MAKALAH
PANCASILA
MUSEUM MANDAR MAJENE
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
KABUPATEN MAJENE
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftarisi
BAB I. Pendahuluan
A. Latar belakang masalah ..........................................................................4
B. Rumusan masalah ...................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................4
BAB II. Pembahasan
A. Sejarah museum mandar..........................................................................5
B. Tentang museum mandar.........................................................................5
C. Sejarah kebudayaan mandar.....................................................................7
BAB III. Gambar (koleksi) museum mandar
BAB IV. Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran ......................................................................................................12
BAB I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beberapa hari yang lalu saya dan teman-teman Program Studi Fisika, Universitas
Sulawesi Barat berkesempatan untuk mengunjungi satu-satunya (sampai saat ini)
museum yang ada di Sulawesi Barat yakni Museum Mandar Majene. Di dalam museun
yang didirikan pada tanggal 2 agustus 1984 ini terdapat bermacam-macam benda
bersejarah yang berasal dari segala penjuru Sulawesi Barat. Sampai saat ini, benda-benda
bersejarah di museum ini sudah lebih dari 1400 jenis yang terdiri atas koleksi benda
geologi, geografi, biologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, heraldik, filologi,
keramik, senirupa, hingga teknologi. Dalam kunjungan kami tersebut kami
mendengarkan penjelasan dari pemateri mengenai suku mandar.
Mandar merupakan salah satu etnis suku yang mendiami provinsi Sulawesi barat.
Sebelum terjadi pemekaran suku mandar masuk dalam wilayah Sulawesi selatan bersama
dengan etnis Bugis, Makassar, dan Toraja. Walaupun telah mekar menjadi provinsi
sendiri, secara historis dan cultural mandar tetap terkait dengan sepupu-sepupu
serumpunnya di Sulawesi Selatan. Salah satu tempat bersejarah di mandar yaitu museum
mandar majene. Kami melakukan tugas pancasila.kami mengadakan perjalanan wisata
ke museum untuk menambah wawasan pengetahuan yang lebih banyak.Serta melihat
peninggalan-peninggalan bersejarah yang merupakan semangat patriotism dan
nasionalisme.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah Museum Mandar?
2. Bagaimana sejarah kebudayan Mandar ?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah ?
1. Untuk mengetahuai sejarah Museum Mandar !
2. Mengetahui sejarah kebudayaan mandar !
BAB II.
PEMBAHASAN
Waktu Operasional :
1. Mandar berasal dari konsep Sipamandar yang berarti saling kuat menguatkan;
penyebutan itu dalam pengembangan berubah penyebutannya menjadi Mandar.
Selain itu, dalam buku dari H. Saharuddin, dijumpai keterangan tentang asal
kata Mandar yang berbeda. Menurut penulisnya, berdasarkan keterangan dari A.
Saiful Sinrang, kata Mandar berasal dari kata mandar yang berarti Cahaya;
sementara menurut Darwis Hamzah berasal dari kata mandag yang berarti
Kuat; selain itu ada pula yang berpendapat bahwa penyebutan itu diambil
berdasarkan nama Sungai Mandar yang bermuara di pusat bekas Kerajaan
Balanipa (Saharuddin, 1985:3). Sungai itu kini lebih dikenal dengan nama Sungai
Balangnipa. Namun demikian tampak penulisnya menyatakan dengan jelas bahwa
hal itu hanya diperkirakan (digunakan kata mungkin). Hal ini tentu mengarahkan
perhatian kita pada adanya penyebutan Teluk Mandar dimana bermuara Sungai
Balangnipa, sehingga diperkirakan kemungkinan dahulunya dikenal dengan
penyebutan Sungai Mandar.
Kebudayaan pada dasarnya telah ada semenjak hadirnya manusia pertama dimuka
bumi ini. Kebudayaan berfungsi memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat
supranatuaral maupun kebutuhan materil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut
untuk sebagian besar dipenihi oleh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu
sendiri.
Kebudayaan adalah sejumlah cita-cita, nilai, dan standar prilaku yang didukung oleh
sebagian warga masyarakat, sehingga dapat dikatakan kebudayaan selalu pada setiap
rumpun masyarakat di muka bumi. Meskipun demikian penting untuk disadari bahwa
semua itu bukan berarti keseragaman. Dalam setiap masyarakat manusia, tedapat
perbedaan-perbedaan kebudayaan khas dan unik.kemudian kebudayaan dapat dipahami
sebagi identitas suatu rumpun masyarakat bersangkutan.
Mandar adalah nama suatu suku (etnis) yang terdapat di sulawesi selatan dan nama
budaya dalam Lembaga Budayaan Nasional dan Lembaga Pengkajian Budaya Nasional.
Diistilahkan sebagai etnis karena Mandar merupakan salah satu kelompok etnis dari
empat suku yang mendiami kawasan provinsi Sulawesi Selatan yakni etnis Makassar
(makasara), etnis Bugis (ogi), etnis Toraja (toraya). Pengelompokkan ini dimaksudkan
dalam suatu kelompok pengkajian yang disebut lagaligologi.
Mandar sesuai dengan makna kuantitas yang dikandung dalam konteks geografis
merupakan wilayah dari batas paku (wilayah polmas) sampai surename (wilayah
kabupaten mamuju). Akan tetapi dalam makna kualitas serta symbol dapat kita batasi diri
dalam lingkup kerajaan Balanipa sebagi peletak dasar pembangunan kerajaan (landasan
idial dan landasan structural), dan sebagai bapak perserikatan seluruh kerajaan dalam
wilayah mandar Pitu ulunna Salu dan Pitu Bapana Binanga.Suku mandar adalah satu-
satunya suku bahari dinusantara yang berhadapan langsung dengan laut dalam, tanpa ada
pulau yang bergugus. Teknologi kelautan mereka sudah demikian sistematis, yang
merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Mandar sebagai salah satu suku di
sulawesi selatan memiliki aneka ragam corak kebudayaan yang khas.
Suku Mandar yang mendiami kawasan pesisir Provinsi Sulawesi Barat sejak lama
terkenal sebagai pelaut ulung. Mereka mengarungi lautan Indonesia hingga ke
Kalimantan bahkan ke daerah Nusa Tenggara dengan mengandalkan perahu layar
tradisional.
Dengan penuh keahlian, nenek moyang suku Mandar hanya mengandalkan angin saat
berlayar, serta keahlian membaca bintang. Kini, perahu-perahu layar tradisional itu sudah
mengalami banyak perubahan. Tentu paling kentara adalah penggunaan motor di sandeq,
perahu layar tradisional suku Mandar.
"Karena ujung layarnya runcing, makanya disebut sandeq," ungkap Firdaus Umar dari
Museum Mandar Majene. Namun ia menuturkan ada beberapa versi yang menyebutkan
asal-usul nama sandeq tersebut. Badan perahu yang runcing di depan dan belakang juga
menjadi versi nama sandeq. Sebab, sandeq sendiri berarti runcing.
Museum Mandar Majene berada di Jalan Raden Suradi Nomor 17, Pangali-ali,
Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Museum ini cocok
menjadi tempat informasi untuk mengenal lebih dalam mengenai perahu tradisional suku
Mandar.
Di sini, ada beberapa replika berbagai jenis perahu tradisional. Ada maket perahu
body, yaitu perahu tanpa layar. Lalu, ada perahu layar dengan satu layar maupun dengan
dua layar. Salah satunya adalah perahu lete', yang digunakan mengangkut barang antar
pulau. Walau bentuknya kecil, perahu lete' mampu menangkut barang hingga 15 ton.
Perahu lete' ukuran besar bahkan memiliki daya angkut sebesar 50 ton. Ada pula maket
perahu ba'go yang memiliki daya angkut hingga 100 ton dan menggunakan dua layar.
Museum tersebut juga menampilkan keunikan suku Mandar. Ya, tak hanya urusan laut, di
museum ini terdapat beragam informasi mengenai kebudayaan suku Mandar. Pengunjung
bisa mengenali pakaian adat, bentuk rumah, hingga peralatan rumah tangga.
Banyak yang tak tahu bahwa Majene adalah salah satu kota tua peninggalan Belanda
di Indonesia. Di masa kolonial Belanda, Belanda mendirikan enam pusat pemerintahan di
Pulau Sulawesi, salah satunya adalah Majene sebagai pusat pemerintahan Sulawesi Barat.
Tak heran, ada beberapa peninggalan bangunan Belanda. Salah satunya adalah Museum
Mandar Majene yang berarsitektur khas Eropa tersebut adalah bekas rumah sakit. Rumah
sakit itu dibangun pada tahun 1908 dan sekarang beralih fungsi menjadi museum.
Di salah satu ruangan, koleksi kedokteran peninggalan rumah sakit Belanda tersebut
dipamerkan. Ruangan lain yang menarik adalah ular sawah yang diawetkan. Ular jenis
piton tersebut ditangkap di Buttu Tupa' Allo pada 1 Januari 2010.
BAB III.
GAMBAR (KOLEKSI MUSEUM MANDAR MAJENE)
1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
A. KESIMPULAN
Perjalanan ini memang sangat melelahkan, namun di balik itu semua terdapat
sebuah pengalaman yang tidak pernah akan kami lupakan selama hidup kami. Dari
penulisan laporan ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa obyek-obyek museum majene
beraneka ragam. Sebagai warga majene yang baik, sudah sepantasnya kita menjaganya
agar tetap utuh dengan baik.sehingga sehingga kita semua bisa melihat betapa indahnya
karya allah swt.
B. SARAN
Penyusundengansegalaketerbatasan yang
ada,menyadaribahwalaporaninimasihjauhdari kata sempurna. Olehkarenaitu, kritikdan
saran yang membangunsangatsayaharapkan.
Posting Komentar
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
2016 (1)
o Desember (1)
Makalah Museum Mandar Majene