Anda di halaman 1dari 3

Film “Sang Pemimpi” diadopsi dari novel “Sang Pemimpi” karya Andrea

Hirata yang merupakan sekuel novel maupun film “Laskar Pelangi”. Film “Sang
Pemimpi” ini menceritakan perjuangan tiga anak yang ingin mewujudkan mimpi.
Namun perjalanan mereka tak mulus seperti apa yang mereka bayangkan. Mereka
adalah Ikal, Arai, dan Jimbron. Mereka tinggal di sebuah perkampungan, tepatnya
di daerah Belitung bagian Timur. Ikal adalah seorang anak kampung yang berasal
dari keluarga miskin, Arai adalah saudara jauh dari Ikal yang menjadi anak yatim
piatu sejak ia kelas 3 SD. Aria disebut simpai keramat, karena dalam keluarganya
ia adalah orang yang terakhir yang masih hidup dan ia pun diangkat menjadi anak
oleh ayah Ikal, dan Jimron merupakan teman ikal dan Arai yang diasuh oleh pastur
Katolik bernama Geovany.

Mereka melewati kisah persahabatan yang terjalin dari kecil hingga mereka
bersekolah di SMA Manggar, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian
timur. Letak sekolah mereka yang jauh dari rumah orang tua, membuat mereka
untuk merantau dan menyewa sebuah kamar di pinggir Dermaga Manggar. Tak
hanya itu, demi bertahan hidup mereka memutuskan untuk bekerja sebagai kuli di
pelabuhan ikan pada dini hari dan pergi ke sekolah setelah bekerja. Namun,
semangat belajar mereka tak pernah luntur dan terus gigih dalam belajar sehingga
membuat mereka menjadi siswa berprestasi peringkat lima ke atas dari 160 siswa
di sekolah itu.

Suatu hari, seorang guru bahasa Indonesia yang bernama Julian Ichsan Balia
yang menginspirasi murid-muridnya melalui kata-kata dan mengajarkan murid-
muridnya untuk hidup bebas dan bermimpi setinggi mungkin salah satunya yaitu
keliling Eropa dan berhenti di Perancis. Hal itu, membuat Arai bermimpi untuk
keliling dunia terlebih keliling Eropa. Akibat semangat Arai yang membara
membuat Ikal juga bermimpi seperti Arai. Mimpi Ikal dan Arai yaitu setelah lulus
SMA dengan nilai terbaik ingin melanjutkan studi ke Universitas Indonesia, lalu
melanjutkan studi S2 di Universitas Sorbonne Paris, Perancis. Sedangkan Jimbron
hanya bermimpi menunggangi kuda.

Perjalanan untuk menggapai mimpi itu, mereka harus melewati rintangan-


rintangan dan pengorbanan yang begitu besar. Ketika di SMA, Arai jatuh cinta
kepada teman sekelasnya yang bernama Zakiah Nurmala gadis yang pandai dan
selalu mengandang peringkat pertama. Demi memikat hati gadis yang dicintainya,
Arai bertemu dengan seorang seniman musik pemimpin sebuah kelompok orkes
melayu yang bernama Bang Zaitun. Arai meminta saran dalam hal percintaanya
dengan Zakiah Nurmala dan Bang Zaitun pun mengajarkannya cara bermain gitar
untuk menarik hati Zakiah Nurmala.

Tak hanya itu, semasa SMA Arai, Ikal, dan Jimbron melakukan kenakalan-
kenakalan yang membuat mereka mendapat hukuman dari kepala sekolah, Pak
Mustar. Kenakalan mereka adalah mengejek Pak Mustar saat upacara bendera di
pagi hari sehingga Pak Mustar marah dan mengejar mereka. Mereka juga menyusup
ke bioskop yang tidak mengizinkan untuk menonton film dewasa. Pak Mustar
mengetahui hal tersebut sehingga mereka diberi hukuman membersihkan toilet
yang sangat kotor. Dari kejadian ini, semangat Ikal mulai pudar dan marah terhadap
Arai karena hasutan untuk meraih mimpi itu serta membuat Ikal, Arai dan Jimbron
bolos sekolah selama berminggu-minggu.

Setelah kejadian itu, Pak Mustar memutuskan untuk mencari mereka dan
kembali menyakinkan mereka bahwa mereka harus pintar-pintar menempatkan diri
serta ada orang hebat dibalik perjuangan mereka yaitu orangtua. Nasihat Pak
Mustar menyadarkan mereka dan mereka kembali bersekolah walaupun dengan
hasil yang membuat orang tua mereka kecewa, terlebih seorang Ikal merasa
bersalah akibat perbuatannya sehingga dia meminta maaf kepada orang tuanya
terutama ayahnya. Setelah kejadian itu, semangat mereka kembali membara.
Mereka mulai memfokuskan diri untuk mendapatkan nilai terbaik di tahun terakhir
dengan diiringi kerja keras mencari uang untuk rencana selanjutnya.
Lulusan telah tiba, mereka lulus dengan nilai terbaik. Ikal dan Arai
memutuskan untuk lanjut pendidikan di Universitas Indonesia, Depok. Sedangkan
Jimbron tetap menetap di Belitung. Dengan modal selama bekerja, Ikal dan Arai
berangkat ke Jakarta dengan tumpangan gratis dari seorang pelayar kenalan Ikal
semasa dia bolos sekolah. Tak hanya itu, Ikal dan Arai mendapat celengan kuda
milik Jimbron. Walaupun Jimbron tidak ikut dengan mereka, dia yakin dengan dua
celengan kuda dia bisa membawa dia bersama kedua sahabatnya.

Sesampainya di pelabuhan, Ikal dan Arai tersesat di Bogor dan mereka


menyewa rumah kecil dengan modal yang mereka bawa. Kehidupan mereka di
Bogor tak semulus yang dibayangkan. Setelah tes ujian masuk Universitas
Indonesia dan mereka lolos, mereka bekerja serabutan. Mencari pekerjaan tak
semudah yang mereka kira, tak semudah mencari pekerjaan di kampung
halamannya.

Akhirnya, Ikal menjadi lulusan sarjana ekonomi Universitas Indonesia, begitu


juga dengan Arai lulus sarjana. Setelah itu, mereka tidak mendapatkan perkerjaan
tetap. Kemudian, Ikal mengharuskan bekerja tetap di kantor pos walaupun dirinya
benci dengan pekerjaan itu karena sesuatu hal yang terjadi di masa lalu. Sedangkan,
Arai kehilangan pekerjaan dan membuat Arai memutuskan pergi meninggalkan
Ikal. Awalnya, Ikal marah karena Arai meninggalkannya. Namun, suatu hari Ikal
mendapat berita beasiswa S2 di Universitas Sorbonne Paris, Perancis dan dia
memutuskan melamar beasiswa tersebut dan mendapat respon baik dari seorang
professor tentang essai yang dia buat. Setelah wawancara, Ikal mendengar suara
yang sangat familiar dan ternyata itu suara Arai. Akhirnya mereka dipertemukan
kembali dan Arai bercerita bahwa dirinya pergi ke Kalimantan untuk bertahan
hidup dan dia mendapat inco mengenai beasiswa itu dan dia memutuskan juga
untuk mendaftar.

Beberapa hari kemudian, pengumuman beasiswa itu keluar dan mereka


dinyatakan lulus dan mendapat beasiswa di Universitas Sorbonne Paris, Perancis.
Kabar tersebut juga sampai ke telinga kedua orang tua mereka. Hal itu
menimbulkan suasana haru dan bangga bagi kedua orang tua mereka. Ikal dan Arai
tak menyangka bahwa mimpi mereka sejak kecil bisa tercapai dan mereka percaya
bahwa dengan tekad dan usaha bisa membuat mereka mencapai mimpinya
walaupun rintangan terus menerjang.

Anda mungkin juga menyukai