HASIL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Ujian Hasil Penelitian
Pada Jurusan Ilmu Sejarah
OLEH
SUMARNI
N1C1 16 143
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Jurusan/Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.
Penulis
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
penulis menjadi sosok yang kuat dan tegar sehingga mampu menghadapi
tantangan dan rintangan. Terimah kasih atas dukungan moril serta materinya yang
tak terhitung jumlahnya, yang hanya bisa penulis lakukan untuk kedua orang tua
tersayang adalah selalu berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa melimpahkan
dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Dr. La Ode Ali Basri., M.Si. selaku
pembimbing I dan Dr. Syahrun S.Pd., M.Si. selaku pembimbing II, atas segala
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Sc., Rektor Universitas
Halu Oleo.
iii
2. Bapak Dr. Akhmad Marhadi, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Budaya
3. Ibu Dra. Aswati M., M.Hum., selaku Ketua Jurasan Ilmu Sejarah Fakultas
4. Para Dosen Jurusan Ilmu Sejarah tanpa terkecuali, yang telah bersedia
5. Para Staf administrasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo, terkhusus
6. Kepala Kantor UPP Kelas I Baubau, Kepala Dinas Perdagangan serta tokoh
melakukan penelitian.
9. Semua Saudaraku, kakakku tersayang Odas, Dewi, Husni Lio, Ernia Lio,
Toni.
10. Teristimewa buat sahabat seperjuangan penulis: Sarmiati, Fany Sri Reskia
iv
Fikriansyah, S. Hum, Herman Atmaja, S.Hum, Nurfianti Lina S.Hum,
Akhirnya lewat tulisan ini penulis ucapkan terima kasih serta penghargaan
Wasalam
Penulis
v
ABSTRAK
vi
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 6
viii
1. Pengembangan Jaringan Jalan........................................................... 50
2. Perbaikan Infrastruktur Pelabuhan.................................................... 54
3. Pengembangan Bandar Udara........................................................... 59
4. Pengembangan Kawasan Perdagangan............................................. 62
5. Pengembangan Pariwisata................................................................. 68
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 83
B. Saran ........................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota
Baubau tahun 2020..................................................................................... 31
4.2. Jumlah fasilitas pendidikan menurut tingkat pendidikan di Kota
Baubau........................................................................................................ 33
4.3. Jumlah siswa sekolah menurut tingkat pendidikan di Kota Baubau.......... 34
4.4. Jumlah penduduk angkatan kerja tahun 2020 menurut tingkat
pendidikan di Kota Baubau tahun 2020..................................................... 35
4.5. Jumlah tempat peribadatan menurut kecamatan di Kota Baubau
tahun 2020................................................................................................. 37
5.1. Panjang jalan menurut pemerintah yang berwenang di Kota Baubau
(Km), 2016-2020........................................................................................ 51
5.2. Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Baubau (Km),
2016-2020.................................................................................................. 52
5.3. Kegiatan angkutan laut di Pelabuhan Murhum Baubau............................. 52
5.4. Kegiatan angkutan udara di Bandar Udara Betoambari............................. 62
5.5. Jumlah sarana perdagangan menurut jenisnya, 2016-2020........................ 66
5.6. Jumlah hotel menurut kecamatan di Kota Baubau, 2016-2020 di Kota
Baubau (Km), 2016-2020........................................................................... 69
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
filosofi ini dapat dengan mudah dilihat dari keinginan baik pemerintah
praktek kebijakan yang akuntabel dan transparan akan menjadi salah satu
1
2
ada minimal dua titik waktu yang berbeda. Oleh karena itu, perkembangan
suatu kota selalu ditinjau secara spasial (ruang) dan temporal (waktu)
ekonomi suatu daerah. Menurut Abdullah dkk., (2011: 1), integrasi antara
pelabuhan dan kota telah memiliki arti baru dengan datangnya era
harus ditentukan terlebih dahulu sektor apa saja yang berpotensi untuk di
luar daerah. Salah satu sarana dan prasarana transportasi yang dibutuhkan
dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan uang
saling terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan
dipindahkan ke moda lain seperti moda darat (truk atau kereta api).
Sebaliknya barang yang sudah diangkat dengan truk atau kereta api ke
pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu, berbagai
pelayaran, imigrasi, karantina, dan pusat kegiatan lainnya atas dasar inilah
perencanaan kota dan wilayah pelabuhan, baik itu interaksi spasial antara
yang ada (Malik, 2018: 257). Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
(KTI) baik dari segi lokasi maupun kegiatan pelayaran dan perdagangan.
4
geografis Kota Baubau sebagai jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan
(Zuhdi dkk., 1996: 122). Hingga saat ini pelabuhan bekas peninggalan
sejauh ini, penelitian ilmiah yang dilakukan masih sangat minim untuk
atas, maka sangat perlu untuk dilaksanakan penelitian dengan judul “Kota
a. Rumusan Masalah
pelabuhan (2001-2020) ?
b. Batasan Masalah
menjadi daerah otonom. Sedangkan tahun 2020 adalah akhir kajian bahwa
3. Batasan Tematis
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
(2001-2020).
7
2020).
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
kajian mengenai sejarah Kota Baubau sebagai kota pelabuhan pada tahun 2001-
2020.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber informasi yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang
Baubau tentang kajian sejarah Kota Baubau sebagai kota pelabuhan pada
tahun 2001-2020.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
Pada dasarnya kelahiran suatu kota melalui proses yang panjang dengan
non fisik. Perubahan fisik kota dapat dilihat pada bangunan dan perkampungan
lama masyarakat (Bintarto, 1977: 8). sementara perubahan non fisik kota dapat
memahami dinamika perubahan dan karakteristik sebuah kota, maka perlu dikaji
menyeluruh (total history). Kota dalam pengertian “proses menjadi”, yakni kota
mulai dari pengertian yang sangat sederhana ke pengertian yang lebih kompleks
(Rusnandar, 2010: 274). Pengertian sejarah kota dalam hal ini ialah sejarah
politik, ekonomi dan sosial budaya pada periode tertentu (Ars dkk., 1986: 4).
Dalam sejarah kota dikenal tiga jenis kota, yaitu : kota sebagai benteng
keamanan dan pertahanan, kota sebagai pusat pemujaan dan kota sebagai pusat
komunikasi (Rahmad, 2020 : 10). Artinya, tidak ada kota beserta lingkungan
8
9
mendahuluinya. Kota dalam hal ini mengalami proses evolusi. Proses itu pada
masyarakat kota turut memberi warna arah perkembangan sebuah kota, apakah itu
kota industri, kota perdagangan atau kota pelabuhan atau tipe kota yang lain.
suatu daerah. pengertian itu dipertegas oleh Mumfort bahwa daerah itu merupakan
maupun kerohanian. Kota menurut Max Waber, adalah tempat pertemuan untuk
berdagang. Daerah itu mempunyai benteng, sistem hukum tersendiri, dan sanggup
Suatu pusat permukiman yang disebut kota bukanlah suatu unit yang bisa
menghidupi dirinya sendiri. Bahwa kota ditandai oleh penduduk yang terutama
bekerja disektor non-pertanian memberi arti bahwa kehidupan kota hanya dapat
belakangnya.
Kota yang baik adalah kota yang memiliki kenangan tahapan bangunan.
berada diluar pusat kota menjadi kawasan yang lebih berkembang dari pada pusat
didalamnya mengandung unsur spasial (sebagai wadah aktifitas), unsur non fisik
10
dalam bentuk tata nilai (values) dan akumulasi aktivitas masyarakat (Wikantiyoso,
1995: 1).
baru. Kota menyajikan hal-hal yang positif maupun negatif. Kota berjasa karena
kaum pedagang dan tukang yang bekerja untuk keperluan pasar. Dengan
demikian, sebuah kota bukanlah hanya berfungsi sebagai fungsi militer dan pusat
konsumen baik yang bertempat tinggal di kota maupun mereka yang datang dari
menjadi kota besar. Proses pembentukan kota tidak lepas dari segala aktivitas
manusia. Banyak kota di dunia berawal dari desa. Desa adalah pemukiman yang
kota yang ada di suatu negara biasanya bervariasi, tetapi memiliki inti yang sama.
Terbentuknya kota juga bisa dikatakan sebagai awal sebuah tempat pertemuan
antara penduduk desa dengan penduduk di sekitar desa itu baik untuk transaksi
keperluan hidup, tempat pengumpulan barang, atau tukar menukar barang. Lama
kelamaan ada yang bermukim di sekitar tempat itu dan kemudian pemukiman itu
menjadi semakin besar, berdatangan pula penduduk dari daerah sekitar ketempat
itu serta daerah lainnya, kemudian membentuk sebuah kota atau bahkan menjadi
maupun kemunduran kota. Ukuran yang demikian memang tidak dapat hanya
dilihat dari satu aspek seperti jumlah penduduk yang besar ataupun tingginya
tingkat kepadatan penduduk dalam suatu kota, namun satu hal yang paling penting
adalah tingkat kualitas serta harapan hidup dari masyarakat kota itu sendiri
dari sosiologi perkotaan khususnya mengenai kota pelabuhan. Dalam hal ini
ekonomi masyarakat kota pelabuhan perlu dipakai konsep dan teori mengenai
kota pada umumnya dan kota pelabuhan (port city) pada khususnya. Pater Reever
12
pelabuhan. Dasar dari defenisinya tentang kota pelabuhan adalah asumsi bahwa
spesifikasi dan klasifikasi dari kota tergantung pada karakter yang esensial di
bidang ekonomi, khususnya dibidang produksi ekspor dan atau pelayaran ekspor
ke pasaran internasional.
pelabuhan sebagai inti dari kota pelabuhan memegang peranan yang menentukan
terhadap struktur dan fungsi dari kota pelabuhan sendiri baik dibidang tata ruang
pelabuhan dari sebuah kota pelabuhan. Perlu ditegaskan disini bahwa penekanan
segi ekonomi dari pelabuhan sebagai dasar bagi konseptualisasi dan kategorisasi
kota pelabuhan. Apa yang dimaksud disini adalah bahwa dasar ekonomi
sebuah kota pelabuhan. Pendek kata perkembangan pesat suatu kota pelabuhan
akan mempunyai dampak baik sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya
terhadap kota pelabuhan yaitu kota tempat pelabuhan itu berada (Melamba, 2011;
16-17).
perairan, yang merupakan tempat interaksi antara orang-orang yang datang dari
Untuk menjadi tempat interaksi ini harus ada syarat-syarat situs yang memenuhi
kota pelabuhan berkaitan dengan kondisi lingkungan alami, antara lain adalah
perairan sesuai dengan penelitian dan teknologi yang dimiliki masyarakat pada
terkait dengan peran dan fungsi pelabuhan. Perdagangan merupakan variabel yang
sendiri juga termaksud perdagangan jarak jauh atau perdagangan antar pulau
maupun antar negara, maka aktifitas inilah yang menjadi inti dari pengertian
yang menentukan dalam perkembangan sebuah kota. Oleh karena perdagangan itu
sendiri juga termasuk perdagangan jarak jauh atau perdagangan antar pulau
maupun antar negara, maka aktifitas inilah yang menjadi inti dari pengertian
khusus lagi apa yang dikemukakan oleh Claude Guillot, bahwa perkembangan
kota pelabuhan dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi dan lainnya yang dapat
masyarakat kota itu heterogen yang tampak dari adanya perkampungan etnis
14
pelabuhan sebagai pusat perdagangan dan terminal bagi kapal dagang dari barat
yakni sultan dan para bangsawan ikut berdagang. Keempat, adanya unsur-unsur
yang mendukung kota seperti, pasar, alat transportasi baik darat maupun laut, dan
jalan yang baik. Umumnya ciri-ciri itu dimiliki oleh hampir semua kota
pelabuhan, dan perbedaannya terletak pada fungsi dari kota pelabuhan itu sendiri
keagamaan, dan terkahir kota pelabuhan. Kemudian muncul pula istilah kota
konsepsi rakyak tentang alam semesta. Raja dan istanahnya dipandang sebagai
pusat alam semesta dan penjaga keseimbangan. Kota pusat keagamaan, susunan
spatialnya berkisar di makam raja-raja, sebuah bangunan sucu berupa candi, stupa
dan lain-lain. Bangunan itu dikelilingi oleh perumahan para pandita, biksu atau
tinggal para penguasa pelabuhan, yang dekat dengan pelabuhan, dan beberapa
negeri ini, maka munculah kota-kota bentuk baru, yaitu berupa kota-kota
itu terdapat rumah kediaman kepala pemerintah daerah itu (Gubernur, residen,
gedung pemerintah, gedung gereja, masjid, bank dan penjara. Pada lingkaran
B. Kerangka Teoritis
terkait, bahkan terkadang saling menggantikan, yang pada intinya adalah suatu
masyarakat kota yang meliputi perubahan sosial politik, sosial budaya dan fisik
bahwa, pertumbuhan penduduk dan aktifitas sosial ekonomi sebagai faktor yang
lahan. Dan karena karakteristiknya yang tetap dan terbatas, maka perubahan tata
perkembangan kota.
dengan pola menyebar (dispersed pattern), pola sejajar (linear pattern) dan pola
keadaan topografi yang seragam dan ekonomi yang homogen. Pada pola sejajar
lembah, sungai dan pantai. Pada pola merumpun (clustered pattern), biasanya
Perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zona-zona yang berada dalam
budaya dari waktu ke waktu menjadikan kota bersifat dinamis dalam artian selalu
berubah dari waktu ke waktu termaksud pola penggunaan lahannya (Sabari, 2000:
63). Perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahan yang membentuk zona-
meliputi kondisi sosial, ekonomi, politik, keagamaan dan budaya serta yang tidak
regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai misalnya akan cenderung
17
laut.
karena kondisi fisik ini tidak dapat berkembang kecuali dalam keadaan labil.
dapat mengurangi hambatan. Kota yang berada pada daratan yang rata akan
wilayah pengunungan.
c. Fungsi kota, kota yang memiliki aktivitas dan fungsi yang beragam biasanya
secara ekonomi akan lebih kuat dan berkembang pesat dibanding dengan kota
e. Unsur-unsur umum seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih dan jaringan
a. Fungsi primer dan sekunder kota yang tidak terlepas dan keterkaitan dengan
daerah lain, baik dipandang secara makro (nasional dan internasional) maupun
b. Fungsi kota yang sedemikian rupa merupakan daya tarik bagi wilayah
udara, laut dan darat. Menurut Catanese dan Snyder (1979: 20) bahwa,
kota.
3. Faktor sosial. Ada dua faktor sosial yang berpengaruh dan menentukan dalam
degradasi sosial.
yaitu:
baru akan menarik aliran penduduk kearah tersebut (Joko, 2002: 36).
19
b. Politik ekonomi, dengan kebijakan politik ekonomi yang tepat maka akan
kebutuhan akan lahan, dan terjadi proses ekstensifikan ruang yang merembet
Para petani yang telah beralih profesi berusaha mencari celah kegiatan
perencanaan pembangunan kota. Harga lahan, menurut stone dalam Tri Joko
(2002: 38) bahwa kenaikan nilai dan harga lahan umumnya merupakan suatu
C. Tinjauan Historiografi
penelitian tentang Kota Baubau yang ada hubungannya dengan gambaran yang
diteliti oleh penulis, yaitu tentang Perkembangan Kota Baubau Menjadi Kota
tersebut adalah Baubau dikenal sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-16, awal
karena latar sosial ekonomi sebagai nelayan, pedagang antar pulau dan
(disekitar inti kota) telah menimbulkan pola peruntukan lahan tidak teratur,
Sebagai Kota Dagang Pada Abad XX”. Hasil dari penelitian tersebut adalah
dititik beratkan pada perkembangan Kota Baubau sebagai kota dagang dengan
pasar, dan keraton. Hasil komoditas dari perniagaan yang dimiliki oleh Kota
Baubau seperti : kelapa, coklat, kopi, jeruk, jambu mete, ketela pohon, katela
rambat, jagung serta dibidang kelautan seperti budidaya rumput laut, mutiara,
perdagangan dan pusat kesehatan bagi masyarakat Buton. Pada masa revolusi
di dalam Kota Baubau. Hal ini disebabkan karena pada saat itu negara
Indonesia sedang mengalami situasi dan kondisi yang masih rawan dimana
nasional yang terhubung dengan Kawasan Timur dan Kawasan Barat dalam
METODOLOGI PENELITIAN
kantor Walikota Baubau, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Baubau, Dinas
Perdagangan Kota Baubau, Dinas Tata Ruang Kota Baubau, kantor Unit
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah kota yang bersifat
atau temuan dari objek yang diteliti ditempat penelitian selain itu dengan cara
melihat sejarah Kota Baubau sebagai kota pelabuhan (2001-2020) dari berbagai
aspek baik sosial, politik maupun ekonomi. Menurut Kartodirjo (1992: 98-99),
keamanan.
22
23
C. Sumber Penelitian
primer, sumber sekunder dan sumber tersier. Berikut merupakan penjelasan ketiga
1. Sumber primer
peristiwa dan orang-orang yang ikut terlibat dalam perkembangan Kota Baubau
sebagai kota pelabuhan pada tahun 2001-2020 melalui teknik wawancara terhadap
2. Sumber sekunder
Sumber sekunder yaitu data yang diperoleh melalui buku maupun karya
peristiwa sejarah.
3. Sumber tersier
Sumber tersier yaitu data yang diperoleh berupa rangkuman informasi dari
D. Metode Penelitian
kerja metode sejarah adalah sebagai berikut: (1) pemilihan topik. (2) pengumpulan
1. Pemilihan Topik
Pemilihan topik, penulis memilih topik yang ada kaitanya dengan sejarah
sebab penelitian ini adalah penelitian sejarah. Adapun topik yang dipilih
a. Kedekatan emosional
tahun 2001. Selain itu, belum ada judul pnelitian yang mengkaji secara ilmiah
tentang topik Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dalam konteks sejarah
b. Kedekatan intelektual
kota pelabuhan (2001-2020) mampu kerjakan sebagai karya tulis ilmiah baik
secara teori dan metodologis. Secara teoritis, telah dilakukan pengerjaan terhadap
konsep dan teori yang meliputi konsep sejarah kota, konsep kota pelabuhan, dan
2. Heuristik Sumber
dan pengumpulan data yang relevan dalam pokok permasalahan dalam penelitian
ini. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
sebagai berikut:
25
penelitian. Data yang diperlukan berupa buku-buku, jurnal, skripsi, tesis dan
Kota Baubau sebagai kota pelabuhan pada tahun 2001 hingga 2020.
b. Sumber lisan, yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
tentang perkembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan yang terdiri dari
c. Sumber visual, yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
3. Verifikasi Sumber
(keahlian) dan kredibillitas (kebenaran) data yang telah terkumpul tersebut, maka
penulis melakukan analisis kritik sumber sejarah, baik kritik internal maupun
kritik eksternal.
kredibilitas atau keabsahan dari suatu isi sumber, baik sumber tertulis, lisan
maupun visual yang telah lolos dari fase kritik eksternal dan internal untuk
b. Kritik eksternal (kritik luar), yaitu kritik yang dilakukan untuk memulai
otensitas (keaslian) sumber data yang didapatkan. Dalam hal ini, dilakukan
analisis terhadap bentuk luar dari sumber data tersebut. Seperti yang
26
3. Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah. Maka dari itu penulis
4. Interpretasi Sumber
maka data tersebut diinterpretasi atau ditafsirkan dengan mengacu pada konsep
yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Pada bagian interpretasi ini
otensitas dan kredibilitas sumber data yang sudah ditetapkan melalui kritik
selanjutnya dihubungkan diantara data yang satu dengan data yang lainnya
dari setiap data yang diperoleh fakta-fakta yang relevan dengan topik
penelitian.
fakta sejarah.
5. Historiografi
dan telah lolos dalam rangkaian metode penelitian sejarah dengan beberapa
tahapan seperti tahapan kritik, atau seleksi yang telah diinterpretasi atau
Kota Baubau pada awalnya merupakan daerah Ibu Kota Kabupaten Buton
merupakan unsur pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan
bentuk menjadi kota administratif. Setelah kurang lebih 20 tahun berstatus sebagai
yang cukup pesat dilihat kondisi ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial
politik, jumlah penduduk, dan luas daerah, sehingga pada tahun 2001, berdasarkan
otonom yang meliputi 4 kecamatan dan seiring dengan perkembangannya saat ini,
B. Keadaan Geografis
1. Letak Geografis
21’- 5 30’ Lintang Selatan dan di antara 122 30’ - 122 45’ Bujur Timur dan
28
29
antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Selain itu, Kota Baubau berada pada mulut Tenggara dari wilayah laut Teluk
Bone yang berada pada pergeseran titik episentrum ekonomi kelautan kawasan
Selanjutnya pada tahun 2004 berubah menjadi 38 kelurahan sampai tahun 2006
baru ada pembentukan 2 kecamatan baru yaitu Kecamatan Murhum (pecahan dari
Wolio). Pada tahun 2008 terbentuk Kecamatan Lea-Lea pecahan dari Kecamatan
bulan Juni tahun 2012 terjadi pemekaran wilayah yakni Kecamatan Batupoaro
kelurahan.
Luas wilayah Kota Baubau sejak awal berdirinya sebagai daerah otonom
adalah seluas 221, 00 km2 yang terdiri dari Seiring perkembangan kemajuan kota
dari aspek pembangunan maka Luas wilayah Kota Baubau mengalami perubahan
menjadi 295,072 km2. Salah satu faktor penyebab pertambahan luas Kota Baubau
Selatan
3. Iklim
Baubau pada tahun 2020 berkisar antara 20,6 °C sampai dengan 36,4°C. Suhu
terendah terjadi pada bulan Agustus sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan
November. Sementara itu, rata-rata tekanan udara selama tahun 2020 tercatat
antara 1.008 mb sampai 1.014,8 mb. Tekanan terendah terjadi pada bulan
Desember dan tertinggi pada bulan Agustus sedangkan rata-rata kecepatan angin
Betoambari Kota Baubau sepanjang tahun 2020 terjadi hujan. Selama tahun 2020
hari hujan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Ferbruari dan Desember
C. Keadaan Demografi
penduduk Kota Baubau 159.248 jiwa yang terdiri atas 79.502 jiwa penduduk laki-
laki dan 79.746 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan pada tahun 2010
jenis kelamin tahun 2020 sebesar 99,69 % yang berarti setiap 100 orang penduduk
perkelompok umur maka dapat diketahui bahwa penduduk terbanyak berada pada
Kecamatan Wolio dan jumlah penduduk paling sedikit pada Kecamatan Bungi.
Jumlah penduduk Kota Baubau menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat
Tabel 4.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
di Kota Baubau tahun 2020
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0–4 8.499 8.120 16.619
5–9 7.700 7.580 15.280
10 – 14 7.521 7.004 14.525
15 – 19 7.559 7.307 14.866
20 – 24 7.101 6.987 14.088
25 – 29 7.036 7.186 14.222
30 – 34 6.783 6.804 13.587
35 – 39 6.127 6.076 12.203
40 – 44 5.138 5.136 10.274
45 – 49 4.222 4.345 8.567
50 – 54 3.641 3.696 7.337
55 – 59 2.899 3.169 6.068
60 – 64 2.255 2.366 4.621
65 – 69 1.435 1.713 3.148
70 – 74 866 1.008 1.874
75 + 720 1.249 1.967
Jumlah/Total 79.502 79.746 159.248
Sumber : BPS Kota Baubau dalam angka 2021
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa penduduk Kota Baubau
tahun 2020 sebanyak 159.248 jiwa yang terdiri atas 79.502 jiwa penduduk laki-
32
laki dan 79.746 jiwa penduduk perempuan. Bila dilihat dari kelompok umur, yang
paling dominan adalah kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 16.619 jiwa.
Kelompok ini merupakan kelompok penduduk bukan usia kerja, disusul kelompok
umur 5-9 tahun yaitu sebesar 15.280 jiwa. Kelompok umur ini masih kategori usia
balita yang masih perlu mendapatkan perhatian dan perawatan oleh orang tuanya,
selanjutnya kelompok penduduk 20-24 tahun yaitu sebesar 14.866 jiwa, kelompok
1. Pendidikan
Kota Baubau. Pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan untuk memperbaiki
pembangunan bagi suatu daerah dan tentu keberhasilannya tidak terlepas dari
waktu 2016-2020 terdiri dari TK, RA/BA, SD, MI, SMP, MTs, SMK/SMK dan
pendidikan di Kota Baubau baik negeri maupun swasta dalam kurun waktu 2016-
2020 mengalami peningkatan dimana pada tahun 2016 dan 2017 sebanyak 230
buah, tahun 2018 sebanyak 242 buah dan tahun 2019 hingga 2020 sebanyak 246
dalam kurun waktu 2016-2020 yaitu pada tahun 2016 sebanyak 44.880 orang,
2017 sebanyak 45.500 orang, 2018 sebanyak 45.383 orang, 2019 sebanyak 62.208
2. Bahasa
sosial, tanpa adanya bahasa orang tidak akan berkomunikasi terhadap sesamanya.
Sebagai daerah yang ramai dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai daerah
digunakan di Kota Baubau 4 bahasa yaitu bahasa Wolio, bahasa Ciacia, bahasa
Pancana dan bahasa Liwuto Pasi. Bahasa yang mendominasi di Kota Baubau
adalah bahasa wolio hal ini dikarenakan bahasa wolio merupakan bahasa
masyarakat Kota Baubau tidak terlepas dari bahasa Indonesia sebagai bahasa
35
sangat tinggi.
angka kerja Kota Baubau 2020 sebesar 80.468 orang, dengan jumlah yang bekerja
angkatan kerja sebesar 69,83 persen. Jumlah angkatan kerja tahun 2020 Kota
Tabel 4.4. Jumlah angkatan kerja tahun 2020 menurut tingkat pendidikan di
Kota Baubau
Tingkat Pendidikan Bekerja Pengangguran Jumlah
(1) (2) (3) (4)
SD 15.316 624 15.940
SMP 10.460 1.085 11.545
SMA 22.681 1449 24.130
SMK 8.448 505 8.953
Diploma I/II/III 2.744 342 3.086
Sarjana 15.530 1.284 16.814
Jumlah 75.179 5.289 80.468
Sumber: BPS Kota Baubau dalam angka 2021
terbanyak terdapat pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 22.681 orang, sarjana
sebanyak 15.530 orang, dan SD sebanyak 15.316. Dari 75.179 orang yang bekerja
36
dapat diketahui bahwa sebagian besar tenaga kerja yaitu 34.430 orang berstatus
4. Agama
dengan penciptanya, manusia dengan sesamanya dan antar manusia dengan alam
Jumlah tempat peribadatan di Kota Baubau tahun 2020 sebanyak 226 buah
yang terdiri dari masjid, mushola, gereja Protestan, gereja Katholik, Pura, dan
Bungi, gereja katholik sebanyak 3 buah tersebar pada 3 Kecamatan serta pura
Kota Baubau pada tahun 2020 beragama Islam. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya
tempat ibadah berupa masjid dan mushola yang tersebar diseluruh kecamatan di
Kota Baubau.
BAB V
2020)
Kota Baubau merupakan kota yang terbentuk pada tanggal 21 Juni tahun
masih memiliki status sebagai Ibukota Kabupaten Buton. Selama menjadi Kota
dilakukan oleh pemerintah Kota Baubau telah berlangsung dengan baik seperti
itu, Kota Baubau telah dipersiapkan untuk menjadi daerah otonom baru dan
sangat pesat dari berbagai aspek baik sosial, politik maupun ekonomi.
38
39
untungkan oleh letak geografis wilayahnya yang strategis sebagai jalur pelayaran
Kota Baubau. Menurut Sudin Rioma, bahwa Kota Baubau merupakan salah satu
Kedudukan strategis Kota Baubau terletak pada jalur pelayaran dan perdagangan
Muhammad Yusran Achmad, bahwa ketika Kota Baubau menjadi daerah otonom
pada tahun 2001, pengembangan struktur tata ruang Kota Baubau yang
Perdagangan dan Pelayanan Jasa yang Nyaman, Sejahtera dan Berbudaya pada
Tahun 2023. Visi pembangunan ini sekaligus diarahkan pada pengembangan Kota
Baubau sebagai kota pelabuhan sebagai penyanggah dari arah kebijakan tersebut
pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Sebagai titik simpul dan
pelabuhan sebagai penyanggah kegiatan ekonomi daerah Kota Baubau. Saat ini,
Kota Baubau dikenal sebagai kota pelabuhan yang menjadi pusat kegiatan
pelayaran dan perdagangan baik untuk tujuan wilayah timur maupun wilayah
41
barat Indonesia serta beberapa daerah lainnya di sekitar wilayah Kota Baubau.
Menurut Melamba (2011: 16), bahwa kegiatan pelayaran dan perdagangan yang
disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya yaitu faktor letak geografis, faktor
Kota Baubau merupakan salah satu bagian dari kota pantai di Sulawesi
selatan Pulau Buton dengan posisi koordinat sekitar 0521’ hingga 0530’ Lintang
Selatan dan 12230’ sampai 12245’ Bujur Timur. Kota Baubau berada di Buton
dan tepat berada di Selat Buton dengan Pelabuhan Utama menghadap Utara. Di
Kawasan selat inilah aktivitas lalu lintas perairan baik nasional, regional maupun
Kota Baubau selain strategis dari segi letak geografis wilayahnya juga
didukung oleh kondisi letak selatnya yang aman untuk tempat berlabuhnya kapal.
Menurut H. Muhammad Adios, bahwa Kota Baubau terletak di Selat Pulau Buton
yang terlindung dari ombak besar baik pada musim angin Barat maupun pada
musim angin Timur sehingga sangat strategis untuk menjadi kota pelabuhan.
keterkaitan dengan letak geografis wilayahnya yang sangat strategis sebagai jalur
42
Februari 2021).
posisi geografis wilayahnya yang sangat strategis dalam jalur lalu lintas pelayaran
kawasan Barat Indonesia. Menurut Sudin Rioma, bahwa peran letak geografis
Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Beberapa fasilitas pelabuhan telah ada dan
saat ini difungsikan sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di berbagai wilayah
Letak geografis wilayah Kota Baubau yang berada dalam lalu lintas
dan kawasan barat Indonesia telah menjadikan Kota Baubau tumbuh dan
berkembang menjadi kota pelabuhan. Menurut Rabani (2010: 112), bahwa apabila
terlihat bahwa arah perkembangan kota lebih kepada suatu ciri kota niaga atau
perkembangannya. Kondisi ini didukung oleh posisi geografis (letak kota) dan
perilaku masyarakat yang sebagian besar berorientasi pada sektor pelayaran dan
perdagangan.
pelayanan jasa.
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Kota Baubau. Hingga saat ini,
Kota Baubau telah berkembang menjadi kota pelabuhan dan berperan sebagai
pusat kegiatan pelayaran dan perdagangan antar berbagai wilayah baik dalam
skala regional maupun nasional. Menurut Branch (1996: 37-43), bahwa keadaan
geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang berfungsi
pertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai,
Sejak Kota Baubau ditetapkan sebagai daerah otonom baru pada tahun
2001, telah dipimpin oleh kepala daerah dengan status Walikota untuk
Kota Baubau. Menurut Soares dkk (2015: 232), bahwa pemerintah daerah sebagai
peran perencana untuk mendesain dan membentuk interaksi dalam suatu proses
menuju sasaran yang ingin dicapai, dengan ini pemerintah harus berperan utama
bahwa sebuah kota dapat dikatakan berkembang bila kota itu mempunyai fasilitas
dan infrastruktur kota yang memadai. Fasilitas kota yang dimaksud adalah
pengaruh kebijakan pemerintah Kota Baubau selama lintas kekuasaan pada tahun
2001 hingga saat ini. Menurut LM. Taslim, bahwa upaya perkembangan Kota
yang erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah Kota Baubau dari masa
pemerintahan Drs. H. Umar Abibu, Dr. H. MZ. Amirul Tamim, M.Si hingga Dr.
Ode Ali Hasan, bahwa untuk mewujudkan program pembangunan jangka panjang
Kota Baubau sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa, maka pemerintah
45
pelayanan jasa sesuai rencana dan tujuan perkembangan Kota Baubau di masa
sebagai aktor yang terlibat langsung dalam upaya pembagunan infrastruktur dan
tumbuh pesat menjadi kota pelabuhan sebagai pusat aktivitas ekonomi yang
ramai.
3. Faktor Sosial
Kota Baubau merupakan salah satu kota yang menjadi tujuan beberapa
masyarakat dari berbagai daerah untuk melakukan aktivitas sosial dan ekonomi
seperti yang terlihat pada perumahan, perabot rumah tangga, jaringan jalan kota,
dan kondisi bangunan masyarakat. Fasilitas kota yang berkembang adalah pasar
maupun dengan negara lain. Oleh karena itu, upaya perkembangan Kota Baubau
Kota Baubau, serta antara Kota Baubau dengan kota-kota lain di sekitarnya.
Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan sosial
(2015: 138-139), bahwa sebagai titik simpul dan titik transit, perkembangan Kota
moda maupun titik transit angkutan laut. Hal ini harus diimbangi oleh
peningkatan sarana dan prasarana perkotaan sebagai kota transit yang akan
menjadi faktor yang dapat meningkatkan bangkitan dan tarikan pergerakan dari
Menurut H. Muhammad Adios, bahwa Ketika dulu Kota Baubau masih terisolasi
dengan daerah lain, kegiatan sosial masyarakat cenderung tidak meningkat dan
keberbagai wilayah melalui peran Kota Baubau sebagai kota pelabuhan telah
Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Peningkatan sarana dan prasana perkotaan
sebagai kota pelabuhan akan menjadi faktor yang dapat meningkatkan aktivitas
4. Faktor Ekonomi
untungkan oleh letak geografis wilayahnya yang strategis dalam jalur pelayaran
dan perdagangan nasional. Menurut Thamrin (2012: 175-176), bahwa dari aspek
48
geografis wilayah, Kota Baubau terletak pada posisi barat daya Pulau Buton,
dengan batas-batas pada semua sisinya berbatasan dengan Kabupaten Buton. Kota
baik kapal penumpang (Kapal Pelni dll), maupun kapal barang sehingga
untuk di wujudkan sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa yang nyaman,
jangka panjang ini berkaitan dengan kedudukan strategis Kota Baubau dalam jalur
pelayanan jasa merupakan salah satu fungsi dari tujuan perkembangan Kota
kebijakan pembangunannya.
49
pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Menurut Rabani dkk (2020:
45), perkembangan ekonomi yang telah berlangsung lama yang ditunjang oleh
membuat posisi Kota Baubau tetap bergeliat. Lokasi dan kondisi alamnya yang
Baubau terus didatangi oleh para pedagang. Oleh karena itu, kota Baubau terus
berkembang dan menjadi salah satu kota pelabuhan penting di Sulawesi Tenggara.
peran yang sangat penting sebagai pusat perdagangan dan pelayaran keberbagai
Menurut La Ode Ali Hasan, bahwa kedudukan Kota Baubau sebagai kota
dalam maupun untuk kepentingan luar negeri. Saat ini, Kota Baubau berperan
perdagangan dan pelayanan jasa. Selain itu, beberapa kegiatan ekonomi lainnya
seperti kegiatan pelayaran dan pariwisata juga mulai berkembang seiring dengan
meningkatnya fungsi Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Hingga Saat ini, Kota
sekitarnya.
berikut:
pemerintah, bukan hanya oleh pemerintah pusat tetapi juga oleh pemerinah
Menurut Idwan (2017: 3), bahwa sistem jaringan jalan di Kota Baubau tidaklah
penduduk dan kegiatan sosial ekonomi kota ikut andil dalam terbentuknya
jaringan jalan kota yang merupakan fenomena dari kegiatan transportasi kota.
jalan dilakukan di berbagai wilayah yang di mulai kawasan pusat kota hingga
Jaringan jalan di Kota Baubau dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1. Panjang jalan menurut pemerintah yang berwenang di Kota Baubau
(Km), 2016-2020
Pemerintah yang Berwenang 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jalan Negara 62.08 62.7 53.98 55.64 55.64
Jalan Provinsi 7.83 7.83 7.83 7.80 7.80
Jalan Kabupaten/Kota 367.95 402.39 343.92 398.56 401.38
Total 437.86 472.29 411.73 462.00 464.82
Sumber: BPS Kota Baubau 2021
jalan yang ada di Kota Baubau terdiri dari jalan negara, jalan provinsi dan jalan
sepanjang 437.86 km, 2017 sepanjang 472.29 km, 2018 sepanjang 411.73 km,
2019 sepanjang 462.00 km dan 2020 sepanjang 464.82 km. Panjang jalan tersebut
tergolong kedalam jenis permukaan aspal, kerikil, tanah dan lainnya. Untuk
52
panjang jalan kabupaten/kota menurut jenis permukaan dapat dilihat pada tabel
Tabel 5.2. Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Baubau (Km), 2016-
2020
Jenis Permukaan 2016 2017 2018 2019 2020
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aspal 331.54 362.15 239.85 237.31 260.08
Kerikil 36.41 40.24 81.54 112.21 127.74
Tanah - - - 49.03 13.56
Lainnya - - 22,53 - -
Total 367.95 402.39 343.92 398.55 401.38
Sumber: BPS Kota Baubau 2021
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dapat dilihat bahwa jenis permukaan jalan
kabupaten/ kota yang ada di Kota Baubau terdiri dari jalan aspal, jalan kerikil,
jalan tanah dan yang lainnya. Total keseluruhan panjang jalan menurut jenis
permukaan di Kota Baubau yaitu tahun 2016 sepanjang 367.95 km, 2017
sepanjang 402.39 km, 2018 sepanjang 343.92 km, 2019 sepanjang 398.55 km dan
setelah terpilihnya Walikota Dr. H. Mz. Amirul Tamim, M.Si dan Wakil Walikota
Drs. H. LM. Halaka Manarfa secara definitif di Kota Baubau periode 2003-2008.
Walikota Dr. H. Mz. Amirul Tamim, M.Si dan Wakil Walikota Drs. H. LM.
Mz. Amirul Tamim, M.Si, Jaringan jalan di Kota Baubau mulai di kembangkan
dan ditata dengaan baik dari pusat kota hingga ke kawasan yang baru berkembang
kota dari kawasan jalan Yos Sudarso, jalan poros Betoambari hingga pusat-pusat
perbukitan Kota Baubau dilakukan pada tahun 2004 melalui Dinas PUPR
pembangunan kota baru Palagimata yang saat ini telah menjadi area perkantoran
masa pemerintahan Walikota Dr. H. Mz. Amirul Tamim M.Si tetapi juga
dilakukan pada masa pemerintahan Walikota Dr. H. AS. Tamrin, M.H yang
pemerintah Kota Baubau dilakukan pada tahun 2016 sebagai alternatif untuk
semakin padat. Pembangunan jalan lingkar ini sempat terhenti karena keterbatasan
sangat sempit dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Sehingga ketika
jangka waktu yang lama. Pengembangan jaringan jalan di Kota Baubau dapat
(a) (b)
(c)
Gambar 5.1. (a) jaringan jalan palagimata (b) jaringan jalan lingkar Kota Baubau
(c) lampu merah dan lampu jalan (Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tahun 2021)
Berdasarkan gambar 5.1 di atas, pengembangan jaringan jalan di Kota
Baubau telah dilakukan oleh pemerintah Kota Baubau. Kondisi jaringan jalan di
Kota Baubau terlihat tampak lebar dan di aspal dengan menggunakan aspal
Sementara itu, terkhusus jaringan jalan di pusat Kota Baubau dilengkapi dengan
yang berkualitas maka jaringan jalan yang berada di pusat Kota Baubau
dilengkapi dengan pemasangan lampu merah (traffict ligt) dan lampu jalan
Muhammad Yusran Achmad, bahwa pemasangan lampu merah (traffict ligt) dan
lampu jalan lainnya di pusat Kota Baubau dilakukan melaui kerja sama
pemerintah kota dengan pihak PT. Pembangkit Listrik Negara (PLN). Setelah
mendapat pasokan daya listik yang besar, pemerintah Kota Baubau melakukan
pemasangan lampu merah (traffict light) dan lampu jalan di beberapa titik jalan
dalam wilayah Kota Baubau. Upaya Pemerintah kota Baubau ini mendapat respon
positif dari masyarakat dan pihak Kepolisian Lalu Lintas dalam menekan
seiring dengan perkembangan Kota Baubau menjadi kota pelabuhan. Saat ini Kota
belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah yang saat itu masih berada
diri dari Kabupaten Buton dan berstatus sebagai Kota pada tahun 2001,
yang ukuran dan volumenya lebih kecil di Kota Baubau (wawancara 24 Februari
2021).
dermaga dalam menampung berbagai jenis kapal yang beroperasi di Kota Baubau.
Jenis kapal yang beroperasi di Pelabuhan Murhum Kota Baubau terdiri dari 43
57
unit armada diantaranya 11 unit merupakan kapal penumpang (Pelni) dan 32 unit
Pelabuhan Murhum Baubau dapat diliihat pada tabel 5.3 berikut ini:
dalam kurun tahun 2016 hingga 2019. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan bongkar
Sedangkan pada tahun 2020 kegiatan angkutan laut mengalami penurunan karena
di sebabkan oleh pembatasan kegiatan kapal karena masih dalam keadaan lock
Drs. H. Umar Abibu, M.Si sebagai Pelaksana Jabatan Walikota Baubau tahun
2001-2003 sebelum terpilihnya Dr. H. Mz. Amirul Tamim M.Si sebagai Walikota
dermaga yang digunakan untuk tempat bersandar kapal dalam melakukan kegiatan
kunjungan kapal, selain kondisinya yang sudah termakan usia juga kondisi
dermaga sudah tidak dapat menampung kapal. Oleh karena itu, di lakukan
kapal yang aman, efektif dan efisien maka perbaikan Pelabuhan Murhum
dibangunan pada tahun 2002 untuk kegiatan kapal kargo, dermaga finger II
dibangun pada tahun 2011-2013 untuk kegiatan kapal cepat bersamaan dengan,
dermaga utama II untuk kegiatan kapal kontainer dan dermaga Utama I yang
dibangun pada tahun 2015 untuk kegiatan kapal penumpang (Pelni). Selain itu
Baubau. Sejumlah pelabuhan lokal di Kota Baubau dilakukan perbaikan baik dari
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 5.2. (a) Pelabuhan Murhum (b) Terminal Penumpang (c) Kantor UPP
Kelas I Baubau (d) Loket Penjualan Tiket. (e) Pelabuhan Fery (f)
Pelabuhan Jembatan Batu (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun
2021)
peningkatan dan telah di lengkapi dengan berbagai fasilitas eksisting yang terdiri
dari dermaga, terminal penumpang, kantor pelabuhan dan loket penjualan tiket.
oleh berbagai jenis kapal mulai dari jenis kapal penumpang (Pelni), Kapal
penumpang (Superjet), kapal barang, kapal cargo dan kapal container. Keberadaan
pelabuhan di Kota Baubau terdiri dari pelabuhan lokal dan pelabuhan nasional.
dilakukan oleh pemerintah Kota Baubau, hingga saat ini Kota Baubau berperan
kota dalam membuka akses dan membangun hubungan konektivitas antar daerah
menjadi satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat terpisahkan dalam terwujudnya
Betoambari tepatnya pada titik koordinat 0528’ Lintang Selatan dan 12234’
pada tahun 1976 dan saat itu belum difungsikan untuk melayani penumpang
sebagaimana yang di kemukakan oleh Mantouw dkk (2018: 672), bahwa untuk
udara.
oleh pesawat penerbangan swasta pada tahun 2003 dengan kapasitas penumpang
kurang dari 100 oang, namun seiring meningkatnya jumlah penumpang yang
udara dan penambahan maskapai penerbangan terus dilakukan. Hingga saat ini,
jumlah pesawat yang beroperasi terdiri dari 4 unit diantaranya pesawat Aom
French Airlines, Wings Air, Garuda Indonesia dan Citilink. Untuk kegiatan
angkutan udara yang berlangsung di Bandar Udara Betoambari dapat diliihat pada
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan angkutan udara
di Bandar Udara Betoambari dalam kurun waktu tahun 2016 hingga 2018 terus
datang dan berangkat. Sedangkan dalam kurun waktu tahun 2019 hingga 2020,
karena pada tahun tersebut ada pembatasan kegiatan angkutan udara untuk
Baubau memperoleh status kota pada tahun 2001 dimasa kepemimpinan Drs. H.
Umar Abibu, M.Si sebagai Pelaksana Jabatan Walikota Baubau tahun 2001-2003.
Menurut Efendi (2019: 1), bahwa Bandar Udara Betoambari merupakan bandar
udara perintis yang di dirikan pada tahun 1979 dan sempat tidak diguanakan.
Namun pada tahun 2001 landasan bandar udara ini mulai di perbaiki dan pada
penerbangan.
menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah Kota Baubau dalam memberikan
dan selanjutnya kembali dilakukan pada tahun 2018 yang meliputi landasan pacu,
apron dan terminal penumpang. Saat ini panjang landasan pacu yang dibangun
oleh pemerintah Kota Baubau mencapai 2000 meter dan luas terminal 1.358,82 m2
untuk kapasitas kurang lebih 240 orang pada jam sibuk (wawancara 24 Februari
2021).
udara merupakan kemajuan berharga baik dari sisi ekonomi, sosial budaya
dengan Bandar Udara Hasanuddin Makassar yang merupakan pintu gerbang udara
(a) (b)
Gambar 5.3. (a) Bandar Udara Betoambari (b) landasan pacu Bandar Udara
Betoambari (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun 2021
Berdasarkan gambar 5.3 di atas, terlihat pengembangan Bandar Udara
bentuk bangunan fisik pada Bandar udara dimana pada awal pembangunannya
pada tahun 1979 sempat tidak difungsikan dan tahun 2001 bandar udara tersebut
Letak geografis Kota Baubau yang cukup strategis yang didukung dengan
transportasi udara merupakan salah satu wujud pembangunan yang dilakukan oleh
65
pusat perdagangan dan pelayanan jasa yang nyaman, maju, sejahtera dan
berbudaya.
letak geografis wilayahnya yang strategis dalam jalur pelayaran dan perdagangan
nasional. Menurut Bappeda (2018: 67), bahwa Kota Baubau sebagai pintu
gerbang Sulawesi Tenggara dari dan ke Kawasan Barat maupun Kawasan Timur
dan daerah hiterlandnya. Kawasan strategis propinsi yang ada di Kota Baubau
adalah kawasan sekitar pelabuhan Murhum dan pelabuhan Jembatan Batu yang
Jumlah sarana perdagangan yang terbangun di Kota Baubau dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dapat dilihat bahwa secara umum, sarana
perdagangan yang terbangun di Kota Baubau terdiri dari pasar, pertokoan, kios
dan warung. Namun, untuk jumlah kios dan warung tidak terdata dalam BPS Kota
berjumlah 454, 2019 berjumlah 515 dan 2020 berjumlah 576. Perkembangan
sarana perdagangan seperti pasar dan pertokoan tersebut terjadi seiring dengan
Baubau.
pengembangan Kota Baubau sebagai kota pelabuhan. Menurut Bapak La Ode Ali
dengan fungsi Kota Baubau sebagai kota pelabuhan dimana distribusi barang dan
jasa dapat dilakukan melalui sejumlah pelabuhan yang ada di Kota Baubau.
kawasan yang dekat dengan pelabuhan Kota Baubau. Salah satu kawasan yang
67
strategis di Kota Baubau adalah kawasan yang saat ini dekat dengan pelabuhan
pemerintah Kota Baubau karena selain berada di pusat kota juga dekat dengan
pelabuhan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang. Selain
itu, di beberapa kawasan lainnya seperti di jalan Wolter Mongonsidi dan jalan
sebagai kawasan kawasan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan toko moderen
seperti kompleks pertokoan, Mall dan Lippo Plaza. Kawasan perdagangan yang di
kembangkan di Kota Baubau dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini :
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5.4. (a) pasar tradisional (b) Mall Umna Rijoli (c) supermarket Lippo
Plaza. (d) pertokoan (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun 2021)
68
beli masyarakat di wilayah Kota Baubau. untuk pasar dengan skala pelayanan
kota yaitu pasar Wameo di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro, Pasar Karya
Kelurahan Wale Kecamatan Wolio. Sedangkan pasar dengan skala pelayanan sub
wilayah kota merupakan pasar mingguan yang terdapat di Kelurahan Karya Baru
Lea-Lea.
sudah ada saat ini tidak berpengaruh signifikan dengan keberadaan pusat
perhotelan yang terbangun di Kota Baubau dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:
Berdasarkan tabel 5.6 diatas, dapat dilihat bahwa sarana hotel yang
tahun 2016 jumlah hotel yang terbangun berjumlah 59 unit, 2017 berjumlah 59
unit, 2018 berjumlah 59 unit, 2019 berjumlah 61 unit dan 2020 berjumlah 58 unit.
penunjang Kota Baubau, diantaranya yaitu: Hotel Ratu Rajawali, Hotel Hanura,
Hotel Mira, Hotel Mustia, Hotel De Bora, Hotel Roscihan, Hotel Lina, dan
seperti perhotelan dan pergudangan yang ikut terbangun di Kota Baubau dapat
(a) (b)
Gambar 5.5. (a) perhotelan (b) kawasan pergudangan (Sumber: Dokumentasi
Pribadi Kota Baubau Tahun 2021)
Berdasarkan gambar 5.5 di atas, terlihat sejumlah sarana perhotelan dan
Menurut La Ode Ali Hasan, bahwa perwajahan perkotaan ini digambarkan dengan
perhotelan, wisma yang menunjang masuknya arus keluar masuk orang ke kota
dikembangkan, saat ini perlu dilengkapi pula areal pergudangan yang diarahkan
dikacamatan Kokalukuna dan Bugi yang berbatasan dengan lahan industri dan
2021).
pelabuhan yang ada di Kota Baubau baik dalam skala besar maupun skala kecil.
Sarana angkutan barang perdagangan antar pulau dapat dilihat pada gambar 5.6
berikut ini :
(a) (b)
(c)
Gambar 5.6. (a) gerobak angkutan barang (b) kapal angkutan barang (c)
kendaraan angkutan barang (Sumber : Mulya dkk., 2018)
Berdasarkan gambar 5.6 di atas, terlihat sarana pengangkutan barang yang
kelompok. Kelompok yang pertama adalah komoditas hasil bumi yang meliputi:
kedua adalah komoditas hasil laut yang meliputi ikan dan hasil-hasil laut lainnya.
Kabupaten Muna dan Kabupaten Wakatobi. Kota Baubau merupakan salah satu
kota yang memiliki fungsi perkotaan dan pusat pertumbuhan bagi daerah
hiterlandya.
kebutuhan bagi daerah hiterlanda tersebut. Menurut (Mulya dkk (2018: 650),
bahwa Kota Baubau merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Tenggara
selain Kota Kendari yang memiliki fungi perkotaan dan pusat pertumbuhan bagi
Kota Baubau. Kondisi ini menjadi modal dasar dalam pembangunan kawasan
perdagangan.
sebagai pusat perdagangan dan jasa, maka pemerintah Kota Baubau melakukan
Bapak La Ode Ali Hasan, bahwa sebagai kota yang memiliki kedudukan yang
strategis dalam jalur lalu lintas perdagangan di wilayah Indonesia Timur, maka
dan merupakan salah satu prioritas utama yang diselenggarakan oleh pemerintah
5. Pengembangan Pariwisata
Kota Baubau dikenal sebagai daerah yang memiliki objek wisata yang
kaya akan sejarah dan budaya serta keindahan alamnya yang memukau sebagai
daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Menurut Singka dkk
(2011: 102), bahwa Kota Baubau adalah kota yang memiliki arti penting dalam
budaya dan sejarah, serta keindahan alam, salah satu kota tua di Kawasan timur
Indonesia ini juga bisa berfungsi sebagai pintu masuk bagi yang strategis untuk
mengunjungi berbagai objek dan tujuan wisata yang tersebar di kepulaun Buton.
bahwa Kota Baubau sebagai kota pelabuhan telah ditata dan dikelola secara baik
oleh pemerintah daerah Kota Baubau dengan cara melakukan penataan dan
pemetaan wilayah sesuai dengan potensi ekonomi yang akan dikembangkan untuk
baik wisata budaya, wisata alam, maupun wisata buatan dapat meningkatkan
pariwisata yang telah di lakukan di daerah Kota Baubau adalah sebagai berikut :
1. Wisata budaya
Benteng Keraton Buton, Pulau Makasar dan kampung tenun Sula yang dapat
(a) (b)
(c)
Gambar 5.7. (a) Benteng Keraton Buton (b) Pulau Makasar (c) kampung tenun
Sula (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun 2021)
Berdasarkan gambar 5.7 diatas, Kota baubau merupakan daerah yang kaya
akan warisan budaya dan bangunan tradisional yang memiliki potensi untuk
menjadi daya tarik wisatawan baik lokal maupun manca negara. Hal ini
yang sampai saat ini masih terawat dan dilestarikan dengan baik oleh masyarakat
Buton. Benteng keraton dikenal sebagai benteng pertahanan terluas di dunia yang
76
dinobatkan pada tahun 2016 oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI)
obyek wisata budaya berupa Masjid Agung Kesultanan Buton, Tiang bendera
keluarga pembesar Kesultanan Buton, meriam kuno, batu Popua, batu Wolio dan
pada kawasan pemukiman dengan tradisi budaya festival air Pulau Makasar yang
masih terjaga dan terus di pertahankan hingga saat ini. Tradisi budaya tersebut
Tuturangiana Andala (memberi makan kepada penguasa laut). Selain itu, juga
berbasis pada kerajinan tenun kain khas Buton. Kegiatan masyarakat di kampung
ini lebih dominan sebagai penghasil kain Buton terbesar di Kota Baubau. Objek
wisata budaya yang dapat disaksikan dikampung ini selain kegiatan masyarakat
yang menenun kain khas Buton juga kondisi perkampungannya yang penuh
dengan warna warni. Setiap rumah di cat dengan menggunakan warna yang
berbeda-beda dan hampir di setiap inding rumah terdapat lukisan tangan kerajinan
tenun.
2. Wisata alam
Nirwana, Pantai Lakeba, Batu Sori, Samparona dan Air terjun Tirta Rimba yang
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 5.8. (a) Pantai Nirwana (b) Pantai Lakeba (c) Batu Sori (d) Air Terjun
Tirta Rimba (e) Samparona (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahun
2021)
Berdasarkan pada gambar 5.8 di atas, terlihat pemerintah Kota Baubau
telah mengembangkan sejumlah kawasan wisata alam dengan objek wisata yang
berbasis pada objek wisata pantai yang terletak di Kelurahan Sulaa Kecamatan
Hamparan pasir putih yang sangat kontras dengan air laut yang biru jernih serta
keindahan bawah lautnya menjadi daya tarik bagi para wisatawan di lokasi ini.
Wisata alam Pantai Nirwana dilengkapi dengan berbagai fasilitas wisata seperti
tempat parkir, gazebo, toilet, tempat sampah, warung makan, restaurant, dan
tempat penginapan dengan harga yang beragam. Selain itu juga terdapat jasa
berenang.
berbasis pada objek wisata pantai yang terletak di Kelurahan Sulaa Kecamatan
Betoambari yang ditempuh dengan jarak ± 5 km dari pusat Kota Baubau. Pantai
Lakeba memiliki objek wisata pantai yang indah sebagai daya tarik wisatwan
berupa hamparan pasir putih yang di sertai dengan kondisi air laut yang jernih di
sepanjang pantai. Wisata alam Pantai Lakeba dilengkapi dengan berbagai fasilitas
wisata berupa tempat parkir, gazebo lengkap dengan kursi dan meja, toilet umum,
tempat sampah, Lakeba Restaurant dan musholla. Selain itu juga tersedia
penyewaan jasa hiburan seperti wahana banana boat, parasailing dan jet ski.
pada objek wisata pantai yang terletak di Kelurahan Palabusa Kecamatan Bungi
yang dapat ditempuh dengan jarak ± 25 km dari pusat Kota Baubau. Wisata alam
Batu Sori memiki obyek wisata yang sangat menarik dimana di lokasi tersebut
terdapat jembatan yang dibuat melintasi pantai menuju pulau kecil yang disebut
79
Batu Sori yang tidak jauh dari pinggir pantai. Fasilitas yang tersedia di kawasan
wisata alam Batu Sori yaitu tempat parkiran umum, gazebo, toilet umum, kamar
berbasis pada objek wisata air terjun yang terletak di Kelurahan Kadolomoko
Kota Baubau. Wisata alam Tirta Rimba menawarkan objek wisata alam yang
sangat indah berupa air terjun sebagai obyek utamanya yang disertai dengan
nuansa hutan lindung yang sejuk. Fasilitas wisata yang ada di kawasan wisata
alam Tirta Rimba belum memadai untuk menunjang kebutuhan wisatawan namun
di lokasi tersebut telah tersedia tempat parkir dan kolam permandian yang
objek wisata hutan pinus yang terletak di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan
Sorawolio yang dapat ditempuh dengan jarak ± 14 km dari pusat Kota Baubau.
Wisata alam Samparona memiliki obyek wisata yang menarik berupa hutan pinus
yang didalamnya tersedia berbagai wahana hiburan seperti rumah pohon, menara
hammock, flying fox, tempat memanah, paint ball, bersepeda di tali dan lain
wisatawan seperti tempat parkiran umum, toilet umum, dan tempat dagangan
makanan/minuman.
wisata alam yang belum terkelola tersebut telah terekspos keberadaannya namun
kota baubau juga terdapat tempat wisata yang dikelola oleh masyarakat lokal
publik yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan berbagai macam aktifitas
lainnya yang meliputi Pantai Kamali, Kota Mara dan Bukit Wantiro yang dapat
(a) (b)
(c)
Gambar 5.9. (a) Pantai Kamali (b) Kota Mara (c) Bukit Wantiro (Sumber :
Dokumentasi Pribadi Tahun 2021)
Berdasarkan gambar 5.9 di atas, terlihat pemerintah Kota Baubau telah
membangun kawasan wisata buatan yang merupakan ruang publik yang tidak
yang dilengkapi dengan berbagai hidangan makanan dan minuman sebagai daya
Kawasan ini terletak di pusat Kota Baubau yang dimanfaatkan sebagai tempat
rekreasi pada sore hari hingga menjelang malam dengan menikmati berbagai
macam hidangan makanan dan minuman yang disajikan oleh para pedagang kaki
lima. Selain itu, di Kawasan tersebut terdapat ikon kebanggan Kota Baubau
kegigihan dari Kerajaan Buton Terdahulu. Di bagian barat dari kawasan ini
terdapat ruang parkir dan tempat pedagang kaki lima menjual berbagai macam
barang dagangan.
manfaatkan sebagai tempat rekreasi dan berolahraga. Pada sore hari hingga
menjelang malam, kawasan ini banyak di kunjungi oleh wisatawan dan dilengkapi
dengan berbagai macam hidangan makanan dan minuman yang disajikan oleh
para pedagang kaki lima. Sedangkan pada pagi hari kawasan ini dimanfaatkan
dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi pada sore hari hingga menjelang malam dan
82
tidak sedikit pula yang berkunjung di pagi hari. Di kawasan ini terdapat pedagang
yang menyajikan berbagai macam aneka makanan dan minuman untuk dinikmati
wisatawan pada sore hari hingga menjelang malam. Bukit Wantiro menghadap
A. Kesimpulan
1. Kota Baubau merupakan daerah otonom yang ditetapkan pada tahun 2001
pelabuhan yang disebabkan oleh faktor letak geografis wilayah Kota Baubau
sebagai kota pelabuhan yang berada pada jalur pelayaran dan perdagangan
kota dagang dan pelayanan jasa, faktor sosial yang berkaitan dengan
panjang Kota Baubau untuk dijadikan sebagai kota dagang dan pelayanan jasa.
pengembangan pariwisata.
83
84
B. Saran
saran yaitu sebagai daerah yang memiliki kedudukan yang strategis, maka
kota pelabuhan tetapi dapat juga dikembangkan sebagai derah istimewa yang
setara dengan daerah-daerah lainnya di Indinesia. Hal ini dikarenakan kota baubau
Hindia Belanda hingga terbentuk menjadi daerah otonom tersendiri dengan status
sebagai kota.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdullah dkk., 2011. Port City development and quality of life in pasir gudang
port, Johor, Malaysia. Asia Pacific International Conference on
environtmrnt-Behaviour.
Ars, Moh. Nur., Yunus Rasyid., Hasyim Achmad & Muklis P. 1986. Sejarah Kota
Samarinda. Direktorat Jenderal Kebudayaan: Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2021. Kota Baubau dalam Angka 2021. BPS Kota Baubau:
Baubau
Bappenas. 2015. Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah
Swasta PelabuhanBaubau, Sulawesi Tenggara. Anugrah Kridapradana:
Baubau.
Bintarto, R. 1977. Geografi Kota. U.P Spring: Yogyakarta.
Daldjoeni. 1992. Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek.
Alumni: Bandung.
Hadara, Ali. 2019. Prosedur dan Pedekatan dalam Penelitian dan Penulisan
Sejarah. Sekarlangit: Kendari.
Hidayah, Zulyani & Raharjo, Joko Muji. 1997. Corak dan Pola Hubungan Sosial
Antar Golongan dan Kelompok Etnik di Daerah Perkotaan: Suatu Studi
Masalah Pembaruan Dalam Bidang Sosial Ekonomi Daerah Surabaya
Jawa Timur. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen
Pendidkan dan Kebudayaan: Jakarta.
85
86
Mulya, Setyardi P., Mujio Sukir & Abdul Jamaludin. 2018. Dinamika
Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau, Provinsi Sulawesi
Tenggara, p. 650. Dalam Pravitasari dkk (Ed). Prosiding Seminar
Nasioanal ASPI 2018: Perencanaan Wilayah, Kota, dan Desa Terintegrasi
yang Berkelanjutan, Berimbang dan Inklusif. P4B LPPM IPB: Bogor.
Philipus, Ng & Nurul Aini 2004. Sosiologi dan Politik. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Rabani, L. O. 2010. Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara. Ombak:
Yogyakarta.
Rabani, L. O. 2012. Ironi Identitas dan Sejarah Kota Baubau, p. 161. Dalam
Darmawan Y dan Fahimuddin MM (Ed). Negeri Seribu Benteng: Lima
Abad Dinamika di Kota Baubau. RESPECT: Baubau.
Rahmad. 2020. Sejarah Kota Kisaran Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.
Garudhawaca: Yogyakarta.
Tuloli, M. Yusuf., Hadi Sabari Y & Sri Rum G. 2013. Proses Perubahan Spasial
Kota Gorontalo, p. 480-481. Dalam Suratman dkk (Ed). Prosiding
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVI Ikatan Geografi Indonesia (IGI):
87
Zuhdi, Susanto. 1997. Pasai Kota Pelabuhan Jalan Sutra: Kumpulan Makalah
Diskusi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.
Zuhdi, Susanto., G.A. Ohorella & M. Said D. 1996. Kerajaan Tradisional
SulawesiTenggara: Kesultanan Buton. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta.
Jurnal :
Rabani, L. O., Bambang Purwanto & Sri Margana. 2020. Politik dan Ekonomi di
Dua Kota: Baubau dan Kendari pada Tahun 1950an-1960an. Mozaik
Humaniora. Vol. 20 (1) : 39-56.
Rusnandar, Nandar. 2010. Sejarah Kota Bandung dari “Bergdessa” (Desa Udik)
Menjadi Bandung “Heurin Ku Tangtung” (Metropolitan). Pacanjala. Vol.
2 (2) : 273-293.
Silondae, S., H. Abd. Azis Muthalib & Ernawati. 2016. Keterkaitan Jalur
Transportasi dan Interaksi Ekonomi Kabupaten Konawe Utara dengan
Kabupaten/Kota Sekitarnya. Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan. Vol.
1 (1) : 49-64
Singka, K., Andi Samsu Alam & Nurlinah. 2011. Analisis Potensi Pariwisata
dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kota Baubau. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Vol. 4 (2) : 97-108.
Soares, A., Nurpratiwi, R & Makmur, M. 2015. Peranan Pemerintah Daerah
Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Vol. 4 (2): 231-236.
Joko, Tri. 2002. Arah Pengembangan, Bentuk dan Struktur Fisik Keruangan Kota
pangkalan Bum-Kumai Kab. Kota Waringin Barat. Tesis. Program
Sarjana, Semarang. Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN
90
6. Nama : Muhlis
Umur : 54
Agaama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jln. Yos Sudarso, Wale, Wolio Kota Baubau
7. Nama : Masrun
Umur : 38
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kelurahan Melai, Baubau
93