Model Pengembangan Kurikulum


Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar
(Zainal Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan
ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula
merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan
dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu

v
pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan
pendidikan/pembelajaran.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri
baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Untuk melaksanakan pengembangan kurikulum ada berbagai model yang dapat
dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan model
pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang
dianut dan model konsep yang digunakan. Terdapat banyak model pengembangan
kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli. Sukmadinata (2005:161) menyebutkan
terdapat delapan model pengembangan kurikulum, antara lain :

1. Model administratif (Line-Staff)


Merupakan pola pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang
paling dikenal. Pada model pengembangan kurikulum ini dilaksanakn berdasarkan
pada cara kerja atasan-bawahan (top-down) yang dipandang efektif dalam
pelaksanaan perubahan, termasuk perubahan kurikulum. Berikut langkah – langkah
pada model adminitrasi/garis-komando:
a. Adminitrator pendidikan/ top adminitrative officer (pemimpin) membentuk
komisi pengarah.
b. Komisi pengarah (steering comittee) bertugas merumuskan rencana umum,
mengembangkan prinsip - prinsip sebagai pedoman, dan menyiapkan suatu
pernyataan filosofi dan tujuan – tujuan untuk seluruh wilayah.
c. Membentuk komisi kerja pengembangan kurkulum yang bertugas
mengembangkan kurikulum secara operasional mencakup keseluruha komponen
kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan prinsip prinsip
pengembangan kurikulum.
d. Komisi pengarah memeriksan hasil kerja dan menyempurnakan bagian – bagian
tertentu bila dianggap perlu. Karena pemngembangan kurikulum model
adminitratif ini berdasarkan konsep, inisiatif, dan arahan dari atas ke bawah, maka
akan memerlukan waktu bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal ini
disebabkan adanya tuntutan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum
tersebut.
Dari uraian model pengembangan kurikulum diatas, dapat menandai terdapat
dua kegiatan yang ada di dalamnya, yaitu :
a) Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan
b) Menyiapkan instansi dan implementasi dokumen.
Dengan kata lain, model administratif atau garis komando membutuhkan
kegiatan penyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan
agar dapat melaksanakan kurikulum dengan baik.
2. Model Grass-Roots

vi
Model pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari model
administratif. Pendekatan grass roots disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-
up, yaitu suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang
muncul dari tingkat bawah (sekolah / guru). Keinginan ini biasanya didorong oleh
hasil pengalaman yang diarasakan pihak sekolah atau guru, dimana kurikulum yang
sedang berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah atau ketidak sesuaian dengan
kebutuhan dan potensi yang tersedia di lapangan. Pada model ini, kurikulum harus
dirancang oleh guru dan bukan pihak berwenang. Guru harus memulai proses dengan
menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid mereka disekolah dan
bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Maka dari tiu, model ini
menganut pendekatan induktif yang dimulai dari hal khusus dan dibangun menjadi
suatu rancangan umum.
Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model ini diperlukan kepedualian
dan profesionalisme yang tinggi dari pihak sekolah antara lain:
a. Sekolah atau guru bersifat kritis untuk menyikapi terhadap kurikulum
yang sedang berjalan.
b. Sekolah atau guru memiliki ide – ide inovatif dan bertanggung jawab
untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
potensi yang dimiliki.
c. Sekolah atau guru secara terus menerus terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum.
d. Sekolah atau guru bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima
masukan – masukan dalam rangka pengembangan kurikulum.
Pengembangan grass roots ini secara teknis operasional bida dilakukan dalam
pengembangan kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh) maupun
pengembangan hanya terhadap aspek – aspek tertentu.
Terdapat lima langkah urutan untuk mencapai perubahan kurikulum dalam model
ini, sebagai berikut:
a. Producing pilot units (membuat unit percontohan) yang mewakili peringkat
kelas atau mata pelajaran. Pada langkah ini model grass-roots melihat sebagai
penghubung antara teori dan praktek.
1) Diagnosis of needs (diagnosa kebutuhan). Pengembang kurikulum memulai
dengan menentukan kebutuhankebutuhan siswa kepada siapa kurikulum
direncanakan.
2) Formulation of objectives (merumuskan tujuan). Setelah kebutuhan siswa
didiagnosa, perencana kurikulum memerinci tujuan – tujuan yang akan
dicapai.
3) Selection of content (pemilihan isi). Bahasan yang akan dipelajari
berpangkal langsung dari tujuan-tujuan

vii
4) Organization of content (organisasi isi). Setelah isi/bahasan dipilih, tugas
selanjutnya adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata
pelajaran ditempatkan.
5) Selection of learning experiences (pemilihan pengalaman belajar).
Metodologi atau strategi yang dipergunakan dalam bahasan harus dipilih oleh
perencana kurikulum.
6) Organisation of learning activities (organisasi kegiatan pembelajaran).
Guru memutuskan bagaimana mengemas kegiatan-kegiatan pembelajaran dan
dalam kombinasi atau urutan seperti apa kegiatan-kegiatan tersebut akan
digunakan.
7) Determination of what to evaluate and of the ways and means of doing it
(Penentuan tentang apa yang akan dievaluasi dan cara serta alat yang dipakai
untuk melakukan evaluasi). Perencana kurikulum harus memutuskan apakah
tujuan sudah tercapai. Guru rnemilih alat dan teknik yang tepat untuk menilai
keberhasilan siswa dan untuk menentukan apakah tujuan kurikulum sudah
tercapai.
8) Checking for balance and sequence (memeriksa keseimbangan dan urutan).
Taba meminta pendapat dari pekerja kurikulurn untuk melihat konsistensi
diantara berbagaibagian dari unit belajar mengajar, untuk melihat alur
pembelajaran yang baik dan untuk keseimbangan antara berbagai macam
pembalajaran dan ekspresi.
a. Testing Experimental Units (menguji unit percobaan). Uji ini diperlukan
untuk mengecek validitas dan apakah materi tersebut dapat diajarkan dan
untuk meneta[kan batas atas dan batas bawah dari kemampuan yang
diharapkan.
b. Reising and Consolidating (revisi dan konsolidasi). Unit pembelajarana
dimodifikasi menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan
siswa, sumber daya yang tersedia dan berbagai gaya mengajar sehingga
kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe kelas.
c. Developing a framework (pengembangan kerangka kerja). Setelah sejumlah
unit dirancang, perencana kurikulum harus memeriksa apakah ruang lingkup
sudah memadai dan urutannya sudah benar.
d. Installing and disseminating new units (memasang dan menyebarkan unit -
unit baru). Mengatur pelatihan sehingga guru – guru dapat secara efektif
mengoperasikan unit belajar mengajar di kelas mereka.

3. Model Beauchamp
Dalam pengembangan kurikulum menggunakan model ini memiliki lima bagian
pembuatan keputusan. Lima tahap pembuatan keputusan tersebut antara lain:
a. Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan
ruang lingkup upaya pengembangan. Penetapan area ini ditentukan oleh
wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan
kurikulum serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.

viii
b. Memilih dan menetapkan personalia pengembangan kurikulum, suatu keputusan
yang menetapkan personalia yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum yaitu :
1) Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan
kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar.
2) Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru – guru
terpilih.
3) Para profesional dalam sistem pendidikan.
4) Profesional lain dan tokoh masyarakat.
c. Pengorganisasian dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan
denga prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan
khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d. Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti
yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
e. Evaluasi kurikulum. Lahkah ini minimal mencakup empat hal yaitu :
1) Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru – guru.
2) Evaluasi desain kurikulum.
3) Evaluasi hasil belajar siswa.
4) Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulu.

4. Model Arah Terbalik Taba (Taba’s Interverted Model)


Sesuai dengan namanya, model pengembangan kurikulum ini terbalik dari yang
lazim dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara deduktif dibalik menjadi
induktif. Model ini menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots) bagi
perkembangan kurikulum taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan
bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses
dengan menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid mereka di
sekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Proses
pengembangan kurikulum menurut Taba dapat dilakukan dengan lima langkah yaitu :
a. Membuat unit percontohan yang mewakili peringkat kelas atau mata pelajaran.
Langkah ini sebagai penghubung antara teori dan praktek. Dalam unit ini
diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktik.
Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen
didalam kelas menghasilkan data -data yang menguji landasan teori yang
digunakan. Terdapat delapan tahapan dalam kegiatan unit eksperimen menurut
Taba yaitu mendiagnosa isi, merumuskan tujuan – tujuan khusus, memilih isis,
mengorganisasi isi,memilih pengalaman belajar, mengorganisasikan pengalaman
belajar, mengevaluasi, melihat konsekuensi dan keseimbangan.
b. Menguji unit percobaan. Kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya pada kelas
eksperimen tetapi di uji pada kelas atau tempat lain sehingga dapat diketahui

ix
tingkat validitas dan juga dapat memperoleh data untuk menyempurnakan. Serta
untuk menetapkan batas atas dan batas bawah dari kemampuan yang diharapkan.
c. Revisi dan konsolidasi. Unit pembelajaran dimodifikasi menyesuaikan dengan
keragaman kebutuhan dan kemampuan siswa, sumber daya yang tersedia dan
berbagai gaya mengajar sehingga kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe
kelas. Selain melakukan revisi dan menyempurnakan, pada kegiatan ini dilakukan
penarikan kesimpulan mengenai hal yang bersifat umum, karena unit eksperimen
yang telah digunakan belum tentu valid.
d. Pengembangkan kerangka kerja. Pada tahapan ini dilaksankan pengkajian oleh
ahli kurikulum, tujuannya untuk mengetahui konsep dan landasan yang digunakan
sesuai atau tidak.
e. Memasang dan menyebarkan unit – unit baru. Mengatur pelatihan sehingga guru
– guru dapat secara efektif mengoperasikan unit belajar mengajar di kelas.
Kurikulum baru diterapkan pada daerah yang lebih luas tidak hanya disekolah
yang digunakan untuk eksperimen. Sehingga dengan langkah ini dapat diketahui
masalah yang dihadapi, baik yang berkaitan dengan pendidikan, fasilitas hingga
pembiayaan.

5. Model Rogers
Model pengembangan kurikulum rogers adalah kurikulum yang dikembangakan
hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan –
perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal. Dimyati dan
Mudjiono (2013:285) menjelaskan berdasarkan pandangan tentang manusia, maka
Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model
relasi interpesonal rogers (Rogers Interpersonal Relation Model). Rogers lebih
mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rancangan
pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam
pengalaman kelompok intensif yang terpilih.
Ada beberapa model yang dikemukakan rogers yaitu jumlah dari model yang
paling sederhana sampai dengan yang komplit. Model – model tersebut di susun
sedemikian rupa sehingga model yang berikutnya merupakan penyempurna dari
model sebelumnya. Adapun model tersebut dikemukakan sebagi berikut :
a. Model I ( Model Paling Sederhana ). Menggambarkan bawha kegiatan
pendidikan semata – mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi
pelajaran) dan ujian. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pendidikan adalah
evaluasi, dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah
akumulasi materi dan informasi. Model ini mengabaikan cara atau metode
dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan urutan atau
organisasi bahan pelajaran secara sistematis.
b. Model II. Model ini dilakukan untuk menyempurnakan model pertama
yaitu tentang metode dan organisasi bahan pelajaran. Dalam
pengembangan kurikulum pada model II sudah dipikirkan pemilihan
metode yang efektif bagi berlangsungnya proses belajar. Bahan pelajaran

x
juga sudah disusun secara sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar
dan juga memperhatikan luas dan dalamnya bahan pelajaran. Akan tetapi
pada model ini belum memperhatikan masalah teknologi pendidikan yang
sangat menunjang keberhasilan kegiatan pengajaran.
c. Model III. Sebagai penyempurna model II, di dalamnya memasukkan
unsur teknologi pendidikan. hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa
teknologi pendidikan merupakan faktor yang sangat menunjang dalam
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Pengembangan kuriikulum yang
berorientasi pada bahan pelajaran hanya sampai pada model III. Padahal
masih ada satu lagi masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu yang
berkaitan dengan masalah tujuan.
d. Model IV. Pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan model
III, yaitu dengan memasukkan unsur tujuan ke dalamnya. Tujuan itulah
yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik metode,
organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan
penilaian yang dilakukan.
Terdapat empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers, yaitu :
a) Pemilihan target dari sistem pendidikan.
b) Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok intensif.
c) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau
unit pelajaran.
d) Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.

6. Model Tyler
Model tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum
dengan perhatian khusus pada perencanaa. The tyler rational, suatu proses pemilihan
tujuan pendidikan, dikenal luas dan dipraktekkan dalam lingkungan kurikulum.
Walaupun tyler mengajukan suatu model yang komprehemsif bagi perkembangan
kurikulum, bagian pertama dari model tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak
perhatian dari pendidik lain.
Perencanaan kurikulum dapat dilakukan dengan 1. Mengidentifikasi tujuan umum
dengan mengumpukan data dari tiga sumber yaitu pelajar, kehidupan di luar sekolah,
dan mata pelajaran. 2. Memperbaiki tujuan – tujuan dengan menyaring melalui dua
saringan yaitu filsafat pendidikan dan filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaran
psikologi. 3. Tujuan umum yang lolos menjadi tujuan – tujuan pengajaran.
Sumber data yang dimaksud dalam model tyler adalah 1. Kebutuhan dan minat
siswa dengan meneliti kebutuhan dan minat siswa, pengembang kurikulum
mengidentifikasi serangkaian tujuan yang potensial. 2. Analisa kehidupan
kontemporer di lingkungan lokal dan masyarakat pada skala besar merupakan
langkah selanjutnya dalam proses merumuskan tujuan – tujuan umum dari kebutuhan
masyarakat mengalir banyak tujuan pendidikan yang potensial. 3. Mata pelajaran.

xi
Dari ketiga sumber diatas diperoleh tujuan yang luas dan umum yang masih
kurang tepat, sehingga oliva menyebutnya tujuan pengajara. Apabila rangkaian tujuan
yang mungkin diterapkan telah ditentukan, diperlukan proses penyaringan untuk
menghilangkan tujuan yang tidak penting dan bertentangan.
a. Saringan filsafat. Disarankan guru untuk membuat garis besar nilai yang
merupakan komitmen sekolah.
b. Saringan psikologis. Untuk menerapkan saringan psikologis, guru harus
mengklarifikasi prinsip – prinsip pembelajaran yang tepat. Psikologis
pembelajrana tidak hanya mencakup temuan – temuan khusus dan jelas tetapi
juga melibatkan rumusan dari teori pembelajaran yang membantu
menggarisbawahi asal usul proses pembelajaran, bagaimana proses itu terjadi,
pada kondisi seperti apa, bagaimana menaknisme dan sebagainya.
Langkah – langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler sebagai berikut :
a. Menetukan tujuan. Dalam menentukan tujuan pendidikan melalui langkah
sebagai berikut : mempelajari siswa sebagai sumber tujuan, mempelajarai
kehidupan kontemporer dilingkungan masyarakat, penentuan tujuan
berdasarkan tinjauan filosofi, peninjauan tujuan berdasarkan tinjauan
psikologi.
b. Menentukan pengalaman belajar. Terdapat 5 prinsip pengalaman belajar,
yaitu : memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat tingkah laku
yang menjadi tujuan, pengalaman belajara harus menyenangkan bagi
siswa, siswa harus terlibat dalam belajar, diberikan beberapa pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan pendidikan, pengalaman belajar yang
disediakan dapat menghasilkan beberapa kemampuan, yaitu : kemampuan
berfikir, memperoleh informasi, mengembangkan sikap sosial,
mengembangkan minat.
c. Pengorganisaian pengalaman belajar.
d. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar sisa sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan dan mengetahui.

7. Model Wheeler
Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, Curriculum Process, Wheeler (1967)
memiliki argumen tersendiri pengembangan kurikulum dapat menggunakan suatu
proses melingkar (a cycle process), yang namanya setiap elemen saling berhubungan
dan bergantungan.
Pendekatan yang digunakan Wheeler dalam pengembangan kurikulum pada
dasarnya memiliki bentuk rasional. Setiap langkah kurikulum pada dasarnya memiliki
rasional. Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model
sebelumnya, dimana secara umum langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah –
langkah sebelumnya diselesaikan. Wheeler mengembangkan ide-idenya sebagaimana
yang telah dilakukan oleh Tyler dan Taba. Terdapat beberapa langkah jika
dikembangkan dengan logis temporer, akan menghasilkan kurikulum yang efektif.
Berikut langkah – langkah atau phase Wheeler :

xii
a. Seleksi maksud, tujuan, dan sasaran.
b. Seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan, dan
sasaran.
c. Seleksi isi melalui tipe – tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan.
d. Organisasi dan integrasi dari pengalaman belajar dan isi yang berkenaan dengan
proses belajar mengajar.
e. Evaluasi dari setiap fase atau masalah tujuan – tujuan.
Kontribusi Wheeler terhadap pengembangan kurikulum adalah untuk menekankan
hakekat lingkaran darpada elemen – elemen kurikulum. Kurikulum proses disini
tampak lebih sederhana, memberikan suatu indikasi bahwa langkah – langkah dalam
lingkaran bersifat continue atau berkelanjutan memiliki makna responsif terhadap
perubahan – perubahan pendidikan yang ada. Pendapat Wheeler tentang proses
kurikulum menekankan pada saling ketergantungan antara elemen satu dengan
elemen lainnya, dan telah menempatkan test dengan waktu yang baik.

8. Model Audery dan Nichollas


Mengembangkan suatu pendekatan yang tegas atau jelas yang mencakup elemen
– elemen kurikulum secara jelas tetapi ringkas. Nochollas menitikberatkan pada
pendekatan yang rasional dari pengembangan kurikulum, khususnya dimana
kebutuhan untuk kurikulum baru muncul dari perubahan – perubahan situasi.
Audery dan Nichollas mendefinisikan pekerjaan Tyler, Taba, dan Wheeler dengan
penekanan kurikulum proses yang siklus atau berbentuk lingkaran dan kebutuhan
untuk langkah awal yaitu analisis situasi. Keduanya mengungkapkan bahwa sebelum
elemen – elemen lebih jelas dalam proses diambil atau dilakukan, konteks dan situasi
yang mana keputusan – keputusan kurikulum dibuat memerlukan pertimbangan yang
mendetail dan serius. Berikut langkah – langkah dalam proses pengembangan
kurikulum model ini :
a. Analisis situasi.
b. Seleksi tujuan.
c. Seleksi dan organisasi isi.
d. Seleksi dan organisasi metode.
e. Evaluasi.
Pada analisis situasi merupakan suatu tindakan yang disengaja untuk memaksa
para pengembang kurikulum agar lebih responsif terhadap lingkungan mereka dan
secara khusus untuk kebutuhan anak didik. Dengan menerapkan analisis situasi
sebagai titik permulaan, maka model ini akan memberikan dasar data yang mana
tujuan – tujuan yang lebih efektif mungkin akan dikembangkan. Model ini fleksibel
terhadapa perubahan situasi sehingga hubungan perubahan – perubahan dilihat untuk
element - element pada model berikutnya.

C. Langkah Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Kompetensi


Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai – nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak

xiii
secara konsisten dan terus menerus memungkinkan individu menjadi kompeten dalam
arti memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Rumusan kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan pernyataan yang
diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas
dan sekolah serta sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara
bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Sedangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)dapat diartikan sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan keahlian dan
keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan
daya saing dan daya jual untuk menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat
di tengah-tengah perubahan, persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi,
politik dan budaya. Adanya kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan hasil lulusan
menjadi lebih terampil dan kompeten dalam segala tuntutan masyarakat sekitarnya.
KBK memfokuskan pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta
didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat
tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa. Sehingga pencapaiannya dapat
diamati dalam bentuk prilaku atau keterampilan peserta didik sebagai sesuatu kriteria
keberhasilan. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) juga menuntut guru yang
berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangkaian meningkatkan
kualitas pendidikan. Dalam hubungannya dengan pembelajaran memenuhi spesifikasi
tertentu dalam proses belajar.
Kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada kreativitas individu untuk
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dan efek(dampak) yang diharapkan yang
muncul dari peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan
keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Rumusan
kompeten dalam kurikulum berbasis kompetensi ini merupakan pernyataan apa yang
diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas
dan Madrasah, sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap
dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Hall (1986) dalam Mulyasa menyatakan bahwa “ setiap peserta didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang cukup”. Dari
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa perbedaan peserta didik yang pandai dengan
yang kurang pandai hanya terletak pada masalah waktu. Bagi peserta didik yang kurang
pandai memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempelajari dan memahami suatu
masalah daripada peserta didik yang pandai. Kemampuan peserta didik dalam
berimajinasi dan berkreasi jika diberikan kesempatan dan peran aktif guru terhadap siswa
yang secara tidak langsung akan memberikan dampak terhadap penguasaan apa yang

xiv
telah diajarkan guru. Dalam KBK ini menuntut guru yang berkualitas dan profesional
untuk melakukan kerja sama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. meskipun
demikian, konsep ini tentu saja tidak dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan
seluruh masalah pendidikan, namun dapat memberikan sumbangan cukup signifikan
terhadap perbaikan pendidikan.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum yaitu mengarahkan kurikulum sekarang
menuju tujuan pendidikan yang diharapkan masyarakat sekarang dan masa yang akan
datang. Sehingga, menurut H. Dakir (2004) pengembangan kurikulum harus bersifat
antisiatif, adaptif, dan aplikatif. Maka dari itu, penyusunan pengembangan kurikulum
harus memperhatikan langkah-langkah berikut:
1. Perumusan Tujuan
Tujuan dirumuskan berdasarkan analisis berbagai kebutuhan, tuntutan, dan
harapan.
2. Menentukan Isi
Isi kurikulum adalah pengalaman belajar yang direncanakan yang akan diperoleh
siswa selama masa pendidikan. pengalaman ini dapat berupa memperlajari mata
pelajaran atau jenis pengalaman belajar lain yang sesuai dengan kurikulum.
3. Memilih Kegiatan
Kegiatan yang dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan dan pengalaman belajar
yang menjadi isi kurikulum.
4. Merumuskan Evaluasi.
Evaluasi mengacu pada tujuan kurikulum. Evaluai perlu dilakukan untuk
memperoleh timbal balik sebagai dasar melakukan perbaikan. Karenanya,
evaluasi dapat dilakukan secara terus – menerus.
Pada konsep kurikulum basis kompetensi (KBK) dijelaskan bahwa persiapan
pembelajaran yang disusun oleh pengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan
dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajar,
bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana pendidik mengetahui peserta didik telah
menguasai kompetensi tertentu. Aspek tersebut menjadi unsur utama yang secara
minimal harus ada dalam setiap persiapan dan membentuk kompetensi dasar peserta
didik. Untuk menyusun persiapan pembelajaran yang baik perlu di perhatikan langkah –
langkah berikut :
a. Mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai, hal ini
dapat dilakukan dengan menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang harus dicapai.
b. Mengembangkan materi standar, dapat dilakukan dengan merinci setiap
kompetensi dasar dalam beberapa materi pokok dan dikembangkan dengan
berbagai pengalaman belajar yang ditentukan untuk dikuasai peserta didik.
c. Menentukan metode atau strategi pembelajaran, dengan menentukan langkah –
langkah pembelajaran yang direncanakan untuk mencapai kompetensi dasar
tertentu.

xv
d. Merencanakan penilaian, bentuk instrumen maupun contoh instrumen untuk
menilai keberhasilan peserta didik. Pilihan bentuk isis dan bentuk silabus
berkaitan dengan pendekatan, strategi dan teknik mengajar.

Kerangka dasar kurikulum berbasis kompetensi ialah sebuah format yang


menetapkan penyusunan silabus dilakukan pada tingkat sekolah dan daerah, kompetensi
dan hasil belajar yang dapat dicapai dalam setiap tingkatan, kegiatan belajar mengajar
yang membuat para siswa secara langsung mengalami dan memperoleh proses, produk,
kompetensi serta nilai yang diharapkan dan penilaian yang lebih otentik, akurat dan
berkelanjutan. Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan sistem penilaian dapat
meliputi tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi
Identifikasi meliputi identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas/
program dan semester.
2. Pengurutan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara
sistematis. Sesuai kewenangannya, Depdiknas telah mengurutkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran.
3. Penentuan Materi Pokok dan Untaian Materi Pokok
Materi pokok dan Untaian materi pokok merupakan butir-butir bahan
pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi dasar. Pengurutan materi
pokok bisa menggunakan pendekatan prosedural, hirarkis, konkret ke abstrak atau
sebaliknya, dan tematik. Prinsip yang perlu diperhatikan yaitu: a)prinsip relevansi,
yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin
di capai. b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan
kompetensi dasar dan standar kompetensi. c) prinsip edekuasi, yaitu adanya
kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar
yang telah ditentukan. Materi pokok inipun sudah ditentukan oleh Depdiknas.
4. Pemilihan Pengalaman Belajar
Proses pencapaian kompetensi dasar dilakukan dengan pemilihan strategi
pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar.
Pengalaman belajar ialah kegiatan fisik maupun mental yang akan dilakukan
dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar ini dilakukan untuk
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Pengalaman belajar hendaknya memuat
kecakapan hidup (life skills) yang dimiliki oleh siswa. Kecakapan hidup adalah
kemampuan dan pengetahuan seseorang untuk dapat menghadapi problema hidup
dan kehidupan secara proaktif mencari dan menemukan solusi sehingga mampu
mengatasinya secara meaningful learning.
Secara teoritikal, pembelajaran kecakapan hidup tidak dikemas dalam
bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang disisipkan
dalam mata pelajaran, tidak memerlukan tambahan alokasi waktu dalam
pembelajaran dikelas, tidak memerlukan jenis buku baru, tidak memerlukan
tambahan guru baru, dan dapat dengan menggunakan kurikulum apapun.

xvi
Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi dan subject-mater oriented
menjadi life-skill oriented. Kecakapan hidup dapat dirinci sebagai berikut:
a. Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan,
kesadaran akan esistensi diri, kesadaran potensi diri.
b. Kecakapan berpikir meliputi menggali, mengolah informasi, mengambil
keputusan, dan memecahkan masalah.
c. Kecakapan social meliputi kecakapan komunikasi (lisan dan tertulis), dan
bekerjasama.
d. Kecakapan akademik meliputi mengidentifikasi dan menghubungkan
variable, menentukan hipotesis, dan melaksanakan penelitian.
e. Kecakapan vokasional sering disebut kecakapan kejuruan. Kecakapan ini
terkait bidang tertentu.
5. Penjabaran Kompetensi Dasar menjadi Indikator
Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator
dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen
penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagian
dari indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.
6. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian
Indikator dijabarkan lagi ke instrumen penilaian yang meliputi tagihan,
bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan
menjadi 3 instrumen penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif. Jenis tagihan yang dapat digunakan sebagai berikut:
a. Kuis. Berupa pertanyaan tentang prinsip dan berisi isian singkat. Kuis dilakukan
untuk mengetahui penguasaan siswa. Tingkat berpikir yang terlibat yaitu pengetahuan
dan pemahaman.
b. Pertanyaan Lisan. Materinya berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip,
maupun teori. Tingkat berpikir yang terlibat yaitu pengetahuan dan pemahaman.
c. Ulangan Harian. Dilakukan pada akhir pembelajaran satu/ dua kompetensi dasar.
Tingkat berpikir yang terlibat yaitu pemahaman, aplikasi dan analisis.
d. Ulangan Blok. Adalah ujian yang menggabungkan beberapa kompetensi dasar.
Tingkat berpikir yang terlibat yaitu dari pemahaman hingga evaluasi.
e. Tugas Individual. Tugas ini dapat diberikan dalam waktu tertentu dalam bentuk
klipping, makalah, dan yang lain. Tingkat berpikir yang terlibat yaitu aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
f. Tugas kelompok. Tugas ini digunakan untuk menilai kompetensi kerja
berkelompok. Bentuk instrument yang digunakan berupa uraian bebas, dan tingkat
berpikir yang terlibat yairu aplikasi sampai evaluasi.
g. Responsi dan Ujian Praktik. Ini digunakan pada mata pelajaran yang memiliki
praktikum. Ujian responsi ini dapat dilakukan pada awal praktik ataupun setelah
dilakukannya praktik.
h. Laporan Kerja Praktik. Peserta didik diminta untuk mengamati atau meneliti suatu
gejala setelah itu melaporkannya.

xvii
Bentuk instrument dapat dibagi menjadi dua yaitu tes dan nontes. Bentuk
instrumen nontes yang dapat digunakan yaitu: wawancara, inventori, dan
pengamatan. Bentuk instrument tes yang dapat digunakan ialah sebagai berikut:
1) Pilihan Ganda. Bentuk ini dapat mencakup banyak materi pembelajaran, skornya
objektif, dan dapat dinilai dengan mudah. Tingkat berpikir yang terlibat yaitu
pengetahuan sampai sintesis dan analisis.
2) Uraian Objektif. Jawaban sudah pasti. Agar hasil skornya objektif, diperlukan
pedoman penskoran. Hasil akan sama walau diperiksa orang yang berbeda. Tingkat
berpikir yang diukur mencapai tingkat tinggi.
3) Uraian Non-objektif/ Uraian Bebas. Uraian ini dirincikan pada jawaban yang
bebas. Namun, sebaiknya tetap dibuat criteria penskoran agar penilaian bisa objektif.
Tingkat yang diukur mencapai tingkat tinggi.
4) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetauan dan pemahaman siswa. Materi bisa banyak, namun tingkat yang diukur
cenderung rendah.
5) Menjodohkan. Ini lebih cocok pada pengetahuan fakta dan konsep. Namun,
tingkat berpikir yang digunakan juga cenderung rendah.
6) Performans. Ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas
tertentu, seperti demostrasi pengambilan keputusan atau yang lain.
7) Portofolio. Ini cocok untuk mengetahui perkembangan kerja siswa dengan
menilai karya dan tugas yang telah dikerjakan oleh siswa.
8) Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu merupakan perkiraan waktu yang dapat ditempuh siswa
dalam mempelajari suatu pembelajaran. Dalam menentukan alokasi waktu, perlu
memperhatikan prinsip yaitu tingkat kesulitan materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi baik di dalam maupun diluar kelas, serta tingkat kepentingan
materi yang dipelajari.
9) Sumber/ Bahan/ Alat
Sumber dalam konteks ini berarti buku-buku rujukan, referensi atau
literatur, baik untuk menyusun silabus atau mengajar. Lalu, untuk bahan dan alat
yang dimaksud yaitu bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam praktikum
atau pembelajaran lainnya.

xviii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan
dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Sedangakan Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan
untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan
untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan
sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh para
ahli. Sukmadinata (2005:161) menyebutkan terdapat delapan model pengembangan
kurikulum, antara lain :
1. Model administratif (Line-Staff
2. Model Grass – Roots
3. Model Beauchamp
4. Taba’s Interverted Model
5. Model Rogers
6. Model Tyler
7. Model Wheeler
8. Model Audery dan Nochollas
Sedangkah langkah pengembangan kurikulum berdasrkan kompetensi, yaitu
1. Identifikasi
2. Pengurutan standar kompetensi dan kompetensi dasar
3. Penentuan materi pokok dan uraian materi pokok
4. Pemilihan pengalaman belajar
5. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator
6. Penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian

B. Saran
Setelah mempelajari tentang perkembangan kurikulum maka kami harapakan bagi
setiap pembaca untuk dapat memahaminya dan dapat mempelajarinya lebih detail dari
berbagai literature lainnya.
Serta mengharap kritik saran yang mendukung bagi kami sebagai tolak ukur lebih
baik dalam penyusunan makalah kedepannya.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Dhani, R. R. (2020). Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum. Jurnal


Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 45-50.
Prawijaya, W. (2017). Model–Model Pengembangan Kurikulum. Universitas
Negeri Yogyakarta Press: Yogyakarta.
Fajri, K. N. (2019). Proses pengembangan kurikulum. Islamika, 1(2), 35-48.
Bisri, M. (2020). Komponen-Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum.
Prosiding Nasional, 3, 99-110.
Islam, D. P. P. A. P., Hamid, P. P. A. P. I., & Syarif, A. (1993). Pengembangan
kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu.
Fathimah, L. (2014, November 6). PENGEMBANGAN KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI (KBK). Academia.edu.
Yurni, S., Erwin, H., Progran, B., Administrasi, S., Universitas, P., Palembang,
M., & Selatan, S. (n.d.). PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH DALAM
UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.
Anih, E. (2015). Manajemen implementasi kebijakan pengembangan kurikulum
di perguruan tinggi berbasis kompetensi. Judika (Jurnal Pendidikan Unsika), 3(1).

xx

Anda mungkin juga menyukai