Anda di halaman 1dari 88

WISATA PANTAI TORONIPA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN

KONAWE : 1998-2022

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
(S. Hum) Pada Jurusan Ilmu Sejarah

OLEH:

FITRIANTI
N1C1 19 063

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk

dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi pada Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.

Judul Skripsi : Wisata Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe :

1998–2022

Nama : Fitrianti

Jurusan : Ilmu Sejarah

Kendari, Maret 2024

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Basrin Melamba, M,Pd.,MA Drs. Hayari, M.Hum


NIP. 19771015 20050 1 1001 NIP.19670108 199311 1 001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Ilmu Sejarah,

Dr. Aslim S.S., M.Hum.


NIP. 19710428 200012 1 001

ii
ABSTRAK

FITRIANTI (N1C1 19 063) Judul Skripsi “Wisata Pantai Toronipa


Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe: 1998-2022” dibawah bimbingan Dr.
Basrin Melamba M.Pd., MA sebagai pembimbing I dan Drs Hayari M.Hum
sebagai pembimbing II.
Permasalahan penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perkembangan
perintisan Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe tahun 1998-
2022? (2) Bagaimana dampak pariwisata Pantai Toronipa terhadap kehidupan
ekonomi masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe tahun 1998-2022?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
sejarah yang dikemukakan oleh Loius Gootchal yang terdiri atas empat tahapan
yaitu: (1) Heuristik yakni pengumpulan sumber sejarah (2) Kritik sumber, (3)
Interprestasi sumber, (4) Historiografi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Perkembangan perintisan
Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe tahun 1998-2022 yakni;
a) Tahap sebelum dibuka wisata pantai Toronipa b) perintisan Pantai Toronipa
Periode 1998-2022 yaitu pada periode 1998-2022 yaitu Pembukaan akses jalan
menuju ke objek wisata pantai Toronipa dan membangun pintu gerbang dan pada
tahun meningkatnya pengunjung pantai Toronipa, pada tahun 2009 mengalami
perkembagan fasilitas-failitas atau sarana dan prasarana seperti jasa gazebo,
banana boat, ban renang, kamar mandi, rumah makan, kios dan villa, merenovasi
pintu yang dahulu masih terbuat dari papan kemudian dibangun permanen,
pemerintah membangun sebuah menara pantai, ditambah lagi 6 unit toilet umum
secara keseluruhan toilet yang ada di wisata pantai Toronipa. dan pemerintah
memperbaiki infrastruktur berupa pengaspalan jalan masuk menuju ke lokasi
wisata pantai Toronipa c) Fasilitas wisata pantai Toronipa (2) Dampak Pariwisata
Pantai Toronipa Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe 1998-2022 yakni; a) Dampak Positif Pantai Toronipa
Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat yaitu terbentuknya kesempatan
lapangan kerja, bertambahnya pendapatan masyarakat dan masyarakat dapat
berwisata dengan jarak dekat b) Dampak negatif yaitu lingkungan pariwisata
menjadi kotor dan kurangnya stabilitas pendapatan masyarakat.
Kata Kunci: Wisata, Pantai Toronipa, Kecamatan Soropia.

iii
ABSTRAK

FITRIANTI (N1C1 19 063) Thesis title "Toronipa Beach Tourism,


Soropia District, Konawe Regency: 1998-2022" under the guidance of Dr. Basrin
Melamba M.Pd., MA as supervisor I and Drs Hayari M.Hum as supervisor II.
The problems of this research are: (1) How is the development of the pioneering
of Toronipa Beach, Soropia District, Konawe Regency in 1998-2022? (2) What is
the impact of Toronipa Beach tourism on the economic life of the people of
Soropia District, Konawe Regency in 1998-2022?
The research method used in this research is the historical method
proposed by Loius Gootchal which consists of four stages, namely: (1) Heuristics,
namely collecting historical sources (2) Criticism of sources, (3) Interpretation of
sources, (4) Historiography.
The results of this research show that: (1) Development of pioneering
Toronipa Beach, Soropia District, Konawe Regency in 1998-2022, namely; a) The
stage before the opening of Toronipa beach tourism b) pioneering of Toronipa
Beach for the 1998-2022 period, namely in the 1998-2022 period, namely opening
road access to the Toronipa beach tourist attraction and building a gate and in the
year the number of visitors to Toronipa beach increased, in 2009 it experienced
development facilities or facilities and infrastructure such as gazebo services,
banana boats, swimming pools, bathrooms, restaurants, kiosks and villas,
renovating doors which were previously made of planks and then built
permanently, the government built a beach tower, plus 6 toilet units Overall, there
are toilets at Toronipa beach tourism. and the government is improving
infrastructure in the form of paving the entrance road to the Toronipa beach
tourist location. c) Toronipa beach tourism facilities (2) The impact of Toronipa
Beach tourism on the economic life of the people of Soropia District, Konawe
Regency 1998-2022, namely; a) The positive impact of Toronipa Beach on the
economic life of the community, namely the creation of job opportunities,
increasing people's income and people being able to travel short distances. b) The
negative impact is that the tourism environment becomes dirty and there is a lack
of stability in people's income.

Keywords: Tourism, Toronipa Beach, Soropia District

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan Rahmat-nyalah sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan judul “Wisata Pantai Toronipa Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe: 1998-2022”. Penulis mengakui bahwa skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangannya di dalamnya, karenanya dengan lapang dada

penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif agar lebih baik

kedepannya.

Penyusun menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Basrin

Melamba, M.Pd, M.A, sebagai pembimbing I dan Bapak Drs. Hayari, M. Hum,

sebagai pembimbing II, yang telah memberikan banyak saran, arahan dan

bnimbingan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya La

Sema terutama ibu tercinta Wa Fatia yang telah melahirkan, memberikan cinta

kasih sayang, merawat, mendidik dan bekerja apa saja yang penting halal untuk

penulis melanjutkan pendididkan di perguruan tinggi sampai pada tahap ini.

Terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas dukungan moral dan materialnya

yang tak terhitung jumlahnya, penulis hanya bisa selalu berdoa kepada Allah SWT

agar melimpahkan rahmat, karunia dan perlindungan untuk kedua orang serta di

beri kesehatan dan umur panjang.

v
Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun, S.Si.,M.Si.,M.Sc selaku Rektor

Universitas Halu Oleo.

2. Bapak Dr. Akhmad Marhadi, S. Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Halu Oleo.

3. Bapak Aslim, S.S., M. Hum, selaku Dosen dan Ketua Jurusan Ilmu

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo yang telah banyak

memberikan arahan dan dorongan dalam menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Faika Burhan, S.S.,M.A selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.

5. Seluruh Dosen dan Staf lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Halu Oleo khususnya Dosen-Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo, Dr. La Ode Ali Basri, M.Si,

Dra. Aswati., M.,M.Hum, Fatma, S.Pd, M.A, Hasni Hasan, S.Pd, M.Si,

Hisna, S.Pd, M. Hum, Sarman, S.Pd, M.Pd, Suharni Sudin S.Pd, Khabirun,

S. Sos., M. Sos, Salebaran, S. Hum., M.A yang telah bersedia memberikan

bekal ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama

menempuh pedidikan S1 di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Halu Oleo.

6. Para Staf Administrasi di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Halu Oleo, Abdul Azis, S.H.

vi
7. Sahabat tercinta Sriadi Ningsih, Alisya Tikaprilia Manguntu, Sarnita,

Wilda Maamir, Ice Sarindra Triowati, yang selalu mensuport dan menjadi

sahabat terbaik. Pengalaman yang luar biasa bersama kalian akan menjadi

momen yang tidak terlupakan dan akan sangat dirindukan, semoga

persahabatan kita akan terus berlanjut untuk selamanya.

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan dari

pengetahuan yang dimiliki oleh Penulis. Oleh karenanya atas kesalahan

dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, penulis memohon maaf dan

bersedia menerima kritikan yang membangun.

Terakhir, harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Kendari, Maret 2024

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan dan Batasan Masalah......................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................7
A. Kerangka Konseptual.....................................................................................7
B. Tinjauan Historiografi....................................................................................19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................21
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................21
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian....................................................................21
C. Sumber Penelitian.........................................................................................21
D. Metode Penelitian……………………………………………………… …23
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................27
A. Keadaan Geografis........................................................................................27
B. Keadaan Demografis.....................................................................................28
C. Keadaan Sosial Budaya.................................................................................30
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................35
A. Perkembangan Perintisan Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe Tahun 1998-2022............................................................................35
B. Dampak Pariwisata Pantai Toronipa Terhadap Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe..................................40
BAB VI PENUTUP..............................................................................................51
A. Kesimpulan...................................................................................................51
B. Saran..............................................................................................................52

viii
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………53
DAFTAR INFORMAN………………………………………………………....56
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………..58

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Menurut

Jenis Kelamin…………………………………………………………...29

Tabel 4.2. Klarifikasi Pendidikan di Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe…..32

Tabel 5.1Jenis Usaha dan Tarif di Pantai Toronipa………………………………44

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keindahan alam dan

budayanya, tidak terlepas dari letak strategis membuat bentang alamnya yang

beragam sehingga banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin

berwisata ke negara ini. Potensi sumber daya alam hutan secara perairannya,

berupa flora, fanua dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan

keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dengan didukung dengan

sumber daya alam yang beraneka ragam yang berpotensi untuk diolah dan

dimanfaatkan. Selain itu negara indonesia kaya akan seni budaya daerah, adat-

istiadat, peninggalan sejarah terdahulu dan yang tidak kalah menarik adalah

keindahan panorama alamnya yang cukup potensial untuk dikembangkan dengan

baik. Ternyata pariwisata itu juga dapat diandalkan untuk meningkatkan

kesejaraaan masyarakat dan pembangunan nasional (Yoeti 2008:4). Banyak juga

objek wisata yang ada di indonesia yang telah terkenal tidak hanya di dalam

negeri maupun keluar negeri. Oleh sebab itu pengembangan pariwisata di

Indonesia dilakukan oleh seluruh wilayah di Indonesia maka dibentuklah

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di tingkat nasional dan Dinas

Kebudaayan dan Pariwisata Daerah di Tingkat daerah.

1
Pariwisata merupakan sumber pendapatan yang dapat terus diperbaharui

dan diremajakan, bentuk peremajaan daerah wisata ini dapat berupa renovasi, dan

perawatan secara teratur oleh sebab itu maka pariwisata merupakan investasi yang

penting pada sektor non migas bagi Indonesia. Pariwisata yang merupakan

investasi ekonomi masa depan akan secara otomatis mempermudah perputaran

barang dan jasa pelayanan di tempat wisata. Lebih jauh lagi pariwisata akan

meningkatkan stabilitas ekonomi nasional, namun tentu saja keberhasilan dalam

pengembangn pariwisata seperti di atas akan mampu dirasakan apabila faktor-

faktor pendukungnya telah di persiapkan dengan baik.

Pariwisata sebagai sebuah sector pembangunan daerah merupakan salah

satu baagian dari salah satu pembangunan nasional yang tidak dapat di lepaskan

dari prinsip otonomi daerah. Untuk mendukung penyelenggraaan otonomi daerah

tersebut dibutuhkan kewenangan yang luas, nyata,dan bertanggung jawab di tiap-

tiap daerah tersebut. Sebagai tindak lanjut penyelenggaraan otonomi daerah

dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah yang merupakan kebijakan yang lahir dalam rangka

menjawaab dan memenuhi tuntutan reformasi dan semangat pembaharuan tentang

demokratisasi antara hubungan pusat dan daerah serta upaya pemberdayaan

daerah.

Secara spesifik misi utama dari penerapan otonomi daerah adalah

keinginan untuk menciptakan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pengelolaan sumber daya daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum dan

kesejahteraan daerah, serta memberdayakan dan dan menciptakan ruang bagi

2
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan otonomi daerah

maka pengelolaan keuangan daerah diserahkan sepenuhnya kepada daerah, untuk

dapat,menjalankan kegiatan pemerintahan maka pemerintah daerah memerlukan

sumber-sumber keuangan yang cukup memadai.

Keadaan potensi pariwisata yang cukup kompetitif tersebut maka

pemerintah berusaha untuk meningkatkan dalam mengerjakan dan

mengembangkan sektor pariwisata sebagai salah satu pemasukan devisa.

Perhatian Pemerintah terhadap sektor pariwisata salah satunya ditujukan dengan

dikeluarkan undang-undang nomor 9 tahun 1990, dimana dijelaskan modal berupa

sumber daya buatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia perlu dimanfaatkan

secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang ditunjukan untuk

meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan

lapangan pekerjaan, mendorong Pembangunan daerah, memperkenalkan dan

mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata Indonesia serta memupuk rasa cinta

tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-

gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat, dengan

syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang

penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun

sementara". Berdasarkan pengertian diatas bahwa pariwisata adalah suatu

perjalanan yang dilakukan seorang atau sekelompok orang untuk sementara waktu

3
dari suatu tempat ketempat yang lainnya dengan maksud untuk menikmati

perjalanan tersebut atau dapat memenuhi hasrat dan keinginan masing-masing.

Industri pariwisata Indonesia ini semakin dan menawarkan berbagai jenis

pariwisata seperti wisata Bahari, wisata alam, wisata budaya dan wisata religi.

Sudah seharusya kekayaan yang dimiliki Indonesia ini membawa dampak yang

positif bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Provinsi

Sulawesi Tenggara pada khususnya.

Kabupaten Konawe seperti yang kita ketahui merupakan salah satu

kabupaten di Sulawesi Tenggara memiliki berbagai macam potensi pariwisata,

baik wisata alam maupun wisata budaya karena Kabupaten Konawe memiliki

berbagai macam-macam suku, adat istiadat dan kebudayaan. Pemerintah

kabupaten konawe sudah mulai memanfaatkan sektor pariwisata sebagai salah

satu sumber pendapatan asli daerah. Pengembangan pariwisata di Kabupaten

Konawe tidak hanya diarahkan untuk menjaring wisatawan nasional tetapi

wisatawan mancanegara. Sejalan dengan dunia pariwisata yang nampak semakin

meningkat serta terdapatnya kawasan-kawasan yang potensial untuk dijadikan

obyek wisata.

Salah satu obyek wisata yang berada di Sulawesi Tenggara khususnya

Kabupaten Konawe yaitu pantai Toronipa. Pantai Toronipa merupakan salah satu

destinasi pariwisata yang sering dikunjungi oleh masyarakat terutama masyarakat

dari kota Kendari. Daya tarik wisatawan ke kawasan wisata di Kabupaten Konawe

cukup besar, namun sampai saat ini penataan atau pengelolaannya tidak dilakukan

secara professional, hanya bersandar pada adat istiadat yang ada pada setiap

4
daerah. Pantai toronipa berasal daari kata bugis “toro nipa” yang berarti “pohon

nipa lentur” yang tumbuh di sekitaran pantai.

Kabupaten Konawe saat ini sedang giat menata dan mengembangkan

sektor ini sebagai suatu multi beneficial sector, tersedianya jenis usaha baru

sebagai alternative pendapatan terutama bagi masyarakat setempat, fasilitas serta

jasa pelayanan masyarakat, serta penerapan keahlian dan teknologi baru, dalam

meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya masyarakat sekitaran pantai

Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.

Sektor pariwisata meerupakan salah satu core bisnis yang diharapkan

menjadi motor penggerak pertumbuhan ekono mi masyarakat dan sumber

pendapatan asli daerah ( PAD) sebagaimana ditetapkan dalam visi dan misi

pembangunan yang dilaksanakan. Hal tersebut memerlukan landasan kebijakan

strategis berupa pola perencanaan pemetaan satuan kawasan wisata yang

komprehensif dalam bentuk rencana induk pengembangan pariwisata daerah

Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pengembangan daerah obyek wisata di Provisinsi Sulawesi Tenggara pada

dasarnya selain sebagai sarana promosi daerah, juga sebagai sarana untuk

meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini sesuai undang-undang RI.

No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan yang mengamanatkan bahwa sektor

pariwisata seharusnya dapat meningkatkan pendapatan pembangunan daerah serta

di perkuat oleh undang-undang otonomi pemerintah daerah nomor 32 tahun 2004

semakin membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk mengelola sumberdaya

alam yang dimiliki sebagaimana yang tercantum dalam pasal 10 ayat 1

5
menyatakan bahwa “daerah berwenang mengelola sumberdaya nasional yang

tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan

sesuai dengan peraturan perundang;undangan”. Sehubungan dengan hal tersebut

maka pemerintah Sulawesi Tenggara melalui peraturan daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara nomor 2 tahun 2014 pasal 41 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2014–2034, mengenai Kawasan Peruntukan

Pariwisata, menetapkan Pantai Toronipa sebagai tempat wisata yang berada di

Kawasan Kabupaten Konawe.

Kabupaten Konawe seperti yang kita ketahui merupakan salah satu

Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki berbagai macam potensi

pariwisata, baik wisata alam maupun wisata budaya karena Kabupaten Konawe

memiliki bermacam-macam suku, adat-istiadat dan kebudayaan. Kabupaten

Konawe saat ini sedang giat menata dan mengembangkan sektor ini sebagai suatu

multi beneficial sector tersedianya jenis usaha baru sebagai alternatif pendapatan

terutama bagi masyarakat setempat, pasar baru bagi produk-produk lokal, fasilitas

serta jasa pelayanan masyarakat, serta penerapan keahlian dan teknologi baru,

dalam meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya masyarakat sekitaran

pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui

atau memahami kajian penelitian dan mengungkap perkembangan Sejarah

pariwisata. Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Destinasi Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe: 1998-2022.

6
B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana perkembangan perintisan Pantai Toronipa Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe tahun 1998-2022?

b. Bagaimana dampak pariwisata Pantai Toronipa terhadap kehidupan ekonomi

masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe tahun 1998-2022?

2. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka batasan masalah dalam

penelitian ini dibatasi baik secara temporal, spasial, maupun tematis, sebagai

berikut:

a. Batasan Temporal

Batasan temporal dalam penelitian ini dimulai pada tahun 1998-2022.

Penetapan tahun 1998 sebagai awal dirintisnya pantai Toronipa sebagai kawasan

objek destinasi wisata bagi umum, sedangkan penetapan tahun 2022 sebagai akhir

kajian karena melihat perkembangan objek wisata sudah memiliki berbagai

macam fasilitas yang menunjang bagi pengunjung.

b. Batasan Spasial

Batasan spasial dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Konawe Provinsi

Sulawesi Tenggara tepatnya di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia sebagai

objek destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan di akhir pekan.

7
c. Batasan Tematis

Batasan tematis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Perkembangan perintisan Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe tahun 1998-2022

2) Dampak pariwisata Pantai Toronipa terhadap kehidupan ekonomi

masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe tahun 1998-2022

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pada penelitian ini yaitu:

1) Untuk menjelaskan perkembangan perintisan Pantai Toronipa Kecamatan

Soropia Kabupaten Konawe tahun 1998-2022.

2) Untuk menjelaskan dampak pariwisata Pantai Toronipa terhadap kehidupan

ekonomi masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe tahun 1998-

2022.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dalam penulisan sejarah yang

berkaitan dengan perkembangan objek destinasi parawisata pantai Toronipa

b. Sebagai tambahan referensi bacaan bagi para pencinta sejarah di seluruh

Indonesia, terkhusus untuk Provinsi Sulawesi Tenggara yang berkaitan

dengan objek destinasi parawisata pantai.

8
2. Manfaat Praktis

a. Bagi kalangan akademisi, yaitu sebagai bahan masukan dan pembanding

dalam upaya penelitian selanjutnya.

b. Bagi pemerintah, sebagai sumbangan pemikiran dalam kontek penelusuran

dan penulisan sejarah perkembangan dan terbentuknya objek destinasi

parawisata pantai Toronipa

c. Bagi masyarakat, Kabupaten Konawe terkhusus Kecamatan Soropia

Kelurahan Toronipa bisa menjadi tambahan wawasan dan pemahaman

mengenai Destinasi parawisata pantai Toronipa.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

1. Konsep Pantai

Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat

di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan

laut. Panjang garis pantai ini diukur mengelilingi seluruh pantai yang merupakan

daerah territorial suatu negara.

Menurut Yuwono (1992 : 59-70) Pantai adalah jalur yang merupakan batas

antara darat dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah.

Dipengaruhi oleh fisik laut dan social ekonomi, sedangkan ke arah darat dibatasi

oleh proses alami dan kegiatan manusia dilingkungan darat.

a. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut

seperti pasang surut, angin laut dan perembasan air laut.

b. Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terndah dan pasang

tertinggi.

c. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana

posisinya tidak tetap danh dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut

dan erosi pantai yang terjadi.

d. Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi

pengamanan dan pelestarian pantai.

e. Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.

10
Menurut bentuknya ada empat macam pantai, yaitu pantai landai, pantai

curam, pantai bertebing dan pantai karang.

1. Pantai landai, yaitu pantai yang permukaannya relatif datar. Termasuk pantai

jenis ini adalah pantai mangrove, pantai bukit pasir, pantai delta. dan pantai

estuari.

2. Pantai curam biasanya bergunung-gunung. Karena peretakan yang memanjang

sejajar pantai dan terkikis ombak yang besar, terjadilah tebingtebing curam dan

laut dalam. Contohnya, pantai di selatan pulau Jawa dan barat Pulau Sumatera.

3. Pantai bertebing (Flaise) adalah pantai yang curam di muka tebing karena

adanya pegunungan melintang tegak lurus terhadap pantai. Di pantai ini sering

dijumpai laut yang dangkal. Terjadinya flaise karena penimbunan hasil

perusakan tebing pantai itu sendiri yang disebabkan oleh abrasi atau erosi

marine.

4. Pantai karang terjadi jika di dasar laut sepanjang pantai terdapat terumbu

karang, misalnya pantai di pulau sulawesi, maluku, dan nusa tenggara. Pantai

seperti ini biasanya dijadikan objek wisata laut.

Bentuk permukaan pantai tidak selalu tetap, tetapi senantiasa mengalami

perubahan, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

1. Gelombang, arus, dan pasang surut merupakan tenaga pengikis, pengangkut,

dan pengendapan material di pantai.

2. Perubahan ketinggian relatif permukaan laut, karena pembekuan atau pencairan

es, dan penaikan atau penurunan bagian litosfer.

11
3. Pengaruh kegiatan manusia seperti pembuatan pelabuhan, pengeringan rawa-

rawa, dan pengerukan muara sungai.

2. Konsep Destinasi Wisata

Menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,

daerah tujuan wisata yang selanjutya disebut destinasi wisata adalah kawasan

geografis yang spesifik berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang

didalamnya terdapat kegiatan kepariwisataan dan dilengkapi dengan ketersediaan

daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta

masyarakat yang saling terkait.

Menurut Sunaryo (2013: 159) menjelaskan bahwa kerangka

pengembangan destinasi wisata terdiri dari komponen-komponen utama sebagai

berikut:

1. Daya tarik wisata; yang mencakup keunikan dan daya tarik berbasis alam,

budaya, maupun buatan.

2. Aksesibilitas; yang mencakup kemudahan sarana dan sistem transportasi.

3. Amenitas; yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata.

4. Fasilitas umum; yang mendukung kegiatan pariwisata

5. Kelembagaan; yang memiliki kewenangan, tanggug jawab dan mendukung

terlaksananya kegiatan pariwisata. peran dalam

Menurut Pitana (2009: 107), destinasi adalah tempat yang dikunjungi

dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan

tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Suatu

destinasi harus memiliki berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan oleh

12
wisatawan agar kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan merasa

nyaman. Berbagai kebutuhan wisatawan tersebut antara lain fasilitas transportasi,

akomodasi, biro perjalanan, atraksi (kebudayaan, rekreasi, dan hiburan) pelayanan

makanan dan barang-barang cinderamata.

Kemudian Kusudianto (1996: 115), menjelaskan bahwa destinasi wisata

merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana

dimana dia dapat tinggal selama waktu tertentu. Kata destinasi dapat digunakan

untuk suatu kawasan terencana, yang sebagian atau seluruhnya dengan amenitas

dan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi, restoran, hotel, atraksi, toko

pengecer yang dibutuhkan pengunjung.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

destinasi wisata merupakan suatu tempat yang menjadi tujuan untuk berekreasi,

yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas rekreasi, produk wisata,

atraksi wisata dan lain-lain yang kesemuanya itu saling berinteraksi antar berbagai

elemen.

a. Definisi Pariwisata

Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yang masing-masing kata terdiri

dari kata pari dan wisata yang mana kedua kata tersebut mempunyai pengertian;

kata pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Kata wisata berarti

perjalanan, bepergian yang mana kata tersebut sesuai dengan kata travel dalam

bahasa inggris (Yoeti, 1985: 103). Dari dasar peninjauan secara etimologis di atas

maka pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau

berputar-putar, dari tempat lain ke tempat lain dan dalam bahasa inggrisnya

13
disebut dengan kata Tour sedang untuk keperluan jamaknya kata kepariwisataan

dapat digunakan Tourisme.

Pariwisata bila ditinjau secara harfiah dari asal katanya bahwa wisata atau

kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenang-

senang. Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang

atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu yang didukung

berbagai fasilitas untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara

(Ismayanti, 2010: 3).

Disisi lain Salah (1992: 107) mengemukakan bahwa pariwisata adalah

suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan

secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar

negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu suatu

benua atau Negara) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang

beraneka ragam dan berbeda apa yang dialaminya dimana mereka memperoleh

pekerjaan tetap.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan

bahwa pariwisata adalah suatu aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh individu

ataupun kelompok pada suatu daerah dengan berbagai tujuan, dimana salah satu

tujuan tersebut adalah untuk mencari kesenangan.

Menurut UU No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan yang dimaksud

dengan kepariwisataan adalah sebagai berikut:

14
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek

atau daya tarik wisata

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait

dibidang tersebut. yang berhubungan dengan

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa.

Kegiatan kepariwisataan dapat memberikan dampak bagi daerah tujuan

wisata, dampak tersebut berupa dampak ekonomi seperti penyediaan tempat

tinggal bagi para wisatawan dan hal ini akan memberikan penghasilan tambahan

bagi penduduk setempat.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yoeti (1996: 103)

bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan dari pada gejala-gejala yang

ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan

tempat tinggal menetap dan memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat

sementara itu.

Istilah pariwisata juga berhubungan erat dengan perjalanan wisata, yaitu

sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat

tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang

menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata

merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan

15
tujuan antara lain untuk mendapat kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin

mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan

kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha

yang lainnya (Gamal, 2004: 3-4).

Menurut Kesrul (2003: 5) tujuan berwisata yaitu:

1. Ingin bersantai, bersuka ria, rileks (lepas dari rutinitas);

2. Ingin mencari suasana baru atau suasana lain;

3. Memenuhi rasa ingin tahu untuk menambah wawasan;

4. Ingin berpetualang dan mencari pengalaman baru;

5. Mencari kepuasan dari yang sudah didapatkan.

Kemudian Hayati (2001: 13) mengemukakan empat komponen pokok

yang membentuk kegiatan pariwisata sebagai berikut:

1. Daya tarik wisata, merupakan sesuatu yang menarik dan menyebabkan

wisatawan berkunjung ke suatu tempat/daerah/negara. Daya tarik itu terbagi

kedalam tiga kelompok besar yaitu obyek wisata, buatan dan budaya. Obyek

wisata budaya meliputi upacara kelahiran, tari-tarian, musik, pakaian adat,

perkawinan adat, upacara panen, cagar budaya bangunan bersejarah, festival

budaya, kain tenun, adat istiadat, museum dan lain-lain. Sedangkan objek.

wisata buatan meliputi sarana dan fasilitas olahraga, permainan, hiburan,

ketangkasan, kegemaran, kebun binatang, taman rekreasi, taman nasional dan

lain-lain.

16
2. Kemudahan, yaitu kelancaran seseorang dalam melakukan perpindahan dari

suatu tempat ke tempat lainnya, misalnya sarana transportasi, baik sarana

transportasi darat, laut, maupun udara.

3. Akomodasi, merupakan semua jenis sarana yang menyediakan tempat

penginapan bagi seseorang yang melakukan perjalanan meliputi hotel, motel,

wisma, pondok wisata, villa, apartemen, karavan, perkemahan, kapal pesiar

dan lain sebagainya.

4. Jasa boga, yaitu tempat yang menyediakan makanan dan minuman bagi

wisatawan, meliputi restoran dan rumah makan.

Jadi, dari beberapa definisi diatas pariwisata adalah suatu perjalanan yang

dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat

ke tempat lain, dilakukan secara sadar dan tidak mengakibatkan suatu keadaan

tinggal menetap dengan tujuan semata-mata bersenang-senang atau dengan tujuan

beranekaragam.

b. Definisi Objek Wisata

Wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena

mempunyai sumber daya, baik alamiah maupun buatan manusia, seperti

keindahan alam atau pegunungan, pantai, flora dan fauna, kebun binatang,

bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi-candi, tari-tarian, atraksi

dan kebudayaan yang khas lainnya Gamal (2004: 6). Selanjutnya Objek wisata

dipahami sebagai gejala kepergian orang-orang didalam negaranya sendiri

(pariwisata domestik) atau penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu

negara (pariwisata internasional).

17
Proses bepergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan,

saling pengertian insani, perasaan, persepsi, motivasi, tekanan, kepuasan,

kenikmatan antar sesama pribadi maupun kelompok (R.G. Soekadijo, 2001). Jadi,

objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya

serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik

untuk dikunjungi wisatawan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan Pasal 1 mengatakan bahwa: Daya tarik wisata adalah sesuatu yang

memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan. Unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian diatas

dapat disimpulkan, yaitu: (1) setiap daya tarik wisata memiliki keunikan,

keindahan; (2) daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia

yang berseni tinggi dan layak untuk dijadikan suatu produk; (3) yang menjadi

sasaran utama adalah wisatawan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek wisata yaitu suatu tempat

yang dikunjungi wisatawan karena mempunyai keadaan alam atau sumber daya

yang mempunyai daya tarik. Sumber daya yang dimaksud yaitu perwujudan dari

pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa.

Menurut Yoeti (1996: 46) suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata

yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik untuk

dikunjungi, yakni:

18
1. Adanya sesuatu yang dapat dilihat (something to see), maksudnya adanya

sesuatu yang menarik untuk dilihat, dalam hal ini objek wisata yang berbeda

dengan tempat-tempat lain (mempunyai keunikan tersendiri).

2. Adanya sesuatu yang dapat dibeli (something to buy), yaitu terdapat sesuatu

yang menarik yang khas untuk dibeli dalam hal ini dijadikan cendramata untuk

dibawa pulang ke tempat masing-masing sehingga di daerah tersebut harus ada

fasilitas untuk dapat berbelanja yang menyediakan souvenir maupun kerajinan

tangan lainnya.

3. Adanya sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), yaitu sesuatu aktivitas

yang dapat dilakukan di tempat itu yang bisa membuat orang yang berkunjung

merasa betah di tempat tersebut.

Menurut Ridwan (2012: 5) mengemukan objek wisata adalah segala yang

memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa sesuatu keanekaragaman

kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

tujuan kunjungan wisatawan. Kemudian Gamal (1997). menyatakan bahwa objek

wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan disuatu

daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan tersebut

maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun serta dikelola secara

professional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Pada

umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan

bersih.

2. Adanya eksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

19
3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang hadir.

5. Untuk objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena memiliki nilai

khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang

terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

Berdasarkan definisi di atas, maka objek wisata adalah tempat yang

dikunjungi dengan berbagai keindahan yang didapatkan, tempat untuk melakukan

kegiatan pariwisata, tempat untuk bersenang-senang dengan waktu yang cukup

lama demi mendapatkan kepuasan, pelayanan yang baik, serta kenangan yang

indah di tempat wisata.

a. Pengembangan Objek Wisata

UU RI No. 10 Tahun 2009 Pasal 6 dan 7 tentang pembangunan pariwisata

disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah memperhatikan

keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan

manusia untuk berwisata. Pembangunan pariwisata meliputi:

1. Industri pariwisata

2. Destinasi pariwisata

3. Pemasaran, dan

4. Kelembagaan kepariwisataan

Musanef (1996: 1) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata adalah

segala kegiatan dan usaha terencana untuk menarik wisatawan, menyediakan.

semua sarana dan prasarana, barang dan jasa/fasilitas yang diperlukan guna

melayani kebutuhan wisatawan. Pada prinsipnya pengembangan adalah setiap

20
usaha memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan

datang dengan memberikan informasi, memperbaiki sikap atau menambah

kecakapan-kecakapan.

Menurut Sujali (1989: 41), untuk mendapatkan hasil pembangunan

kepariwisataan yang optimal ada tiga komponen penting yang harus dipersiapkan

yaitu:

1. Tersedianya objek wisata yang dapat dinikmati atau adanya atraksi yang dapat

dilihat.

2. Tersedianya sarana transportasi dan perhubungan.

3. Komponen penunjang yang berupa akomodasi dan sarana infrastruktur.

Menurut Yoeti (1996: 181), aspek-aspek yang perlu dikaji dalam

perencanaan pariwisata adalah sebagai berikut:

1. Wisatawan

2. Pengangkutan

3. Atraksi/objek wisata

4. Fasilitas pelayanan

5. Informasi dan promosi

Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada

potensi daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata tersebut, dan harus mengacu

pada berbagai kriteria kelayakan kelayakan yang dimaksud adalah kelayakan

financial, kelayakan ekonomi regional, kelayakan teknis dan kelayakan

lingkungan (Gamal, 1997: 20).

21
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pengembangan objek wisata haruslah memperhatikan kebutuhan

wisatawan agar dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke objek

wisata. semua aspek yang ada baik itu wisatawan, fasilitas wisata, fasilitas umum

dan lain-lain harus diperhatikan demi terciptanya tujuan wisata.

B. Tinjauan Historiografi

Penelittiaan pertama yang dilakukan oleh Ifzil (2019), merupakan

penelitian dalam bentuk skripsi dari Univeristas Negeri Pandang yang berjudul

“Pengembangan Objek Wisata Pantai Pasir Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara

Kabupaten Agam”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh strategi

pengembangan objek wisata pasir tiku yang akan dilakukan di masa yang akan

datang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan

metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi morfologis

pantai, ketersediaan sarana dan prasarana serta upaya dan strategi pengembangan

objek wisata pantai Pasir Tiku terdiri dari (1) Pengembangan sumber daya (2)

Pengembangan potensi wisata (3) Penataan kembali sarana dan prasarana yang

telah ada (4) Menambahkan sarana dan prasarana sesuai standar objek wisata (5)

Menjalin kerjasama dengan pemerintah. Persamaan penelitian tersebut dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama mengangkat objek yang

sama yaitu objek wisata Pantai.

Selanjutnya penelitian yang di lakukan karmila (2019) merupakan

penelitian dalam bentuk skripsi dari Universitas Halu Oleo kota Kendari yang

berjudul “Perkembangan Destinasi Wisata Pantai Taipa Kecamatan Lembo

22
Kabupten Konawe Utara (1993-2017)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan Perkembangan Destinasi Wisata Pantai Taipa. Metode penelitian

yang digunakan adalah kualitatif dan wawancara. Hasil penelitian tersebut

membahas mengenai Perkembangan Destinasi Pariwisata Pantai Taipa Kecamatan

Lembo Kabupaten Konawe Utara.

Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Martarida (2022), yang berjudul

“Strategi Pengembangan Pantai Nimtuka Sebagai Potensi Wisata Berbasis

Masyarakat di Desa Bone Kabupaten Kupang”. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui potensi di Pantai Nimtuka Desa Bone sehingga dapat dikembangkan

menjadi suatu daerah tujuan wisata. Metode penelitian ini digunakan metode

kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat yang

digunakan untuk menjadi pada kondisi ilmiah dimana peneliti sebagai instrument.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa analisis matriks SWOT dapat

diterapkan strategi-strategi pengembangan daya Tarik wisata di pantai Nimtuka,

yaitu mendorong pemerintah daerah dan pemerintah desa untuk melakukan

pengembangan yang lebih baik di Pantai Nimtuka.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti menjadikan tulisan tersebut

sebagai bahan perbandingan mengenai perbedaan penelitian yaitu dari penelitian

diatas belum ada yang menulis tentang destinasi pariwisata pantai Toronipa

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe dan persamaan antara penelitian diatas

dan penelitian ini yaitu sama-sama membahas mengenai perkembangan objek

wisata yang ada di Indonesia dan sekarang dari Dinas Pariwisata Provinsi

Sulawesi Tenggara menerbitkan buku panduan tentang pariwisata di Sulawesi

23
Tenggara. Sehingga historiografi ini membuat penulis untuk mengambil judul

penelitian tentang “Wisata Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe: 1998-2022”.

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Pantai Toronipa Kelurahan Toronipa

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Penelusuran sumber juga dilakukan di

Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Pariwisata

Konawe, Perpustakaan Universitas Halu Oleo, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Halu Oleo Kendari. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Agustus sampai dengan November 2023.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenia penelitian ini adalah sejarah pariwisata khususnya destinasi

pariwisata pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu sosial atau

multidimensi. Menggunakan ilmu-ilmu sosial dalam menganalisis dan eksplanasi

sejarah dengan menggunakan konsep dalam ilmu sosial berupa konsep pantai dan

destinasi wisata. Ilmu-ilmu bantu yang disebut auxiliary science atau disciplines

dapat menjadi sumber-sumber utama bagi sejarawan dalam penelitian dan

penyusunan kembali (rekonstruksi) sejarah. Ilmu-ilmu bantu ini digunakan sesuai

dengan topik atau periode yang dikaji.

C. Sumber Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga kategori sumber data

penelitian sejarah yaitu sebagai berikut:

1. Sumber Primer,

25
2. Sumber Sekunder,

3. Sumber Tersier.

Sumber primer (primary sources) adalah bila sumber atau penulis sumber

menyaksikan, mendengar sendiri (eyewitness atau ear-witnes) atau mengalami

sendiri (the actor) peristiwa yang dituliskan dalam sumber tersebut. Sumber

primer adalah sumber yang belum diolah atau belum “diganggu” isinya. Seperti

laporan kepala lurah Toronipa yang terkait dan sebagainya.

Sumber sekunder adalah bila sumber atau penulis sumber hanya

mendengar peristiwa itu dari orang lain. Dalam hal ini harus dibedakan antara,

sumber sekunder, sumber tidak hidup sezaman. Sumber sekunder adalah sumber

yang telah diolah lebih dahulu. Misalnya: buku-buku , artikel-artikel hasil kajian

suatu peristiwa, Sumber Sekunder, yakni sumber atau informasi yang di peroleh

secara lisan dari beberapa narasumber seperti mantan kepala lurah Toronipa,

mantan pengelola pantai Toronipa, Sekretaris Toronipa dan masyarakat yang

tinggal di sekitar wilayah Kecamatan Soropia.

Sumber lisan dapat dibagi menjadi dua golongan, pertama yaitu kesaksian

lisan yang disampaikan oleh pelaku yang terlibat langsung dalam peristiwa yang

dikisahkan. Disebut sejarah lisan (oral history) ini merupakan kisah tentang

pengalaman yang disampaikan secara lisan. Biasanya kesaksian lisan ini direkam

dengan alat perekam atau biasanya ditranskripsikan keatas kertas. Kemudian

tadisi lisan (oral tradition) seperti mitos legenda cerita rakyat (folklore) atau

kenangan kolektif.

26
D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai metode sejarah

yang berlaku. Seperti yang dijelaskan oleh Louis Gootchal (1975: 32) terdiri dari

4 (empat) langkah kegiatan yang saling berurutan sehingga yang satu dengan yang

lainnya saling berkaitan yaitu : 1) Heuristik Sumber, 2) Kritik Sumber, 3)

Interpretasi Sumber, dan 4) Historiografi. Metode penelitian sejarah dapat

diuraikan melalui tahapan-tahapan prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Heuristik

Heuristik sumber merupakan kegiatan untuk menemukan atau

mengumpulkan data yang dapat diverifikasi dan sumber-sumber sejarah atau

bahan untuk bukti sejarah seperti buku referensi lain yang ada hubungannya

dengan masalah yang akan dibahas. Dalam mengumpulkan informasi dan sumber

data yang dapat digunakan untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

studi pada metode literatur atau studi kepustakaan. Dalam studi literatur, peneliti

mengumpulkan sumber-sumber berupa buku, makalah. majalah, dan artikel yang

relevan dengan masalah yang dikaji dan tidak lari dari pembahasan mengenai

Wisata Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 1998-

2022. Sumber-sumber yang telah dikumpulkan kemudian peneliti pelajari dan

kaji sesuai dengan langkah-langkah dalam penelitian sejarah seperti yang

dijelaskan di atas.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber adalah tahap menilai atau menguji sumber-sumber sejarah

yang telah dikumpulkan dari sudut pandang nilai keberadaannya. Kebenaran

27
sumber-sumber sejarah ini dapat diperiksa keaslian dan kepercayaannya, sehingga

kredibilitasnya benar-benar dapat diuji. Dalam kritik sumber ini peneliti

melakukan 2 (dua) cara yaitu kritik eksternal dan internal.

1. Kritik eksternal, yaitu cara memeriksa atau menguji aspek-aspek bagian luar

sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007:132) Seperti, menentukan kredibilitas. dan

validitas sumber sejarah yang dapat diverifikasi. Misalnya di mana dan kapan

serta dari bahan apa sumber itu ditulis, sumber-sumber primer adalah sumber

sejarah yang dapat diverifikasi yang sezaman dengan peristiwa- peristiwa

yang diteliti atau diselidiki

2. Kritik internal, yaitu cara yang dilakukan terutama untuk menentukan apakah

sumber tersebut dapat memberikan data yang dipercaya atau tidak. Kritik

Internal ini dilakukan setelah penulis selesai melakukan kritik eksternal,

khususnya untuk menunjukkan apakah sumber ini benar-benar fakta sejarah.

3. Interpretasi Sumber

Interpretasi adalah proses menyusun, merangkaikan antara satu fakta

sejarah dengan fakta sejarah yang lain sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat

dipahami dan bermakna. Tujuannya agar data yang ada dapat mengungkap

masalah-masalah yang ada sehingga diperoleh alternatif untuk menyelesaikannya.

Dalam proses interpretasi, tidak semua fakta dapat dimasukan, melainkan harus

dipilih fakta mana yang relevan dan sesuai dengan penggambaran peristiwa yang

akan disusun. Dalam artian bahwa fakta sejarah yang didapatkan oleh peneliti di

lapangan seperti sumber primer dan sumber sekunder yang menyangkut Destinasi

Pariwisata Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 1998-

28
2022 kemudian dianalisis, diseleksi, dan disusun secara kronologis oleh penulis

agar menghasilkan suatu karya sejarah yang mudah dipahami oleh pembaca.

Interpretasi sumber dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Analisis, yaitu proses menguraikan semua sumber-sumber melalui proses

seleksi sehingga dapat melahirkan sebuah kebenaran atau fakta yang telah

berhasil dikumpul yang telah lolos dari tahap kritik dan telah diinterpretasikan

sehingga diperoleh kebenaran sesuai kenyataan yang terjadi di lapangan.

b. Sintesis, yaitu menyatukan beberapa data yang terkumpul yang dianggap saling

berhubungan dan relevan dengan penelitian yang dikaji untuk mendapatkan

sebuah fakta.

4. Historiografi

Historiografi atau Penulisan Sejarah merupakan rangkaian bagian akhir

dari penyusunan penelitian sejarah. Pada bagian ini penulis menyusun kisah

sejarah dengan memperhatikan aspek kronologis, sistematis dan ilmiah

berdasarkan fakta-fakta dan konsep-konsep serta teori yang relevan dengan

permasalahan penelitian.. Penyajian penulis dalam bentuk penulisan sejarah ini

mempunyai tiga bagian yaitu, pertama pengantar, dimana penulis mengajukan

karya ilmiah yang merupakan rencana awal dalam penelitian ini. Dimana penulis

menyinggung sedikit tentang destinasi pariwisata pantai Toronipa Kecamatan

Soropia Kabupaten Konawe 1998-2022. Kedua hasil penelitian, dimana penulis

akan menjelaskan yang terdapat dalam permasalahan penelitian ini. Pertama 1)

Menjelaskan perkembanagan perintisan pantai Toronipa Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe tahun 1998-2022, 2) Dampak Pariwisata Pantai Toronipa

29
Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe tahun 1998-2022. Dan kedua adalah bagian akhir dari penelitian ini yaitu

kesimpulan dari hasil penelitian. Dimana penulis akan menyimpulkan dari hasil

penelitian yang telah dilakukan.

30
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Geografis
Kecamatan Soropia merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas wilayah

62,73 Km2 atau 0,92 persen dari luas daratan Kabupaten Konawe, Desa/Kelurahan

dengan wilayah terluas adalah Kelurahan Toronipa dengan luas 10 Km2 atau 15,94

persen dari luas Kecamatan Soropia, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecli

adalah Desa Leppe dengan luas 0,51 km2. Berdasarkan posisi geografinya

Kecamatan Soropia memiliki batas-batas yaitu: di sebelah Utara berbatasan

dengan Laut Banda, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Kendari sebelah

Timur berbatasan dengan Konawe Kepulauan, serta di sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Lalonggasumeeto. Secara Astronomi Kecamatan Soropia

terletak pada 3º54’577’’ Lintang Selatan, serta 122º39’608’’ Bujur Timur

(BPS,2022).

Secara administratif pantai Toronipa berada pada di wilayah Kabupaten

Konawe yang merupakan kawasan wisata pantai toronipa , jarak Toronipa dari ibu

kota Kabupaten Konawe 94 km dan jarak Toronipa dari Kota Kendari 28 km. Kini

masyarakat di Sultra khususnya Kota Kendari sudah bisa menikmati akses jalan

baru menuju wisata Pantai Toronipa. Saat ini jalan 2 (dua) jalur yang

menghubungkan Kota Kendari hingga pantai Toronipa dapat dilalui sepanjang 15

km. Pembangunan jalan ini merupakan salah satu mega proyek pada masa

kepemimpinan Gubernur Sultra Ali Mazi dan Wakil Gubernur Sultra Lukman

31
Abunawas. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk mendukung akses

pengembangan pariwisata unggulan di Sultra setelah melalui proses selama tiga

tahun, yaitu dari tahun 2019-2022. Untuk mendukung percepatan pengembangan

pariwisata, pemerintah provinsi melibatkan masyarakat setempat dengan

membentuk tim generasi muda Toronipa. dan 20 orang dibawa ke Bali untuk

belajar mengembangkan pariwisata. Selain itu, Gerakan Nasional Laut Bersih

Tahun 2022 yang bertemakan “Membangun Kejayaan Maritim Agar Lebih Cepat

Pulih, Bangkit Lebih Kuat” Lanal Kendari melibatkan unsur TNI, Polri, Basarnas,

Instansi Maritim, Pemkab Konawe, anak-anak sekolah, dan masyarakat sekitar.

pantai untuk membantu membersihkan Pantai Toronipa dari sampah-sampah yang

ada. Dengan adanya potensi tersebut, alangkah baiknya dibuatkan paket wisata

Toronipa agar lebih banyak wisatawan yang datang (Lolita, dkk: 79).

B. Keadaan Demografis

1. Jumlah Penduduk

Pertumubuhan penduduk pada suatu tempat atau wilayah dapat disebabkan

oleh beberapa faktor seperti perpindahan penduduk atau migrasi, kelahiran dan

kematian. Pada hakikatnya penduduk merupakan salah satu modal Pembangunan

nasional yang diharapkan dapat berpartisipasi dalam berbagai Pembangunan

bangsa. Jumlah penduduk yang besar apabila dapat dibina dan kerahkan sebagai

tenaga kerja produktif yang bekualitas. Hal ini merupakan modal Pembangunan

yang handal dan dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha Pembangunan

bangsa. Penduduk Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe tercatat berjumlah

9384 jiwa dimana dari jumlah tersebut dapat dibagi lagi dalam kategori jenis

32
kelamin. Untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah penduduk disajikan

pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Jumlah penduduk di Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe


menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase (%)
Pria 4791 51,05
Wanita 4593 48,95
Jumlah 9384 100
(Sumber: BPS Kecamatan Soropia 2022)

Berdasarkan data table 1 di atas menunjukkan bahwa penduduk

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe didominasi oleh pria dengan jumlah 4791

jiwa (51,05%) dan Wanita berjumlah 4593 jiwa (48,95%). Pada dasarnya manusia

ingin mempertahankan eksistensinta di dalam kehidupan ini, dengan demikian

dapatlah dimengerti bahwa perkembangan penduduk merupakan suatu

keniscayaan yang akan terjadi, melihat pesatnya perkembangan penduduk pada

beberaoa decade ini maka perlu adanya usaha yang serius dari pemerintah untuk

dapat memberikan pelayanan yang merata kepada semua penduduk.

2. Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan suatu profesi yang ditempuh oleh setiap

individu untuk menopang kehidupan sehari-hari, perubahan mata pencaharian

terkadang terjadi apabila seseorang sudah tidak nyaman dengan profesi yang

digelutinya, baik yang muncul dari idenya sendiri atau karena melihat pencaharian

yang dilakukan masyarakat lain dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar.

Ekonomi adalah kegiatan atau usaha manusia dalam memenuhi keperluan

(kebutuhan dan keinginan) hidupnya, apapun profesi dan pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang tujuannya tidak akan terlepas dari pemenuhan

33
kebutuhan hidup, baik sekarang maupun yang akan dating. Baik untuk keperluan

sendiri maupun sampai turunan generasi mendatang dan sebagai penunjang biaya

pendidikan bagi anak mereka.

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe merupakan Kecamatan yang

berada yang terletak di bibir pantai, maka cenderung sebagian penduduknya

berprofesi sebagai petani dan nelayan. Sumber daya alam yang melimpah maka

tidak mengherankan jika banyak penduduk yang berprofesi sebagai nelayan dan

petani. Namun selain kedua profesi tersebut ada juga masyarakat yang berprofesi

sebagai wiraswasta. Mengingat lokasi Kecamatan Soropia terdapat destinasi

wisata pantai Toronipa sebagai kebanggaan masyarakat Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe dan menjadi destinasi yang banyak diminati oleh masyarakat

yang bukan hanya dari Kecamatan Soropia tapi melainkan dari luar Kecamatan

juga. Apalagi jaraknya tidak begitu jauh dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara

yaitu Kota Kendari. Sehubungan banyak masyarakat yang memanfaatkan peluang

tersebut untuk membuka usaha atau berdagang dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

C. Keadaan Sosial Budaya

Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu

juga diberikan berupa akal dan pikiran yang berkembang serta dapat

dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,

manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat

yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk,

karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam

34
kehidupannya. Keterlibatan manusia dalam proses interaksi sosial juga didorong

oleh adanya hasrat setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang

tidak bisa terlepas dari orang lain. Terpenuhi dan tidaknya kebutuhan tersebut

mencerminkan keadaan sosial dan budaya dalam masyarakat itu sendiri.

Kondisi Sosial dan budaya yang berada pada Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe memiliki sturuktur sosial yang cukup berkembang dikarena

secara letak geografisnya begitu dekat dengan Ibu Kota Provinsi Sulawesi

Tenggara yaitu Kota Kendari sehingga hal tersebut mempengaruhi perubahan

sosial yang berada di dalam masyarakat. Sedangkan secara sosial masyarakat

Kecamatan Soropia masih memegang teguh budaya gotong royong dan suku yang

mendiami Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe adalah beragam dari suku

tolaki, bugis, buton, bajo dan muna, serta budaya yang ada masih tetap

dipertahankan adalah budaya gotong royong untuk melakukan pekerjaan secara

bersamaan.

1. Pendidikan

Berkembang atau majunya suatu daerah sangat ditentukan oleh kualitas

sumber daya manusia (SDM) serta kualitas intelektual masyarakat yang mendiami

daerah tersebut. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia adalah melalui pendidikan. Tingkat pendidikan penduduk pada suatu

wilayah dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai kualitas sumber daya

manusia yang tersedia di wilayah tersebut, dimana dengan semakin banyaknya

penduduk yang berpendidikan tinggi maka dapat diduga bahwa kualitas sumber

daya manusia diwilayah tersebut tergolong baik. Klasifikasi pendidikan di

35
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe yang menempuh pendidikan untuk

mengetahui lebih jelas mengenai tingkat pendidikan Masyarakat Kecamatan

Soropia Kabupaten Konawe disajikan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Klasifikasi Pendidikan di Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe


Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase (%)
SD 1357 63,47
SMP 536 25,07
SMA 245 11,46
Jumlah 2138 100
Sumber: BPS Kecamatan Soropia, 2022)

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang berada

pada Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe banyak yang bersekolah terbukti

dengan, jumlah SD sebanyak 1357 jiwa (63,47%), SMP sebanyak 536 jiwa

(25,07%) dan SMA sebanyak 245 jiwa (11,46%). Hal ini menandakan bahwa

penduduk di Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe memiliki minat untuk

belejar yang cukup baik.

2. Agama

Pembangunan di bidang keagamaan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa dapat diartikan untuk menciptakan keselarasan hubungan antar manusia

dengan Tuhan, hubungan sesama manusia maupun manusia dengan alam

sekitarnya. Agama dan kepercayaan merupakan suatu hal yang penting dan sangat

diperlukan dalam kehidupan. Agama menjadi pengaruh hidup seseorang dalam

kehidupannya agar selalu berada di jalan yang benar.

Kondisi Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ditinjau dari aspek

keagamaan dapat dikatakan homogen dengan kata lain penduduk di Kecamatan

Soropia secara keseluruhan beragama islam dengan jumlah populasi 9874 jiwa

36
dan terdapat 16 mesjid dan 1 musholah yang berada pada Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe (BPS Kecamatan Soropia, 2022).

3. Bahasa

Bahasa sebagai sarana pengembangan kebudayaan diketahui ketika

seseorang mengenal dan mempelajari kebudayaan melalui bahasa. Secara

felogenetik (hubungan sejenis) bahasa adalah bagian dari kebudayaan, dengan

demikian bahasalah yang memungkinkan pengembangan kebudayaan.

Kebudayaan bangsa tertentu tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya

bahasa.

Bahasa sebagai alat komunikasi antara manusia sangat memegang peranan

penting dalam hubungan interaksi sosial, baik dalam bentuk perorangan,

perorangan dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Untuk lebih

membina kerukunan hidup dan mempererat kesatuan dan persatuan bangsa, maka

pembinaan Bahasa Indonesia dalam Bahasa nasional terus di tingkatkan agar

penggunaannya lebih baik dan benar, begitu pula dengan Bahasa daerah perlu di

tingkatkan dalam rangka mengembangkan serta memperkaya perbendaharaan

Bahasa Indonesia dan khas kebudayaan nasional sebagai salah satu unsur jati diri

dan kepribadian bangsa.

Bahasa yang umum digunakan pada masyarakat Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe adalah Bahasa Indonesia dengan Bahasa daerah bugis dan

tolaki. Suku tolaki bukanlah kelompok mayoritas tetapi Sebagian besar suku bugis

juga mengetahui atau pandai dalam berbahasa tolaki.

4. Kesenian

37
Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan yang dikagumi karena

keunikan dan keindahannya. Kesenian merupakan hasil karya seni manusia yang

mengungkapkan keindahannya serta merupakan ekspresi jiwa dan budaya

penciptanya. Kesenian merupakan bagian dari budaya dan sarana yang digunakan

untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, keindahannya

juga mempunyai fungsi lain. Kesenian di Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe

khususnya suku bugis dan suku tolaki. Masyarakat bugis di Kecamatan Soropia

menggunakan pertunjukan Simphoni Kecapi sebagai music pengiring tari-tarian

seperti tari Paduppa (Penjemput Tamu), Tari Bosara (Tari yang menggunakan

bosara/alat penyimpan jamuan makanan) Tari Pattennung (Menenun), sedangkan

kesinian dari suku Tolaki yaitu salah satunya Tarian Molulo dan Tari

Mondotambe.

Kesenian sebagai salah satu aktivitas budaya masyarakat dalam hidupnya

untuk mengekspresikan ide imajinatif kreatif dan keterampilan manusia yang yang

memiliki tujuan untuk memberikan pesan moral yang ingin di sampaikan melalui

keindahan kesenian secara emosional baik dalam bentuk visual maupun

pertunjukan.

Kesenian selalu dikaitkan dengan kebudayaan yang telah berkembang

secara berangsur-angsur dalam kehidupan sosio kultural. Sebagai bagian dari

wujud budaya, maka tidak heran eksistensi keduanya saling melengkapi satu sama

lain. Kesenian disebut sebagai sarana yang dapat dijadikan media dalam

mengekspresikan rasa kendahan yang berasal dari jiwa manusia.

38
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Perintisan Pantai Toronipa Kecamatan Soropia

Kabupaten Konawe Tahun 1998-2022

1. Tahap sebelum dibuka wisata pantai Toronipa

Awalnya sumber penghidupan masyarakat di Kelurahan Toronipa sebelum

pengembangan obyek wisata pantai pada umumnya adalah sebagai nelayan,

petani, pedagang, tukang batu dan PNS. Namun semenjak pada masa

pemerintahan Nasruddin A. S.Sos yang pada saat itu menjabat sebagai kepala

lurah di Toronipa sehingga bapak Nasruddin A. S.Sos berinisiatif untuk merintis

pantai Toronipa.

Pantai Toronipa pada saat itu masih dalam wilayah administrasi

pemerintah Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Sebelum

tahun 1998 pantai Toronipa masih ditempati para nelayan. sebagaimana

penjelasan Nasruddin A. S.Sos yang pada saat itu menjabat sebagai kepala lurah

di Toronipa, bahwa sebelum tahun 1998 kondisi objek wisata pantai Toronipa

masih bersifat alami dalam arti belum ada usaha pembangunan dari pemerintah

setempat. Melihat potensi yang ada di pantai Toronipa, kepala Lurah Toronipa

berinisiatif untuk membuka objek wisata pantai karena melihat daerah lain yang

sukses membuka objek wisata yang mendatangkan keuntungan bagi masyarakat

dengan bermodalkan semangat masyarakat sekitar pantai bersama dengan Kepala

Lurah Toronipa, Ketua LPM dan Karantaruna mengadakan gotong royong untuk

membabat dan membersihkan pinggir pantai, yang dilaksanakan pada setiap hari

39
jumat sampai minggu. Ini diilhami dengan membandingkan daerah lain yang

membuka usaha objek wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara serta

keyakinan dan tekad bahwa usaha yang dirintis akan membawa keberuntungan

bagi masyarakat dan daerah (Nasruddin A. S.Sos, Wawancara 29 November

2023).

2. Perkembangan Perintisan Pantai Toronipa Periode 1998-2022

Pada tahun 1998 merupakan awal perintisan pantai Toronipa dan pada saat

itu belum ada respon dari masyarakat. Pada tahun ini pantai Toronipa belum

memiliki perkembangan yang begitu signifikan. Keadaan pariwisata pantai

Toronipa pada saat itu masih bersifat alamiah dalam arti belum ada sama sekali

pembangunan sarana dan prasarana dari pemerintah daerah dalam hal ini

kelurahan Toronipa. Sarana dan prasarana yang ada di pantai Toronipa murni dari

hasil swadaya masyarakat Kelurahan Toronipa. Fasilitas yang berada di pantai

Toronipa hanya berupa gazebo-gazebo milik masyarakat setempat. Jalanan

menuju ke pantai Toronipa pun belum selebar seperti saat ini, masih jalan setapak

yang dibuat oleh masyarakat Kelurahan Toronipa. Jika musim hujan tiba maka

jalanan menuju ke pantai akan sangat licin. Karena jalanan menuju kesana masih

terbuat dari tanah. Belum ada pengerasan jalan ataupun pengaspalan, (Irwan

S.Pd.,M.Pd, wawancara 21 September 2023).

Melihat masyarakat yang berkunjung ke wisata pantai Toronipa dan

melihat pengunjung yang setiap tahunnya mengalami peningkatan terutama pada

hari-hari libur dan tahun baru, pada tahun 2004 enam tahun setelah perintisan

pantai Toronipa barulah mulai ada pembangunan sarana dan prasarana di pantai

40
Toronipa oleh masyarakat setempat. Sebagaimana di kemukakan oleh bapak

Nasruddin A. S.sos bahwa pada tahun 2004 pemerintah membangun akses jalan

menuju ke pantai Toronipa yang sebelumnya hanya berupa jalan setapak yang

dibuat oleh masyarakat Kelurahan Toronipa. Pemerintah membuka jalan menuju

ke pantai Toronipa yang menghubungkan antara pemukiman masyarakat

Kelurahan Toronipa dengan objek wisata pantai Toronipa. Jalan yang dibuat oleh

pemerintah tersebut masih belum di aspal, baru berupa pelebaran jalan dan

pengerasan jalan (Subhan Sazali, S.Si wawancara 29 November 2023).

Pembukaan akses jalan menuju ke objek wisata pantai Toronipa oleh

pemerintah daerah jelas memberikan manfaat yang sangat besar bagi sektor

pariwisata khususnya masyarakat Kelurahan Toronipa. Jika hendak ke pantai

Toronipa untuk sekedar refresing mereka tidak lagi melewati jalanan yang licin

ketika musim hujan.

Setelah dibangunnya akses jalan menuju ke pantai Toronipa oleh

pemerintah pada tahun 2004, lambat laun pengunjung pantai Toronipa setiap

tahunnya mengalami peningkatan. Dengan hal ini perlahan membuat pemerintah

segera membangun fasilitas di pantai Toronipa. Karena pantai Toronipa

merupakan sebuah aset yang dapat mendatangkan keuntungan bagi daerah dan

masyarakat khususnya. Kemudian pada tahun 2005 pemerintah perlahan

membangun fasilitas di pantai Toronipa berupa toilet sebanyak 2 unit (Nasruddin

A. S. Sos, wawancara 29 November 2023).

41
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa jelas adanya keseriusan

pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di pantai Toronipa yaitu dengan

dibuatnya palang dan gerbang pintu masuk kawasan wisata pantai Toronipa. Jika

ingin berkunjung ke wisata pantai Toronipa pengunjung dikenakan tarif masuk ke

kawasan wisata pantai Toronipa, kendaraan roda dua sebesar Rp 10.000 perorang

begitupun kendaraan roda empat dihitung perorangan, serta dibangunnya toilet

sebanyak 2 unit. Toilet tersebut masing-masing dilengkapi dengan sumur bor dan

tower penampungan air. Toilet umum tersebut kemudian menjadi sumber

pendapatan tambahan bagi PAD kabupaten konawe. Bagi wisatawan yang

menggunakan toilet umum dikenakan tarif sebesar Rp 2.000 untuk buang air

kecil, Rp 5.000 untuk buang air besar, dan Rp 10.000 untuk mandi bilas.

Adapun perkembangan destinasi wisata pantai Toronipa Kecamatan

Soropia Kabupaten Konawe sebagaimana yang telah dikemukakan oleh kepala

bagian pengembangan destinasi, yaitu sebagai berikut:

Pada tahun 2009 terdapat beberapa perkembangan fasilitas-fasilitas atau

sarana dan prasarana yang bisa menambah penghasilan bagi kebutuhan ekonomi

masyarakat kelurahan Toronipa seperti adanya fasilitas yang dapat di sewakan

seperti jasa gazebo, banana boat, ban renang, kamar mandi, rumah makan atau

kios dan villa, bahkan pemerintah dinas pariwisata Kabupaten Konawe

membangun toilet umum sebanyak 2 unit. Toilet tersebut masing-masing

dilengkapi dengan sumur bor dan tower penampungan air. Toilet umum tersebut

kemudian menjadi sumber pendapatan tambahan bagi PAD kabupaten konawe.

Bagi wisatawan yang menggunakan toilet umum dikenakan tarif sebesar Rp 2.000

42
untuk buang air kecil, Rp 5.000 untuk buang air besar, dan Rp 10.000 untuk

mandi bilas. Melihat pintu gerbang yang dibangun pada tahun 2000 telah lapuk

dan usang. Pada tahun 2013 pemerintah kemudian merenovasi pintu masuk pantai

Toronipa yang dahulu masih terbuat dari papan kemudian dibangun permanen.

Mengingat jumlah wisatawan yang berkunjung ke pantai Toronipa setiap tahunnya

mengalami peningkatan terutama pada hari hari libur dan tahun baru.

Kebersihan merupakan hal yang tidak bisa dilalaikan agar keindahan

wisata pantai Toronipa tetap terjaga. Untuk itu masyarakat Keluran Toronipa pada

tahun 2015 membuat tong sampah yang terdapat di sepanjang pantai Toronipa.

Dengan adanya tong sampah ini diharapkan agar wisatawan bersama-sama

menjaga kebersihan Pantai Toronipa.

Pada tahun 2018 masyarakat kelurahan Toronipa menambah fasilitas yang

ada. Yang sebelumnya hanya ada 2 unit toilet umum dari pemerintah. Kemudian

masyarakat yang mempunyai lahan di sekitar pantai Toronipa berinisiatif

membangun villa masing-masing untuk disewakan kepada pengunjung.

Pada tahun 2022 pemerintah memperbaiki infrastruktur berupa

pengaspalan jalan masuk menuju ke lokasi wisata pantai Toronipa Selain itu,

pemerintah juga membangun jalan pedestrian sepanjang 50 m didepan gazebo.

Dengan dibangunya jalan pedestrian maka akan mempermudah wisatawan untuk

menyusuri pesisir pantai Toronipa.

43
3. Fasilitas Wisata Pantai Toronipa

a. Area Parkir

Di pantai ini juga sudah disediakan area parkir untuk kendaraan roda dua

dan roda empat yang cukup luas. Dengan adanya tempat parkir ini, pengunjung

dapat dengan nyaman memarkir kendaraannya. Dan secara tidak langsung, akan

lebih tertata rapi karena parkir kendaraan sudah ada lokasinya.

b. Kamar Mandi dan Toilet

Dengan adanya fasilitas toilet dan ruang bilas ini menjadikan pengunjung

semakin nyaman. Toilet dan ruang bilas ini disediakan sendiri oleh pengelola atau

dikelola oleh warga setempat. Ruang bilas atau kamar mandinya juga cukup

nyaman bagi yang ingin membersihkan setelah puas bermain air dan pasir pantai

Toronipa. Toilet yang disediakan pun bersih dan tertata sehingga sangat nyaman

bagi pengunjung segala usia.

c. Mushola

Di sekitar pantai juga sudah ada Mushola sebagai tempat untuk beribadah

bagi umat muslim yang sedang berlibur ke pantai ini. Dengan begitu para

pengunjung tidak perlu susahsusah untuk mencari lokasi atau tempat untuk

beribadah.

d. Gazebo

Pengelola menyediakan beberapa gazebo bagi pengunjung. Gazebo yang

menghadap ke pantai sangat nyaman digunakan untuk beristirahat terlebih bagi

pengunjung yang datang dari jauh. Hembusan angin dan irama deburan ombak

pantai Toronipa akan membuat istirahat pengunjung semakin asyik. Gazebo bisa

44
digunakan untuk tidur maupun sebagai tempat bersantai bersama keluarga atau

rombongan.

e. Warung Makan dan Penjual Makanan Khas Konawe

Bagi pengunjung yang tidak ingin repot dengan membawa makanan dari

rumah atau ingin menikmati wisata kuliner daerah Konawe, pastikan untuk tidak

ketinggalan mencicipi makanan khas pantai Toronipa. Di sepanjang Pantai

Toronipa, warga menjual makanan baik makanan khas maupun camilan. Makanan

khas yang ditawarkan adalah sate pokea, gogos yang lezat, dan es krim waffle.

Sate pokea merupakan sate kerang laut dengan bumbu kacang yang pedas. Rasa

kerang yang manis berpadu dengan gurihnya bumbu kacang khas Toronipa

membuat pengunjung tidak dapat melewati berburu sate pokea. Sedangkan gogos

merupakan makanan khas Makassar yang disajikan hangat dijual di sepanjang

pantai Toronipa ini mirip seperti lemper dengan berbagai isinya yang menggugah

selera. Tidak lupa pula disediakan seafood yang terdiri dari hasil tangkapan warga

sekitar Pantai Toronipa. Ikan bakar yang segar dengan bumbu khas Toronipa

sangat direkomendasikan sebagai lauk sarapan atau makan siang yang sempurna.

Semilir angin serta nikmatnya ikan bakar Toronipa beserta rempah khas Sulawesi

tenggara dijamin dapat membuat pengunjung tidak dapat melupakan nikmat serta

kelezatannya.

f. Penginapan

Di sekitar pantai Toronipa terdapat beragam penginapan mulai dari hotel,

homestay, atau wisma yang dapat disewa oleh pengunjung. Penginapan sendiri

merupakan penginapan milikwarga sekitar sehingga aman bagi pengunjung

45
maupun wisatawan mancanegara. Penginapan akan dibutuhkan bila pengunjung

ingin menikmati pantai Toronipa dalam beberapa hari terutama menyaksikan

matahari terbit di pagi hari.

g. Banana Boat

Bagi pengunjung yang ingin sensasi berbeda dengan menjelajahi

permukaan pantai Toronipa, menyewa banana boat akan terasa mengasyikkan.

Dengan merogoh uang sebesar Rp. 25.000 per orang. Pengunjung akan diajak

berkeliling sekitar Pantai ini selama sekitar 10 sampai 15 menit menggunakan

banana boat yang dapat memacu adrenalin. Menggunakan fasilitas babana boat

cukup aman karena dipandu oleh operator yang berpengalaman. Pengunjung akan

diberikan arahan serta dijelaskan mengenai peraturan yang tidak boleh dilakukan

selama banana boat beroperasi. Setelah itu, pengunjung akan diberikan jaket

pelampung untuk keselamatan. Namun tidak perlu khawatir karena banana boat

hanya beroperasi di sekitar bibir pantai.

B. Dampak Pariwisata Pantai Toronipa Terhadap Kehidupan Ekonomi

Masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 1999-2022

Dampak pengaruh pariwisata terhadap masyarakat lokal adalah proses

pemberdayaan masyarakat dalam mengelola pariwisata. Kehadiran pariwisata

hendaknya mampu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam

rangka mencapai tujuan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Pemberdaayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Pariwisata berbasis masyarakat

adalah pariwisata yang menyadari kelangsungan budaya, sosial, dan lingkungan.

Bentuk pariwisata ini di kelola dan dimiliki masyarakat untuk masyarakat, guna

46
membantu para wisatawan untuk meningkatkan kesadaran mereka dan belajar

tentang masyarakat dan tata cara hidup masyarakat lokal.

Pengembangan pariwisata sangat penting dalam isu pengembangan

ekonomi dalam suatu wilayah. Pariwisata bisa menjadi sumber ekonomi pada

suatu wilayah. Pariwisata bisa menjadi solusi dalam pengembangan ekonomi

lokal dan saling melengkapi dalam aktivitas ekonomi suatu wilayah. Pariwisata

modern adalah kunci penggerak untuk pembangunan ekonomi seperti dampak

terhadap lapangan pekerjaan, investasi lokal, serta pembangunan infrastruktur.

Pariwisata memberi kontribusi kepada penciptaan lapangan pekerjaan, perbaikan

infrastruktur dan membantu perkenbangan infrastruktur wilayah.

Adapun dampak positif dan negatif pariwisata Pantai Toronipa terhadap

kehidupan ekonomi masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe

1. Dampak positif Pantai Toronipa terhadap kehidupan ekonomi masyarakat

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe

Dampak positif adalah dampak yang menguntungkan. Pengembangan dari

suatu Kawasan wisata tentu saja akan memberikan dampak baik. Pengembangan

pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat dapat menimbulkan dampak

atau pengaruh positif dan yang terkena dampak tersebut adalah masyarakat,

ekonomi,serta sosial budaya sekitar kawasan. Suatu tempat wisata yang

direncanakan dengan baik tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang

memperbaiki taraf, kualitas dan pola hidup kominitas setempat tetapi juga

peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih penting aspek terpenting

dalam suatu kawasan wisata adalah masyarakat sekitar kawasan itu sendiri karena

47
masyarakatlah yang menunjang keperluan-keperluan yang dibutuhkan oleh para

wisatawan dan untuk keberlangsungan hidup objek wisata itu sendiri.

Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka suatu pengembangan

pariwisata akan mampu memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan

permasalahan mau tidak mau masyarakat atau penduduk setempat akan terlibat

secara langsung dalam aktifitas yang berhubungan dengan kepariwisataan seperti

halnya aktifitas pelayanan dan kegiatan usaha.

Adapun salah satu dampak yang dihasilkan dari pengembangan pariwisata

terhadap ekonomi yaitu:

a. Terbukanya lapangan kerja baru

Pengembangan pariwisata juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan

baru. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata seperti hotel atau

penginapan adalah usaha yang kita kenal dengan padat karya seiring yang kita

jumpai disetiap daerah yang prioritas wisata barunya dikembangkan atau

sementara berjalan. Jadi salah satu dampak dari pariwisata pantai Toronipa

terhadap ekonomi masyarakat salah satu yang menonjol yaitu dengan adanya

lapangan pekerjaan baru yang secara umum masyarakat pada mulanya yang

bekerja sebagai petani dan nelayan, akan tetapi dengan adanya pengembangan

pariwisata pantai Toronipa yang kian banyak dikenal oleh kalangan masyarakat

dan wisatawan baik wisatawan nasional maupun internasional, di hari-hari libur

sekolah, liburan hari Raya Idul Fitri, dan Idul Adha banyak menciptakan lapangan

kerja baru bagi masyarakat setempat yang membuka peluang usaha.

48
Akibat dari perkembangan destinasi pariwisata pantai Toronipa maka

terciptalah beberapa lapangan kerja baru yaitu adanya usaha-usaha masyarakat

dengan membuka warung (kios) untuk menjual makanan seperti sembako,

menjual lauk pauk, penyewaan ban, penyewaan kazebo untuk pengunjung, banan

boat, baserta menjual jenis makanan dan minuman lainnya. Sebelum jenis atau

profesi pekerjaan ini tidak dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai Toronipa

karena dianggap kurang memberikan hasil, akan tetapi dengan adanya

pengembangan destinasi pariwisata pantai Toronipa saat ini pekerjaan dimata

masyarakat tidak dianggap lagi sebagai hasil kecil karena sudah dapat dirasakan

bahwa pekerjaan tersebut juga dapat mereka nikmati hasil dan keuntungan.

Dengan terbentuknya lapangan maka kami dapat bekerja sebagai penjual makanan

(Nursia, Wawancara 21 Sepetember 2023).

b. Bertambahnya pendapatan masyarakat

Pendapatan merupakan jumlah uang atau imbalan yang diterima oleh

seseorang dari hasil keringatnya atau aktifitasnya, kebanyakan dari hasil penjualan

produk atau jasa dan barang kepada pelanggan, yang berpengaruh pada

pertumbuhan pendapatan. Bagi investor, pendapatan kurang penting di

bandingkan keuntungan yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah

dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan merupakan jumlah uang yang

diterima setelah dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan merupakan

indicator penting dari penerimaan seseorang dari produk dan jasa yang ditawarkan

tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten dan jumlah pertumbuhan

keuntungan dianggap penting bagi seseorang.

49
Pengembangan objek wisata pantai aktivitas masyarakat sebagian besar

adalah petani dan nelayan serta yang lainnya sebagai pedagang, tukang kayu/batu

dan PNS. Namun dengan adanya pengembangan objek wisata pantai masyarakat

mendapatkan pekerjaan sampingan (tambahan) untuk menambah pendapatan.

Dengan keberadaan destinasi pariwisata pantai Toronipa telah memberikan

perubahan yang begitu besar dalam kondisi ekonomi masyarakat, hal ini dapat

dilihat dari tingkat kesejahteraan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat

yang melakukan aktifitas ekonomi disekitar kawasan pantai Toronipa. Secara

umum yang berhubungan dengan sektor yang berhubungan dengan

pengembangan destinasi pariwisata pantai Toronipa yang melibatkan masyarakat

setempat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat,

misalnya pada sektor perdagangan dan pertanian dimana para petani dapat

memperoleh pendapatan yang lebih dengan adanya jenis usaha yang mereka buat

seperti di bawah ini;

50
1) Gazebo

Gambar 5.1 Salah Satu Fasilitas di Pantai Toronipa Berupa Gazebo


(Sumber : Foto Koleksi Fitrianti 21 September 2023)

Berdasarkan gambar diatas maka jelas bahwa gazebo diatas merupakan

salah satu fasilitas yang ada di pantai Toronipa yang biasa di gunakan para

pengunjung wisatawan yang ingin bersantai menikmati pemandangan pantai

bersama keluarga atau rombongan. Dengan adanya gazebo maka pendapatan

masyarakat akan semakin bertambah atau meningkat.

51
2) Kamar Mandi dan Toilet

Gambar 5.2 Salah Satu Fasilitas di Pantai Toronipa Berupa Kamar Mandi dan
Toilet (Sumber : Foto Koleksi Fitrianti 21 September 2023)

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa kamar mandi dan

toilet merupakan salah satu fasilitas yang ada di pantai Toronipa yang biasa

digunakan para pengunjung baik anak-anak maupun orang dewasa untuk sekedar

buang air dan bilas badan. Dengan adanya kamar mandi dan toilet juga bisa

meningkatkan pendapatan masyarakat.

52
3) Banana Boat

Gambar 5.3 Salah Satu Fasilitas yang ada di Pantai Toronipa Berupa Banana Boat
(Sumber : Foto Koleksi Fitrianti 21 September 2023)

Berdasarkan gambar diatas maka jelas bahwa banana boat merupakan

salah satu fasilitas yang ada dipantai Toronipa yang biasa digunakan para

pengunjung untuk bersenang-senang dan menikmati pemandangan laut. Dengan

adanya banana boat juga bisa menambah atau meningkatkan pendapatan

masyarakat. Adapun tabel data fasilitas yang ada di pantai Toronipa dari tahun

1998-2022 dapat dilihat pada tabel di bawah:

53
Tabel 5.1 Data Fasilitas Yang Ada di Pantai Toronipa Dari Tahun 1998-2022

No Tahun Kegiatan Pembangunan Jumlah

1 1998 Awal perintisan -

2 2004-2022 Kios/Warung 10-59 Unit

3 2005-2022 Kamar mandi/Toilet 2-185 Unit

4 2007-2022 Gazebo 20-365 Unit

5 2008-2022 Musholah 1-5 Unit

6 2015-2022 Banana Boat 2-17 Unit

7 2018-2022 Villa 2-25 Unit

(Sumber : data diambil dari hasil wawancara)

Adanya pantai Toronipa memeberikan dampak yang sangat baik bagi

kehidupan masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan Toronipa. Dengan

adanya pantai Toronipa kehidupan perekonomian masyarakat Kelurahan Toronipa

sangat terbantu. Tidak hanya masyarakat Kelurahan Toronipa saja yang merasakan

hal tersebut. Secara keseluruhan masyarakat yang menjalankan usaha di pantai

Toronipa merasa sangat terbantu akan hal itu. Pendapatan hasil daerah (PAD) pun

bertambah akan adanya pariwisata pantai Toronipa.

Berdasarkan penjelasan dan kronologi pembengunan pantai Toronipa diatas

terbukti adanya perkembangan pariwisata pantai Toronipa dari tahun ke tahun.

54
Tabel 5.2 Jenis Usaha dan Tarif di Pantai Toronipa
Jenis Usaha Tarif (Rp)
Gazebo Rp. 50.000-200.000
Ban Pelampung Rp. 10.000-20.000
Ruang Bilas Rp. 10.000
Kamar Mandi Rp. 2.000-5.000
Banana Boat Rp. 25.000
Penginapan dan Aula Rp. 100.000-500.000
(Sumber: Data diolah dari hasil wawancara 2023)

Data pada tabel 5.2 menunjukkan berbagai jenis usaha dan tarifnya yang

ada di obyek wisata pantai. Jenis usaha tersebut merupakan bisnis yang sangat

berkembang dan memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan

masyarakat. Jenis usaha tersebut antara lain gazebo, ban pelampung, ruang bilas,

banana boat dan penginapan. Gazebo berfungsi sebagai tempat istirahat bagi

pengunjung yang ingin bersantai menikmati pemandangan pantai. Tarif gazebo

untuk sekali pakai adalah Rp. 50.000-200.000 dengan tidak membatasi jumlah

penyewa.

Fasilitas renang yang disewakan di pantai adalah ban pelampung dan

banana boat. Ban pelampung terdiri dari berbagai ukuran dengan tarif sekali pakai

untuk ukuran kecil dan sedang adalah Rp. 10.000 serta ukuran paling besar Rp.

20.000. Sementara, untuk banana boat sekali pakai selama 30 menit dengan

kapasitas berjumlah 6 orang dikenakan tarif Rp. 25.000 per orang, sehingga

jumlah tarif yang diperoleh adalah Rp. 150.000. Jenis usaha lain yang disewakan

adalah ruang bilas dan penginapan. Ruang bilas digunakan pengunjung untuk

membersihkan diri dan ganti pakaian dengan tarif untuk sekali pakai adalah Rp.

4000. Sedangkan untuk sewa penginapan dan aula per kamar dikenakan tarif

55
Rp.100.000-500.000 selama 24 jam. Pantai ini pula memiliki makanan khas yaitu

sate pokea dengan harga Rp. 1.000.00/tusuk, es kelapa Rp. 7.000.00/gelas, dan

ikan bakar Rp. 15.000.00 dalam 1 porsi, akan tetapi ikan bakar ini hanya tersedia

pada hari libur seperti tahun baru dan libur hari besar.

Adanya kegiatan kepariwisataan sudah dapat dipastikan akan membuka

lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun tidak langsung,

misalnya di bidang sarana dan prasarana seperti pada pembangunan Davinci Villa

yang dapat memakan tahunan ini berarti memberi peluang kepada pekerjaan untuk

dapat menghasilkan uang dari pekerjaan tersebut.

Gambar 5.4 Salah Satu Fasilitas di Pantai Toronipa Berupa Villa (Penginapan)
(Sumber : Foto Koleksi Fitrianti 21 September 2022)

Berdasarkan Gambar diatas maka jelas bahwa villa (penginapan) di atas

merupakan salah satu faslitas yang ada di pantai Toronipa yang biasa digunakan

oleh para pengunjung wisatawan yang ingin bermalam atau mengadakan sebuah

acara keluarga.

56
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat mereka bekerja

sebagai pedagang dan penyedia jasa dan lain-lain yang semuanya itu untuk

memenuhi kebutuhan para wisatawan. Adanya sumber mata pencaharian itu tentu

akan membuat mereka betah tinggal di kampung halaman serta dengan

meningkatnya kunjungan wisatawan dapat mengubah keadaan perekonomian

masyarakat ke arah yang lebih baik dibanding sebelum adanya pengembangan

obyek wisata.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pendapatan masyarakat umumnya

di atas rata-rata dan mengalami peningkatan sesudah adanya pengembangan

pariwisata pantai, hal ini disebabkan selain pendapatan pokok masyarakat

meningkat mereka juga mempunyai pendapatan lain dari pekerjaan sampingan

yang lebih menguntungkan. Pekerjaan sampingan yang dimaksud seperti

pedagang, penyedia banana boat, penyedia pelampung, ban renang serta masih

banyak jasa-jasa lainnya yang dibutuhkan oleh para wisatawan.

c. Masyarakat dapat berwisata dengan jarak dekat

Dengan adanya destinasi wisata pantai Toronipa ini, masyarakat dapat

mengetahui secara langsung contoh pariwisata yang berskala internasional serta

langsung merasakannya, hanya dengan jarak yang sangat dekat dengan tempat

tinggalnya.

2. Dampak negatif Pantai Toronipa terhadap kehidupan ekonomi masyarakat

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe

Perkembangan suatu wisata disuatu daerah merupakan keberhasilan bagi

Pembangunan. Dengan adanya pengembangan destinasi pariwisata pantai

57
Toronipa terhadap kehidupan ekonomi masyarakat di Kelurahan Toronipa ini

sehingga menyebabkan adanya berbagai pengaruh atau dampak yang ditimbulkan.

Selain dampak positif yang ditimbulkan oleh pengembangan atau perkembangan

pariwisata terhadap masyarakat pada kondisi ekonomi yang ditimbulkan maka

terdapat juga damapk negatif dari adanya pengembangan destinasi pariwisata

pantai Toronipa. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Pariwisata

Salah satu dampak yang ditimbulkan dari destinasi pantai Toronipa adalah

terhadap lingkungan pariwisata yaitu kesadaran pengunjung dalam membuang

sampah yang dapat merusak lingkungan objek wisata pantai Toronipa dimana

masyarakat sekitar mengatakan bahwa dengan adanya objek wisata pantai

Toronipa ini selain menambah pendapatan juga dapat meringankan beban, tetapi

di sisi lain juga masyarakat merasakan dampak negatif yang dirasakan oleh

masyarakat yang berdagang dalam kawasan objek wisata yang diakibatkan

ketidak sadaran pengunjung dalam membuang sampah.

Dengan dampak yang ditimbulkan dalam destinasi pantai Toronipa

tersebut sehingga menyebabkan lingkungan objek wisata kotor dan kurang bersih

sehingga pihak pengelolah objek wisata pantai Toronipa sudah menyediakan

tempat sampah yang dapat digunakan pengunjung untuk membuang sampah, dan

hal ini secara tidak langsung sudah mencemari lingkungan dan menghilangkan

keindahan pantai Toronipa (Indrawati, S.Pd.,M.Pd, Wawancara 21 September

2023)

58
b. Kurangnya stabilitas pendapatan masyarakat

Terjadi ketika wisatawan kurang yang dating berkunjung ke pantai

Toronipa. Hal ini tentu sangat mengganggu pendapatan yang semakin

tidak menentu. Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya

tingkat pengembalian modal awal.

c. Lunturnya nilai gotong royong dalam masyarakat

Gotong royong adalah salah satu bentuk kerja sama dikalangan

masyarakat Indonesia yang berlangsung secara turun temurun yang

dikenal oleh seluruh etnik di negeri meskipun dengan istilah atau sebutan

yang berbeda-beda. Di beberapa wilayah tertentu sebagian besar

masyarakat Indonesia meskipun wilayah lainnya sudah mulai akibat

pengaruh modernisasi.

Rupanya terjadi pergeseran nilai-nilai sosial khususnya gotong

royong dikalangan masyarakat Kelurahan Toronipa yang saling membantu

dalam membersihkan kawasan pantai Toronipa. Hal ini disebabkan karena

masyarakat sekitar pantai Toronipa sudah memiliki masing-masing lokasi

yang sebelumnya mereka saling bergotong royong dalam membersihkan

lokasi objek wisata sebab itu masyarakat membersihkan sesuai dengan

lokasinya masing-masing. Padahal sebelum diresmikan pantai Toronipa

masyarakaat sekitar saling membantu dalam bergotong royong. Seperti

salah satu informan yang bernama ibu Nursia yang mengatakan bahwa:

“dengan dibukanya pantai Toronipa sekarang masyarakat sekitar pantai

Toronipa tidak lagi bekerja bergotong royong dalam membersihkan lokasi

59
pantai, sekarang masing-masing membersihkan sesuai dengan lokasinya.

Para masyarakat disekitar pantai hanya membersihkan dilokasinya saja.

Dimana di kelola pribadi berdasarkan tanah masing-masing. (Nursia,

wawancara 21 September 2023)

Berdasarkan waawancara diatas bahwa dengan dibukanya pantai

Toronipa masyarakat sekitar mulai bergeser nilai-nilai gotong royong

meraka. Sehingga nampak berpengaruh kebiasaan gotong royong

masyarakat setempat dengan dibukanya pantai Toronipa yakni objek

wisata yang semakin maju sehingga menyebabkan masyarakat sekitar

semakin sibuk dengan aktifitas yang terkait dengan keberadaan objek

wisata tersebut. Dampaknya terhadap gotong royong di lingkungan

masyarakat sekitar objek wisata. Yaitu nilai-nilai dan aktivitas gotong

royong semakin berkurang.

60
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

penulis dapat menarik kesimpulan:

1. Perkembangan perintisan Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe tahun 1998-2022 yakni; a) Tahap sebelum dibuka wisata pantai

Toronipa b) Perkembangan perintisan Pantai Toronipa Periode 1998-2009

yaitu pada periode 1998-2022 yaitu Pembukaan akses jalan menuju ke objek

wisata pantai Toronipa, pada tahun 2000 membangun pintu gerbang dan pada

tahun 2004 meningkatnya pengunjung pantai Toronipa, pada tahun 2009

mengalami perkembagan fasilitas-failitas atau sarana dan prasarana yang bisa

menambah penghasilan bagi kebutuan ekonomi masyarakat kelurahan

Toronipa seperti adanya fasilitas yang dapat disewakan seperti jasa gazebo,

banana boat, ban renang, kamar mandi, rumah makan, kios dan villa, pada

tahun 2013 merenovasi pintu yang dahulu masih terbuat dari papan kemudian

dibangun permanen. Pada tahun 2014 pemerintah membangun sebuah menara

panta pada tahun 2016 ditambah lagi 6 unit toilet umum secara keseluruhan toilet

yang ada di wisata pantai Taipa menjadi 8 unit toilet umum dan pada tahun 2022

pemerintah memperbaiki infrastruktur berupa pengaspalan jalan masuk menuju ke

lokasi wisata pantai Toronipa. c) Fasilitas wisata pantai Toronipa

61
2. Dampak pariwisata pantai Toronipa terhadap kehidupan ekonomi masyarakat

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe 1998-2022 yakni; 1). Dampak positif

pantai Toronipa terhadap kehidupan ekonomi masyarakat yaitu a)

Terbentuknya kesempatan lapangan kerja yaitu adanya usaha-usaha

masyarakat dengan membuka warung (kios) untuk menjual makanan seperti

sembako, menjual lauk pauk, penyewaan ban, penyewaan gazebo untuk

pengunjung, banana boat, baserta menjual jenis makanan dan minuman

lainnya. b) Bertambahnya pendapatan masyarakat c) Masyarakat dapat

berwisata dengan jarak dekat 2). Dampak negatif yaitu a) Lingkungan

pariwisata menjadi kotor, b) Kurangnya stabilitas pendapatan masyarakat

Terjadi ketika wisatawan kurang yang dating berkunjung ke pantai Toronipa.

Hal ini tentu sangat mengganggu pendapatan yang semakin tidak menentu.

Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat

pengembalian modal awal. c) Lunturnya nilai gotong royong dalam

masyaraka.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut

1. Kepada pemerintah

a. Pemerintah hendaknya memberikan dukungan secara optimal terhadap

upaya pengembangan khususnya dari segi pendanaan objek wisata Pantai

Toronipa dalam upaya perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana

pariwisata.

62
b. Pemerintah hendaknya memberikan pelatihan mengenai kepariwisataan

kepada pengelola dan Masyarakat agar memiliki keterampilan dalam

menjalankan kegiatan kepariwisataan.

2. Kepada pengelolah

Pengelolah sebaiknya mengambil dokumentasi pada setiap tahunnya agar

perkembangan toronipa terlihat dari tahun ke tahun.

3. Kepada masyarakat

Masyarakat setempat dapat berperan secara maksimal dalam

mengembangkan potensi dan menjaga serta melakukan pemeliharaan

terhadap daya tarik objek wisata yang dimiliki dan mempertahankan

keramatamaan bagi wisatawan sehingga dapat memberikan dampak positif

terhadap pengembangan destinasi pantai Toronipa.

63
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arifin. 1987. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Sunaryo Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Damanik, dan Weber, Helmut. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teorike


Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi.

Pitana I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Andi Offset.

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata, Jakarta: PT Gramedia Widisarana


Indonesia.

Karyono, A. H. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo.


Kusudianto, Hadiono. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasty Pariwisata.
Jakarta :UI Press.

Kuntowijoyo, 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.


Kesrul, M. 2003. Penyelenggaraan Operasi Perjalanan Wisata. Jakarta: PT
Gramedia.

Kartodirdjo, S. 2019. Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.


Yogyakarta: Ombak.

Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Musanef. 1996. Manajemen Usaha Pariwisata Di Indonesia. Jakarta: Pt. Toko


Gunung Agung.

Monks, dkk. 1999. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai


Bagiannya. Jogjakarta : Gajah Mada University Press.

Mill Robert Christie and Morrison. 1985. The Tourism System. New Jersey:
Prentice-Hall Inc.

Nur Yuwono, 1992, Dasar–dasar Perencanaan Bangunan Pantai, Volume II,


Yogyakarta : Biro Penerbit Keluarga Besar Mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Gadjah Mada.

Poewardarminta, WJ.S 1983. Kamus bahasa Indonesia .Jakarta :Balai Pustaka.

64
Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Parawisata. Yogyakarta:
Andi.
Ridwan, Mohamad, 2012. Perencanaan dan pengembangan pariwisata, PT
Medan: Sofmedia

Salah Wahab. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita.


Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit: Andi Yogyakarta.
Sujali, 1989. Geografi Dan Kepariwisataan. Buku Pengangan Kuliah. Diklat.
Yogyakartiia: UGM.

Suryadana, M Liga & Octavia, Vanny. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata.


Bandung : Alfabeta.

Soekadijo, R.G. 2000. Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata Sebagai


Systemic Linkage. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

________, R.G. 2001. Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata Sebagai


Systemic Linkage. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Yoeti, Oka A., 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.


___________. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pemeritah Dalam Bidang Kepariwisataan Kepada Daerah Tingkat 1. Ri. Undang-


Undang Nomor 5 Tahun 1990. Tentang konservasi sumber daya alam
Dan Ekosistemnya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

B. Jurnal

Budi, Badrudin. 2000. Pariwisata Indonesia Menuju World Class Tourism,. Jurnal
Akutansi dan Manajemen.

Ifzil, I. Iskarni. P. 2019. Pengembangan Objek Wisata Pantai Pasir Tiku


Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Jurnal Buana. Vol. 3
No. 4. ISSN : 2615-2630.

Martarida, B. Mantolas, M. C. Nugraha, E. Y. 2022. Strategi Pengembangan


Pantai Nimtuka sebagai Potensi Wisata Berbasis Masyarakat di Desa
Bone Kabupaten Kupan. Jurnal Tourism. Vol. 5 No. 2. November 2022.
Halaman 95-104.

65
Manurung, R., 2019, Pengembangan Obyek Dan Daya Tarik Wisata Alam
Sebagai Daerah Tujuan Wisata Di Kabupaten Deliserdang Kecamatan
Stm Hilir (Studi Kasus Obyek Wisata Pemandian Air Panas dan Goa
Penen), Jurnal Manajemen Tools Vol. 11 No. 2 Desember 2019 ISSN :
2088-3145.
Wijaya, H. L.O. Halim. Rosyidah, S. 2019, Penerapan konsep ekowisata pada
kawasan wisata pantai toronipa di Kabupaten Konawe. Jurnal
Mahasiswa Jurusan Arsitektur.Vol 4. No.1 April 2019 ISSN : 2503-
3344).

C. Skripsi
Karmila (2019). Perkembangan Destinasi Wisata Pantai Taipa Kecamatan Lembo
Kabupaten Konawe Utara 1993 – 2017. Universitas Halu Oleo.

Martarida (2022). Strategi Pengembangan Nimtuka Sebagai Potensi Wisata


Berbasis Masyarakat di Desa Bone Kabupaten Kupang.

Ikhfan Pujianto (2018). Sejarah Pulau Bokori: Dari Perkampungan Orang Bajo
Hingga Menjadi Destinasi Wisata Provinsi Sulawesi Tenggara (1985-
2017). Universitas Halu Oleo
Salam (2022). Sejarah Objek Wisata Permandian Wakante di Desa Latugho
Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (2010-2020). Universitas
Halu Oleo

66
DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Irwan S. Pd

Usia : 42 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Kelurahan Toronipa

2. Nama : Usman

Usia : 66 Tahun

Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Kelurahan Toronipa

3. Nama : Amiruddin

Usia : 55 Tahun

Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Kelurahan Toronipa

4. Nama : Asis

Usia : 53 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kelurahan Toronipa

5. Nama : Indrawati S.Pd M.Pd

Usia : 47 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Kelurahan Toronipa

67
6. Nama : Nasruddin A. S.Sos

Usia : 63 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Kelurahan Toronipa

7. Nama : Nursia

Usia : 45 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kelurahan Toronipa

8. Nama : Lianawati. S.E

Usia : 38 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Kelurahan Toronipa

9. Nama : Subhan Sazali, S.Si

Usia : 49 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Kelurahan Toronipa

10. Nama : Agusnawati

Usia : 43 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kelurahan Toronipa

68
LAMPIRAN-LAMPIRAN

69
Lampiran 1

Gambar Peta Wilayah Kabupaten Konawe

Sumber data : Foto koleksi Fitrianti

70
Lampiran 2

Gambar Peta Wilayah Kecamatan Soropia

Sumber data: Foto koleksi Fitrianti

71
Gambar 1. Peneliti Bersama Bapak Irwan S.Pd.,M.Pd

(Dokumentasi, 21 September 2023)

Gambar 2. Peneliti Bersama Bapak Nasruddin A. S.Sos

(Dokumentasi 29 November 2023)

72
Gambar 3. Peneliti Bersama Bapak Subhan Sazali, S.Si

(Dokumentasi 29 November 2023)

Gambar 4. Peneliti Bersama Ibu Lianawati, S.E

(Dokumentasi 29 November 2023)

73
Gambar 5. Penelti Bersama Ibu Nursia

(Dokumentasi 21 September 2023)

Gambar 6. Peneliti Bersama Bapak Amirudin

(Dokumentasi 21 September 2023)

74
Gambar 7. Peneliti Bersama Bapak Asis

(Dokumentasi 21 September 2023)

Gambar 8. Penelti Bersama Ibu Indrawati S.Pd., M.Pd

\
(Dokumentasi 21 September 2023)

75
Gambar 9. Banana boath di destinasi Pantai toronipa di kecamatan soropia

(Dokumentasi 21 September 2023)

Gambar 10. Garebo destinasi Pantai toronipa

( Dokumentasi 21 September 2023 )

76
Gambar 11. Salah satu kios yang berada di destinasi Pantai toronipa

(Dokumentasi 21 September 2023)

Gambar 12. Tugu Destinasi Pantai Toronipa

( Dokumentasi 21 September 2023 )

77
Gambar 13. Gerbang Destinasi Pantai Toronipa

( Dokumentasi 21 September 2023 )

Gambar 14. Musholah Destinasi Pantai Toronipa

(Dokumentasi 21 September 2023)

78

Anda mungkin juga menyukai