KONAWE : 1998-2022
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
(S. Hum) Pada Jurusan Ilmu Sejarah
OLEH:
FITRIANTI
N1C1 19 063
1998–2022
Nama : Fitrianti
Menyetujui :
Mengetahui:
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif agar lebih baik
kedepannya.
Penyusun menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
Melamba, M.Pd, M.A, sebagai pembimbing I dan Bapak Drs. Hayari, M. Hum,
sebagai pembimbing II, yang telah memberikan banyak saran, arahan dan
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya La
Sema terutama ibu tercinta Wa Fatia yang telah melahirkan, memberikan cinta
kasih sayang, merawat, mendidik dan bekerja apa saja yang penting halal untuk
yang tak terhitung jumlahnya, penulis hanya bisa selalu berdoa kepada Allah SWT
agar melimpahkan rahmat, karunia dan perlindungan untuk kedua orang serta di
v
Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
2. Bapak Dr. Akhmad Marhadi, S. Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
3. Bapak Aslim, S.S., M. Hum, selaku Dosen dan Ketua Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo yang telah banyak
skripsi ini.
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo, Dr. La Ode Ali Basri, M.Si,
Dra. Aswati., M.,M.Hum, Fatma, S.Pd, M.A, Hasni Hasan, S.Pd, M.Si,
Hisna, S.Pd, M. Hum, Sarman, S.Pd, M.Pd, Suharni Sudin S.Pd, Khabirun,
vi
7. Sahabat tercinta Sriadi Ningsih, Alisya Tikaprilia Manguntu, Sarnita,
Wilda Maamir, Ice Sarindra Triowati, yang selalu mensuport dan menjadi
sahabat terbaik. Pengalaman yang luar biasa bersama kalian akan menjadi
skripsi ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan dari
dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, penulis memohon maaf dan
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan dan Batasan Masalah......................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................7
A. Kerangka Konseptual.....................................................................................7
B. Tinjauan Historiografi....................................................................................19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................21
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................21
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian....................................................................21
C. Sumber Penelitian.........................................................................................21
D. Metode Penelitian……………………………………………………… …23
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................27
A. Keadaan Geografis........................................................................................27
B. Keadaan Demografis.....................................................................................28
C. Keadaan Sosial Budaya.................................................................................30
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................35
A. Perkembangan Perintisan Pantai Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe Tahun 1998-2022............................................................................35
B. Dampak Pariwisata Pantai Toronipa Terhadap Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe..................................40
BAB VI PENUTUP..............................................................................................51
A. Kesimpulan...................................................................................................51
B. Saran..............................................................................................................52
viii
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………53
DAFTAR INFORMAN………………………………………………………....56
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………..58
ix
DAFTAR TABEL
Jenis Kelamin…………………………………………………………...29
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
budayanya, tidak terlepas dari letak strategis membuat bentang alamnya yang
berwisata ke negara ini. Potensi sumber daya alam hutan secara perairannya,
berupa flora, fanua dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan
sumber daya alam yang beraneka ragam yang berpotensi untuk diolah dan
dimanfaatkan. Selain itu negara indonesia kaya akan seni budaya daerah, adat-
istiadat, peninggalan sejarah terdahulu dan yang tidak kalah menarik adalah
objek wisata yang ada di indonesia yang telah terkenal tidak hanya di dalam
1
Pariwisata merupakan sumber pendapatan yang dapat terus diperbaharui
dan diremajakan, bentuk peremajaan daerah wisata ini dapat berupa renovasi, dan
perawatan secara teratur oleh sebab itu maka pariwisata merupakan investasi yang
penting pada sektor non migas bagi Indonesia. Pariwisata yang merupakan
barang dan jasa pelayanan di tempat wisata. Lebih jauh lagi pariwisata akan
satu baagian dari salah satu pembangunan nasional yang tidak dapat di lepaskan
daerah.
2
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan otonomi daerah
sumber daya buatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia perlu dimanfaatkan
mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata Indonesia serta memupuk rasa cinta
gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat, dengan
syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang
perjalanan yang dilakukan seorang atau sekelompok orang untuk sementara waktu
3
dari suatu tempat ketempat yang lainnya dengan maksud untuk menikmati
pariwisata seperti wisata Bahari, wisata alam, wisata budaya dan wisata religi.
Sudah seharusya kekayaan yang dimiliki Indonesia ini membawa dampak yang
baik wisata alam maupun wisata budaya karena Kabupaten Konawe memiliki
obyek wisata.
Kabupaten Konawe yaitu pantai Toronipa. Pantai Toronipa merupakan salah satu
dari kota Kendari. Daya tarik wisatawan ke kawasan wisata di Kabupaten Konawe
cukup besar, namun sampai saat ini penataan atau pengelolaannya tidak dilakukan
secara professional, hanya bersandar pada adat istiadat yang ada pada setiap
4
daerah. Pantai toronipa berasal daari kata bugis “toro nipa” yang berarti “pohon
sektor ini sebagai suatu multi beneficial sector, tersedianya jenis usaha baru
jasa pelayanan masyarakat, serta penerapan keahlian dan teknologi baru, dalam
pendapatan asli daerah ( PAD) sebagaimana ditetapkan dalam visi dan misi
dasarnya selain sebagai sarana promosi daerah, juga sebagai sarana untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini sesuai undang-undang RI.
5
menyatakan bahwa “daerah berwenang mengelola sumberdaya nasional yang
Tenggara nomor 2 tahun 2014 pasal 41 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
pariwisata, baik wisata alam maupun wisata budaya karena Kabupaten Konawe
Konawe saat ini sedang giat menata dan mengembangkan sektor ini sebagai suatu
multi beneficial sector tersedianya jenis usaha baru sebagai alternatif pendapatan
terutama bagi masyarakat setempat, pasar baru bagi produk-produk lokal, fasilitas
serta jasa pelayanan masyarakat, serta penerapan keahlian dan teknologi baru,
pariwisata. Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
Konawe: 1998-2022.
6
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
2. Batasan Masalah
penelitian ini dibatasi baik secara temporal, spasial, maupun tematis, sebagai
berikut:
a. Batasan Temporal
Penetapan tahun 1998 sebagai awal dirintisnya pantai Toronipa sebagai kawasan
objek destinasi wisata bagi umum, sedangkan penetapan tahun 2022 sebagai akhir
b. Batasan Spasial
7
c. Batasan Tematis
C. Tujuan Penelitian
2022.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
8
2. Manfaat Praktis
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
1. Konsep Pantai
Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat
di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan
laut. Panjang garis pantai ini diukur mengelilingi seluruh pantai yang merupakan
Menurut Yuwono (1992 : 59-70) Pantai adalah jalur yang merupakan batas
antara darat dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah.
Dipengaruhi oleh fisik laut dan social ekonomi, sedangkan ke arah darat dibatasi
a. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut
b. Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terndah dan pasang
tertinggi.
c. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana
posisinya tidak tetap danh dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut
10
Menurut bentuknya ada empat macam pantai, yaitu pantai landai, pantai
1. Pantai landai, yaitu pantai yang permukaannya relatif datar. Termasuk pantai
jenis ini adalah pantai mangrove, pantai bukit pasir, pantai delta. dan pantai
estuari.
sejajar pantai dan terkikis ombak yang besar, terjadilah tebingtebing curam dan
laut dalam. Contohnya, pantai di selatan pulau Jawa dan barat Pulau Sumatera.
3. Pantai bertebing (Flaise) adalah pantai yang curam di muka tebing karena
adanya pegunungan melintang tegak lurus terhadap pantai. Di pantai ini sering
perusakan tebing pantai itu sendiri yang disebabkan oleh abrasi atau erosi
marine.
4. Pantai karang terjadi jika di dasar laut sepanjang pantai terdapat terumbu
karang, misalnya pantai di pulau sulawesi, maluku, dan nusa tenggara. Pantai
11
3. Pengaruh kegiatan manusia seperti pembuatan pelabuhan, pengeringan rawa-
daerah tujuan wisata yang selanjutya disebut destinasi wisata adalah kawasan
geografis yang spesifik berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
berikut:
1. Daya tarik wisata; yang mencakup keunikan dan daya tarik berbasis alam,
tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Suatu
12
wisatawan agar kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi dan merasa
merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana
dimana dia dapat tinggal selama waktu tertentu. Kata destinasi dapat digunakan
untuk suatu kawasan terencana, yang sebagian atau seluruhnya dengan amenitas
dan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi, restoran, hotel, atraksi, toko
destinasi wisata merupakan suatu tempat yang menjadi tujuan untuk berekreasi,
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas rekreasi, produk wisata,
atraksi wisata dan lain-lain yang kesemuanya itu saling berinteraksi antar berbagai
elemen.
a. Definisi Pariwisata
Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yang masing-masing kata terdiri
dari kata pari dan wisata yang mana kedua kata tersebut mempunyai pengertian;
kata pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Kata wisata berarti
perjalanan, bepergian yang mana kata tersebut sesuai dengan kata travel dalam
bahasa inggris (Yoeti, 1985: 103). Dari dasar peninjauan secara etimologis di atas
berputar-putar, dari tempat lain ke tempat lain dan dalam bahasa inggrisnya
13
disebut dengan kata Tour sedang untuk keperluan jamaknya kata kepariwisataan
Pariwisata bila ditinjau secara harfiah dari asal katanya bahwa wisata atau
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara
suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan
secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar
negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu suatu
benua atau Negara) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang
beraneka ragam dan berbeda apa yang dialaminya dimana mereka memperoleh
pekerjaan tetap.
bahwa pariwisata adalah suatu aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh individu
ataupun kelompok pada suatu daerah dengan berbagai tujuan, dimana salah satu
14
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait
tinggal bagi para wisatawan dan hal ini akan memberikan penghasilan tambahan
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yoeti (1996: 103)
tempat tinggal menetap dan memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat
sementara itu.
tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang
merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan
15
tujuan antara lain untuk mendapat kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin
kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha
kedalam tiga kelompok besar yaitu obyek wisata, buatan dan budaya. Obyek
budaya, kain tenun, adat istiadat, museum dan lain-lain. Sedangkan objek.
lain-lain.
16
2. Kemudahan, yaitu kelancaran seseorang dalam melakukan perpindahan dari
4. Jasa boga, yaitu tempat yang menyediakan makanan dan minuman bagi
Jadi, dari beberapa definisi diatas pariwisata adalah suatu perjalanan yang
dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat
ke tempat lain, dilakukan secara sadar dan tidak mengakibatkan suatu keadaan
beranekaragam.
keindahan alam atau pegunungan, pantai, flora dan fauna, kebun binatang,
dan kebudayaan yang khas lainnya Gamal (2004: 6). Selanjutnya Objek wisata
17
Proses bepergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan,
kenikmatan antar sesama pribadi maupun kelompok (R.G. Soekadijo, 2001). Jadi,
objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya
serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik
Kepariwisataan Pasal 1 mengatakan bahwa: Daya tarik wisata adalah sesuatu yang
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
dapat disimpulkan, yaitu: (1) setiap daya tarik wisata memiliki keunikan,
keindahan; (2) daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia
yang berseni tinggi dan layak untuk dijadikan suatu produk; (3) yang menjadi
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek wisata yaitu suatu tempat
yang dikunjungi wisatawan karena mempunyai keadaan alam atau sumber daya
yang mempunyai daya tarik. Sumber daya yang dimaksud yaitu perwujudan dari
pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa.
Menurut Yoeti (1996: 46) suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata
yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik untuk
dikunjungi, yakni:
18
1. Adanya sesuatu yang dapat dilihat (something to see), maksudnya adanya
sesuatu yang menarik untuk dilihat, dalam hal ini objek wisata yang berbeda
2. Adanya sesuatu yang dapat dibeli (something to buy), yaitu terdapat sesuatu
yang menarik yang khas untuk dibeli dalam hal ini dijadikan cendramata untuk
tangan lainnya.
3. Adanya sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), yaitu sesuatu aktivitas
yang dapat dilakukan di tempat itu yang bisa membuat orang yang berkunjung
kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun serta dikelola secara
umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan
bersih.
19
3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang hadir.
5. Untuk objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang
terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
lama demi mendapatkan kepuasan, pelayanan yang baik, serta kenangan yang
1. Industri pariwisata
2. Destinasi pariwisata
3. Pemasaran, dan
4. Kelembagaan kepariwisataan
semua sarana dan prasarana, barang dan jasa/fasilitas yang diperlukan guna
20
usaha memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan
kecakapan-kecakapan.
kepariwisataan yang optimal ada tiga komponen penting yang harus dipersiapkan
yaitu:
1. Tersedianya objek wisata yang dapat dinikmati atau adanya atraksi yang dapat
dilihat.
1. Wisatawan
2. Pengangkutan
3. Atraksi/objek wisata
4. Fasilitas pelayanan
potensi daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata tersebut, dan harus mengacu
21
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan
wisata. semua aspek yang ada baik itu wisatawan, fasilitas wisata, fasilitas umum
B. Tinjauan Historiografi
penelitian dalam bentuk skripsi dari Univeristas Negeri Pandang yang berjudul
Kabupaten Agam”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh strategi
pengembangan objek wisata pasir tiku yang akan dilakukan di masa yang akan
pantai, ketersediaan sarana dan prasarana serta upaya dan strategi pengembangan
objek wisata pantai Pasir Tiku terdiri dari (1) Pengembangan sumber daya (2)
Pengembangan potensi wisata (3) Penataan kembali sarana dan prasarana yang
telah ada (4) Menambahkan sarana dan prasarana sesuai standar objek wisata (5)
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama mengangkat objek yang
penelitian dalam bentuk skripsi dari Universitas Halu Oleo kota Kendari yang
22
Kabupten Konawe Utara (1993-2017)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menjadi suatu daerah tujuan wisata. Metode penelitian ini digunakan metode
digunakan untuk menjadi pada kondisi ilmiah dimana peneliti sebagai instrument.
diatas belum ada yang menulis tentang destinasi pariwisata pantai Toronipa
wisata yang ada di Indonesia dan sekarang dari Dinas Pariwisata Provinsi
23
Tenggara. Sehingga historiografi ini membuat penulis untuk mengambil judul
Konawe: 1998-2022”.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Budaya Universitas Halu Oleo Kendari. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu sosial atau
sejarah dengan menggunakan konsep dalam ilmu sosial berupa konsep pantai dan
destinasi wisata. Ilmu-ilmu bantu yang disebut auxiliary science atau disciplines
C. Sumber Penelitian
1. Sumber Primer,
25
2. Sumber Sekunder,
3. Sumber Tersier.
Sumber primer (primary sources) adalah bila sumber atau penulis sumber
sendiri (the actor) peristiwa yang dituliskan dalam sumber tersebut. Sumber
primer adalah sumber yang belum diolah atau belum “diganggu” isinya. Seperti
mendengar peristiwa itu dari orang lain. Dalam hal ini harus dibedakan antara,
sumber sekunder, sumber tidak hidup sezaman. Sumber sekunder adalah sumber
yang telah diolah lebih dahulu. Misalnya: buku-buku , artikel-artikel hasil kajian
suatu peristiwa, Sumber Sekunder, yakni sumber atau informasi yang di peroleh
secara lisan dari beberapa narasumber seperti mantan kepala lurah Toronipa,
Sumber lisan dapat dibagi menjadi dua golongan, pertama yaitu kesaksian
lisan yang disampaikan oleh pelaku yang terlibat langsung dalam peristiwa yang
dikisahkan. Disebut sejarah lisan (oral history) ini merupakan kisah tentang
pengalaman yang disampaikan secara lisan. Biasanya kesaksian lisan ini direkam
tadisi lisan (oral tradition) seperti mitos legenda cerita rakyat (folklore) atau
kenangan kolektif.
26
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai metode sejarah
yang berlaku. Seperti yang dijelaskan oleh Louis Gootchal (1975: 32) terdiri dari
4 (empat) langkah kegiatan yang saling berurutan sehingga yang satu dengan yang
1. Heuristik
bahan untuk bukti sejarah seperti buku referensi lain yang ada hubungannya
dengan masalah yang akan dibahas. Dalam mengumpulkan informasi dan sumber
data yang dapat digunakan untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
studi pada metode literatur atau studi kepustakaan. Dalam studi literatur, peneliti
relevan dengan masalah yang dikaji dan tidak lari dari pembahasan mengenai
dijelaskan di atas.
2. Kritik Sumber
27
sumber-sumber sejarah ini dapat diperiksa keaslian dan kepercayaannya, sehingga
1. Kritik eksternal, yaitu cara memeriksa atau menguji aspek-aspek bagian luar
validitas sumber sejarah yang dapat diverifikasi. Misalnya di mana dan kapan
serta dari bahan apa sumber itu ditulis, sumber-sumber primer adalah sumber
2. Kritik internal, yaitu cara yang dilakukan terutama untuk menentukan apakah
sumber tersebut dapat memberikan data yang dipercaya atau tidak. Kritik
3. Interpretasi Sumber
sejarah dengan fakta sejarah yang lain sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat
dipahami dan bermakna. Tujuannya agar data yang ada dapat mengungkap
Dalam proses interpretasi, tidak semua fakta dapat dimasukan, melainkan harus
dipilih fakta mana yang relevan dan sesuai dengan penggambaran peristiwa yang
akan disusun. Dalam artian bahwa fakta sejarah yang didapatkan oleh peneliti di
lapangan seperti sumber primer dan sumber sekunder yang menyangkut Destinasi
28
2022 kemudian dianalisis, diseleksi, dan disusun secara kronologis oleh penulis
agar menghasilkan suatu karya sejarah yang mudah dipahami oleh pembaca.
seleksi sehingga dapat melahirkan sebuah kebenaran atau fakta yang telah
berhasil dikumpul yang telah lolos dari tahap kritik dan telah diinterpretasikan
b. Sintesis, yaitu menyatukan beberapa data yang terkumpul yang dianggap saling
sebuah fakta.
4. Historiografi
dari penyusunan penelitian sejarah. Pada bagian ini penulis menyusun kisah
karya ilmiah yang merupakan rencana awal dalam penelitian ini. Dimana penulis
29
Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe tahun 1998-2022. Dan kedua adalah bagian akhir dari penelitian ini yaitu
kesimpulan dari hasil penelitian. Dimana penulis akan menyimpulkan dari hasil
30
BAB IV
A. Keadaan Geografis
Kecamatan Soropia merupakan salah satu Kecamatan yang berada di
62,73 Km2 atau 0,92 persen dari luas daratan Kabupaten Konawe, Desa/Kelurahan
dengan wilayah terluas adalah Kelurahan Toronipa dengan luas 10 Km2 atau 15,94
persen dari luas Kecamatan Soropia, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecli
adalah Desa Leppe dengan luas 0,51 km2. Berdasarkan posisi geografinya
dengan Laut Banda, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Kendari sebelah
(BPS,2022).
Konawe yang merupakan kawasan wisata pantai toronipa , jarak Toronipa dari ibu
kota Kabupaten Konawe 94 km dan jarak Toronipa dari Kota Kendari 28 km. Kini
masyarakat di Sultra khususnya Kota Kendari sudah bisa menikmati akses jalan
baru menuju wisata Pantai Toronipa. Saat ini jalan 2 (dua) jalur yang
km. Pembangunan jalan ini merupakan salah satu mega proyek pada masa
kepemimpinan Gubernur Sultra Ali Mazi dan Wakil Gubernur Sultra Lukman
31
Abunawas. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk mendukung akses
membentuk tim generasi muda Toronipa. dan 20 orang dibawa ke Bali untuk
Tahun 2022 yang bertemakan “Membangun Kejayaan Maritim Agar Lebih Cepat
Pulih, Bangkit Lebih Kuat” Lanal Kendari melibatkan unsur TNI, Polri, Basarnas,
ada. Dengan adanya potensi tersebut, alangkah baiknya dibuatkan paket wisata
Toronipa agar lebih banyak wisatawan yang datang (Lolita, dkk: 79).
B. Keadaan Demografis
1. Jumlah Penduduk
oleh beberapa faktor seperti perpindahan penduduk atau migrasi, kelahiran dan
bangsa. Jumlah penduduk yang besar apabila dapat dibina dan kerahkan sebagai
tenaga kerja produktif yang bekualitas. Hal ini merupakan modal Pembangunan
9384 jiwa dimana dari jumlah tersebut dapat dibagi lagi dalam kategori jenis
32
kelamin. Untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah penduduk disajikan
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe didominasi oleh pria dengan jumlah 4791
jiwa (51,05%) dan Wanita berjumlah 4593 jiwa (48,95%). Pada dasarnya manusia
beberaoa decade ini maka perlu adanya usaha yang serius dari pemerintah untuk
2. Mata Pencaharian
terkadang terjadi apabila seseorang sudah tidak nyaman dengan profesi yang
digelutinya, baik yang muncul dari idenya sendiri atau karena melihat pencaharian
yang dilakukan masyarakat lain dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar.
33
kebutuhan hidup, baik sekarang maupun yang akan dating. Baik untuk keperluan
sendiri maupun sampai turunan generasi mendatang dan sebagai penunjang biaya
berprofesi sebagai petani dan nelayan. Sumber daya alam yang melimpah maka
tidak mengherankan jika banyak penduduk yang berprofesi sebagai nelayan dan
petani. Namun selain kedua profesi tersebut ada juga masyarakat yang berprofesi
Kabupaten Konawe dan menjadi destinasi yang banyak diminati oleh masyarakat
yang bukan hanya dari Kecamatan Soropia tapi melainkan dari luar Kecamatan
juga. Apalagi jaraknya tidak begitu jauh dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara
sehari-hari.
juga diberikan berupa akal dan pikiran yang berkembang serta dapat
yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk,
34
kehidupannya. Keterlibatan manusia dalam proses interaksi sosial juga didorong
oleh adanya hasrat setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
tidak bisa terlepas dari orang lain. Terpenuhi dan tidaknya kebutuhan tersebut
secara letak geografisnya begitu dekat dengan Ibu Kota Provinsi Sulawesi
Kecamatan Soropia masih memegang teguh budaya gotong royong dan suku yang
tolaki, bugis, buton, bajo dan muna, serta budaya yang ada masih tetap
bersamaan.
1. Pendidikan
sumber daya manusia (SDM) serta kualitas intelektual masyarakat yang mendiami
daerah tersebut. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
wilayah dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai kualitas sumber daya
penduduk yang berpendidikan tinggi maka dapat diduga bahwa kualitas sumber
35
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe yang menempuh pendidikan untuk
dengan, jumlah SD sebanyak 1357 jiwa (63,47%), SMP sebanyak 536 jiwa
(25,07%) dan SMA sebanyak 245 jiwa (11,46%). Hal ini menandakan bahwa
2. Agama
Maha Esa dapat diartikan untuk menciptakan keselarasan hubungan antar manusia
sekitarnya. Agama dan kepercayaan merupakan suatu hal yang penting dan sangat
Soropia secara keseluruhan beragama islam dengan jumlah populasi 9874 jiwa
36
dan terdapat 16 mesjid dan 1 musholah yang berada pada Kecamatan Soropia
3. Bahasa
Kebudayaan bangsa tertentu tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya
bahasa.
membina kerukunan hidup dan mempererat kesatuan dan persatuan bangsa, maka
penggunaannya lebih baik dan benar, begitu pula dengan Bahasa daerah perlu di
Bahasa Indonesia dan khas kebudayaan nasional sebagai salah satu unsur jati diri
Kabupaten Konawe adalah Bahasa Indonesia dengan Bahasa daerah bugis dan
tolaki. Suku tolaki bukanlah kelompok mayoritas tetapi Sebagian besar suku bugis
4. Kesenian
37
Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan yang dikagumi karena
keunikan dan keindahannya. Kesenian merupakan hasil karya seni manusia yang
penciptanya. Kesenian merupakan bagian dari budaya dan sarana yang digunakan
khususnya suku bugis dan suku tolaki. Masyarakat bugis di Kecamatan Soropia
seperti tari Paduppa (Penjemput Tamu), Tari Bosara (Tari yang menggunakan
kesinian dari suku Tolaki yaitu salah satunya Tarian Molulo dan Tari
Mondotambe.
untuk mengekspresikan ide imajinatif kreatif dan keterampilan manusia yang yang
memiliki tujuan untuk memberikan pesan moral yang ingin di sampaikan melalui
pertunjukan.
wujud budaya, maka tidak heran eksistensi keduanya saling melengkapi satu sama
lain. Kesenian disebut sebagai sarana yang dapat dijadikan media dalam
38
BAB V
petani, pedagang, tukang batu dan PNS. Namun semenjak pada masa
pemerintahan Nasruddin A. S.Sos yang pada saat itu menjabat sebagai kepala
pantai Toronipa.
penjelasan Nasruddin A. S.Sos yang pada saat itu menjabat sebagai kepala lurah
di Toronipa, bahwa sebelum tahun 1998 kondisi objek wisata pantai Toronipa
masih bersifat alami dalam arti belum ada usaha pembangunan dari pemerintah
setempat. Melihat potensi yang ada di pantai Toronipa, kepala Lurah Toronipa
berinisiatif untuk membuka objek wisata pantai karena melihat daerah lain yang
Lurah Toronipa, Ketua LPM dan Karantaruna mengadakan gotong royong untuk
membabat dan membersihkan pinggir pantai, yang dilaksanakan pada setiap hari
39
jumat sampai minggu. Ini diilhami dengan membandingkan daerah lain yang
membuka usaha objek wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara serta
keyakinan dan tekad bahwa usaha yang dirintis akan membawa keberuntungan
2023).
Pada tahun 1998 merupakan awal perintisan pantai Toronipa dan pada saat
itu belum ada respon dari masyarakat. Pada tahun ini pantai Toronipa belum
Toronipa pada saat itu masih bersifat alamiah dalam arti belum ada sama sekali
pembangunan sarana dan prasarana dari pemerintah daerah dalam hal ini
kelurahan Toronipa. Sarana dan prasarana yang ada di pantai Toronipa murni dari
menuju ke pantai Toronipa pun belum selebar seperti saat ini, masih jalan setapak
yang dibuat oleh masyarakat Kelurahan Toronipa. Jika musim hujan tiba maka
jalanan menuju ke pantai akan sangat licin. Karena jalanan menuju kesana masih
terbuat dari tanah. Belum ada pengerasan jalan ataupun pengaspalan, (Irwan
hari-hari libur dan tahun baru, pada tahun 2004 enam tahun setelah perintisan
pantai Toronipa barulah mulai ada pembangunan sarana dan prasarana di pantai
40
Toronipa oleh masyarakat setempat. Sebagaimana di kemukakan oleh bapak
Nasruddin A. S.sos bahwa pada tahun 2004 pemerintah membangun akses jalan
menuju ke pantai Toronipa yang sebelumnya hanya berupa jalan setapak yang
Kelurahan Toronipa dengan objek wisata pantai Toronipa. Jalan yang dibuat oleh
pemerintah tersebut masih belum di aspal, baru berupa pelebaran jalan dan
pemerintah daerah jelas memberikan manfaat yang sangat besar bagi sektor
Toronipa untuk sekedar refresing mereka tidak lagi melewati jalanan yang licin
pemerintah pada tahun 2004, lambat laun pengunjung pantai Toronipa setiap
merupakan sebuah aset yang dapat mendatangkan keuntungan bagi daerah dan
41
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa jelas adanya keseriusan
dibuatnya palang dan gerbang pintu masuk kawasan wisata pantai Toronipa. Jika
kawasan wisata pantai Toronipa, kendaraan roda dua sebesar Rp 10.000 perorang
sebanyak 2 unit. Toilet tersebut masing-masing dilengkapi dengan sumur bor dan
menggunakan toilet umum dikenakan tarif sebesar Rp 2.000 untuk buang air
kecil, Rp 5.000 untuk buang air besar, dan Rp 10.000 untuk mandi bilas.
sarana dan prasarana yang bisa menambah penghasilan bagi kebutuhan ekonomi
seperti jasa gazebo, banana boat, ban renang, kamar mandi, rumah makan atau
dilengkapi dengan sumur bor dan tower penampungan air. Toilet umum tersebut
Bagi wisatawan yang menggunakan toilet umum dikenakan tarif sebesar Rp 2.000
42
untuk buang air kecil, Rp 5.000 untuk buang air besar, dan Rp 10.000 untuk
mandi bilas. Melihat pintu gerbang yang dibangun pada tahun 2000 telah lapuk
dan usang. Pada tahun 2013 pemerintah kemudian merenovasi pintu masuk pantai
Toronipa yang dahulu masih terbuat dari papan kemudian dibangun permanen.
mengalami peningkatan terutama pada hari hari libur dan tahun baru.
wisata pantai Toronipa tetap terjaga. Untuk itu masyarakat Keluran Toronipa pada
tahun 2015 membuat tong sampah yang terdapat di sepanjang pantai Toronipa.
ada. Yang sebelumnya hanya ada 2 unit toilet umum dari pemerintah. Kemudian
pengaspalan jalan masuk menuju ke lokasi wisata pantai Toronipa Selain itu,
43
3. Fasilitas Wisata Pantai Toronipa
a. Area Parkir
Di pantai ini juga sudah disediakan area parkir untuk kendaraan roda dua
dan roda empat yang cukup luas. Dengan adanya tempat parkir ini, pengunjung
dapat dengan nyaman memarkir kendaraannya. Dan secara tidak langsung, akan
Dengan adanya fasilitas toilet dan ruang bilas ini menjadikan pengunjung
semakin nyaman. Toilet dan ruang bilas ini disediakan sendiri oleh pengelola atau
dikelola oleh warga setempat. Ruang bilas atau kamar mandinya juga cukup
nyaman bagi yang ingin membersihkan setelah puas bermain air dan pasir pantai
Toronipa. Toilet yang disediakan pun bersih dan tertata sehingga sangat nyaman
c. Mushola
Di sekitar pantai juga sudah ada Mushola sebagai tempat untuk beribadah
bagi umat muslim yang sedang berlibur ke pantai ini. Dengan begitu para
pengunjung tidak perlu susahsusah untuk mencari lokasi atau tempat untuk
beribadah.
d. Gazebo
pengunjung yang datang dari jauh. Hembusan angin dan irama deburan ombak
pantai Toronipa akan membuat istirahat pengunjung semakin asyik. Gazebo bisa
44
digunakan untuk tidur maupun sebagai tempat bersantai bersama keluarga atau
rombongan.
Bagi pengunjung yang tidak ingin repot dengan membawa makanan dari
rumah atau ingin menikmati wisata kuliner daerah Konawe, pastikan untuk tidak
Toronipa, warga menjual makanan baik makanan khas maupun camilan. Makanan
khas yang ditawarkan adalah sate pokea, gogos yang lezat, dan es krim waffle.
Sate pokea merupakan sate kerang laut dengan bumbu kacang yang pedas. Rasa
kerang yang manis berpadu dengan gurihnya bumbu kacang khas Toronipa
membuat pengunjung tidak dapat melewati berburu sate pokea. Sedangkan gogos
pantai Toronipa ini mirip seperti lemper dengan berbagai isinya yang menggugah
selera. Tidak lupa pula disediakan seafood yang terdiri dari hasil tangkapan warga
sekitar Pantai Toronipa. Ikan bakar yang segar dengan bumbu khas Toronipa
sangat direkomendasikan sebagai lauk sarapan atau makan siang yang sempurna.
Semilir angin serta nikmatnya ikan bakar Toronipa beserta rempah khas Sulawesi
tenggara dijamin dapat membuat pengunjung tidak dapat melupakan nikmat serta
kelezatannya.
f. Penginapan
homestay, atau wisma yang dapat disewa oleh pengunjung. Penginapan sendiri
45
maupun wisatawan mancanegara. Penginapan akan dibutuhkan bila pengunjung
g. Banana Boat
Dengan merogoh uang sebesar Rp. 25.000 per orang. Pengunjung akan diajak
banana boat yang dapat memacu adrenalin. Menggunakan fasilitas babana boat
cukup aman karena dipandu oleh operator yang berpengalaman. Pengunjung akan
diberikan arahan serta dijelaskan mengenai peraturan yang tidak boleh dilakukan
selama banana boat beroperasi. Setelah itu, pengunjung akan diberikan jaket
pelampung untuk keselamatan. Namun tidak perlu khawatir karena banana boat
Bentuk pariwisata ini di kelola dan dimiliki masyarakat untuk masyarakat, guna
46
membantu para wisatawan untuk meningkatkan kesadaran mereka dan belajar
ekonomi dalam suatu wilayah. Pariwisata bisa menjadi sumber ekonomi pada
lokal dan saling melengkapi dalam aktivitas ekonomi suatu wilayah. Pariwisata
suatu Kawasan wisata tentu saja akan memberikan dampak baik. Pengembangan
atau pengaruh positif dan yang terkena dampak tersebut adalah masyarakat,
memperbaiki taraf, kualitas dan pola hidup kominitas setempat tetapi juga
dalam suatu kawasan wisata adalah masyarakat sekitar kawasan itu sendiri karena
47
masyarakatlah yang menunjang keperluan-keperluan yang dibutuhkan oleh para
permasalahan mau tidak mau masyarakat atau penduduk setempat akan terlibat
penginapan adalah usaha yang kita kenal dengan padat karya seiring yang kita
sementara berjalan. Jadi salah satu dampak dari pariwisata pantai Toronipa
terhadap ekonomi masyarakat salah satu yang menonjol yaitu dengan adanya
lapangan pekerjaan baru yang secara umum masyarakat pada mulanya yang
bekerja sebagai petani dan nelayan, akan tetapi dengan adanya pengembangan
pariwisata pantai Toronipa yang kian banyak dikenal oleh kalangan masyarakat
sekolah, liburan hari Raya Idul Fitri, dan Idul Adha banyak menciptakan lapangan
48
Akibat dari perkembangan destinasi pariwisata pantai Toronipa maka
menjual lauk pauk, penyewaan ban, penyewaan kazebo untuk pengunjung, banan
boat, baserta menjual jenis makanan dan minuman lainnya. Sebelum jenis atau
profesi pekerjaan ini tidak dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai Toronipa
masyarakat tidak dianggap lagi sebagai hasil kecil karena sudah dapat dirasakan
bahwa pekerjaan tersebut juga dapat mereka nikmati hasil dan keuntungan.
Dengan terbentuknya lapangan maka kami dapat bekerja sebagai penjual makanan
seseorang dari hasil keringatnya atau aktifitasnya, kebanyakan dari hasil penjualan
produk atau jasa dan barang kepada pelanggan, yang berpengaruh pada
indicator penting dari penerimaan seseorang dari produk dan jasa yang ditawarkan
49
Pengembangan objek wisata pantai aktivitas masyarakat sebagian besar
adalah petani dan nelayan serta yang lainnya sebagai pedagang, tukang kayu/batu
dan PNS. Namun dengan adanya pengembangan objek wisata pantai masyarakat
perubahan yang begitu besar dalam kondisi ekonomi masyarakat, hal ini dapat
dilihat dari tingkat kesejahteraan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat
misalnya pada sektor perdagangan dan pertanian dimana para petani dapat
memperoleh pendapatan yang lebih dengan adanya jenis usaha yang mereka buat
50
1) Gazebo
salah satu fasilitas yang ada di pantai Toronipa yang biasa di gunakan para
51
2) Kamar Mandi dan Toilet
Gambar 5.2 Salah Satu Fasilitas di Pantai Toronipa Berupa Kamar Mandi dan
Toilet (Sumber : Foto Koleksi Fitrianti 21 September 2023)
toilet merupakan salah satu fasilitas yang ada di pantai Toronipa yang biasa
digunakan para pengunjung baik anak-anak maupun orang dewasa untuk sekedar
buang air dan bilas badan. Dengan adanya kamar mandi dan toilet juga bisa
52
3) Banana Boat
Gambar 5.3 Salah Satu Fasilitas yang ada di Pantai Toronipa Berupa Banana Boat
(Sumber : Foto Koleksi Fitrianti 21 September 2023)
salah satu fasilitas yang ada dipantai Toronipa yang biasa digunakan para
masyarakat. Adapun tabel data fasilitas yang ada di pantai Toronipa dari tahun
53
Tabel 5.1 Data Fasilitas Yang Ada di Pantai Toronipa Dari Tahun 1998-2022
sangat terbantu. Tidak hanya masyarakat Kelurahan Toronipa saja yang merasakan
Toronipa merasa sangat terbantu akan hal itu. Pendapatan hasil daerah (PAD) pun
54
Tabel 5.2 Jenis Usaha dan Tarif di Pantai Toronipa
Jenis Usaha Tarif (Rp)
Gazebo Rp. 50.000-200.000
Ban Pelampung Rp. 10.000-20.000
Ruang Bilas Rp. 10.000
Kamar Mandi Rp. 2.000-5.000
Banana Boat Rp. 25.000
Penginapan dan Aula Rp. 100.000-500.000
(Sumber: Data diolah dari hasil wawancara 2023)
Data pada tabel 5.2 menunjukkan berbagai jenis usaha dan tarifnya yang
ada di obyek wisata pantai. Jenis usaha tersebut merupakan bisnis yang sangat
masyarakat. Jenis usaha tersebut antara lain gazebo, ban pelampung, ruang bilas,
banana boat dan penginapan. Gazebo berfungsi sebagai tempat istirahat bagi
untuk sekali pakai adalah Rp. 50.000-200.000 dengan tidak membatasi jumlah
penyewa.
banana boat. Ban pelampung terdiri dari berbagai ukuran dengan tarif sekali pakai
untuk ukuran kecil dan sedang adalah Rp. 10.000 serta ukuran paling besar Rp.
20.000. Sementara, untuk banana boat sekali pakai selama 30 menit dengan
kapasitas berjumlah 6 orang dikenakan tarif Rp. 25.000 per orang, sehingga
jumlah tarif yang diperoleh adalah Rp. 150.000. Jenis usaha lain yang disewakan
adalah ruang bilas dan penginapan. Ruang bilas digunakan pengunjung untuk
membersihkan diri dan ganti pakaian dengan tarif untuk sekali pakai adalah Rp.
4000. Sedangkan untuk sewa penginapan dan aula per kamar dikenakan tarif
55
Rp.100.000-500.000 selama 24 jam. Pantai ini pula memiliki makanan khas yaitu
sate pokea dengan harga Rp. 1.000.00/tusuk, es kelapa Rp. 7.000.00/gelas, dan
ikan bakar Rp. 15.000.00 dalam 1 porsi, akan tetapi ikan bakar ini hanya tersedia
pada hari libur seperti tahun baru dan libur hari besar.
lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun tidak langsung,
misalnya di bidang sarana dan prasarana seperti pada pembangunan Davinci Villa
yang dapat memakan tahunan ini berarti memberi peluang kepada pekerjaan untuk
Gambar 5.4 Salah Satu Fasilitas di Pantai Toronipa Berupa Villa (Penginapan)
(Sumber : Foto Koleksi Fitrianti 21 September 2022)
merupakan salah satu faslitas yang ada di pantai Toronipa yang biasa digunakan
oleh para pengunjung wisatawan yang ingin bermalam atau mengadakan sebuah
acara keluarga.
56
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat mereka bekerja
sebagai pedagang dan penyedia jasa dan lain-lain yang semuanya itu untuk
memenuhi kebutuhan para wisatawan. Adanya sumber mata pencaharian itu tentu
obyek wisata.
pedagang, penyedia banana boat, penyedia pelampung, ban renang serta masih
langsung merasakannya, hanya dengan jarak yang sangat dekat dengan tempat
tinggalnya.
57
Toronipa terhadap kehidupan ekonomi masyarakat di Kelurahan Toronipa ini
a. Lingkungan Pariwisata
Salah satu dampak yang ditimbulkan dari destinasi pantai Toronipa adalah
sampah yang dapat merusak lingkungan objek wisata pantai Toronipa dimana
Toronipa ini selain menambah pendapatan juga dapat meringankan beban, tetapi
di sisi lain juga masyarakat merasakan dampak negatif yang dirasakan oleh
tersebut sehingga menyebabkan lingkungan objek wisata kotor dan kurang bersih
tempat sampah yang dapat digunakan pengunjung untuk membuang sampah, dan
hal ini secara tidak langsung sudah mencemari lingkungan dan menghilangkan
2023)
58
b. Kurangnya stabilitas pendapatan masyarakat
dikenal oleh seluruh etnik di negeri meskipun dengan istilah atau sebutan
pengaruh modernisasi.
salah satu informan yang bernama ibu Nursia yang mengatakan bahwa:
59
pantai, sekarang masing-masing membersihkan sesuai dengan lokasinya.
60
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu pada periode 1998-2022 yaitu Pembukaan akses jalan menuju ke objek
wisata pantai Toronipa, pada tahun 2000 membangun pintu gerbang dan pada
Toronipa seperti adanya fasilitas yang dapat disewakan seperti jasa gazebo,
banana boat, ban renang, kamar mandi, rumah makan, kios dan villa, pada
tahun 2013 merenovasi pintu yang dahulu masih terbuat dari papan kemudian
panta pada tahun 2016 ditambah lagi 6 unit toilet umum secara keseluruhan toilet
yang ada di wisata pantai Taipa menjadi 8 unit toilet umum dan pada tahun 2022
61
2. Dampak pariwisata pantai Toronipa terhadap kehidupan ekonomi masyarakat
Hal ini tentu sangat mengganggu pendapatan yang semakin tidak menentu.
masyaraka.
B. Saran
sebagai berikut
1. Kepada pemerintah
pariwisata.
62
b. Pemerintah hendaknya memberikan pelatihan mengenai kepariwisataan
2. Kepada pengelolah
3. Kepada masyarakat
63
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Pitana I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Andi Offset.
Mill Robert Christie and Morrison. 1985. The Tourism System. New Jersey:
Prentice-Hall Inc.
64
Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Parawisata. Yogyakarta:
Andi.
Ridwan, Mohamad, 2012. Perencanaan dan pengembangan pariwisata, PT
Medan: Sofmedia
B. Jurnal
Budi, Badrudin. 2000. Pariwisata Indonesia Menuju World Class Tourism,. Jurnal
Akutansi dan Manajemen.
65
Manurung, R., 2019, Pengembangan Obyek Dan Daya Tarik Wisata Alam
Sebagai Daerah Tujuan Wisata Di Kabupaten Deliserdang Kecamatan
Stm Hilir (Studi Kasus Obyek Wisata Pemandian Air Panas dan Goa
Penen), Jurnal Manajemen Tools Vol. 11 No. 2 Desember 2019 ISSN :
2088-3145.
Wijaya, H. L.O. Halim. Rosyidah, S. 2019, Penerapan konsep ekowisata pada
kawasan wisata pantai toronipa di Kabupaten Konawe. Jurnal
Mahasiswa Jurusan Arsitektur.Vol 4. No.1 April 2019 ISSN : 2503-
3344).
C. Skripsi
Karmila (2019). Perkembangan Destinasi Wisata Pantai Taipa Kecamatan Lembo
Kabupaten Konawe Utara 1993 – 2017. Universitas Halu Oleo.
Ikhfan Pujianto (2018). Sejarah Pulau Bokori: Dari Perkampungan Orang Bajo
Hingga Menjadi Destinasi Wisata Provinsi Sulawesi Tenggara (1985-
2017). Universitas Halu Oleo
Salam (2022). Sejarah Objek Wisata Permandian Wakante di Desa Latugho
Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat (2010-2020). Universitas
Halu Oleo
66
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Irwan S. Pd
Usia : 42 Tahun
Pekerjaan : PNS
2. Nama : Usman
Usia : 66 Tahun
Pekerjaan : Nelayan
3. Nama : Amiruddin
Usia : 55 Tahun
Pekerjaan : Nelayan
4. Nama : Asis
Usia : 53 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Usia : 47 Tahun
Pekerjaan : PNS
67
6. Nama : Nasruddin A. S.Sos
Usia : 63 Tahun
Pekerjaan : PNS
7. Nama : Nursia
Usia : 45 Tahun
Usia : 38 Tahun
Pekerjaan : PNS
Usia : 49 Tahun
Pekerjaan : PNS
Usia : 43 Tahun
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
69
Lampiran 1
70
Lampiran 2
71
Gambar 1. Peneliti Bersama Bapak Irwan S.Pd.,M.Pd
72
Gambar 3. Peneliti Bersama Bapak Subhan Sazali, S.Si
73
Gambar 5. Penelti Bersama Ibu Nursia
74
Gambar 7. Peneliti Bersama Bapak Asis
\
(Dokumentasi 21 September 2023)
75
Gambar 9. Banana boath di destinasi Pantai toronipa di kecamatan soropia
76
Gambar 11. Salah satu kios yang berada di destinasi Pantai toronipa
77
Gambar 13. Gerbang Destinasi Pantai Toronipa
78