Anda di halaman 1dari 107

KOTA BAUBAU SEBAGAI KOTA PELABUHAN (2001-2020)

HASIL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Ujian Hasil Penelitian
Pada Jurusan Ilmu Sejarah

OLEH

SUMARNI
N1C1 16 143

JURUSAN ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah selesai diperiksa dan disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing

II untuk dipresentasikan di hadapan panitia ujian seminar hasil penelitian pada

Jurusan/Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.

Judul Penelitian : Kota Baubau sebagai Kota Pelabuhan (2001-2020)

Nama Mahasiswa : Sumarni

Stambuk : N1C1 16 143

Kendari, Januari 2022

Penulis

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. La Ode Ali Basri., M.Si. Dr. Syahrun S.Pd., M.Si.


NIP. 19741019 200501 1 001 NIP. 19780818 200812 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Dra. Aswati M., M.Hum


NIP.19621022 199003 2 002

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan

rahmat dan limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil

penelitian dengan judul “Kota Baubau sebagai Kota Pelabuhan 2001-2020”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda La Lio dan ibunda

tercinta Wa Nganti yang telah melahirkan, merawat, mendidik dan membentuk

penulis menjadi sosok yang kuat dan tegar sehingga mampu menghadapi

tantangan dan rintangan. Terimah kasih atas dukungan moril serta materinya yang

tak terhitung jumlahnya, yang hanya bisa penulis lakukan untuk kedua orang tua

tersayang adalah selalu berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa melimpahkan

rahmat, karunia serta perlindungan untuk keduanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa mengucapkan banyak terima kasih

dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Dr. La Ode Ali Basri., M.Si. selaku

pembimbing I dan Dr. Syahrun S.Pd., M.Si. selaku pembimbing II, atas segala

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun

tidak langsung membantu penulis, terutama kepada:

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Sc., Rektor Universitas

Halu Oleo.

iii
2. Bapak Dr. Akhmad Marhadi, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Halu Oleo.

3. Ibu Dra. Aswati M., M.Hum., selaku Ketua Jurasan Ilmu Sejarah Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.

4. Para Dosen Jurusan Ilmu Sejarah tanpa terkecuali, yang telah bersedia

memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama penulis

menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Sejarah.

5. Para Staf administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo, terkhusus

staf Jurusan Ilmu Sejarah, Masrin, S.I.P., M.A.P.

6. Kepala Kantor UPP Kelas I Baubau, Kepala Dinas Perdagangan serta tokoh

masyarakat di Kota Baubau yang telah mengijinkan penulis untuk

mengadakan penelitian dan memberikan pelayanan yang baik selama penulis

melakukan penelitian.

7. Para informan yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan

informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan penelitian ini.

8. Kepala Perpustakaan Daerah Kota Baubau, Kepala Perpustakaan Fakultas

Ilmu Budaya, Kepala Perpustakaan Universitas Halu Oleo, dan Kepala

Perpustakaan Daerah Kota Kendari atas segala fasilitas yang diberikan.

9. Semua Saudaraku, kakakku tersayang Odas, Dewi, Husni Lio, Ernia Lio,

Toni.

10. Teristimewa buat sahabat seperjuangan penulis: Sarmiati, Fany Sri Reskia

Juliany, Wa Ode Rusmina, Risna, Putri, Herman Atmaja.

11. Teman-Teman seperjuangan: Musrianti, Murnianti, Rafi, Murniati, Lili

Samrila, Renaldi Elmandar, La Ode Musran, Yayan Wiranata, Diky

iv
Fikriansyah, S. Hum, Herman Atmaja, S.Hum, Nurfianti Lina S.Hum,

Samsidar S.Hum, Fitriana Hum, La Halimuna, Abdul Saiful Faisal, Fandi

Hardianto Dangga, Leni Sucianti S.Hum, Astuti S.Hum.

Akhirnya lewat tulisan ini penulis ucapkan terima kasih serta penghargaan

yang sebesar-besarnya atas bimbingan serta arahan-arahannya, semoga Allah

SWT memberikan pahala yang setimpal, Insya Allah.

Wallahu Muwafiq Illa Aqwamieq Tharieq

Wasalam

Kendari, Januari 2022

Penulis

v
ABSTRAK

Sumarni, Stambuk N1C1 16 014, Judul Penelitian “Kota Baubau sebagai


Kota Pelabuhan” di bawah bimbingan Dr. La Ode Basri, M.Si sebagai
pembimbing I dan Dr. Syahrun, S.Pd., M.Si sebagai pembimbing II.
Permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah yang
menyebabkan pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan (2001-2020) ?
(2) Bagaimana langkah-langkah pemerintah Kota Baubau dalam menunjang
pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan (2001-2020) ?.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mendeskripsikan
penyebab pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan (2001-2020). (2)
Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pemerintah Kota Baubau dalam
menunjang pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan (2001-2020).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode sejarah yang
terdiri dari 5 (lima) tahapan penelitian, yaitu: (a) Pemilihan topik, (b) Heuristik
sumber, (c) Verifikasi sumber, (d) Interpretasi sumber, dan (5) Historiografi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Pengembangan Kota Baubau
sebagai kota pelabuhan dilakukan sejak Kota Baubau ditetapkan sebagai daerah
otonom pada tahun 2001 berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2001.
Penyebab pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan yaitu berkaitan
dengan faktor letak geografis wilayah, faktor kebijakan pemerintah, faktor sosial
dan faktor ekonomi (2) pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan
merupakan program pembangunan untuk menunjang kebijakan rencana
pembangunan jangka panjang Kota Baubau untuk diwujudkan sebagai pusat
pelayaran dan pelayanan jasa. Langkah-langkah pemerintah Kota Baubau dalam
menunjang pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan yaitu
diantaranya, pengembangan jaringan jalan, perbaikan infrastruktur pelabuhan,
pengembangan bandar udara, pengembangan kawasan perdagangan, dan
pengembangan pariwisata.

Kata Kunci: Pengembangan, Kota Baubau, Kota Pelabuhan

vi
ABSTRAK

Sumarni, Stambuk N1C1 16 014, research title “Baubau City as a Harbor


City” under the guidance of Dr. La Ode Basri, M.Si as supervisor I and Dr.
Syahrun, S.Pd., M.Si as supervisor II.
The problems of this research are as follows: (1) What causes the
development of Baubau City as a port city (2001-2020) ? (2) What are the steps of
the Baubau City government in supporting the development of Baubau City as a
port city (2001-2020) ?.
The aims of this study are as follow: (1) To describe the causes of the
development of Baubau City as a port city (2001-2020). (2) To describe the steps
of the Baubau City government in supporting the development of Baubau City as
aport city (2001-2020).
In this study, the method used is the histrorical method which consists of 5
(five) stages of research, namely: (a) Topic selection, (b) Source heuristics, (c)
Source verification, (d) Source interpretation, and (e) Historiography.
The result of this study indicate that: (1) The development of Baubau City
as a port city has been carried out since Baubau City was established as an
autonomous region in 2001 based on Law Number 13 of 2001. The cause of the
development of Baubau City as a port city is related to the geographical location
of the region, government policy factors, social factors,and economic factors. (2)
The development of Baubau City as a port city is a development program to
support the long-term development plan policy of Baubau City to be realized as a
shipping and service center. The steps taken by the Baubau City government in
supporting the development of Baubau City as aport city are, among others, road
network development, port insfrastucture improvements, airport development,
trade area development, and tourism development.

Keywords: Development, Baubau City, port city

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 6

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA


A. Kerangka Konseptual ............................................................................ 8
B. Kerangka Teoritis................................................................................... 15
C. Tinjauan Historiografi ........................................................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 22
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................... 22
C. Sumber Penelitian.................................................................................. 23
D. Metode Penelitian.................................................................................. 23

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Sejarah Singkat Kota Baubau ................................................................. 28
B. Keadaan Geografi ................................................................................... 28
C. Keadaan Demografi ............................................................................... 30
D. Keadaan Sosial Budaya .......................................................................... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penyebab Pengembangan Kota Baubau Sebagai Kota Pelabuhan........... 38
1. Faktor Letak Geografis Wilayah....................................................... 41
2. Faktor Politik dan Pemerintahan....................................................... 43
3. Faktor Sosial...................................................................................... 46
4. Faktor Ekonomi................................................................................. 47
B. Langkah-Langkah Pemerintah Kota Baubau Dalam Menunjang
Pengembangan Kota Baubau Sebagai Kota Pelabuhanan........................ 50

viii
1. Pengembangan Jaringan Jalan........................................................... 50
2. Perbaikan Infrastruktur Pelabuhan.................................................... 54
3. Pengembangan Bandar Udara........................................................... 59
4. Pengembangan Kawasan Perdagangan............................................. 62
5. Pengembangan Pariwisata................................................................. 68

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 83
B. Saran ........................................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota
Baubau tahun 2020..................................................................................... 31
4.2. Jumlah fasilitas pendidikan menurut tingkat pendidikan di Kota
Baubau........................................................................................................ 33
4.3. Jumlah siswa sekolah menurut tingkat pendidikan di Kota Baubau.......... 34
4.4. Jumlah penduduk angkatan kerja tahun 2020 menurut tingkat
pendidikan di Kota Baubau tahun 2020..................................................... 35
4.5. Jumlah tempat peribadatan menurut kecamatan di Kota Baubau
tahun 2020................................................................................................. 37
5.1. Panjang jalan menurut pemerintah yang berwenang di Kota Baubau
(Km), 2016-2020........................................................................................ 51
5.2. Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Baubau (Km),
2016-2020.................................................................................................. 52
5.3. Kegiatan angkutan laut di Pelabuhan Murhum Baubau............................. 52
5.4. Kegiatan angkutan udara di Bandar Udara Betoambari............................. 62
5.5. Jumlah sarana perdagangan menurut jenisnya, 2016-2020........................ 66
5.6. Jumlah hotel menurut kecamatan di Kota Baubau, 2016-2020 di Kota
Baubau (Km), 2016-2020........................................................................... 69

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

5.1. (a) jaringan jalan palagimata depan kantor Walikota Baubau.................... 54


5.2. (b) jaringan jalan lingkar Kota Baubau (c) lampu merah dan lampu
jalan ............................................................................................................ 59
5.3. (a) pelabuhan Jembatan Batu (b) Pelabuhan Murhum (c) Pelabuhan
Fery Baubau-Wamengkoli tahun 2020 (d) kantor Pelabuhan Murhum
Baubau........................................................................................................ 64
5.4. (a) Bandar Udara Betoambari (b) landasan pacu Bandar Udara
Betoambari. ............................................................................................... 67
5.5. (a) pasar tradisional (b) Mall Umna Rijoli (c) Supermarket Lippo Plaza
Buton (d) Pertokoan .................................................................................. 70
5.6. (a) Gerobak angkutan barang (b) Kapal angkutan barang
(c) Kendaraan angkutan barang................................................................. 71
5.7. (a) Benteng Keraton (b) Pulau Makasar (c) Kampung tenun Sula ........... 75
5.8. (a) Pantai Nirwana (b) Pantai Lakeba (c) Air terjun Tirta Rimba
(d) Samparona ............................................................................................ 77
5.9. (a) Pantai Kamali (b) Kota Mara (c) Bukit Wantiro ................................. 86

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta administrasi Kota Baubau tahun 2021................................................ 90


2. Daftar informan penelitian tahun 2021....................................................... 91
3. Dokumentasi kegiatan penelitian tahun 2021............................................. 93

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sebuah kota sangat ditentukan oleh dasar filosofi

yang dipegang oleh para penyelenggara kekuasaan atau pemerintah. Dasar

filosofi ini dapat dengan mudah dilihat dari keinginan baik pemerintah

yang biasanya dapat dibaca dari berbagai mcam kebijakan yang

dikeluarkannya. Jadi, dengan demikian para pemegang kekuasaan sangat

menentukan arah, perencanaan, dan pelaksanaan berbagai kebijakan publik

yang dikeluarkan oleh jajaran pemerintah dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Keinginan pemerintah yang diikuti dengan

praktek kebijakan yang akuntabel dan transparan akan menjadi salah satu

prasyarat utama pengembangan potensi yang dimiliki oleh daerah secara

optimal guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian

keinginan pemerintah yang dimanifestasikan dalam kebijakan publik dapat

dipandang sebagai suatu potensi yang signifikan dalam pengembangan

suatu program pembangunan (Nurjannah & Syukur, 2013: 57).

Kota akan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu

(secara temporal) menyangkut aspek politik, sosial budaya, teknologi,

ekonomi dan fisik. Perkembangan spasial berkaitan langsung dengan

penggunaan lahan kekotaan maupun penggunaan lahan ke desaan.

Khususnya perubahan arealnya yang mengakibatkan bentuk dari

morfologi kota sangat bervariasi. Perubahan fisik inilah yang disebut

dengan perkembangan spasial (ruang) dan untuk bisa mengukurnya harus

1
2

ada minimal dua titik waktu yang berbeda. Oleh karena itu, perkembangan

suatu kota selalu ditinjau secara spasial (ruang) dan temporal (waktu)

(Tuloli dkk., 2013: 480-481).

Sebuah kawasan perkotaan yang memiliki potensi strategis sebagai

daerah maritim akan mengalami perkembangan menjadi kota pelabuhan

karena memiliki peran utama dalam pembangunan sistem kota.

Pembangunan fasilitas berupa pelabuhan sangat penting untuk dilakukan

mengingat sektor ini sangat berpotensi untuk menunjang pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. Menurut Abdullah dkk., (2011: 1), integrasi antara

pelabuhan dan kota telah memiliki arti baru dengan datangnya era

globalisasi, pembentukan hubungan yang kuat antara pembangunan kota

dan fungsi pelabuhan akan secara drastis meningkatkan kualitas kehidupan

kota. Pelabuhan juga berperan sebagai komponen utama dalam pengaturan

pembentukan identitas sebuah kota.

Pelabuhan merupakan pintu gerbang ekonomi suatu daerah, jadi

dengan adanya pelabuhan, maka suatu daerah dapat berkembang. Namun

harus ditentukan terlebih dahulu sektor apa saja yang berpotensi untuk di

kembangkan. Sehingga dengan bertambahnya permintaan barang dan jasa

terhadap wilayah tersebut, maka dibutuhkan sarana dan prasarana

transportasi yang dapat mendukung terjadinya kegiatan ekspor sektor ke

luar daerah. Salah satu sarana dan prasarana transportasi yang dibutuhkan

yaitu pelabuhan yang berfungsi untuk mengekspor hasil sector tersebut

(Gantara & Achmadi, 2012: 1)


3

Pelabuhan telah memainkan peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara teoritis, sebagai bagian dari

mata rantai transportasi laut, fungsi pelabuhan adalah tempat pertemuan

dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan uang

saling terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan

dipindahkan ke moda lain seperti moda darat (truk atau kereta api).

Sebaliknya barang yang sudah diangkat dengan truk atau kereta api ke

pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu, berbagai

kepentingan saling bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan

pelayaran, imigrasi, karantina, dan pusat kegiatan lainnya atas dasar inilah

dapat dikatakan bahwa pelabuhan ialah sebagai salah satu infrastruktur

transportasi yang dapat mempengaruhi serta juga dapat membangkitkan

kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata

rantai dari sitem transportasi maupun logistik (Fitri, 2019: 2).

Pengembangan Kota Pelabuhan memerlukan integrasi antara

perencanaan kota dan wilayah pelabuhan, baik itu interaksi spasial antara

pelabuhan dan wilayah disekitarnya maupun dengan seluruh stakeholder

yang ada (Malik, 2018: 257). Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi

tumpang tindih dalam perencanaan kota dan wilayah pelabuhan.

Terkhusus Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dalam perkembangannya

tidak terlepas dari perencanaan kota dan wilayah pelabuhan mengingat

daerah ini memiliki kedudukan regional di Kawasan Timur Indonesia

(KTI) baik dari segi lokasi maupun kegiatan pelayaran dan perdagangan.
4

Kota Baubau memiliki keunggulan lokasi yang strategis untuk

berkembang menjadi kota pelabuhan. Hal ini didukung oleh letak

geografis Kota Baubau sebagai jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan

yang menghubungkan antara kawasan bagian timur Indonesia dan dan

kawasan bagian barat Indonesia melalui jalur transportasi laut. Posisi

strategis tersebut telah lama terkenal sejak masa pemerintahan Kesultanan

Buton dan dimanfaatkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai jalur

pelayaran dan perdagangan rempah-rempah di Nusantara.

Mengingat letaknya yang strategis, maka daerah ini menjadi

rebutan oleh beberapa kekuatan besar, antara lain Belanda melakukan

perjanjian dengan pihak Buton, maka dibangunlah pelabuhan dan gudang

penyimpanan bahan bakar untuk keperluan kapal-kapal Belanda di Baubau

(Zuhdi dkk., 1996: 122). Hingga saat ini pelabuhan bekas peninggalan

Belanda tersebut masih dimanfaatkan dan dilestarikan keberadaannya di

Kota Baubau. Disamping pemanfaatan pelabuhan bekas peninggalan

Belanda tersebut, Kota Baubau telah memproyeksikan diri sebagai kota

pelabuhan dengan mendirikan beberapa pelabuhan baru dengan segala

fasilitas pokok lainnya.

Keberadaan pelabuhan saat ini menjadi bagian dari perkembangan

kota yang ditandai dengan ramainya aktifitas masyarakat di pelabuhan.

Untuk mengarahkan perkembangannya di masa mendatang, sebuah

pelabuhan yang memiliki prospek perkembangan yang pesat memerlukan

suatu konsepsi seluruh perubahan yang berkelanjutan, yang mampu


5

menampung perkembangan pelabuhan dengan tetap mempertahankan

kawasan yang berfungsi melindungi kehidupan masyarakat sekitarnya.

Sebagaimana aktifitas Pelabuhan di Kota Baubau yang terlihat saat

ini semakin pesat, maka dampak keberadaannya sangat mempengaruhi

aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Hal ini terlihat

semakin banyaknya aktivitas-aktivitas masyarakat seperti pertokoan,

perkantoran, perbankan, serta aktivitas-aktivitas lainnya. Terciptanya

aktivitas tersebut merupakan bagian dari hasil operasional Kota Baubau

sebagai Kota Pelabuhan.

Perkembangan Kota Baubau menjadi kota pelabuhan sangat

menarik untuk diungkap sebagai bentuk pembelajaran sejarah. Namun

sejauh ini, penelitian ilmiah yang dilakukan masih sangat minim untuk

mengungkap secara spesifik bagaimana Kota Baubau mengalami

perkembangan menjadi kota pelabuhan. Berdasarkan latar belakang di

atas, maka sangat perlu untuk dilaksanakan penelitian dengan judul “Kota

Baubau Sebagai Kota Pelabuhan (2001-2020)”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

a. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang menyebabkan pengembangan Kota Baubau sebagai kota

pelabuhan (2001-2020) ?

2. Bagaimana langkah-langkah pemerintah Kota Baubau dalam menunjang

pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan (2001-2020) ?


6

b. Batasan Masalah

Melihat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini,

maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Batasan Temporal (Waktu)

Batasan temporal dalam penelitian ini adalah kurun waktu tahun

2001-2020. Tahun 2001 merupakan awal pemekaran Kota Baubau

menjadi daerah otonom. Sedangkan tahun 2020 adalah akhir kajian bahwa

Kota Pelabuhan Baubau telah membawa pengaruh dalam perkembangan

perekonomian perdagangan dan pelayaran di Kota Baubau sehingga kota

ini dapat berkembang dengan pesat.

2. Batasan Spasial (Tempat)

Batasan spasial dalam penelitian ini adalah penulis mengambil

lokasi penelitian di Kota Baubau sebagai kota yang berkembang dan

tumbuh menjadi kota pelabuhan yang ramai.

3. Batasan Tematis

Batasan tematis dalam penelitian ini difokuskan pada pembahasan

sebagai berikut:

1. Penyebab pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan (2001-2020) ?

2. Langkah-langkah pemerintah Kota Baubau dalam menunjang pengembangan

Kota Baubau menjadi kota pelabuhan (2001-2020) ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan penyebab Kota Baubau menjadi kota pelabuhan

(2001-2020).
7

2. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pemerintah Kota Baubau dalam

menunjang pengembangan Kota Baubau menjadi kota pelabuhan (2001-

2020).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Bermanfaat sebagai bahan masukan untuk memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan tentang sejarah lokal daerah Sulawesi Tenggara khususnya dalam

kajian mengenai sejarah Kota Baubau sebagai kota pelabuhan pada tahun 2001-

2020.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumber informasi yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang

berniat untuk mengadakan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

b. Sebagai sumbangsih pemikiran bagi pemerintah dalam menetapkan

pengambilan kebijakan terutama yang berhubungan dengan pengembangan

potensi daerah di Kota Baubau.

c. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kota

Baubau tentang kajian sejarah Kota Baubau sebagai kota pelabuhan pada

tahun 2001-2020.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

1. Konsep Sejarah Kota

Pada dasarnya kelahiran suatu kota melalui proses yang panjang dengan

memperlihatkan perkembangan dan perubahan baik pada kondisi fisik maupun

non fisik. Perubahan fisik kota dapat dilihat pada bangunan dan perkampungan

lama masyarakat (Bintarto, 1977: 8). sementara perubahan non fisik kota dapat

dilihat pada perkembangan ekonomi dan politik masyarakat kota. Untuk

memahami dinamika perubahan dan karakteristik sebuah kota, maka perlu dikaji

sejarahnya (Kartodirdjo, 1977: 1-4).

Secara subtansi, sejarah kota sering disebut sebagai sejarah yang

menyeluruh (total history). Kota dalam pengertian “proses menjadi”, yakni kota

mulai dari pengertian yang sangat sederhana ke pengertian yang lebih kompleks

(Rusnandar, 2010: 274). Pengertian sejarah kota dalam hal ini ialah sejarah

pertumbuhan dan perkembangan kota-kota besar di Indonesia ditinjau dari segi

politik, ekonomi dan sosial budaya pada periode tertentu (Ars dkk., 1986: 4).

Dalam sejarah kota dikenal tiga jenis kota, yaitu : kota sebagai benteng

keamanan dan pertahanan, kota sebagai pusat pemujaan dan kota sebagai pusat

kehidupan berbagai kelompok dan kekhususan hidupnya sebagai simpul jaringan

komunikasi (Rahmad, 2020 : 10). Artinya, tidak ada kota beserta lingkungan

pemukiman di dalamnya yang terlahir secara tiba-tiba (Basundoro, 2010: 846).

8
9

Terbentuknya sebuah kota tidak terlepas dari permukiman awal yang

mendahuluinya. Kota dalam hal ini mengalami proses evolusi. Proses itu pada

perkembangannya menjadi permukiman penduduk yang tetap dan padat. Kegiatan

masyarakat kota turut memberi warna arah perkembangan sebuah kota, apakah itu

kota industri, kota perdagangan atau kota pelabuhan atau tipe kota yang lain.

Menurut Mayer, kota adalah tempat pemukiman orang-orang yang mendiami

suatu daerah. pengertian itu dipertegas oleh Mumfort bahwa daerah itu merupakan

perjumpaan yang teratur dengan maksud untuk mengadakan kontak perdagangan

maupun kerohanian. Kota menurut Max Waber, adalah tempat pertemuan untuk

berdagang. Daerah itu mempunyai benteng, sistem hukum tersendiri, dan sanggup

menyediakan jasa bagi keperluan penduduknya (Rabani, 2010: 50).

Suatu pusat permukiman yang disebut kota bukanlah suatu unit yang bisa

menghidupi dirinya sendiri. Bahwa kota ditandai oleh penduduk yang terutama

bekerja disektor non-pertanian memberi arti bahwa kehidupan kota hanya dapat

dimengerti dalam kaitannya dengan pusat-pusat pemasok bahan mentah diwilayah

belakangnya.

Kota yang baik adalah kota yang memiliki kenangan tahapan bangunan.

Dalam perkembangannya, kota-kota tersebut berkembang meninggalkan embrio

pusat kotanya. Dengan adanya perkembangan tersebut, kawasan-kawasan yang

berada diluar pusat kota menjadi kawasan yang lebih berkembang dari pada pusat

kotanya. Oleh karenanya, pusat kota yang merupakan kawasan bersejarah

cenderung ditinggalkan dan kurang mendapat perhatian (Melamba, 2011: 42).

Menurut Daniswaro, kota merupakan bintik tatanan kehidupan yang

didalamnya mengandung unsur spasial (sebagai wadah aktifitas), unsur non fisik
10

dalam bentuk tata nilai (values) dan akumulasi aktivitas masyarakat (Wikantiyoso,

1995: 1).

Kota bisa merupakan sebuah pusat industri, perdagangan, pendidikan,

pemerintahan atau semuah kegiatan. Di kota berkembang kebudayaan umat

manusia, ini nampak pada tingginya keterampilan tekhnis, perkembangan gagasan

manusia, majunya berbagai bidang kesenian, dan munculnya segala penemuan

baru. Kota menyajikan hal-hal yang positif maupun negatif. Kota berjasa karena

barang-barang yang dibutuhkan penduduk juga kota mengkonsumsi bahan yang

dihasilkan oleh pedesaan.

Kota sebagai permukiman berdasarkan wawasan yang baru muncul dalam

tahap perindustrian, di dalam kota bertumpuk kelebihan bahan pangan sebagai

akibat dari penggunaan tekhnik-tekhnik produksi yang lebih di pedesaan. Suatu

benteng barulah dapat dinamakan kota apabila di dalamnya bertempat tinggal

kaum pedagang dan tukang yang bekerja untuk keperluan pasar. Dengan

demikian, sebuah kota bukanlah hanya berfungsi sebagai fungsi militer dan pusat

pamongpraja tetapi terutama sebagai pusat perdagangan yang memungkinkan

berfungsinya pasar kota. Pasar merupakan tempat bertemunya produsen dan

konsumen baik yang bertempat tinggal di kota maupun mereka yang datang dari

luar kota (Daldjoeni, 1992: 41).

Setiap kota mengalami sejarah pertumbuhan dan perkembangan sehingga

menjadi kota besar. Proses pembentukan kota tidak lepas dari segala aktivitas

manusia. Banyak kota di dunia berawal dari desa. Desa adalah pemukiman yang

penghuninya terikat dalam kehidupan dan bergantung pada wilayah di

sekelilingnya. Dalam perjalanan waktu, karena keadaan topografis dan lokasinya,


11

desa berkembang menjadi kota (pemekaran kota). Kemudian sejarah terbentuknya

kota yang ada di suatu negara biasanya bervariasi, tetapi memiliki inti yang sama.

Terbentuknya kota juga bisa dikatakan sebagai awal sebuah tempat pertemuan

antara penduduk desa dengan penduduk di sekitar desa itu baik untuk transaksi

keperluan hidup, tempat pengumpulan barang, atau tukar menukar barang. Lama

kelamaan ada yang bermukim di sekitar tempat itu dan kemudian pemukiman itu

menjadi semakin besar, berdatangan pula penduduk dari daerah sekitar ketempat

itu serta daerah lainnya, kemudian membentuk sebuah kota atau bahkan menjadi

kota besar (Jamaludin, 2017: 41-42).

Dalam sejarah perkembangan kota, unsur manusia atau masyarakat

sebenarnya menduduki peranan yang sangat penting dalam mendorong kemajuan

maupun kemunduran kota. Ukuran yang demikian memang tidak dapat hanya

dilihat dari satu aspek seperti jumlah penduduk yang besar ataupun tingginya

tingkat kepadatan penduduk dalam suatu kota, namun satu hal yang paling penting

adalah tingkat kualitas serta harapan hidup dari masyarakat kota itu sendiri

(Moordiati, 2005: 301).

2. Konsep Kota Pelabuhan

Untuk mengkaji kota-kota pelabuhan digunakan konsep-konsep dan teori

dari sosiologi perkotaan khususnya mengenai kota pelabuhan. Dalam hal ini

kegiatan pelayaran dan perdagangan berlangsung di pelabuhan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap berkembangannya kota pelabuhan. Untuk mengkaji

pengaruh perkembangan kota pelabuhan terhadap dinamika kehidupan sosial

ekonomi masyarakat kota pelabuhan perlu dipakai konsep dan teori mengenai

kota pada umumnya dan kota pelabuhan (port city) pada khususnya. Pater Reever
12

dan kawan-kawan telah mencoba untuk memberikan definisinya tentang kota

pelabuhan. Dasar dari defenisinya tentang kota pelabuhan adalah asumsi bahwa

spesifikasi dan klasifikasi dari kota tergantung pada karakter yang esensial di

bidang ekonomi, khususnya dibidang produksi ekspor dan atau pelayaran ekspor

ke pasaran internasional.

Batasan di atas memberikan konsep yang jelas dasar-dasar ekonomi kota

pelabuhan sebagai inti dari kota pelabuhan memegang peranan yang menentukan

terhadap struktur dan fungsi dari kota pelabuhan sendiri baik dibidang tata ruang

(spatial arrangement), sosial, budaya, maupun struktur kota pelabuhan beserta

penduduknya tidak akan dapat dipahami tanpa mengkaji aspek-aspek ekonomi

pelabuhan dari sebuah kota pelabuhan. Perlu ditegaskan disini bahwa penekanan

segi ekonomi dari pelabuhan sebagai dasar bagi konseptualisasi dan kategorisasi

kota pelabuhan bukanlah mengandung pengertian absolut bahwa aktivitas

ekonomi di pelabuhan merupakan satu-satunya kriteria yang dominan dari sebuah

kota pelabuhan. Apa yang dimaksud disini adalah bahwa dasar ekonomi

pelabuhan sangat menentukan terhadap struktur maupaun fungsi dari kota

pelabuhan itu sendiri yang pada gilirannya semakin memperkuat karakteristik

sebuah kota pelabuhan. Pendek kata perkembangan pesat suatu kota pelabuhan

akan mempunyai dampak baik sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya

terhadap kota pelabuhan yaitu kota tempat pelabuhan itu berada (Melamba, 2011;

16-17).

Kota pelabuhan dapat diartikan sebagai tempat pertemuan dataran dan

perairan, yang merupakan tempat interaksi antara orang-orang yang datang dari

pedalaman dan orang-orang yang datang melewati prasarana transportasi perairan.


13

Untuk menjadi tempat interaksi ini harus ada syarat-syarat situs yang memenuhi

kebutuhan orang-orang untuk berinteraksi. Situs ini yang mendukung keberadaan

kota pelabuhan berkaitan dengan kondisi lingkungan alami, antara lain adalah

terlindung serta kedalaman perairan dapat menampung sarana transportasi

perairan sesuai dengan penelitian dan teknologi yang dimiliki masyarakat pada

zamannya (Zuhdi, 1997: 106).

Perkembangan suatu pelabuhan maupun kota tidak bisa dilepaskan dengan

perdagangan, dan sudah barang tentu perkembangan perdagangan juga sangat

terkait dengan peran dan fungsi pelabuhan. Perdagangan merupakan variabel yang

menentukan dalam perkembangan sebuah kota. Oleh karena perdagangan itu

sendiri juga termaksud perdagangan jarak jauh atau perdagangan antar pulau

maupun antar negara, maka aktifitas inilah yang menjadi inti dari pengertian

sebuah kota pelabuhan (Hidayah & Raharjo, 1997: 5).

Menurut Max Waber mengatakan bahwa perdagangan merupakan variabel

yang menentukan dalam perkembangan sebuah kota. Oleh karena perdagangan itu

sendiri juga termasuk perdagangan jarak jauh atau perdagangan antar pulau

maupun antar negara, maka aktifitas inilah yang menjadi inti dari pengertian

sebuah kota. Sementara itu, pembahasan terhadap kota pelabuhan secara

penyeluruh sering menempatkan pelabuhan pada posisi yang rendah. Lebih

khusus lagi apa yang dikemukakan oleh Claude Guillot, bahwa perkembangan

kota pelabuhan dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi dan lainnya yang dapat

mempengaruhi fungsi dari pelabuhan itu sendiri. Claude Guillot dalam

penjelasannya tentang benten menunjukan adanya beberapa ciri yakni pertama,

masyarakat kota itu heterogen yang tampak dari adanya perkampungan etnis
14

seperti, perkampungan Cina, Makassar, India, dan Persia. Kedua, fungsi

pelabuhan sebagai pusat perdagangan dan terminal bagi kapal dagang dari barat

menuju timur, yakni di kepulauan Maluku. Ketiga, golongan penguasa pribumi

yakni sultan dan para bangsawan ikut berdagang. Keempat, adanya unsur-unsur

yang mendukung kota seperti, pasar, alat transportasi baik darat maupun laut, dan

jalan yang baik. Umumnya ciri-ciri itu dimiliki oleh hampir semua kota

pelabuhan, dan perbedaannya terletak pada fungsi dari kota pelabuhan itu sendiri

(Melamba, 2011: 18).

Kota-kota di Indonesia bermula dari adanya kota-kota istana, kota pusat

keagamaan, dan terkahir kota pelabuhan. Kemudian muncul pula istilah kota

administrasi. Kota istana, dicirikan oleh susuna spasialnya yang mencerminakn

konsepsi rakyak tentang alam semesta. Raja dan istanahnya dipandang sebagai

pusat alam semesta dan penjaga keseimbangan. Kota pusat keagamaan, susunan

spatialnya berkisar di makam raja-raja, sebuah bangunan sucu berupa candi, stupa

dan lain-lain. Bangunan itu dikelilingi oleh perumahan para pandita, biksu atau

mereka yang bertugas memelihara bangunan-bangunan suci dan pusat-pusat

keagamaan. Kota pelabuhan, susunan spatialnya terdiri atas bagian-bagian tempat

tinggal para penguasa pelabuhan, yang dekat dengan pelabuhan, dan beberapa

perkampungan tempat bermukimnya para pedagang asing yang terpisah-pisah dan

disebut kampung menurut asal negeri mereka. Kota administrasi, masuknya

bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia, khususnya ketika Belanda mulai menjajah

negeri ini, maka munculah kota-kota bentuk baru, yaitu berupa kota-kota

administrasi. Susunan spatial kota admnistrasi ini berkisar disekeliling sebuah

lapangan atau alun-alun. Pada lingkaran depan atau pertama sekelilingalun-alun


15

itu terdapat rumah kediaman kepala pemerintah daerah itu (Gubernur, residen,

kontrolir, Bupati dan sebagainya). Juga terdapat gedung-gedung penting seperti

gedung pemerintah, gedung gereja, masjid, bank dan penjara. Pada lingkaran

berikutnya terdapat rumah-rumah para pamong praja atau pejabat-pejabat eselon

dalam pemerintahan (Meno dan Alwi, 1992: 21).

B. Kerangka Teoritis

1. Teori Perkembangan Kota

Pertumbuhan dan perkembangan kota merupakan suatu istilah yang saling

terkait, bahkan terkadang saling menggantikan, yang pada intinya adalah suatu

proses perkembangan suatu kota. Pertumbuhan kota (urban growth) adalah

perubahan kota secara fisik sebagai akibat perkembangan masyarakat kota.

Sedangkan perkembangan kota (urban development) adalah perubahan dalam

masyarakat kota yang meliputi perubahan sosial politik, sosial budaya dan fisik

(Hendarto, 2001: 2).

Menurut Kustiwan dalam Tjahjadi Sunarto (1997: 506) mengemukakan

bahwa, pertumbuhan penduduk dan aktifitas sosial ekonomi sebagai faktor yang

mempengaruhi perkembangan kota mendorong pertumbuhan kebutuhan akan

lahan. Dan karena karakteristiknya yang tetap dan terbatas, maka perubahan tata

guna lahan menjadi suatu konsekuensi logis dalam pertumbuhan dan

perkembangan kota.

a. Pola perkembangan kota

Menurut Cheema dalam Jayadinata Johara T (1999: 179) mengemukakan

bahwa, karena keadaan topografi tertentu atau karena perkembangan sosial

ekonomi tertentu maka akan berkembang beberapa pola perkembangan kota


16

dengan pola menyebar (dispersed pattern), pola sejajar (linear pattern) dan pola

merumpun (clustered pattern). Pola menyebar (dispersed pattern) terjadi pada

keadaan topografi yang seragam dan ekonomi yang homogen. Pada pola sejajar

(linear pattern), perkotaan terjadi akibat adanya perkembangan sepanjang jalan,

lembah, sungai dan pantai. Pada pola merumpun (clustered pattern), biasanya

terjadi pada kota-kota yang berhubungan dengan pertambangan dengan topografi

agak datar meskipun terdapat beberapa relief lokal yang nyata.

Perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zona-zona yang berada dalam

wilayah perkotaan, penambahan dan pengurangan aspek sosial, ekonomi dan

budaya dari waktu ke waktu menjadikan kota bersifat dinamis dalam artian selalu

berubah dari waktu ke waktu termaksud pola penggunaan lahannya (Sabari, 2000:

63). Perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahan yang membentuk zona-

zona tertentu dalam ruang perkotaan.

b. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kota

Kota dimanapun di belahan dunia memiliki unsur-unsur umum yang

berlaku yang mempengaruhi perkembangannya. Unsure-unsur internal ini

meliputi kondisi sosial, ekonomi, politik, keagamaan dan budaya serta yang tidak

bisa diabaikan adalah unsure fisik geografis (Branch, 1997: 37).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kota adalah:

1. Faktor fisik kota

a. Keadaan geografis, berpengaruh terhadap fungsi dan bentuk kota. Kota

sebagai simpul distribusi, misalnya terletak di simpul jalur transportasi

regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai misalnya akan cenderung
17

berbentuk setengah lingkaan dengan pusat lingkarannya adalah pelabuhan

laut.

b. Topografi/tapak menjadi faktor pembahas bagi perkembangan suatu kawasan

karena kondisi fisik ini tidak dapat berkembang kecuali dalam keadaan labil.

Meskipun demikian usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah topografi

dapat dilakukan dengan menggali bukit, menguruk tanah, reklamasi laut/rawa

dapat mengurangi hambatan. Kota yang berada pada daratan yang rata akan

mudah berkembang ke segala arah dibandingkan dengan kota yang berada di

wilayah pengunungan.

c. Fungsi kota, kota yang memiliki aktivitas dan fungsi yang beragam biasanya

secara ekonomi akan lebih kuat dan berkembang pesat dibanding dengan kota

yang memiliki satu fungsi.

d. Sejarah dan kebudayaan, penduduk kota memiliki komitmen untuk menjaga

dan melindungi bangunan atau tempat bersejarah lainnya dari perkembangan

lahan yang tidak sesuai, meskipun lokasinya berada di tengah kota.

e. Unsur-unsur umum seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih dan jaringan

penerangan listrik yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.

2. Faktor fisik eksternal, yang meliputi:

a. Fungsi primer dan sekunder kota yang tidak terlepas dan keterkaitan dengan

daerah lain, baik dipandang secara makro (nasional dan internasional) maupun

secara mikro (regional). Keterkaitan ini menimbulkan arus pergerakan yang

tinggi memasuki kota secara kontinyu.


18

b. Fungsi kota yang sedemikian rupa merupakan daya tarik bagi wilayah

sekitarnya untuk masuk ke kota tersebut (urbanisasi), karena kota adalah

tempat terkonsentrasinya kegiatan.

c. Sarana dan prasarana transportasi yang lancar, semakin baik sarana

transportasi ke kota maka semakin berkembang kota tersebut, baik transportasi

udara, laut dan darat. Menurut Catanese dan Snyder (1979: 20) bahwa,

keberadaan infrastruktur member dampak yang sangat besar bagi kehidupan

masyarakat pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu

kota.

3. Faktor sosial. Ada dua faktor sosial yang berpengaruh dan menentukan dalam

perkembangan kota, yaitu:

a. Faktor kependudukan, kesempatan kerja yang tersedia seiring dengan

perkembangan industrialisasi menyebabkan semakin meningkatnya penduduk

kota industri (Lesley E. White, dalam Tri Joko, 2002: 35).

b. Kualitas kehidupan bermasyarakat, semakin padatnya penduduk kota maka

semakin menurunnya pola-pola kemasyarakat karena lingkungan kehidupan

yang mengutamakan efisiensi ekonomis telah menimbulkan berbagai segi

degradasi sosial.

4. Faktor ekonomi, faktor ekonomi yang berpengaruh dan menentukan di dalam

pengembangan dan perkembangan kota dapat dikemukakan tiga hal pokok,

yaitu:

a. Kegiatan usaha, akan sangat menentukan kegiatan masyarakat umumnya.

Terbukanya kesempatan kegiatan usaha pada pusat-pusat atau kota-kota yang

baru akan menarik aliran penduduk kearah tersebut (Joko, 2002: 36).
19

b. Politik ekonomi, dengan kebijakan politik ekonomi yang tepat maka akan

terjadi pertumbuhan ekonomi meliputi kenaikan pendapatan per kapita,

masuknya investasi dan tumbuhnya kegiatan usaha.

c. Faktor lahan, konsekuensi logis dari pembangunan kota adalah peningkatanya

kebutuhan akan lahan, dan terjadi proses ekstensifikan ruang yang merembet

hingga daerah perdesaan. Fenomena konversi lahan pertanian menjadi lahan

terbangun berdampak bagi perubahan sosial ekonomi di wilayah pertanian.

Para petani yang telah beralih profesi berusaha mencari celah kegiatan

usaha/pekerjaan yang senantiasa ada di kawasan perkotaan. Akhirnya

pertimbangan dalam pola penggunaan lahan menjadi faktor penting dalam

perencanaan pembangunan kota. Harga lahan, menurut stone dalam Tri Joko

(2002: 38) bahwa kenaikan nilai dan harga lahan umumnya merupakan suatu

konsenkuensi dari suatu perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan yang

dinilai dari segiekonomisnya.

C. Tinjauan Historiografi

Penelitian terdahulu yang dimaksudkan disini adalah mengkaji hasil-hasil

penelitian tentang Kota Baubau yang ada hubungannya dengan gambaran yang

diteliti oleh penulis, yaitu tentang Perkembangan Kota Baubau Menjadi Kota

Pelabuhan (2001-2020). Penelitian terdahulu yang diuraikan disini antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Adnan Syarif (2013), dalam tesisnya menulis tentang “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perkembangan Fisik Kota Baubau. Hasil dari penelitian

tersebut adalah Baubau dikenal sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-16, awal

mula perkembangan fisiknya seperti perkantoran, permukiman,dan fasilitas


20

umum berkembang di sekitar pelabuhan, guna memudahkan jalur

perdagangan dan pelayaran. Saat ini (tahun 1996-2011) perkembangan Kota

Baubau mengalami perubahan, yang biasanya permukiman berkembang di

sekitar pelabuhan atau pesisir berangsur-angsur bergeser keperbukitan. hal ini

karena latar sosial ekonomi sebagai nelayan, pedagang antar pulau dan

perantau masih dominan. Ekspansi kegiatan perkotaan di wilayah pinggiran

(disekitar inti kota) telah menimbulkan pola peruntukan lahan tidak teratur,

yang berpontensi menyebabkan berkurangnya lahan hijau, tanah agraris,

daerah resapan air, kekumuhan, dan pembiayaan fasilitas semakin mahal.

2. Darwin Daud, dalam skripsinya menulis tentang “Perkembangan Kota Baubau

Sebagai Kota Dagang Pada Abad XX”. Hasil dari penelitian tersebut adalah

dititik beratkan pada perkembangan Kota Baubau sebagai kota dagang dengan

memiliki karakteristik seperti yang dimiliki oleh kota-kota dagang lainnya di

Nusantara, berupa adanya pemukiman, perdagangan, alat tukar perdagangan,

pasar, dan keraton. Hasil komoditas dari perniagaan yang dimiliki oleh Kota

Baubau seperti : kelapa, coklat, kopi, jeruk, jambu mete, ketela pohon, katela

rambat, jagung serta dibidang kelautan seperti budidaya rumput laut, mutiara,

dan penangkapan ikan cakalang.

3. Sartati, dalam skripsinya menulis tentang “Perkembangan Kota Baubau (Suatu

Analisa Historis)”. Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai

berikut : Kota Baubau terbentuk dan berkembang karena adanya jalur

perdagangan dan pelayaran. Pada masa Kerajaan/ Kesultanan Buton, Kota

Baubau dijadikan sebagai pusat perdagangan. Perkembangan selanjutnya

bahwa pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang menjadikan


21

Kota Baubau sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat

perdagangan dan pusat kesehatan bagi masyarakat Buton. Pada masa revolusi

kemerdekaan tidak banyak mengalami perubahan dibidang pembangunan fisik

di dalam Kota Baubau. Hal ini disebabkan karena pada saat itu negara

Indonesia sedang mengalami situasi dan kondisi yang masih rawan dimana

masyarakat Indonesia masih mempertahankan negara RI dari tentara NICA

yang ingin menguasai kembali RI, termaksuk Kota Baubau.

4. Sudirman K (2015), dalam tesisnya menulis tentang “Peranan Pelabuhan

Murhum Dalam Pengembangan Kota Baubau”. Hasil dari penelitian tersebut

dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pelabuhan murhum berperan sebagai

pelabuhan pengumpul dalam sistem transportasi laut di Sulawesi Tenggara

dan merupakan pelabuhan yang terkoneksi dengan simpul transportasi laut

nasional yang terhubung dengan Kawasan Timur dan Kawasan Barat dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Perkembangan pelabuhan Murhum

berbanding lurus dengan perkembangan kawasan disekitarnya yang

berimplikasih terhadap semakin terdesaknya kawasan perumahan dan

permukiman yang menjauh dari Pelabuhan Murhum, sebaliknya kawasan

perdagangan dan jasa semakin mendominasi permanfaatan ruang pada

kawasan perdagangan yang mengakibatkan perubahan ruang wilayah Kota

Baubau khususnya disekitar Pelabuhan Murhum dan Kota Baubau.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Baubau pada bulan Januari 2021

sampai Februari 2021. Penelusuran sumber data serta informasi di lakukan di

kantor Walikota Baubau, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Baubau, Dinas

Perdagangan Kota Baubau, Dinas Tata Ruang Kota Baubau, kantor Unit

Penyelenggara Pelabuhan Kelas I Baubau, Perpustakaan Daerah Kota Baubau,

Perpustakaan Daerah Kota Kendari, Perpustakaan Universitas Halu Oleo dan

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah kota yang bersifat

deskriptif kualitatif, yakni suatu jenis penelitian dimana peneliti berusaha

mendeskripsikan data beserta fakta yang diperoleh berdasarkan bahan informasi

atau temuan dari objek yang diteliti ditempat penelitian selain itu dengan cara

studi pustaka yang berhubungan dengan topik penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan multidimensional yang dapat

melihat sejarah Kota Baubau sebagai kota pelabuhan (2001-2020) dari berbagai

aspek baik sosial, politik maupun ekonomi. Menurut Kartodirjo (1992: 98-99),

bahwa pendekatan multidimensional adalah sebuah pendekatan untuk

menjelaskan permasalahan penelitian dengan berbagai aspek atau dimensi

misalnya, dimensi sosial, dimensi ekonomi, dimensi politik dan dimensi

keamanan.

22
23

C. Sumber Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga jenis kategori sumber yakni sumber

primer, sumber sekunder dan sumber tersier. Berikut merupakan penjelasan ketiga

kategori sumber tersebut:

1. Sumber primer

Sumber primer yaitu data yang diperoleh sejaman dengan berlangsungnya

peristiwa dan orang-orang yang ikut terlibat dalam perkembangan Kota Baubau

sebagai kota pelabuhan pada tahun 2001-2020 melalui teknik wawancara terhadap

pelaku sejarah atau pengamatan secara langsung terhadap infrastruktur yang

menjadi ciri fisik perkembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan.

2. Sumber sekunder

Sumber sekunder yaitu data yang diperoleh melalui buku maupun karya

ilmiah yang ditulis untuk menggambarkan kondisi masa lampau mengenai

peristiwa sejarah.

3. Sumber tersier

Sumber tersier yaitu data yang diperoleh berupa rangkuman informasi dari

sumber primer dan sumber sekunder seperti ensklopedia.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah

sebagaimana yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo (2003: 69-81) bahwa tata

kerja metode sejarah adalah sebagai berikut: (1) pemilihan topik. (2) pengumpulan

sumber. (3) kritik sumber. (4) interpretasi dan (5) historiografi.


24

1. Pemilihan Topik

Pemilihan topik, penulis memilih topik yang ada kaitanya dengan sejarah

sebab penelitian ini adalah penelitian sejarah. Adapun topik yang dipilih

berdasarkan pertimbangan dua hal yaitu:

a. Kedekatan emosional

Penulis memiliki kedekatan emosional karena penulis berasal dari

Kabupaten Buton yang berbatasan langsung dengan Kota Baubau yang

sebelumnya merupakan bekas ibukota Kabupaten Buton yang di mekarkan pada

tahun 2001. Selain itu, belum ada judul pnelitian yang mengkaji secara ilmiah

tentang topik Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dalam konteks sejarah

perkembangannya dari tahun 2001 hingga 2020.

b. Kedekatan intelektual

Kedekatan intelektual yakni topik penelitian tentang Kota Baubau sebagai

kota pelabuhan (2001-2020) mampu kerjakan sebagai karya tulis ilmiah baik

secara teori dan metodologis. Secara teoritis, telah dilakukan pengerjaan terhadap

konsep dan teori yang meliputi konsep sejarah kota, konsep kota pelabuhan, dan

teori perkembangan kota. Secara metodologis, dilaksanakan berdasarkan prinsip

kerja metodologi sejarah.

2. Heuristik Sumber

Heuristik sumber merupakan langkah awal dalam melakukan pencarian

dan pengumpulan data yang relevan dalam pokok permasalahan dalam penelitian

ini. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah

sebagai berikut:
25

a. Sumber tertulis, yakni teknik pengumpulan yang relevan dengan judul

penelitian. Data yang diperlukan berupa buku-buku, jurnal, skripsi, tesis dan

disertasi. Serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan perkembangan

Kota Baubau sebagai kota pelabuhan pada tahun 2001 hingga 2020.

b. Sumber lisan, yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

wawancara langsung dengan beberapa informan yang banyak mengetahui

tentang perkembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan yang terdiri dari

toko pemerintah, toko sejarah serta tokoh masyarakat.

c. Sumber visual, yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

pengamatan terhadap bangunan infrasturktur, sarana dan prasarana yang

berkaitan dengan perkembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan pada

tahun 2001 hingga 2020.

3. Verifikasi Sumber

Verifikasi sumber adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui otentitas

(keahlian) dan kredibillitas (kebenaran) data yang telah terkumpul tersebut, maka

penulis melakukan analisis kritik sumber sejarah, baik kritik internal maupun

kritik eksternal.

a. Kritik internal (kritik dalam), yaitu dimaksudkan untuk mengevaluasi

kredibilitas atau keabsahan dari suatu isi sumber, baik sumber tertulis, lisan

maupun visual yang telah lolos dari fase kritik eksternal dan internal untuk

mendapatkan kebenaran dari isi sumber tersebut.

b. Kritik eksternal (kritik luar), yaitu kritik yang dilakukan untuk memulai

otensitas (keaslian) sumber data yang didapatkan. Dalam hal ini, dilakukan

analisis terhadap bentuk luar dari sumber data tersebut. Seperti yang
26

dikemukakan oleh Notosusanto (1978: 38), mengajukan tiga pertanyaan

pokok didalam melakukan kritik eksternal terhadap suatu sumber yaitu :

1. Apakah sumber itu memang sumber yang dikehendaki.

2. Apakah sumber itu asli atau turunan.

3. Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah. Maka dari itu penulis

menggunakan sumber yang dikehendaki, asli atau sumber utuh.

4. Interpretasi Sumber

Setelah melakukan penilaian data melalui kritik internal dan eksternal,

maka data tersebut diinterpretasi atau ditafsirkan dengan mengacu pada konsep

yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Pada bagian interpretasi ini

otensitas dan kredibilitas sumber data yang sudah ditetapkan melalui kritik

selanjutnya dihubungkan diantara data yang satu dengan data yang lainnya

sehingga didapatkan fakta sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya secara

ilmiah yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Analisis (menguraikan) kegiatan yang dilakukan adalah memberikan analisis

dari setiap data yang diperoleh fakta-fakta yang relevan dengan topik

penelitian.

b. Sintesis (menyatukan), sumber-sumber yang diperoleh setelah dianalisis maka

semua sumber-sumber dikelompokan menjadi satu untuk menentukan sebuah

fakta sejarah.

5. Historiografi

Historiografi atau penulisan sejarah merupakan bagian akhir dari sebuah

rangkaian penelitian sejarah. Dalam tahapan inipeneliti menyajikan kisah sejarah

perkembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan 2001-2020 dalam bentuk


27

karya ilmiah yang multimensional berdasarkan fakta yang berhasil dikumpulkan

dan telah lolos dalam rangkaian metode penelitian sejarah dengan beberapa

tahapan seperti tahapan kritik, atau seleksi yang telah diinterpretasi atau

ditafsirkan sehingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah.


BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kota Bau-Bau

Kota Baubau pada awalnya merupakan daerah Ibu Kota Kabupaten Buton

yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No. 29 tahun 1959 Tentang

Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi. Pada tahun 1981, untuk

meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintah secara berhasil-guna dan

berdaya-guna dan merupakan sarana utama bagi pembinaan wilayah serta

merupakan unsur pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan

maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1981, Kota Baubau di

bentuk menjadi kota administratif. Setelah kurang lebih 20 tahun berstatus sebagai

kota adminstratif, Kota Baubau telah mengalami perkembangan dan kemajuan

yang cukup pesat dilihat kondisi ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial

politik, jumlah penduduk, dan luas daerah, sehingga pada tahun 2001, berdasarkan

Undang-Undang No.13 Tahun 2001, Kota Baubau ditetapkan sebagai daerah

otonom yang meliputi 4 kecamatan dan seiring dengan perkembangannya saat ini,

Kota Baubau terdiri dari 8 kecamatan dan 43 kelurahan.

B. Keadaan Geografis

1. Letak Geografis

Secara geografis Kota Baubau terletak pada bagian selatan Provinsi

Sulawesi Tenggara yang posisi wilayahnya berada di Pulau Buton. Secara

astronomis Kota Baubau terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 5 

21’- 5 30’ Lintang Selatan dan di antara 122  30’ - 122 45’ Bujur Timur dan

28
29

secara geostrategis Kota Baubau merupakan daerah penghubung (connecting area)

antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Selain itu, Kota Baubau berada pada mulut Tenggara dari wilayah laut Teluk

Bone yang berada pada pergeseran titik episentrum ekonomi kelautan kawasan

pasifik sebagai masa depan bagi pertumbuhan kawasan Timur Indonesia.

Sejak awal terbentuknya Kota Baubau menjadi daerah otonom telah

terbentuk 4 kecamatan antara lain Kecamatan Betoambari, Kecamatan Wolio,

Kecamatan Sorawolio dan Kecamatan Bungi dengan 9 desa dan 29 kelurahan.

Selanjutnya pada tahun 2004 berubah menjadi 38 kelurahan sampai tahun 2006

baru ada pembentukan 2 kecamatan baru yaitu Kecamatan Murhum (pecahan dari

Kecamatan Betoambari) dan Kecamatan Kokalukuna (pecahan dari Kecamatan

Wolio). Pada tahun 2008 terbentuk Kecamatan Lea-Lea pecahan dari Kecamatan

Bungi, sehingga terbentuk 7 kecamatan dan 43 kelurahan di Kota Baubau pada

bulan Juni tahun 2012 terjadi pemekaran wilayah yakni Kecamatan Batupoaro

(pecahan dari Kecamatan Murhum) sehingga terbentuk 8 kecamatan dengan 43

kelurahan.

2. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kota Baubau sejak awal berdirinya sebagai daerah otonom

adalah seluas 221, 00 km2 yang terdiri dari Seiring perkembangan kemajuan kota

dari aspek pembangunan maka Luas wilayah Kota Baubau mengalami perubahan

menjadi 295,072 km2. Salah satu faktor penyebab pertambahan luas Kota Baubau

adalah dari kegiatan reklamasi pantai.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001, batas-batas

administrasi Kota Baubau adalah sebagai berikut :


30

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton

Selatan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton

3. Iklim

Berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi Betoambari suhu udara di Kota

Baubau pada tahun 2020 berkisar antara 20,6 °C sampai dengan 36,4°C. Suhu

terendah terjadi pada bulan Agustus sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan

November. Sementara itu, rata-rata tekanan udara selama tahun 2020 tercatat

antara 1.008 mb sampai 1.014,8 mb. Tekanan terendah terjadi pada bulan

Desember dan tertinggi pada bulan Agustus sedangkan rata-rata kecepatan angin

tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 17 knot.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Stasiun Metereologi

Betoambari Kota Baubau sepanjang tahun 2020 terjadi hujan. Selama tahun 2020

hari hujan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Ferbruari dan Desember

yaitu selama 23 hari bulan Januari dengan 334,1 mm.

C. Keadaan Demografi

Berdasarkan hasil pendataan Sensus Penduduk September tahun 2020

penduduk Kota Baubau 159.248 jiwa yang terdiri atas 79.502 jiwa penduduk laki-

laki dan 79.746 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan pada tahun 2010

jumlah penduduk Kota Baubau tahun 2020 mengalami laju pertumbuhan

penduduk sebesar 16,2 % dengan 1.62 % setiap tahunya.


31

Perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan atau rasio

jenis kelamin tahun 2020 sebesar 99,69 % yang berarti setiap 100 orang penduduk

perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Bila dilihat dari jumlah penduduk

perkelompok umur maka dapat diketahui bahwa penduduk terbanyak berada pada

Kecamatan Wolio dan jumlah penduduk paling sedikit pada Kecamatan Bungi.

Kepadatan penduduk di Kota Baubau tahun 2020 mencapai 540 jiwa/km.

Kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Batupoaro dengan kepadatan

sebesar 15.912 jiwa/km dan terendah dikecamatan Sorawolio sebesar 79 jiwa/km.

Jumlah penduduk Kota Baubau menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
di Kota Baubau tahun 2020
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0–4 8.499 8.120 16.619
5–9 7.700 7.580 15.280
10 – 14 7.521 7.004 14.525
15 – 19 7.559 7.307 14.866
20 – 24 7.101 6.987 14.088
25 – 29 7.036 7.186 14.222
30 – 34 6.783 6.804 13.587
35 – 39 6.127 6.076 12.203
40 – 44 5.138 5.136 10.274
45 – 49 4.222 4.345 8.567
50 – 54 3.641 3.696 7.337
55 – 59 2.899 3.169 6.068
60 – 64 2.255 2.366 4.621
65 – 69 1.435 1.713 3.148
70 – 74 866 1.008 1.874
75 + 720 1.249 1.967
Jumlah/Total 79.502 79.746 159.248
Sumber : BPS Kota Baubau dalam angka 2021
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa penduduk Kota Baubau

tahun 2020 sebanyak 159.248 jiwa yang terdiri atas 79.502 jiwa penduduk laki-
32

laki dan 79.746 jiwa penduduk perempuan. Bila dilihat dari kelompok umur, yang

paling dominan adalah kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 16.619 jiwa.

Kelompok ini merupakan kelompok penduduk bukan usia kerja, disusul kelompok

umur 5-9 tahun yaitu sebesar 15.280 jiwa. Kelompok umur ini masih kategori usia

balita yang masih perlu mendapatkan perhatian dan perawatan oleh orang tuanya,

selanjutnya kelompok penduduk 20-24 tahun yaitu sebesar 14.866 jiwa, kelompok

umur tersebut merupakan kelompok usia kerja.

D. Keadaan Sosial Budaya

1. Pendidikan

Peningkatan sarana dan prasaran pendidikan di Kota Baubau terus menjadi

upaya pemerintah dalam menopang penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat

Kota Baubau. Pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan untuk memperbaiki

kualitas hidup masyarakat dalam menentukan arah pembangunan Kota Baubau di

masa mendatang. Keberadaan pelabuhan, dimanfaatkan sebagai ladang

pencaharian masyarakat dengan profesi yang berbeda-beda dalam menunjang

tingkat pendidikan anak-anaknya (Masrun, wawancara 11 Februari 2021)

Keberhasilan pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan bagi suatu daerah dan tentu keberhasilannya tidak terlepas dari

peran keberadaan fasilitas. Fasilitas pendidikan di Kota Baubau dalam kurun

waktu 2016-2020 terdiri dari TK, RA/BA, SD, MI, SMP, MTs, SMK/SMK dan

MA. Jumlah fasilitas pendidikan negeri/swasta di Kota Baubau dalam kurun

waktu 2016-2020 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:


33

Tabel 4.2. Jumlah fasilitas pendidikan menurut tingkat pendidikan di Kota


Baubau
Tingkat Pendikan Jumlah Fasilitas Pendidikan Negeri/Swasta
Negeri/Swasta 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
TK 68 69 73 72 72
RA/BA 26 26 25 29 29
SD 68 67 73 68 68
MI 11 11 11 11 11
SMP 23 23 25 24 24
MTs 9 9 10 10 10
SMA/SMK 19 19 20 19 19
MA 6 6 5 6 6
Perguruan Tinggi - - - 7 7
Jumlah 230 230 242 246 246
Sumber: BPS Kota Baubau, 2021

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah fasilitas

pendidikan di Kota Baubau baik negeri maupun swasta dalam kurun waktu 2016-

2020 mengalami peningkatan dimana pada tahun 2016 dan 2017 sebanyak 230

buah, tahun 2018 sebanyak 242 buah dan tahun 2019 hingga 2020 sebanyak 246

buah. Perbedaan jumlah fasilitas tersebut berkaitan dengan adanya fasilitas

pendidikan yang masih berstatus swasta sehingga seiring berkembangnya bisa

mempengaruhi jumlah fasilitas pendidikan di Kota Baubau.

Jumlah siswa/mahasiswa yang menuntut pendidikan di Kota Baubau

dalam kurun waktu 2016-2020 yaitu pada tahun 2016 sebanyak 44.880 orang,

2017 sebanyak 45.500 orang, 2018 sebanyak 45.383 orang, 2019 sebanyak 62.208

orang dan 2020 sebanyak 61.238 orang. Jumlah siswa/mahasiswa

sekolah/perguruan tinggi negeri/swasta di Kota Baubau dapat dilihat pada tabel

4.3 berikut ini:


34

Tabel 4.3. Jumlah siswa sekolah/perguruan tinggi menurut tingkat


pendidikan di Kota Baubau.

Tingkat Pendidikan Jumlah Siswa Sekolah Negeri/Swasta


Negeri/Swasta 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
TK 3.198 3.443 3.572 3.706 3.235
RA/BA 1.196 1.236 1.219 1.268 1.715
SD 18.863 18.217 17.829 17.543 17.155
MI 1.496 1.657 1.779 1.959 2.084
SMP 8.512 8.821 8.626 8.765 8.754
MTs 1.180 1.331 1.408 1.477 1.469
SMA/SMK 9.407 9.686 9.857 10.281 10.274
MA 1.028 1.109 1.093 1.250 1.099
Perguruan Tinggi - - - 15.959 15.453
Jumlah Total 44.880 45.500 45.383 62.208 61.238
Sumber: BPS Kota Baubau dalam angka 2021

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa/mahasiswa

berdasarkan tingkat pendidikan dalam kurun waktu 2016-2020 cenderung

mengalami peningkatan dan penurunan hal ini berkaitan dengan tingkat

pertumbuhan penduduk berdasarkan kelompok usia untuk sekolah.

2. Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan

sosial, tanpa adanya bahasa orang tidak akan berkomunikasi terhadap sesamanya.

Sebagai daerah yang ramai dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai daerah

maka bahasa komunikasi masyarakat juga berbeda-beda. Umumnya bahasa yang

digunakan di Kota Baubau 4 bahasa yaitu bahasa Wolio, bahasa Ciacia, bahasa

Pancana dan bahasa Liwuto Pasi. Bahasa yang mendominasi di Kota Baubau

adalah bahasa wolio hal ini dikarenakan bahasa wolio merupakan bahasa

penduduk asli Kota Baubau.

Disamping menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa sehari-hari,

masyarakat Kota Baubau tidak terlepas dari bahasa Indonesia sebagai bahasa
35

persatuan. Bahasa Indonesia biasanya digunakan di tempat-tempat formal seperti

di sekolah dan instansi formal lainnya.

3. Sistem Mata Pencaharian

Pada dasarnya setiap manusia selalu berusaha untuk meningkatkan taraf

hidupnya. Demikian halnya dengan masyarakat Kota Baubau, dalam

meningkatkan sumber pendapatan, masyarakat menggeluti berbagai bidang

penghidupanya yang bersumber dari berbagai kegiatan sebagai mata pencaharian

masyarakat sehari-hari, namun demikian angka pengangguran di kota masih

sangat tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan pusat Statistik, jumlah

angka kerja Kota Baubau 2020 sebesar 80.468 orang, dengan jumlah yang bekerja

sebesar 75.179 orang dan menganggur sebanyak 5.289 orang. Tingkat

pengangguran di Kota Baubau sebesar 4,58 persen, sedangkan tingkat partisipasi

angkatan kerja sebesar 69,83 persen. Jumlah angkatan kerja tahun 2020 Kota

Baubau dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4. Jumlah angkatan kerja tahun 2020 menurut tingkat pendidikan di
Kota Baubau
Tingkat Pendidikan Bekerja Pengangguran Jumlah
(1) (2) (3) (4)
SD 15.316 624 15.940
SMP 10.460 1.085 11.545
SMA 22.681 1449 24.130
SMK 8.448 505 8.953
Diploma I/II/III 2.744 342 3.086
Sarjana 15.530 1.284 16.814
Jumlah 75.179 5.289 80.468
Sumber: BPS Kota Baubau dalam angka 2021

Berdasarkan tabel 4 (empat) di atas, dapat di lihat bahwa jumlah pekerja

terbanyak terdapat pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 22.681 orang, sarjana

sebanyak 15.530 orang, dan SD sebanyak 15.316. Dari 75.179 orang yang bekerja
36

dapat diketahui bahwa sebagian besar tenaga kerja yaitu 34.430 orang berstatus

sebagai buruh/pegawai atau karyawan.

4. Agama

Pembangunan di bidang agama dan kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa diarahkan untuk menciptakan kesadaran hubungan antara manusia

dengan penciptanya, manusia dengan sesamanya dan antar manusia dengan alam

sekitarnya. Disamping itu, masyarakat Indonesia tumbuh dan berkembang

dengan kepercayaan yang berbeda-beda sehingga keamanan dan ketertiban dalam

menjalankan ibadah menurut keyakinan merupakan salah satu kebutuhan yang

selalu didambakan oleh setiap masyarakat di Indonesia.

Jumlah tempat peribadatan di Kota Baubau tahun 2020 sebanyak 226 buah

yang terdiri dari masjid, mushola, gereja Protestan, gereja Katholik, Pura, dan

Vihara. Jumlah masjid sebanyak 172 buah tersebar di seluruh Kecamatan,

mushola sebanyak 39 buah tersebar di seluruh Kecamatan, gereja protestan

sebanyak 4 buah tersebar pada 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Wolio, Sorawolio,

Bungi, gereja katholik sebanyak 3 buah tersebar pada 3 Kecamatan serta pura

sebanyak 7 buah tersebar 1 kecamatan dan Vihara sebanyak 1 buah tersebar 1

Kecamatan yaitu kecamatan Wolio. Jumlah tempat peribadatan di Kota Baubau

tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:


37

Tabel 4.5. Jumlah tempat peribadatan menurut kecamatan di Kota Baubau


tahun 2020
Gereja Gereja
Kecamatan Masjid Mushola Pura Vihara
protestan Katholik
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Betoambari 25 6 - - - -
Murhum 15 9 - - - -
Butupoaro 13 6 - - - -
Wolio 31 9 2 1 - 1
Kokalukuna 16 2 - 1 - -
Sorawolio 10 5 1 - - -
Bungi 12 1 1 1 7 -
Lea-Lea 11 1 - - - -
Baubau 172 39 4 3 7 1
Sumber: BPS Kota Baubau dalam angka 2021

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk

Kota Baubau pada tahun 2020 beragama Islam. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya

tempat ibadah berupa masjid dan mushola yang tersebar diseluruh kecamatan di

Kota Baubau.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyebab Pengembangan Kota Baubau Sebagai Kota Pelabuhan (2001-

2020)

Kota Baubau merupakan kota yang terbentuk pada tanggal 21 Juni tahun

2001 berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2001. Pada awal berdirinya

Kota Baubau terdiri dari 4 (empat) kecamatan yakni kecamatan wolio,

Betoambari, Sorawolio dan Bungi. Dalam perkembangannya, terbentuk lagi

empat kecamatan yakni Kecamatan Murhum, Kokalukuna, Lea-Lea dan

Batupoaro. Secara keseluruhan, luas wilayah Kota Baubau yakni 22.100 ha

dengan panjang garis pantai yaitu 42 km.

Sebelum ditetapkan sebagai daerah otonom, Kota Baubau merupakan

sebuah Kota Administrasi yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

40 tahun 1981. Dalam penetapannya sebagai Kota Administrasi, Kota Baubau

masih memiliki status sebagai Ibukota Kabupaten Buton. Selama menjadi Kota

Administrasi, proses pembangunan dan perbaikan fasilitas perkotaan yang

dilakukan oleh pemerintah Kota Baubau telah berlangsung dengan baik seperti

perkantoran, pusat perbelanjaan (pasar/mall), jaringan jalan dan pelabuhan. Saat

itu, Kota Baubau telah dipersiapkan untuk menjadi daerah otonom baru dan

memisahkan diri dari Kabupaten Buton.

Sebagai daerah otonom baru, Kota Baubau mengalami pertumbuhan yang

sangat pesat dari berbagai aspek baik sosial, politik maupun ekonomi.

Pertumbuhan tersebut terjadi seiring dengan pengembangan pembangunan

38
39

infrastruktur perkotaan dalam menunjang terselenggaranya pelayanan

pemerintahan secara maksimal di Kota Baubau. Selain itu, Kota Baubau di

untungkan oleh letak geografis wilayahnya yang strategis sebagai jalur pelayaran

dan perdagangan nasional.

Kedudukan Kota Baubau dalam lalu lintas pelayaran dan perdagangan

nasional sangat berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan dan perkembangan

Kota Baubau. Menurut Sudin Rioma, bahwa Kota Baubau merupakan salah satu

kota yang memiliki kedudukan strategis di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kedudukan strategis Kota Baubau terletak pada jalur pelayaran dan perdagangan

nasional yang menghubungkan antar wilayah di seluruh Indonesia. Sehingga

berdasarkan kondisi tersebut pemerintah mengupayakan pengembangan Kota

Baubau sebagai kota pelabuhan melalui kebijakan pembangunan kota sebagai

pusat perdagangan dan pelayanan jasa (wawancara 9 Februari 2021).

Upaya pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dilakukan

sejak penetapan kebijakan rencana pembangunan jangka panjang Kota Baubau

yang berorientasi pada sektor perdagangan dan pelayanan jasa. Menurut

Muhammad Yusran Achmad, bahwa ketika Kota Baubau menjadi daerah otonom

pada tahun 2001, pengembangan struktur tata ruang Kota Baubau yang

dilaksanakan oleh pemerintah didasarkan pada visi rencana pembangunan jangka

panjang Kota Baubau yaitu “Mewujudkan Kota Baubau sebagai Pusat

Perdagangan dan Pelayanan Jasa yang Nyaman, Sejahtera dan Berbudaya pada

Tahun 2023. Visi pembangunan ini sekaligus diarahkan pada pengembangan Kota

Baubau sebagai kota pelabuhan sebagai penyanggah dari arah kebijakan tersebut

(wawancara, 23 Februari 2021).


40

Sejak adanya penetapan rencana pembangunan jangka panjang Kota

Baubau, kegiatan pengembangan infrastruktur perkotaan mulai gesit dilakukan

oleh pemerintah Kota Baubau termaksud fasilitas pelabuhan seperti dermaga,

terminal penumpang dan lapangan penumpukan guna untuk menunjang

pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Sebagai titik simpul dan

titik transit, perkembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan semakin

meningkat secara signifikan sejalan dengan perkembangan wilayah Provinsi

Sulawesi Tenggara maupun daerah-daerah lain Kota di sekitarnya.

Seiring pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan, fungsi

pelabuhan di Kota Baubau terdiri dari pelabuhan pengumpan, pelabuhan

pengumpul dan pelabuhan khusus. Pelabuhan pengumpan meliputi pelabuhan

Murhum yang berfungsi sebagai pelabuhan tersier yang melayani angkutan

penumpang dari berbagai kota-kota lain di Indonesia seperti Kendari, Makassar,

Ambon, Balik Papan, Surabaya dan kota-kota lainnya. Pelabuhan pengumpul

merupakan pelabuhan lokal yang meliputi pelabuhan jembatan Batu, pelabuhan

Penyeberangan Wolio dan pelabuhan Topa. Pelabuhan tersebut berfungsi sebagai

pelabuhan sekunder yang melayani pergerakan penduduk Kota Baubau dengan

pulau-pulau di sekitarnya. Sedangkan pelabuhan khusus meliputi pelabuhan

khusus kegiatan industri, pelabuhan pertamina dan pelabuhan perikanan.

Keberadaan fungsi pelabuhan tersebut menjadi gambaran bahwa

pembangunan dan perkembangan Kota Baubau memiliki orientasi kearah kota

pelabuhan sebagai penyanggah kegiatan ekonomi daerah Kota Baubau. Saat ini,

Kota Baubau dikenal sebagai kota pelabuhan yang menjadi pusat kegiatan

pelayaran dan perdagangan baik untuk tujuan wilayah timur maupun wilayah
41

barat Indonesia serta beberapa daerah lainnya di sekitar wilayah Kota Baubau.

Menurut Melamba (2011: 16), bahwa kegiatan pelayaran dan perdagangan yang

berlangsung di pelabuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

berkembangnya Kota Pelabuhan.

Pada dasarnya, upaya pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan

disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya yaitu faktor letak geografis, faktor

kebijakan pemerintah, faktor sosial dan faktor ekonomi.

1. Faktor Letak Geografis Wilayah

Kota Baubau merupakan salah satu bagian dari kota pantai di Sulawesi

Tenggara yang memiliki letak geografis wilayah yang strategis untuk

dikembangkan menjadi kota pelabuhan. Menurut Bappenas (2015: 13), bahwa

secara geografis Kota Baubau terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara bagian

selatan Pulau Buton dengan posisi koordinat sekitar 0521’ hingga 0530’ Lintang

Selatan dan 12230’ sampai 12245’ Bujur Timur. Kota Baubau berada di Buton

dan tepat berada di Selat Buton dengan Pelabuhan Utama menghadap Utara. Di

Kawasan selat inilah aktivitas lalu lintas perairan baik nasional, regional maupun

lokal sangat intensif.

Kota Baubau selain strategis dari segi letak geografis wilayahnya juga

didukung oleh kondisi letak selatnya yang aman untuk tempat berlabuhnya kapal.

Menurut H. Muhammad Adios, bahwa Kota Baubau terletak di Selat Pulau Buton

yang terlindung dari ombak besar baik pada musim angin Barat maupun pada

musim angin Timur sehingga sangat strategis untuk menjadi kota pelabuhan.

Orientasi perkembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan memiliki

keterkaitan dengan letak geografis wilayahnya yang sangat strategis sebagai jalur
42

pelayaran dan perdagangan baik regional maupun nasional (wawancara, 25

Februari 2021).

Pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan tidak lepas dari

posisi geografis wilayahnya yang sangat strategis dalam jalur lalu lintas pelayaran

dan perdagangan yang menghubungkan antara kawasan Timur Indonesia dan

kawasan Barat Indonesia. Menurut Sudin Rioma, bahwa peran letak geografis

wilayah Kota Baubau menjadi faktor utama yang mempengaruhi perkembangan

Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Beberapa fasilitas pelabuhan telah ada dan

saat ini difungsikan sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di berbagai wilayah

baik di wilayah hiterlandnya maupun di wilayah-wilayah lain di Indonesia

(wawancara, 9 Februari 2021).

Letak geografis wilayah Kota Baubau yang berada dalam lalu lintas

pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan antara kawasan timur Indonesia

dan kawasan barat Indonesia telah menjadikan Kota Baubau tumbuh dan

berkembang menjadi kota pelabuhan. Menurut Rabani (2010: 112), bahwa apabila

melihat dinamika yang terjadi di kota-kota pantai Sulawesi Tenggara, maka

terlihat bahwa arah perkembangan kota lebih kepada suatu ciri kota niaga atau

kota pelabuhan yang mengandalkan sektor perdagangan sebagai basis

perkembangannya. Kondisi ini didukung oleh posisi geografis (letak kota) dan

perilaku masyarakat yang sebagian besar berorientasi pada sektor pelayaran dan

perdagangan.

Sebagai wilayah yang memiliki letak geografis yang strategis,

pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan sangat penting dalam

menunjang berbagai aktivitas penduduknya baik yang berkaitan dengan


43

kepentingan politik, sosial maupun ekonomi. Pengembangan tersebut merupakan

upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam memanfaatkan letak geografis

wilayah untuk mendorong pertumbuhan daerah Kota Baubau melalui

pembangunan pelabuhan sebagai simpul distribusi kegiatan perdagangan dan

pelayanan jasa.

Kedudukan wilayah Kota Baubau secara geografis telah memberikan

pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Kota Baubau. Hingga saat ini,

Kota Baubau telah berkembang menjadi kota pelabuhan dan berperan sebagai

pusat kegiatan pelayaran dan perdagangan antar berbagai wilayah baik dalam

skala regional maupun nasional. Menurut Branch (1996: 37-43), bahwa keadaan

geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang berfungsi

sebagai simpul distribusi, misalnya perlu terletak disimpul jalur transportasi, di

pertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai,

misalnya akan cenderung berbentuk setengah lingkaran dengan pusat lingkaran

adalah pelabuhan laut.

2. Faktor Kebijakan Pemerintah

Sejak Kota Baubau ditetapkan sebagai daerah otonom baru pada tahun

2001, telah dipimpin oleh kepala daerah dengan status Walikota untuk

menyelenggarakan kewajiban dan fungsi pemerintah dalam pembangunan daerah

Kota Baubau. Menurut Soares dkk (2015: 232), bahwa pemerintah daerah sebagai

peran perencana untuk mendesain dan membentuk interaksi dalam suatu proses

menuju sasaran yang ingin dicapai, dengan ini pemerintah harus berperan utama

dengan tugas pokok dan fungsinya pemerintah daerah dalam menyesuaikan

dengan fungsi visi, misi, sasaran dan tujuan yang ditetapkan.


44

Seiring perkembangan politik dan bergantinya periode kekuasaan

pemerintahan yang berlangsung di Kota Baubau telah mempengaruhi dinamika

pembangunan dan perkembangan Kota Baubau. Pembangunan infrastruktur

perkotaan seperti pelabuhan, jaringan jalan, sarana transportasi, sarana

perdagangan dan sarana umum lainnya merupakan wujud dari kebijakan

pemerintah untuk perkembangan Kota Baubau. Menurut Rabani (2010: 87),

bahwa sebuah kota dapat dikatakan berkembang bila kota itu mempunyai fasilitas

dan infrastruktur kota yang memadai. Fasilitas kota yang dimaksud adalah

jaringan jalan, pelabuhan, sarana transportasi, industri dan perdagangan, fasilitas

perumahan, sarana ibadah dan pendidikan.

Pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan tidak terlepas

pengaruh kebijakan pemerintah Kota Baubau selama lintas kekuasaan pada tahun

2001 hingga saat ini. Menurut LM. Taslim, bahwa upaya perkembangan Kota

Baubau sebagai kota pelabuhan merupakan bagian dari program pembangunan

yang erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah Kota Baubau dari masa

pemerintahan Drs. H. Umar Abibu, Dr. H. MZ. Amirul Tamim, M.Si hingga Dr.

As. Tamrin, M.H. Program pembangunan tersebut dilakukan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah Kota Baubau melalui sektor perdagangan dan

pelayanan jasa (wawancara, 24 Februari 2021).

Kebijakan mengenai pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan

berkaitan dengan penetapan rencana pembangunan jangka panjang Kota Baubau

untuk di wujudkan sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa. Menurut La

Ode Ali Hasan, bahwa untuk mewujudkan program pembangunan jangka panjang

Kota Baubau sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa, maka pemerintah
45

Kota Baubau mengupayakan pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan

untuk membangun hubungan konektivitas antar berbagai wilayah melalui

transportasi laut. Dengan meningkatnya fungsi Kota Baubau sebagai kota

pelabuhan, maka akan menunjang terselenggaranya kegiatan perdagangan dan

pelayanan jasa sesuai rencana dan tujuan perkembangan Kota Baubau di masa

mendatang (wawancara, 22 Februari 2021).

Peran pemerintah sebagai penguasa atas terselenggaranya pembangunan

sangat menentukan arah perkembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan.

Dimana, perkembangan tersebut dilakukan berdasarkan tuntutan kebijakan

pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Baubau. Pemerintah

sebagai aktor yang terlibat langsung dalam upaya pembagunan infrastruktur dan

penyediaan fasilitas perkotaan melalui kebijakannya telah membuat kota ini

tumbuh pesat menjadi kota pelabuhan sebagai pusat aktivitas ekonomi yang

ramai.

3. Faktor Sosial

Kota Baubau merupakan salah satu kota yang menjadi tujuan beberapa

masyarakat dari berbagai daerah untuk melakukan aktivitas sosial dan ekonomi

sehingga meningkatkan pemanfaatan lahan untuk kebutuhan pemukiman

masyarakat. Menurut Rabani (2012: 157), bahwa perkembangan pemukiman

masyarakat cenderung bergerak ke arah pinggir pantai. Perkembangan ini

mengikuti perubahan orientasi masyarakat kesektor ekonomi perdagangan.

Perkembangan pemukiman ini adalah dampak dari adanya pergeseran orientasi

masyarakat ke sektor ekonomi perdagangan antar pulau. Muara dari semua

perkembangan itu adalah terjadinya perubahan pada masyarakat secara fisik


46

seperti yang terlihat pada perumahan, perabot rumah tangga, jaringan jalan kota,

dan kondisi bangunan masyarakat. Fasilitas kota yang berkembang adalah pasar

dan pelabuhan untuk kepentingan perdagangan dan nelayan di Baubau.

Sebagai wilayah yang berkedudukan di sebuah pulau, Kota Baubau sangat

bergantung dengan keberadaan pelabuhan dalam menunjang berbagai aktivitas

penduduknya, baik pelabuhan yang menghubungkan antar pulau, antar wilayah

maupun dengan negara lain. Oleh karena itu, upaya perkembangan Kota Baubau

menjadi kota pelabuhan berhubungan dengan aktivitas mobilitas masyarakat

keberbagai wilayah terutama untuk menghubungkan pulau-pulau yang ada di

Kota Baubau, serta antara Kota Baubau dengan kota-kota lain di sekitarnya.

Pengembangan kota Baubau sebagai kota pelabuhan merupakan rangkaian

program pembangunan yang di wujudkan untuk membuka akses daerah Kota

Baubau keberbagai wilayah melalui transportasi laut dalam menunjang aktivitas

sosial masyarakat. Menurut Masrun, bahwa dalam aspek sosial, pengembangan

Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan sosial

masyarakat baik kegiatan ekonomi maupun mobilitas masyarakat. Kehidupan

sosial masyarakat Kota Baubau semakin meningkat seiring dengan

Pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan yang dilakukan oleh

pemerintah Kota Baubau (wawancara, 10 Februari 2021).

Meningkatnya aktivitas sosial yang berhubungan dengan mobilitas

masyarakat antar regional diwilayah Kota Baubau menyebabkan semakin besar

potensi pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Menurut Bapennas

(2015: 138-139), bahwa sebagai titik simpul dan titik transit, perkembangan Kota

Baubau di masa mendatang akan semakin strategis. Dengan meningkatnya


47

mobilitas penduduk antar regional di wilayah Indonesia bagian timur, maka

semakin besar potensi pengembangan Kota Baubau sebagai titik perpindahan

moda maupun titik transit angkutan laut. Hal ini harus diimbangi oleh

peningkatan sarana dan prasarana perkotaan sebagai kota transit yang akan

menjadi faktor yang dapat meningkatkan bangkitan dan tarikan pergerakan dari

dan ke Kota Baubau.

Pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan membawa pengaruh

yang signifikan terhadap kegiatan sosial masyarakat yang berpusat di pelabuhan.

Menurut H. Muhammad Adios, bahwa Ketika dulu Kota Baubau masih terisolasi

dengan daerah lain, kegiatan sosial masyarakat cenderung tidak meningkat dan

hanya berkembang di dalam kota. Namun, dengan adanya kemudahan akses

keberbagai wilayah melalui peran Kota Baubau sebagai kota pelabuhan telah

merangsang peningkatan aktivitas sosial masyarakat, tidak hanya didalam kota

tetapi juga berkembang keluar (wawancara, 12 Februari 2021).

Pertumbuhan pembangunan yang relatif besar di Kota Baubau

menyebabkan meningkatnya kegiatan sosial kaitannya dengan pengembangan

Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Peningkatan sarana dan prasana perkotaan

sebagai kota pelabuhan akan menjadi faktor yang dapat meningkatkan aktivitas

transportasi laut yang aman, efektif dan efisien.

4. Faktor Ekonomi

Pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan di lakukan untuk

meningkatkan kegiatan perkonomian dimana secara ekonomi, Kota Baubau di

untungkan oleh letak geografis wilayahnya yang strategis dalam jalur pelayaran

dan perdagangan nasional. Menurut Thamrin (2012: 175-176), bahwa dari aspek
48

geografis wilayah, Kota Baubau terletak pada posisi barat daya Pulau Buton,

dengan batas-batas pada semua sisinya berbatasan dengan Kabupaten Buton. Kota

Baubau, sejak dahulu telah merupakan kota pelabuhan transito yang

menghubungkan Barat Timur yang selalu disinggahi oleh kapal-kapal besar-kecil,

baik kapal penumpang (Kapal Pelni dll), maupun kapal barang sehingga

menjadikan Kota Baubau sangat strategis dari sisi perekonomian.

Pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dilakuan untuk

mendukung terselenggaranya kegiatan perdagangan dan pelayanan jasa dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Baubau. Menurut Muhammad Yusran

Achmad, bahwa perkembangan Kota Baubau menjadi kota pelabuhan erat

kaitannya dengan kepentingan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah sesuai

dengan kebijakan program rencana pembangunan jangka panjang Kota Baubau

untuk di wujudkan sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa yang nyaman,

sejahtera dan berbudaya pada tahun 2023. Kebijakan program pembangunan

jangka panjang ini berkaitan dengan kedudukan strategis Kota Baubau dalam jalur

perdagangan dan pelayaran nasonal (wawancara 23 Februari 2021).

Pentingnya pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dapat

menunjang terlaksananya kebijakan program rencana pembangunan jangka

panjang Kota Baubau untuk di wujudkan sebagai pusat perdagangan dan

pelayanan jasa. Pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor perdagangan dan

pelayanan jasa merupakan salah satu fungsi dari tujuan perkembangan Kota

Baubau menjadi kota pelabuhan yang dilakukan oleh pemerintah melalui

kebijakan pembangunannya.
49

Meningkatnya kegiatan pembangunan dalam rangka meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Kota Baubau pada akhirnya telah mendorong

pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Menurut Rabani dkk (2020:

45), perkembangan ekonomi yang telah berlangsung lama yang ditunjang oleh

infrastruktur pengangkutan untuk perdagangan dan mobilitas antar pulau telah

membuat posisi Kota Baubau tetap bergeliat. Lokasi dan kondisi alamnya yang

mendukung keamanan dan kenyamanan sebagai tempat berlabuh membuat Kota

Baubau terus didatangi oleh para pedagang. Oleh karena itu, kota Baubau terus

berkembang dan menjadi salah satu kota pelabuhan penting di Sulawesi Tenggara.

Berkembangnya fungsi Kota Baubau sebagai kota pelabuhan memiliki

peran yang sangat penting sebagai pusat perdagangan dan pelayaran keberbagai

wilayah. Menurut Rabani (2010: 112), perdagangan dan pelayaran intensif

dilakukan ke daerah-daerah yang memungkinkan perolehan pendapatan tinggi

secara ekonomi. wajah kota-kota pantai diwilayah itu pun infrastrukturnya

mengikuti jalur pantai dan orinetasi ekonomi cenderung kearah pengembangan

pelabuhan sebagai pendukung perdagangan dan pelayaran.

Seiring meningkatnya fungsi Kota Baubau sebagai kota pelabuhan telah

membawa pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan perekonomian di Kota

Baubau. Berkembangnya kegiatan ekonomi di dukung oleh keberadaan pelabuhan

sebagai sarana penghubung antar berbagai wilayah melalui transportasi laut.

Menurut La Ode Ali Hasan, bahwa kedudukan Kota Baubau sebagai kota

pelabuhan memiliki arti penting dalam perkembangan kegiatan ekonomi yang

berlangsung di Kota Baubau karena melalui pelabuhan inilah barang atau

komoditas Kota Baubau disalurkan ke daerah-daerah yang membutuhkan baik di


50

dalam maupun untuk kepentingan luar negeri. Saat ini, Kota Baubau berperan

sebagai daerah akumulator hasil produksi dan distributor kebutuhan daerah-daerah

lainnya baik skala regional maupun nasional. (wawancara 22 Februari 2021).

Pada dasarnya, pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan

berkaitan dengan faktor ekonomi yang dikembangkan untuk menunjang kegiatan

perdagangan dan pelayanan jasa. Selain itu, beberapa kegiatan ekonomi lainnya

seperti kegiatan pelayaran dan pariwisata juga mulai berkembang seiring dengan

meningkatnya fungsi Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Hingga Saat ini, Kota

Baubau berperan sebagai pusat perekonomian bagi daerah-daerah lain di

sekitarnya.

B. Langkah-Langkah Pemerintah Kota Baubau Dalam Menunjang

Pengembangan Kota Baubau Menjadi Kota Pelabuhan (2001-2020)

Pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan merupakan salah satu

program penting pemerintah Kota Baubau dalam menunjang pertumbuhan

ekonomi Kota Baubau. Langkah-langkah pemerintah Kota Baubau dalam

menunjang pengembangan Kota Baubau menjadi kota pelabuhan adalah sebagai

berikut:

1. Pengembangan Jaringan Jalan

Pengembangan jaringan jalan merupakan salah satu prioritas utama

pemerintah, bukan hanya oleh pemerintah pusat tetapi juga oleh pemerinah

provinsi dan pemerintah daerah Kota Baubau. Pengembangan jaringan di Kota

Baubau di lakukan untuk membangun hubungan konektivitas antar berbagai

wilayah di Kota Baubau yang berkaitan dengan kelancaran arus transportasi


51

masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas baik sosial maupun ekonomi.

Menurut Idwan (2017: 3), bahwa sistem jaringan jalan di Kota Baubau tidaklah

berdiri sendiri, melainkan terjadi karena ada unsur pembentuknya. Perilaku

penduduk dan kegiatan sosial ekonomi kota ikut andil dalam terbentuknya

jaringan jalan kota yang merupakan fenomena dari kegiatan transportasi kota.

Karakteristik sosial ekonomi penduduk, penggunaan lahan, ketersediaan sarana

dan prasarana transportasi dan pola pergerakan pendududuk merupakan faktor-

faktor terbentuknya jaringan jalan.

Jaringan jalan di Kota Baubau mengalami pengembangan seiring dengan

pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Pengembangan jaringan

jalan dilakukan di berbagai wilayah yang di mulai kawasan pusat kota hingga

kawasan-kawasan lainnya dalam lingkup wilayah administrasi Kota Baubau.

Jaringan jalan di Kota Baubau dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1. Panjang jalan menurut pemerintah yang berwenang di Kota Baubau
(Km), 2016-2020
Pemerintah yang Berwenang 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jalan Negara 62.08 62.7 53.98 55.64 55.64
Jalan Provinsi 7.83 7.83 7.83 7.80 7.80
Jalan Kabupaten/Kota 367.95 402.39 343.92 398.56 401.38
Total 437.86 472.29 411.73 462.00 464.82
Sumber: BPS Kota Baubau 2021

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan jaringan

jalan yang ada di Kota Baubau terdiri dari jalan negara, jalan provinsi dan jalan

kabupaten/kota dimana total keseluruhan panjang jalan yaitu tahun 2016

sepanjang 437.86 km, 2017 sepanjang 472.29 km, 2018 sepanjang 411.73 km,

2019 sepanjang 462.00 km dan 2020 sepanjang 464.82 km. Panjang jalan tersebut

tergolong kedalam jenis permukaan aspal, kerikil, tanah dan lainnya. Untuk
52

panjang jalan kabupaten/kota menurut jenis permukaan dapat dilihat pada tabel

5.2 berikut ini:

Tabel 5.2. Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Baubau (Km), 2016-
2020
Jenis Permukaan 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aspal 331.54 362.15 239.85 237.31 260.08
Kerikil 36.41 40.24 81.54 112.21 127.74
Tanah - - - 49.03 13.56
Lainnya - - 22,53 - -
Total 367.95 402.39 343.92 398.55 401.38
Sumber: BPS Kota Baubau 2021

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dapat dilihat bahwa jenis permukaan jalan

kabupaten/ kota yang ada di Kota Baubau terdiri dari jalan aspal, jalan kerikil,

jalan tanah dan yang lainnya. Total keseluruhan panjang jalan menurut jenis

permukaan di Kota Baubau yaitu tahun 2016 sepanjang 367.95 km, 2017

sepanjang 402.39 km, 2018 sepanjang 343.92 km, 2019 sepanjang 398.55 km dan

2020 sepanjang 401.38 km.

Pengembangan Jaringan jalan di Kota Baubau dilakukan pada tahun 2004

setelah terpilihnya Walikota Dr. H. Mz. Amirul Tamim, M.Si dan Wakil Walikota

Drs. H. LM. Halaka Manarfa secara definitif di Kota Baubau periode 2003-2008.

Walikota Dr. H. Mz. Amirul Tamim, M.Si dan Wakil Walikota Drs. H. LM.

Halaka Manarfa adalah pejabat pertama yang menakhodai kepemimpinan setelah

Kota Baubau memperoleh status kota pada tahun 2001.

Menurut LM. Taslim, bahwa pada masa pemerintahan Walikota Dr. H.

Mz. Amirul Tamim, M.Si, Jaringan jalan di Kota Baubau mulai di kembangkan

dan ditata dengaan baik dari pusat kota hingga ke kawasan yang baru berkembang

(pinggiran). Awal pengembangan jaringan jalan dimulai pada jalan-jalan protokol


53

kota dari kawasan jalan Yos Sudarso, jalan poros Betoambari hingga pusat-pusat

pemukiman masyarakat di Kota Baubau (wawancara 24 Februari 2021).

Selain pengembangan jaringan jalan dikawasan pusat Kota Baubau,

pengembangan jaringan jalan jugan dilakukan di kawasan perbukitan yang

sebelumnya merupakan kawasan tidak terbangun seperti hutan dan lahan-lahan

kosong yang mengintari kawasan pusat Kota Baubau. Menurut Muhammad

Yusran Achmad, bahwa upaya pengembangan jaringan jalan di kawasan

perbukitan Kota Baubau dilakukan pada tahun 2004 melalui Dinas PUPR

(Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) yang di fokuskan pada pengembangan

pembangunan kota baru Palagimata yang saat ini telah menjadi area perkantoran

dan pemukiman masyarakat Kota Baubau (wawancara, 23 Februari 2021).

Pengembangan jaringan jalan di Kota Baubau tidak hanya dilakukan pada

masa pemerintahan Walikota Dr. H. Mz. Amirul Tamim M.Si tetapi juga

dilakukan pada masa pemerintahan Walikota Dr. H. AS. Tamrin, M.H yang

ditandai dengan terbangunnya jaringan jalan lingkar kurang lebih sepanjang 25

kilometer yang menguhubungkan wilayah Kecamatan Bungi, Sorawolio dan

Betoambari. Menurut LM. Taslim, bahwa pembangunan jalan lingkar oleh

pemerintah Kota Baubau dilakukan pada tahun 2016 sebagai alternatif untuk

memudahkan mobilitas masyarakat karena kondisi jalan di pusat kota sudah

semakin padat. Pembangunan jalan lingkar ini sempat terhenti karena keterbatasan

anggaran. Namun setelah mendapat pasokan anggaran dari APBD Provinsi

Sulawesi Tengara, pembangunannya kembali dilakukan dan ditargetkan akan

rampung paling lambat tahun 2022 mendatang (wawancara 24 Februari 2021).


54

Sebelum dilakukan pengembangan, kondisi jaringan jalan di Kota Baubau

sangat sempit dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Sehingga ketika

dilakukan pengembangan, lebih mengutamakan desain lebar bahu jalan dan

dilakukan pengaspalan menggunakan aspal hotmiks agar dapat digunakan dalam

jangka waktu yang lama. Pengembangan jaringan jalan di Kota Baubau dapat

dilihat pada gambar 5.1 berikut ini:

(a) (b)

(c)
Gambar 5.1. (a) jaringan jalan palagimata (b) jaringan jalan lingkar Kota Baubau
(c) lampu merah dan lampu jalan (Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tahun 2021)
Berdasarkan gambar 5.1 di atas, pengembangan jaringan jalan di Kota

Baubau telah dilakukan oleh pemerintah Kota Baubau. Kondisi jaringan jalan di

Kota Baubau terlihat tampak lebar dan di aspal dengan menggunakan aspal

hotmiks yang kerap digunakan di sejumlah kota metropolitan di Indonesia.


55

Sementara itu, terkhusus jaringan jalan di pusat Kota Baubau dilengkapi dengan

pemasangan lampu merah (traffic light) dan lampu jalan.

Meningkatnya pengguna jalan raya sebagai efek dari pengembangan jalan

yang berkualitas maka jaringan jalan yang berada di pusat Kota Baubau

dilengkapi dengan pemasangan lampu merah (traffict ligt) dan lampu jalan

sehingga menciptakan kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan. Menurut

Muhammad Yusran Achmad, bahwa pemasangan lampu merah (traffict ligt) dan

lampu jalan lainnya di pusat Kota Baubau dilakukan melaui kerja sama

pemerintah kota dengan pihak PT. Pembangkit Listrik Negara (PLN). Setelah

mendapat pasokan daya listik yang besar, pemerintah Kota Baubau melakukan

pemasangan lampu merah (traffict light) dan lampu jalan di beberapa titik jalan

dalam wilayah Kota Baubau. Upaya Pemerintah kota Baubau ini mendapat respon

positif dari masyarakat dan pihak Kepolisian Lalu Lintas dalam menekan

terjadinya kecelakaan lalu lintas (wawancara 23 Februari 2021).

Terselenggaranya pengembangan jaringan jalan membawa perubahan

yang signifikan di semua sendi kehidupan masyarakat Kota Baubau.

Perkembangan jaringa jalan yang sebelumnya hanya terfokus pada pusat

perkotaan kini telah dikembangkan secara keseluruhan di wilayah Kota Baubau

seiring dengan perkembangan Kota Baubau menjadi kota pelabuhan. Saat ini Kota

Baubau mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menunjukan kehidupan

perkotaan yang modern sebagai akibat dari masifnya pengembangan jaringan

jalan untuk mendukung perkembangan Kota Baubau menjadi kota pelabuhan di

wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.


56

Sebagai kota pelabuhan, keberadaan jaringan jalan di Kota Baubau

menjadi aspek terpenting dalam mendukung terselenggaranya fungsi Kota Baubau

sebagai kota pelabuhan. Adanya jaringan jalan yang menghubungkan berbagai

wilayah di Kota Baubau dapat menciptakan kelancaran mobilitas orang maupun

barang dan jasa melalui transportasi darat.

2. Perbaikan Infrastruktur Pelabuhan

Pembangunan infrastruktur pelabuhan di Kota Baubau telah dilakukan

sebelum Kota Baubau berstatus sebagai kota. Namun dalam perkembangannya

belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah yang saat itu masih berada

dalam wilayah administrasi Kabupaten Buton. Sejak Kota Baubau memisahkan

diri dari Kabupaten Buton dan berstatus sebagai Kota pada tahun 2001,

pembangunan dan perbaikan infrastruktur pelabuhan telah menjadi prioritas utama

dalam pengembangan Kota Baubau menjadi kota pelabuhan.

Menurut LM. Taslim, bahwa dalam konsep pembangunan pemerintah

Kota Baubau, perbaikan infrastruktur pelabuhan merupakan salah satu program

penting pemerintah Kota Baubau untuk mengembangkan Kota Baubau sebagai

kota pelabuhan. Perbaikan infrastruktur pelabuhan lebih banyak difokuskan pada

Pelabuhan Murhum sebagai pelabuhan nasional yang kedudukannya sangat

penting dalam menentukan sistem transportasi laut di banding pelabuhan lainnya

yang ukuran dan volumenya lebih kecil di Kota Baubau (wawancara 24 Februari

2021).

Perbaikan Pelabuhan Murhum dilakukan untuk memaksimalkan kapasitas

dermaga dalam menampung berbagai jenis kapal yang beroperasi di Kota Baubau.

Jenis kapal yang beroperasi di Pelabuhan Murhum Kota Baubau terdiri dari 43
57

unit armada diantaranya 11 unit merupakan kapal penumpang (Pelni) dan 32 unit

lainnya bukan kapal penumpang (Pelni). Jumlah kegiatan angkutan laut di

Pelabuhan Murhum Baubau dapat diliihat pada tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3. Kegiatan angkutan laut di Pelabuhan Murhum Baubau


Kunjungan Barang (T/M3) Penumpang (Orang)
Tahun
Kapal (Unit) Bongkar Muat Turun Naik
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2016 3.928 231.979 104.204 314.865 352.247
2017 3.711 250.267 145.002 330.939 395.566
2018 3.847 310.164 163.776 357.514 426.302
2019 9.643 2.084.343 1.826.282 584.092 688.075
2020 2.301 472.946 233.879 169.725 203.914
Sumber: Unit Penyelenggara Pelabuhan Baubau
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan angkutan laut

yang berlangsung di Pelabuhan Murhum Baubau terus mengalami peningkatan

dalam kurun tahun 2016 hingga 2019. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan bongkar

muat barang dan naik turun penumpang di Pelabuhan Murhum Baubau.

Sedangkan pada tahun 2020 kegiatan angkutan laut mengalami penurunan karena

di sebabkan oleh pembatasan kegiatan kapal karena masih dalam keadaan lock

down untuk mengurangi penyebaran covid 19 di berbagai daerah di Indonesia.

Perbaikan pelabuhan Murhum mulai dilakukan pada masa pemerintahan

Drs. H. Umar Abibu, M.Si sebagai Pelaksana Jabatan Walikota Baubau tahun

2001-2003 sebelum terpilihnya Dr. H. Mz. Amirul Tamim M.Si sebagai Walikota

definitif Kota Baubau. Sebelumnya Pelabuhan Murhum hanya memiliki satu

dermaga yang digunakan untuk tempat bersandar kapal dalam melakukan kegiatan

bongkar muat barang maupun penumpang. Namun seiring meningkatnya

kunjungan kapal, selain kondisinya yang sudah termakan usia juga kondisi

dermaga sudah tidak dapat menampung kapal. Oleh karena itu, di lakukan

perbaikan dan penataan kembali oleh pemerintah Kota Baubau.


58

Menurut LM. Taslim, bahwa untuk menciptakan aktivitas transportasi

kapal yang aman, efektif dan efisien maka perbaikan Pelabuhan Murhum

dikembangan menjadi 4 (empat) dermaga yang sebelumnya hanya terdiri dari 1

(satu) dermaga penumpang. Ke 4 (empat) dermaga itu dikembangkan secara

bertahap oleh pemerintah Kota Baubau, diantaranya meliputi dermaga finger I

dibangunan pada tahun 2002 untuk kegiatan kapal kargo, dermaga finger II

dibangun pada tahun 2011-2013 untuk kegiatan kapal cepat bersamaan dengan,

dermaga utama II untuk kegiatan kapal kontainer dan dermaga Utama I yang

dibangun pada tahun 2015 untuk kegiatan kapal penumpang (Pelni). Selain itu

juga dilakukan perluasan kawasan area pelabuhan yang sebelumnya sangat

terbatas untuk bangunan ruang tunggu penumpang dan lapangan parkir.

Selain pelabuhan Murhum, pemerintah juga berupaya untuk melakukan

perbaikan dan perkembangan pada pelabuhan lokal lainnya karena keberadaan

pelabuhan lokal menjadi aspek terpenting dalam mendukung kegiatan mobilisasi

penduduk Kota Baubau ke daerah-daerah pulau disekitarnya. Menurut Muhlis,

bahwa tingkat kenyamanan dan keamanan penumpang merupakan prioritas utama

pemerintah dalam memberikan tingkat pelayanan dalam lingkup pelabuhan Kota

Baubau. Sejumlah pelabuhan lokal di Kota Baubau dilakukan perbaikan baik dari

sisi dermaga maupun fasilitas eksisting lainnya (wawancara 23 Februari 2021).

Perbaikan infrastruktur pelabuhan di Kota Baubau pada prinsipnya, dapat

memperlancar mobilitas dan distribusi kebutuhan pokok, kendaraan maupun

orang serta mewujudkan program pemerintah daerah di Kota Baubau terkait

pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Infrastruktur pelabuhan di

Kota Baubau dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut ini :


59

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)
Gambar 5.2. (a) Pelabuhan Murhum (b) Terminal Penumpang (c) Kantor UPP
Kelas I Baubau (d) Loket Penjualan Tiket. (e) Pelabuhan Fery (f)
Pelabuhan Jembatan Batu (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun
2021)

Berdasarkan gambar 5.2 di atas, pemerintah Kota Baubau telah melakukan

perbaikan pada infrastruktur pelabuhan. infrastruktur pelabuhan mengalami

peningkatan dan telah di lengkapi dengan berbagai fasilitas eksisting yang terdiri

dari dermaga, terminal penumpang, kantor pelabuhan dan loket penjualan tiket.

Perbaikan infrastruktur pelabuhan di Kota Baubau sangat penting dalam

menunjang pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan.


60

Pelabuhan Baubau merupakan pelabuhan yang sangat ramai di kunjungi

oleh berbagai jenis kapal mulai dari jenis kapal penumpang (Pelni), Kapal

penumpang (Superjet), kapal barang, kapal cargo dan kapal container. Keberadaan

pelabuhan di Kota Baubau terdiri dari pelabuhan lokal dan pelabuhan nasional.

Pelabuhan lokal terdiri dari pelabuhan jembatan Batu, pelabuhan Penyeberangan

Wolio dan pelabuhan Topa. Sedangkan pelabuhan nasional merupakan Pelabuhan

Murhum yang terletak di kelurahan Wale Kecamatan Wolio.

Menurut Menurut Muhlis, bahwa pelabuhan lokal berfungsi sebagai

pelabuhan sekunder yang melayani pergerakan penduduk Kota Baubau dengan

pulau-pulau di sekitarnya seperti Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana dan

Kabupaten Buton, Buton Tengah. Sementra pelabuhan nasional yaitu pelabuhan

Murhum berfungsi sebagai pelabuhan tersier yang melayani angkutan penumpang

dari berbagai kota-kota lain di Indonesia seperti Raha, Kendari, Makassar,

Ambon, Balik Papan, Surabaya dan lain-lain (wawancara 23 Februari 2021).

Upaya perbaikan dan perkembangan infrastruktur pelabuhan terus

dilakukan oleh pemerintah Kota Baubau, hingga saat ini Kota Baubau berperan

sebagai salah satu kota pelabuhan terpenting di Sulawesi Tenggara. Dalam

perkembangannya sebagai kota pelabuhan, tidak terlepas dari upaya pemerintah

kota dalam membuka akses dan membangun hubungan konektivitas antar daerah

yang seluas-luasnya Selain itu, terbangunnya infrastruktur perkotaan lainnya

menjadi satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat terpisahkan dalam terwujudnya

Kota Baubau menjadi kota pelabuhan.


61

3. Pengembangan Bandar Udara

Kota Baubau memiliki Bandar udara yang dibangun di Kecamatan

Betoambari tepatnya pada titik koordinat 0528’ Lintang Selatan dan 12234’

Bujur Timur. Pembangunan Bandar Udara Betoambari pertama kali dilakukan

pada tahun 1976 dan saat itu belum difungsikan untuk melayani penumpang

keberbagai daerah karena kondisinya fasilitasnya yang masih terbatas,

sebagaimana yang di kemukakan oleh Mantouw dkk (2018: 672), bahwa untuk

mendukung semua kegiatan yang berlangsung dalam lapangan terbang maka

komponen lapangan terbang harus memadai dan berfungsi dengan baik.

Pengembangan Bandar Udara Betoambari dilakukan seiring dengan

pengembangan Kota Baubau setelah di tetapkan sebagai daerah otonom dengan

status kota. Sebagai daerah pusat aktivitas masyarakat di Pulau Buton,

pengembangan Bandar Udara Betoambari semakin meningkat mengikuti pola

pergerakan masyarakat yang sangat bergantung dengan keberadaan transportasi

udara.

Pada awal pengoperasian Bandar Udara Betoambari, hanya disinggahi

oleh pesawat penerbangan swasta pada tahun 2003 dengan kapasitas penumpang

kurang dari 100 oang, namun seiring meningkatnya jumlah penumpang yang

dapat dilihat dari pemesanan tiket keberangkatan, maka pengembangan bandar

udara dan penambahan maskapai penerbangan terus dilakukan. Hingga saat ini,

jumlah pesawat yang beroperasi terdiri dari 4 unit diantaranya pesawat Aom

French Airlines, Wings Air, Garuda Indonesia dan Citilink. Untuk kegiatan

angkutan udara yang berlangsung di Bandar Udara Betoambari dapat diliihat pada

tabel 5.4 berikut ini:


62

Tabel 5.4. Kegiatan angkutan udara di Bandar Udara Betoambari


Kunjungan Pesawat (Unit) Penumpang (Orang)
Tahun
Datang Berangkat Datang Berangkat
(1) (2) (3) (4) (5)
2016 1.265 1.264 76.458 7.022
2017 2.163 2.161 123.325 119.006
2018 2.479 2.480 134.655 133.664
2019 1.583 1.588 86.152 86.710
2020 1.084 1.084 54.013 50.961
Sumber: Statistik Transportasi Provinsi Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan angkutan udara

di Bandar Udara Betoambari dalam kurun waktu tahun 2016 hingga 2018 terus

mengalami peningkatan baik dari kunjungan pesawat maupun penumpang yang

datang dan berangkat. Sedangkan dalam kurun waktu tahun 2019 hingga 2020,

kegiatan angkutan udara di Bandar Udara Betoambari mengalami penurunan

karena pada tahun tersebut ada pembatasan kegiatan angkutan udara untuk

menekan penyebaran covid 19 di Sulawesi Tenggara.

Pengembangan Bandar Udara Betoambari mulai dilakukan sejak Kota

Baubau memperoleh status kota pada tahun 2001 dimasa kepemimpinan Drs. H.

Umar Abibu, M.Si sebagai Pelaksana Jabatan Walikota Baubau tahun 2001-2003.

Menurut Efendi (2019: 1), bahwa Bandar Udara Betoambari merupakan bandar

udara perintis yang di dirikan pada tahun 1979 dan sempat tidak diguanakan.

Namun pada tahun 2001 landasan bandar udara ini mulai di perbaiki dan pada

tahun 2003 sebuah pesawat penerbangan swasta yang berkapasitas 54 orang

mendarat di Bandar udara ini hingga sekarang bertambah dua maskapai

penerbangan.

Seiring meningkatnya arus penumpang baik saat keberangkatan maupun

kedatangan, pemerintah Kota Baubau dimasa kepemimpinan Walikota Dr. H. AS.

Tamrin, M.H diperiode pertamanya tahun 2013-2018 kembali melakukan


63

pengembangan pada Bandara Udara Betoambari untuk memaksimalkan pelayanan

penumpang di Kota Baubau. Pengembangan Bandar Udara Betoambari yang

dilakukan pada kepemimpinan Walikota Dr. H. AS. Tamrin, M.H meliputi

perbaikan kantor bandara udara, terminal penumpang, apron dan perpanjangan

landasan pacu pesawat dan pembangunan menara pengontrol.

Menurut LM. Taslim, bahwa pengembangan Bandar udara Betoambari

menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah Kota Baubau dalam memberikan

tingkat pelayanan yang maksimal kepada masyarakat di Kota Baubau dan

sekitarnya. Pengembangan Bandar udara Betoambari dilakukan pada tahun 2014

dan selanjutnya kembali dilakukan pada tahun 2018 yang meliputi landasan pacu,

apron dan terminal penumpang. Saat ini panjang landasan pacu yang dibangun

oleh pemerintah Kota Baubau mencapai 2000 meter dan luas terminal 1.358,82 m2

untuk kapasitas kurang lebih 240 orang pada jam sibuk (wawancara 24 Februari

2021).

Salah satu komitmen pemerintah dalam mendorong perkembangan Kota

Baubau diwujudkan dengan pembangunan Bandar Udara Betoambari untuk

meningkatkan konektivitas daerah, membuka kesempatan kerja yang pada

akhirnya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Menurut La Ode

Ali Hasan, bahwa keberadaan Bandar Udara Betoambari sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Baubau. peningkatan aksebilitas tansportasi

udara merupakan kemajuan berharga baik dari sisi ekonomi, sosial budaya

maupun aspek lainnya dalam menunjang percepatan pembangunan Kota Baubau.

Mobilitas masyarakat yang memanfaatkan Bandar Udara Betoambari baik


64

keberangkatan maupun kedatangan terus mengalami peningkaan seiring

perkembangan tahun (wawancara 22 Februari 2021),

Kedudukan Bandar Udara Betoambari sangat strategis karena berdekatan

dengan Bandar Udara Hasanuddin Makassar yang merupakan pintu gerbang udara

utama ke kawasan timur Indonesia. Peran Bandar Udara Betoambari sebagai

bandar udara perintis sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan

ekonomi Kota Baubau. Seiring perkembangan pembangunan dan mobilitas

masyarakat di Kota Baubau, keberadaan Bandar Udara Betoambari terus

mengalami pengembangan. Pengembangan Bandar Udara Betoambari dapat

dilihat pada gambar 5.3 berikut ini :

(a) (b)
Gambar 5.3. (a) Bandar Udara Betoambari (b) landasan pacu Bandar Udara
Betoambari (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun 2021
Berdasarkan gambar 5.3 di atas, terlihat pengembangan Bandar Udara

Betoambari mengalami peningkatan, pengembangan tersebut dapat dilihat dari

bentuk bangunan fisik pada Bandar udara dimana pada awal pembangunannya

pada tahun 1979 sempat tidak difungsikan dan tahun 2001 bandar udara tersebut

mulai di kembangkan dan di fungsikan kembali oleh pemerintah Kota Baubau.

Letak geografis Kota Baubau yang cukup strategis yang didukung dengan

transportasi udara merupakan salah satu wujud pembangunan yang dilakukan oleh
65

pemerintah dalam mendukung program jangka panjang Kota Baubau sebagai

pusat perdagangan dan pelayanan jasa yang nyaman, maju, sejahtera dan

berbudaya.

4. Pengembangan Kawasan Perdagangan

Pengembangan kawasan perdagangan di Kota Baubau di dukung oleh

letak geografis wilayahnya yang strategis dalam jalur pelayaran dan perdagangan

nasional. Menurut Bappeda (2018: 67), bahwa Kota Baubau sebagai pintu

gerbang Sulawesi Tenggara dari dan ke Kawasan Barat maupun Kawasan Timur

Indonesia ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan

ekonomi yang diproriotaskan sebagai kawasan berbasis pada pengembangan

perdagangan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara

dan daerah hiterlandnya. Kawasan strategis propinsi yang ada di Kota Baubau

adalah kawasan sekitar pelabuhan Murhum dan pelabuhan Jembatan Batu yang

ada di kelurahan Wale Kecamatan Wolio.

Setelah Kota Baubau meperoleh status sebagai daerah otonom, Sejumlah

kawasan di Kota Baubau di kembangkan menjadi kawasan perdagangan guna

menarik investasi perdagangan dan memudahkan masyarakat dalam memperoleh

segala kebutuhannya. Perkembangan kawasan perdagangan dilakukan sebagai

tempat untuk melakukan usaha kegiatan perdagangan dalam meningkatkan

perekonomian Kota Baubau. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan barang

dan jasa dapat menciptakan peluang usaha perdagangan sehingga mendorong

terbangunnya sarana perdagangan dalam menyediakan kebutuhan masyarakat.

Jumlah sarana perdagangan yang terbangun di Kota Baubau dapat dilihat pada

tabel 5.5 berikut ini:


66

Tabel 5.5. Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenisnya, 2016-2020


Jenis Sarana Perdagangan 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pasar 5 5 5 5
Toko 449 449 510 571
Kios - - - -
Warung - - - -
Jumlah/Total 454 454 515 576
Sumber: BPS Kota Baubau, 2021

Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dapat dilihat bahwa secara umum, sarana

perdagangan yang terbangun di Kota Baubau terdiri dari pasar, pertokoan, kios

dan warung. Namun, untuk jumlah kios dan warung tidak terdata dalam BPS Kota

Baubau, 2021. Jumlah sarana perdagangan yang terbangun di Kota Baubau

mengalami perkembangan dimana pada tahun 2017 berjumlah 454, 2018

berjumlah 454, 2019 berjumlah 515 dan 2020 berjumlah 576. Perkembangan

sarana perdagangan seperti pasar dan pertokoan tersebut terjadi seiring dengan

perkembangan kawasan perdagangan yang dilakukan oleh pemerintah Kota

Baubau.

Pengembangan kawasan perdagangan dilakukan seiring dengan

pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Menurut Bapak La Ode Ali

Hasan, bahwa terbangunnya kawasan perdagangan di Kota Baubau berkaitan erat

dengan fungsi Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dimana distribusi barang dan

jasa dapat dilakukan melalui sejumlah pelabuhan yang ada di Kota Baubau.

Kondisi ini dapat mendorong terciptanya peluang usaha perdagangan sehingga

mempengaruhi pemanfaatan kawasan kota untuk kegiatan perdagangan

(wawancara, 22 Februari 2021).

Kawasan perdagangan dikembangkan di berbagai wilayah salah satunya di

kawasan yang dekat dengan pelabuhan Kota Baubau. Salah satu kawasan yang
67

strategis di Kota Baubau adalah kawasan yang saat ini dekat dengan pelabuhan

baubau. Kawasan tersebut di kembangkan menjadi kawasan perdagangan oleh

pemerintah Kota Baubau karena selain berada di pusat kota juga dekat dengan

pelabuhan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang. Selain

itu, di beberapa kawasan lainnya seperti di jalan Wolter Mongonsidi dan jalan

Sultan Hasanudin juga di kembangkan menjadi kawasan perdagangan.

Kawasan perdagangan yang di kembangkan di Kota Baubau dimanfaatkan

sebagai kawasan kawasan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan toko moderen

seperti kompleks pertokoan, Mall dan Lippo Plaza. Kawasan perdagangan yang di

kembangkan di Kota Baubau dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini :

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 5.4. (a) pasar tradisional (b) Mall Umna Rijoli (c) supermarket Lippo
Plaza. (d) pertokoan (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun 2021)
68

Berdasarkan gambar 5.4 di atas, terlihat sejumlah sarana perdagangan

telah terbangun di Kota Baubau. Sarana perdagangan tersebut, terbangun seiring

dengan perputaran roda perekonomian sebagai bentuk perkembangan kawasan

perdagangan di Kota Baubau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

menunjang kesejahteraan masyarakatnya.

Kawasan pasar tradisonal berfungsi sebagai tempat untuk transaksi jual

beli masyarakat di wilayah Kota Baubau. untuk pasar dengan skala pelayanan

kota yaitu pasar Wameo di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro, Pasar Karya

Nugraha di Kelurahan Bataraguru Kecamatan Wolio dan pasar Sentral di

Kelurahan Wale Kecamatan Wolio. Sedangkan pasar dengan skala pelayanan sub

wilayah kota merupakan pasar mingguan yang terdapat di Kelurahan Karya Baru

Kecamatan Sora Wolio, Kelurahan Ngkaringkari Kecamatan Bungi dan

Kelurahan Lowu-Lowu, Kelurahan Kalia-lia, Kelurahan Palabusa di Kecamatan

Lea-Lea.

Kawasan pusat perbelanjaan toko moderen seperti kompleks pertokoan

dan Lippo Plaza sudah berkembang di Kota Baubau. Kompleks pertokoan

terdapat di jalan Wolter Mongonsidi Kelurahan Kelurahan Wale Kecamatan

Wolio. Sedangkan Lippo plaza Buton terdapat di jalan Sultan Hasanudin

Kelurahan Batulo Kecamatan Wolio. Kawasan perdagangan tersebut merupakan

kawasan perdagangan skala regional kota yang dikembangkan di Kota Baubau.

Perkembangan kawasan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan moderen

masih akan dilakukan pusat-pusat kecamatan masih terbuka peluang untuk

investasi (pembangunan) karena masih minimnya jumlah kompleks pertokoan

yang ada di wilayah Kota Baubau. Keseimbangan perekonomian lokal yang


69

sudah ada saat ini tidak berpengaruh signifikan dengan keberadaan pusat

perbelanjaan moderen yang dikembangkan di Kota Baubau.

Tersedianya kawasan perdagangan yang dikembangkan oleh pemerintah

Kota Baubau berdampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Sarana perdagangan yang ikut terbangun seiring dengan perkembangan kawasan

perdagangan di Kota Baubau adalah sarana perhotelan dan pergudagan. Dimana,

sarana tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Baubau. Sarana

perhotelan yang terbangun di Kota Baubau dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6. Jumlah Hotel Menurut Kecamatan di Kota Baubau, 2016-2020


Hotel
Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Betoambari 2 3 3 3 3
Murhum 2 2 2 2 1
Batupoaro 3 3 3 3 4
Wolio 45 45 45 45 42
Kokalukuna 7 6 6 6 6
Sorawolio - - - - -
Bungi - - - - -
Lea-Lea - - - - -
Baubau 59 59 59 61 58
Sumber: BPS Kota Baubau, 2021

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, dapat dilihat bahwa sarana hotel yang

terbangun di Kota Baubau tersebar di beberapa kecamatan di Kota Baubau. Pada

tahun 2016 jumlah hotel yang terbangun berjumlah 59 unit, 2017 berjumlah 59

unit, 2018 berjumlah 59 unit, 2019 berjumlah 61 unit dan 2020 berjumlah 58 unit.

Tumbuh dan berkembangnya hotel dan penginapan sebagai infrastruktur

penunjang Kota Baubau, diantaranya yaitu: Hotel Ratu Rajawali, Hotel Hanura,

Hotel Mira, Hotel Mustia, Hotel De Bora, Hotel Roscihan, Hotel Lina, dan

sejumlah Losmen dan penginapan lainnya di Kota Baubau. Sarana perdagangan


70

seperti perhotelan dan pergudangan yang ikut terbangun di Kota Baubau dapat

dilihat pada gambar 5.5 berikut ini:

(a) (b)
Gambar 5.5. (a) perhotelan (b) kawasan pergudangan (Sumber: Dokumentasi
Pribadi Kota Baubau Tahun 2021)
Berdasarkan gambar 5.5 di atas, terlihat sejumlah sarana perhotelan dan

kawasan pergudangan dalam meningkatkan sistem ekonomi di Kota Baubau.

Menurut La Ode Ali Hasan, bahwa perwajahan perkotaan ini digambarkan dengan

menggeliatnya sektor-sektor jasa dari perekonomian, seperti tumbuh kembangnya

perhotelan, wisma yang menunjang masuknya arus keluar masuk orang ke kota

ini. Sedangkan pergudangan dapat menunjang kegiatan industri yang akan

dikembangkan, saat ini perlu dilengkapi pula areal pergudangan yang diarahkan

dikacamatan Kokalukuna dan Bugi yang berbatasan dengan lahan industri dan

perkantoran. Gudang-gudang diperuntukan antara lain tempat penyimpanan

sembako, hasil pertanian dan perikanan, serta souvenir (wawancara, 22 Februari

2021).

Perkembangan kawasan perdagangan di Kota Baubau tidak hanya

berpengaruh terhadap meningkatnya kegiatan perdagangan di dalam kota tetapi

juga berpengaruh terhadap meningkatnya perdagangan antar pulau di daerah-

daerah hiterlandnya. Meningkatnya perdagangan antar pulau ini di dukung oleh

sarana transportasi angkutan barang yang langsung di distribusikan melalui


71

pelabuhan yang ada di Kota Baubau baik dalam skala besar maupun skala kecil.

Sarana angkutan barang perdagangan antar pulau dapat dilihat pada gambar 5.6

berikut ini :

(a) (b)

(c)
Gambar 5.6. (a) gerobak angkutan barang (b) kapal angkutan barang (c)
kendaraan angkutan barang (Sumber : Mulya dkk., 2018)
Berdasarkan gambar 5.6 di atas, terlihat sarana pengangkutan barang yang

biasa digunakan dalam pendistribusian barang untuk menunjang kegiatan

perdagangan antar pulau berupa gerobak, kapal dan kendaraan. Pengangkutan

barang kepelabuhan menggunakan gerobak dan kendaraan pengangkutan.

Sedangkan kapal digunakan sebagai sarana pengangkutan barang ke berbagai

pulau yang menjadi tujuan perdagangan.

Menurut La Ode Ali Hasan, bahwa dalam kegiatan perdagangan antar

pulau, barang-barang yang diperdagangkan di Kota Baubau terdiri dari dua

kelompok. Kelompok yang pertama adalah komoditas hasil bumi yang meliputi:

hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan hasil hutan. Sedangkan kelompok


72

kedua adalah komoditas hasil laut yang meliputi ikan dan hasil-hasil laut lainnya.

Kegiatan perdagangan antar pulau didukung oleh saran transportasi dan

keberadaan pelabuhan sebagai penghubung kegiatan perdagangan antara wilayah

Kota Baubau dan wilayah lainnya (wawancara 22 Februari 2021).

Kegiatan perdagangan antar pulau dilakukan di daerah-daerah hiterlandnya

yaitu Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Buton Selatan,

Kabupaten Muna dan Kabupaten Wakatobi. Kota Baubau merupakan salah satu

kota yang memiliki fungsi perkotaan dan pusat pertumbuhan bagi daerah

hiterlandya.

Dengan meningkatnya kegiatan perdagangan antar pulau, saat ini Kota

Baubau berperan sebagai daerah akumulator hasil produksi dan distributor

kebutuhan bagi daerah hiterlanda tersebut. Menurut (Mulya dkk (2018: 650),

bahwa Kota Baubau merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Tenggara

selain Kota Kendari yang memiliki fungi perkotaan dan pusat pertumbuhan bagi

wilayah sekitarnya. Berbagai prasarana perdagangan terbangun dan beroperasi di

Kota Baubau. Kondisi ini menjadi modal dasar dalam pembangunan kawasan

perdagangan.

Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah untuk mewujudkan Kota Baubau

sebagai pusat perdagangan dan jasa, maka pemerintah Kota Baubau melakukan

upaya perkembangan kawasan perdagangan untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi daerah dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Menurut

Bapak La Ode Ali Hasan, bahwa sebagai kota yang memiliki kedudukan yang

strategis dalam jalur lalu lintas perdagangan di wilayah Indonesia Timur, maka

perkembangan kawasan perdagangan di Kota Baubau menjadi aspek terpenting


73

dan merupakan salah satu prioritas utama yang diselenggarakan oleh pemerintah

dengan memanfaatkan kawasan strategis kota dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi Kota Baubau (wawancara, 22 Februari 2021).

5. Pengembangan Pariwisata

Kota Baubau dikenal sebagai daerah yang memiliki objek wisata yang

kaya akan sejarah dan budaya serta keindahan alamnya yang memukau sebagai

daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Menurut Singka dkk

(2011: 102), bahwa Kota Baubau adalah kota yang memiliki arti penting dalam

strategi pengembangan industri pariwisata. Selain kaya dengan obyek wisata

budaya dan sejarah, serta keindahan alam, salah satu kota tua di Kawasan timur

Indonesia ini juga bisa berfungsi sebagai pintu masuk bagi yang strategis untuk

dikembangkan menjadi kawasan pariwisata para wisatawan yang akan

mengunjungi berbagai objek dan tujuan wisata yang tersebar di kepulaun Buton.

Sebagai daerah peninggalan Kesultanan Buton dan pemerintah Hindia

Belanda, Kota Baubau sangat potensial untuk pengembangan pariwisata.

Pengembangan pariwisata di Kota Baubau diarahkan pada peran pariwisata dalam

meningkatkan kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja dan

kesempatan berusaha dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Pengembangan pariwisata merupakan upaya pemerintah untuk

memanfaakan dan mengembangkan berbagai potensi wisata dalam memberikan

keuntungan yang besar bagi pembangunan daerah dari sudut kepentingan

ekonomi. Menurut Bapak LM. Taslim, bahwa perkembangan kawasan pariwisata

tentu dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kota


74

Baubau. Dilain sisi berkembangnya kegiatan pariwisata dapat memberi peluang

bagi masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui

penyediaan kebutuhan dasar seperti penjualan makanan, cinderamata maupun

penyewaan penginapan untuk para wisatawan (wawancara, 24 Februari 2021).

Pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan secara umum relevan

jika perkembangaanya mendapat perhatian dari pemerintah. Kedudukan Kota

Baubau sebagai kota pelabuhan dapat memberi manfaat bagi perkembangan

kawasan pariwisata dimana kemudahan akses menjadi faktor penting dalam

menarik kunjungan wisatawan di Kota Baubau. Menurut Bapak Sudin Rioma,

bahwa Kota Baubau sebagai kota pelabuhan telah ditata dan dikelola secara baik

oleh pemerintah daerah Kota Baubau dengan cara melakukan penataan dan

pemetaan wilayah sesuai dengan potensi ekonomi yang akan dikembangkan untuk

pertumbuhan ekonomi Kota Baubau. Adanya pelabuhan, bandara dan jaringan

jalan darat yang menghubungkan berbagai wilayah dapat memudahkan wisatawan

baik lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi kawasan pariwisata yang

tersedia di Kota Baubau (wawancara, 9 Februari 2021).

Tersedianya kawasan pariwisata yang menyajikan berbagai obyek wisata

baik wisata budaya, wisata alam, maupun wisata buatan dapat meningkatkan

kuantitas dan kualitas kunjungan wisatawan ke Kota Baubau. Pengembangan

pariwisata yang telah di lakukan di daerah Kota Baubau adalah sebagai berikut :

1. Wisata budaya

Wisata budaya yang dikembangkan di Kota Baubau terdiri dari bangunan

peninggalan sejarah serta budaya yang berkembang di masyarakat yang meliputi


75

Benteng Keraton Buton, Pulau Makasar dan kampung tenun Sula yang dapat

dilihat pada gambar 5.7 berikut ini :

(a) (b)

(c)
Gambar 5.7. (a) Benteng Keraton Buton (b) Pulau Makasar (c) kampung tenun
Sula (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun 2021)
Berdasarkan gambar 5.7 diatas, Kota baubau merupakan daerah yang kaya

akan warisan budaya dan bangunan tradisional yang memiliki potensi untuk

menjadi daya tarik wisatawan baik lokal maupun manca negara. Hal ini

dibuktikan dengan adanya kegiatan budaya dan bangunan-bangunan bersejarah

yang sampai saat ini masih terawat dan dilestarikan dengan baik oleh masyarakat

dan pemerintah Kota Baubau sebagai suatu identitas kota ini.

Benteng keraton dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya berbasis

pada bangunan tradisional yang merupakan peninggalan sejarah Kesultanan

Buton. Benteng keraton dikenal sebagai benteng pertahanan terluas di dunia yang
76

dinobatkan pada tahun 2016 oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI)

bersama Guinness Book of World Record. Di kawasan benteng tersebut terdapat

obyek wisata budaya berupa Masjid Agung Kesultanan Buton, Tiang bendera

Kesultanan Buton, Istana Malige/Kamali, makam Sultan Murhum, makam

keluarga pembesar Kesultanan Buton, meriam kuno, batu Popua, batu Wolio dan

gua Arung Palakka (Raja Bone).

Pulau Makasar dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya berbasis

pada kawasan pemukiman dengan tradisi budaya festival air Pulau Makasar yang

masih terjaga dan terus di pertahankan hingga saat ini. Tradisi budaya tersebut

merupakan obyek wisata yang dilaksanakan setiap tahunnya yang disebut

Tuturangiana Andala (memberi makan kepada penguasa laut). Selain itu, juga

diselenggarakan lomba perahu naga untuk memeriahkan festival tersebut.

Kampung tenun Sula dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya

berbasis pada kerajinan tenun kain khas Buton. Kegiatan masyarakat di kampung

ini lebih dominan sebagai penghasil kain Buton terbesar di Kota Baubau. Objek

wisata budaya yang dapat disaksikan dikampung ini selain kegiatan masyarakat

yang menenun kain khas Buton juga kondisi perkampungannya yang penuh

dengan warna warni. Setiap rumah di cat dengan menggunakan warna yang

berbeda-beda dan hampir di setiap inding rumah terdapat lukisan tangan kerajinan

tenun.

2. Wisata alam

Wisata alam yang dikembangkan di Kota Baubau meliputi Pantai

Nirwana, Pantai Lakeba, Batu Sori, Samparona dan Air terjun Tirta Rimba yang

dapat dilihat pada gambar 5.8 berikut ini :


77

(a) (b)

(c) (d)

(e)
Gambar 5.8. (a) Pantai Nirwana (b) Pantai Lakeba (c) Batu Sori (d) Air Terjun
Tirta Rimba (e) Samparona (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun
2021)
Berdasarkan pada gambar 5.8 di atas, terlihat pemerintah Kota Baubau

telah mengembangkan sejumlah kawasan wisata alam dengan objek wisata yang

berbeda-beda sebagai daya tarik untuk wisatawan baik lokal maupun

mancanegara. Dikawasan tersebut juga telah tersedia berbagai fasilitas untuk

kebutuhan wisatawan di kawasan tersebut.


78

Pantai Nirwana merupakan kawasan wisata alam yang dikembangkan

berbasis pada objek wisata pantai yang terletak di Kelurahan Sulaa Kecamatan

Betoambari yang ditempuh dengan jarak ± 10 km dari pusat Kota Baubau.

Hamparan pasir putih yang sangat kontras dengan air laut yang biru jernih serta

keindahan bawah lautnya menjadi daya tarik bagi para wisatawan di lokasi ini.

Wisata alam Pantai Nirwana dilengkapi dengan berbagai fasilitas wisata seperti

tempat parkir, gazebo, toilet, tempat sampah, warung makan, restaurant, dan

tempat penginapan dengan harga yang beragam. Selain itu juga terdapat jasa

penyewaan perlengkapan selam dan ban pelampung yang digunakan untuk

berenang.

Pantai Lakeba merupakan kawasan wisata alam yang dikembangkan

berbasis pada objek wisata pantai yang terletak di Kelurahan Sulaa Kecamatan

Betoambari yang ditempuh dengan jarak ± 5 km dari pusat Kota Baubau. Pantai

Lakeba memiliki objek wisata pantai yang indah sebagai daya tarik wisatwan

berupa hamparan pasir putih yang di sertai dengan kondisi air laut yang jernih di

sepanjang pantai. Wisata alam Pantai Lakeba dilengkapi dengan berbagai fasilitas

wisata berupa tempat parkir, gazebo lengkap dengan kursi dan meja, toilet umum,

tempat sampah, Lakeba Restaurant dan musholla. Selain itu juga tersedia

penyewaan jasa hiburan seperti wahana banana boat, parasailing dan jet ski.

Batu Sori merupakan kawasan wisata alam yang di kembangkan berbasis

pada objek wisata pantai yang terletak di Kelurahan Palabusa Kecamatan Bungi

yang dapat ditempuh dengan jarak ± 25 km dari pusat Kota Baubau. Wisata alam

Batu Sori memiki obyek wisata yang sangat menarik dimana di lokasi tersebut

terdapat jembatan yang dibuat melintasi pantai menuju pulau kecil yang disebut
79

Batu Sori yang tidak jauh dari pinggir pantai. Fasilitas yang tersedia di kawasan

wisata alam Batu Sori yaitu tempat parkiran umum, gazebo, toilet umum, kamar

mandi umum dan tempat dagangan makanan/minuman untuk kebutuhan wisatan.

Tirta Rimba merupakan kawasan wisata alam yang dikembangkan

berbasis pada objek wisata air terjun yang terletak di Kelurahan Kadolomoko

Kecamatan Kokalukuna yang dapat ditempuh dengan jarak ± 7 km dari pusat

Kota Baubau. Wisata alam Tirta Rimba menawarkan objek wisata alam yang

sangat indah berupa air terjun sebagai obyek utamanya yang disertai dengan

nuansa hutan lindung yang sejuk. Fasilitas wisata yang ada di kawasan wisata

alam Tirta Rimba belum memadai untuk menunjang kebutuhan wisatawan namun

di lokasi tersebut telah tersedia tempat parkir dan kolam permandian yang

ditanggul tepat di bawah aliran air terjun.

Samparona merupakan kawasan alam yang di kembangkan berbasis pada

objek wisata hutan pinus yang terletak di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan

Sorawolio yang dapat ditempuh dengan jarak ± 14 km dari pusat Kota Baubau.

Wisata alam Samparona memiliki obyek wisata yang menarik berupa hutan pinus

yang didalamnya tersedia berbagai wahana hiburan seperti rumah pohon, menara

hammock, flying fox, tempat memanah, paint ball, bersepeda di tali dan lain

sebagainya. Wisata alam Samparona dilengkapi dengan fasilitas umum untuk

wisatawan seperti tempat parkiran umum, toilet umum, dan tempat dagangan

makanan/minuman.

Kota Baubau masih memiliki banyak kawasan wisata alam yang

berpotensi sebagai tempat wisata namun keberadaannya belum dikelola dan

dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah Kota Baubau. Sebagian kawasan


80

wisata alam yang belum terkelola tersebut telah terekspos keberadaannya namun

belum dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang layak. Di beberapa wilayah di

kota baubau juga terdapat tempat wisata yang dikelola oleh masyarakat lokal

seperti permandian dll.

3. Kawasan wisata buatan

Kawasan wisata buatan yang di bangun di Kota Baubau merupakan ruang

publik yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan berbagai macam aktifitas

lainnya yang meliputi Pantai Kamali, Kota Mara dan Bukit Wantiro yang dapat

dilihat pada gambar 5.9 berikut ini:

(a) (b)

(c)
Gambar 5.9. (a) Pantai Kamali (b) Kota Mara (c) Bukit Wantiro (Sumber :
Dokumentasi Pribadi Tahun 2021)
Berdasarkan gambar 5.9 di atas, terlihat pemerintah Kota Baubau telah

membangun kawasan wisata buatan yang merupakan ruang publik yang tidak

kalah menariknya dengan kawasan wisata alam yang dikembangkan oleh


81

pemerintah di Kota Baubau. Kawasan tersebut di gunakan sebagai wisata rekreasi

yang dilengkapi dengan berbagai hidangan makanan dan minuman sebagai daya

tarik untuk wisatawan.

Pantai Kamali merupakan kawasan wisata buatan/ruang publik yang

dibangun di atas kawasan reklamasi pantai di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio.

Kawasan ini terletak di pusat Kota Baubau yang dimanfaatkan sebagai tempat

rekreasi pada sore hari hingga menjelang malam dengan menikmati berbagai

macam hidangan makanan dan minuman yang disajikan oleh para pedagang kaki

lima. Selain itu, di Kawasan tersebut terdapat ikon kebanggan Kota Baubau

berupa patung kepala naga yang merepresentasikan kekuatan, kejayaan dan

kegigihan dari Kerajaan Buton Terdahulu. Di bagian barat dari kawasan ini

terdapat ruang parkir dan tempat pedagang kaki lima menjual berbagai macam

barang dagangan.

Kota Mara merupakan kawasan wisata buatan/ruang publik yang dibangun

melalui reklamasi pantai dari Kelurahan Nganganaumala, Wameo dan Kaobula,

Kecamatan Batupoaro. Kota Mara terletak di pusat Kota Baubau yang di

manfaatkan sebagai tempat rekreasi dan berolahraga. Pada sore hari hingga

menjelang malam, kawasan ini banyak di kunjungi oleh wisatawan dan dilengkapi

dengan berbagai macam hidangan makanan dan minuman yang disajikan oleh

para pedagang kaki lima. Sedangkan pada pagi hari kawasan ini dimanfaatkan

sebagai tempat berolahraga baik untuk jogging maupun berjalan santai.

Bukit Wantiro merupakan kawasan wisata buatan/ruang publik yang

dibangun di atas bukit pantai Warumusio Kecamatan Kokalukuna. kawasan ini

dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi pada sore hari hingga menjelang malam dan
82

tidak sedikit pula yang berkunjung di pagi hari. Di kawasan ini terdapat pedagang

yang menyajikan berbagai macam aneka makanan dan minuman untuk dinikmati

wisatawan pada sore hari hingga menjelang malam. Bukit Wantiro menghadap

langsung ke pantai Warumusio yang berada di bawahnya dan di lengkapi dengan

tempat parkir dan lampu hias sebagai penerangan di malam hari.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di ambil berdasarkan hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Kota Baubau merupakan daerah otonom yang ditetapkan pada tahun 2001

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2001. Sebagai daerah yang

baru saja dimekarkan, Kota Baubau mengalami perkembangan sebagai kota

pelabuhan yang disebabkan oleh faktor letak geografis wilayah Kota Baubau

sebagai kota pelabuhan yang berada pada jalur pelayaran dan perdagangan

nasional, faktor kebijakan pemerintah Kota Baubau yang berkaitan dengan

rencana pembangunan jangka panjang Kota Baubau untuk diwujudkan sebagai

kota dagang dan pelayanan jasa, faktor sosial yang berkaitan dengan

pergerakan mobilitas masyarakat ke berbagai daerah, dan faktor ekonomi

hubungannya dengan pertumbuhan daerah Kota Baubau.

2. Pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan merupakan rangkaian

pembangunan yang didasari oleh kebijakan rencana pembangunan jangka

panjang Kota Baubau untuk dijadikan sebagai kota dagang dan pelayanan jasa.

Oleh karena itu, langkah-langkah pemerintah Kota Baubau dalam menunjang

pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan meliputi pengembangan

jaringan jalan di Kota Baubau, perbaikan infrastuktur pelabuhan,

pengembangan Bandar udara, pengembangan kawasan perdagangan dan

pengembangan pariwisata.

83
84

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis ingin memberikan

saran yaitu sebagai daerah yang memiliki kedudukan yang strategis, maka

diharapkan kedepannya perkembangan Kota Baubau tidak hanya terbatas sebagai

kota pelabuhan tetapi dapat juga dikembangkan sebagai derah istimewa yang

setara dengan daerah-daerah lainnya di Indinesia. Hal ini dikarenakan kota baubau

cukup eksis sebagai pusat pemerintahan dari zaman pendudukan Pemerintah

Hindia Belanda hingga terbentuk menjadi daerah otonom tersendiri dengan status

sebagai kota.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdullah dkk., 2011. Port City development and quality of life in pasir gudang
port, Johor, Malaysia. Asia Pacific International Conference on
environtmrnt-Behaviour.

Ars, Moh. Nur., Yunus Rasyid., Hasyim Achmad & Muklis P. 1986. Sejarah Kota
Samarinda. Direktorat Jenderal Kebudayaan: Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2021. Kota Baubau dalam Angka 2021. BPS Kota Baubau:
Baubau
Bappenas. 2015. Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah
Swasta PelabuhanBaubau, Sulawesi Tenggara. Anugrah Kridapradana:
Baubau.
Bintarto, R. 1977. Geografi Kota. U.P Spring: Yogyakarta.

Branch Melville. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar dan


Penjelasan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Branch, Melville C. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif. Gadjah Mada


Universty Press: Yogyakarta.
Catanase, Anthony J dan James C. Snyder . 1992. Perencanaan Kota. Erlangga:
Jakarta.

Daldjoeni. 1992. Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek.
Alumni: Bandung.

Hadara, Ali. 2019. Prosedur dan Pedekatan dalam Penelitian dan Penulisan
Sejarah. Sekarlangit: Kendari.

Hendarto, Sri. 2001. Catatan Kuliah Perancangan Geometrik Jalan. ITB:


Bandung.

Hidayah, Zulyani & Raharjo, Joko Muji. 1997. Corak dan Pola Hubungan Sosial
Antar Golongan dan Kelompok Etnik di Daerah Perkotaan: Suatu Studi
Masalah Pembaruan Dalam Bidang Sosial Ekonomi Daerah Surabaya
Jawa Timur. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen
Pendidkan dan Kebudayaan: Jakarta.

Jamaludin, Adon, N. 2017. Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat Kota


dan Problematikanya. Cetakan II. Pustaka Setia: Bandung

85
86

Jayadinata Johara T. 1999. Tata Guna dalam Perencanaan Pedesaan dan


Perkotaan dan Wilayah. ITB: Bandung.

Kartodirdjo, Sartono. 1977. Masyarakat Kuno dan Kelompok-Kelompok Sosial.


Bharatara Karya Aksara: Jakarta.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah Edisi Kedua. Tiara Wacana: Yogyakarta

Melamba, Basrin. 2011. Kota Pelabuhan Kolaka di Teluk Bone 1906-1942.


Pustaka Larasan: Denpasar.

Meno, S dan Mustamin Alwi. 1992. Antropologi Perkotaan. Rajawali Press:


Jakarta.

Moordiati. 2005. Masyarakat Kota dalam Sejarah Surabaya 1930-1960. Dalam


Freek Colombijo dkk (Ed), Kota Lama Kota Baru. Ombak: Yogyakarta.

Mulya, Setyardi P., Mujio Sukir & Abdul Jamaludin. 2018. Dinamika
Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau, Provinsi Sulawesi
Tenggara, p. 650. Dalam Pravitasari dkk (Ed). Prosiding Seminar
Nasioanal ASPI 2018: Perencanaan Wilayah, Kota, dan Desa Terintegrasi
yang Berkelanjutan, Berimbang dan Inklusif. P4B LPPM IPB: Bogor.

Notosusanto, Nugroho. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Perkuliahan (Program


Magister Ilmu Sejarah, UI). UI Press: Jakarta.

Philipus, Ng & Nurul Aini 2004. Sosiologi dan Politik. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Rabani, L. O. 2010. Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara. Ombak:
Yogyakarta.
Rabani, L. O. 2012. Ironi Identitas dan Sejarah Kota Baubau, p. 161. Dalam
Darmawan Y dan Fahimuddin MM (Ed). Negeri Seribu Benteng: Lima
Abad Dinamika di Kota Baubau. RESPECT: Baubau.
Rahmad. 2020. Sejarah Kota Kisaran Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.
Garudhawaca: Yogyakarta.

Thamrin. 2012. Membedah Masalah Agraria di Kota Baubau, p. 175-176. Dalam


Darmawan Y dan Fahimuddin MM (Ed). Negeri Seribu Benteng: Lima
Abad Dinamika di Kota Baubau. RESPECT: Baubau.
Tjahjadi Sunarto. 1997. Data Arsitek. Jilid 1, 2, dan 3 Edisi 33. Erlangga: Jakarta

Tuloli, M. Yusuf., Hadi Sabari Y & Sri Rum G. 2013. Proses Perubahan Spasial
Kota Gorontalo, p. 480-481. Dalam Suratman dkk (Ed). Prosiding
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVI Ikatan Geografi Indonesia (IGI):
87

Memperkokoh Kesadaran Spasial Kepemimpinan NKRI Menghadapi


Tantangan Global. Pro Fajar: Banjarmasin.

Wikantiyoso. 1995. Telaah Morfologi Kota dalam Majalah Science. Lembaga


Penelitian Universitas Merdeka: Malang.
Yunus, Hadi Sabari. 2006. Struktur Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Zuhdi, Susanto. 1997. Pasai Kota Pelabuhan Jalan Sutra: Kumpulan Makalah
Diskusi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.
Zuhdi, Susanto., G.A. Ohorella & M. Said D. 1996. Kerajaan Tradisional
SulawesiTenggara: Kesultanan Buton. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta.

Jurnal :

Basundoro, Purnawan. 2010. Dari Kampung Desa ke Kampung Kota : Perubahan


Ekologi Kota Surabaya dalam Perspekif Permukiman pada Masa
Kolonial. Jantra Jurnal Sejarah dan Budaya. Vol. 5 (10) : 845-861.
Efendi, Ahmad. 2019. Analisa Kelayakan Komersialisasi Bandar Udara
Betoambari Kota Baubau. Jurnal Industrial Galuh. Vol. 1 (1) : 1-7.
Firman, Andi & Ali Hadara. 2019. Penetapan Pasarwajo sebagai Ibu Kota
Kabupaten Buton. Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah. Vol. 4 (1) : 32-37.
Gantara,Wahyu P & Tri Achmadi. 2012. Model Pengembangan Wilayah untuk
Pembangunan Pelabuhan: Studi Kasus Pantai Selatan Jawa Timur. Jurnal
Teknik.Vol. 1 (1) : 1-6.
Herwana, Sutiawan. 2012. Perkembangan Transportasi Darat di Sukabumi:
Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi dan Perkembangan
Kota Tahun 1881-1942. Students E-Journals. Vol. 1 (1) : 1-14.
Idwan. 2017. Analisis Perkembangan Jalan Terhadap Perkembangan Kota: Studi
Kasus Jalan Simpang Lima Kota Baubau. Sang pencerah. Vol. 3 (2): 30-
38.
Mantouw, Evelin S., Lintong Mieke E & Freddy Jansen. 2018. Perencanaan
Pengembangan Bandar Udara Betoambari di Kota Baubau provinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Sipil Statistik. Vol. 6 (9) : 671-682.
Prawatya, Nanda adi. 2013. Perkembangan Spasial Kota-Kota Kecildi Jawa
Tengah. Jurnal Wilayah dan Lingkungan. Vol. 1 (1) : 17-32.
Putra, Adris A & Susanti Djalante. 2016. Pengembangan Infrastruktur Pelabuhan
Dalam Mendukung Pembanguan Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Media
Engineering. Vol. 6 (1) : 433-443.
88

Rabani, L. O., Bambang Purwanto & Sri Margana. 2020. Politik dan Ekonomi di
Dua Kota: Baubau dan Kendari pada Tahun 1950an-1960an. Mozaik
Humaniora. Vol. 20 (1) : 39-56.
Rusnandar, Nandar. 2010. Sejarah Kota Bandung dari “Bergdessa” (Desa Udik)
Menjadi Bandung “Heurin Ku Tangtung” (Metropolitan). Pacanjala. Vol.
2 (2) : 273-293.

Silondae, S., H. Abd. Azis Muthalib & Ernawati. 2016. Keterkaitan Jalur
Transportasi dan Interaksi Ekonomi Kabupaten Konawe Utara dengan
Kabupaten/Kota Sekitarnya. Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan. Vol.
1 (1) : 49-64
Singka, K., Andi Samsu Alam & Nurlinah. 2011. Analisis Potensi Pariwisata
dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kota Baubau. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Vol. 4 (2) : 97-108.
Soares, A., Nurpratiwi, R & Makmur, M. 2015. Peranan Pemerintah Daerah
Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Vol. 4 (2): 231-236.

Skripsi, Tesis, Disertasi dan Seminar Naional :

Asraruddin. 2021. Identifikasi Perkembangan Morfologi Kota Berdasarkan


Preferensi Mayarakat dalam Membangun (Studi Kasus: Kecamatan
Rasanae Barat). Skripsi. Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fitri. 2019. Analisis Dampak Keberadaan Pelabuhan Belaean Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Msyarakat Belawan I Kecamatan Medan
Belawan. Skripsi. Universitas Islam Negeri: Medan.

Joko, Tri. 2002. Arah Pengembangan, Bentuk dan Struktur Fisik Keruangan Kota
pangkalan Bum-Kumai Kab. Kota Waringin Barat. Tesis. Program
Sarjana, Semarang. Universitas Diponegoro.

Malik, Rifandi. 2018. Pengembangan Kota Pelabuhan dan Kualitas Hidup di


Wilayah Kecamatan Batu Ampar Kota Batam. Seminar Nasional
Geomatika. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nasution, Pahri. 2020. Analisis Pengembangan Jaringan Transportasi Darat


Kabupaten Padang Lawas. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
89

LAMPIRAN
90

Lampiran 1. Peta Administrasi Kota Baubau Tahun 2021

Sumber: Peta Pribadi Tahun 2021


91

Lampiran 2. Daftar Informan Penelitian Tahun 2021

1. Nama :Sudin Rioma


Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Alamat : Kelurahan Melai, Baubau

2. Nama : H. Muhammad Adios


Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengusaha Angkutan Transportasi Laut
Alamat : Jalan Jambu Mente no. 17 Baubau

3. Nama : LM. Taslim


Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jalan Palagimata

4. Nama : La Ode Ali Hasan


Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jln. Erlangga No. 100. Kel. Tarafu, Kec. Batupoaro, Baubau

5. Nama : Muhammad Yusran Achmad


Umur : 40
Agama : Islam
Pekerjaa : PNS
92

Alamat : Jln. Dayanu Ikhsanudin no. 1. Baubau

6. Nama : Muhlis
Umur : 54
Agaama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jln. Yos Sudarso, Wale, Wolio Kota Baubau

7. Nama : Masrun
Umur : 38
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kelurahan Melai, Baubau
93

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Tahun 2021

Bapak Sudin Rioma (Rektor STKIP)

Bapak H. Muhammad Adios (Pengusaha Angkutan Transportasi Laut)

Bapak LM. Taslim (Kepala Sub Bagian Pembangunan Kota Baubau)


94

Bapak La Ode Ali Hasan (Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian)

Bapak Muhammad Yusran Achmad (Kabid. Tata Ruang Dinas PUPR)

Bapak Muhlis (Kasi Kesyahbandaraan)


95

Bapak Masrun (Kepala Seksi Sejarah dan Tradisi Dinas Pendidikan)

Anda mungkin juga menyukai