Anda di halaman 1dari 12

Makalah Museum Mandar Majene

Sabtu, 31 Desember 2016


Makalah Museum Mandar Majene

MAKALAH
PANCASILA
MUSEUM MANDAR MAJENE

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUH. TASLIM


PRODI : PEND. FISIKA
NIM : H0416319

FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
KABUPATEN MAJENE
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.


Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis
bias menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul Museum Mandar Majene yang di
laksanakan pada Hari sabtu 17 Desember 2016.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang beberapa hal mengenai museum
mandar majene. Lewat makalah ini juga saya mengucapkan terima kasih khususnya
kepada bapak dosen yang telah memberikan saya kesempatan untuk melakukan
perjalanan ke museum mandar majene ini, sehingga penyusunan makalah ini dapat
berjalan dengan baik.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat saya harapkan demi
menyempurnakan makalahini.
Harapan saya semoga penyusunan makalah dapat bermanfaat bagi saya khususnya
maupun pembaca.Amin yarobbal alamin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Majene,18 Desember 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftarisi
BAB I. Pendahuluan
A. Latar belakang masalah ..........................................................................4
B. Rumusan masalah ...................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................4
BAB II. Pembahasan
A. Sejarah museum mandar..........................................................................5
B. Tentang museum mandar.........................................................................5
C. Sejarah kebudayaan mandar.....................................................................7
BAB III. Gambar (koleksi) museum mandar
BAB IV. Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran ......................................................................................................12

BAB I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beberapa hari yang lalu saya dan teman-teman Program Studi Fisika, Universitas
Sulawesi Barat berkesempatan untuk mengunjungi satu-satunya (sampai saat ini)
museum yang ada di Sulawesi Barat yakni Museum Mandar Majene. Di dalam museun
yang didirikan pada tanggal 2 agustus 1984 ini terdapat bermacam-macam benda
bersejarah yang berasal dari segala penjuru Sulawesi Barat. Sampai saat ini, benda-benda
bersejarah di museum ini sudah lebih dari 1400 jenis yang terdiri atas koleksi benda
geologi, geografi, biologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, heraldik, filologi,
keramik, senirupa, hingga teknologi. Dalam kunjungan kami tersebut kami
mendengarkan penjelasan dari pemateri mengenai suku mandar.
Mandar merupakan salah satu etnis suku yang mendiami provinsi Sulawesi barat.
Sebelum terjadi pemekaran suku mandar masuk dalam wilayah Sulawesi selatan bersama
dengan etnis Bugis, Makassar, dan Toraja. Walaupun telah mekar menjadi provinsi
sendiri, secara historis dan cultural mandar tetap terkait dengan sepupu-sepupu
serumpunnya di Sulawesi Selatan. Salah satu tempat bersejarah di mandar yaitu museum
mandar majene. Kami melakukan tugas pancasila.kami mengadakan perjalanan wisata
ke museum untuk menambah wawasan pengetahuan yang lebih banyak.Serta melihat
peninggalan-peninggalan bersejarah yang merupakan semangat patriotism dan
nasionalisme.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah Museum Mandar?
2. Bagaimana sejarah kebudayan Mandar ?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah ?
1. Untuk mengetahuai sejarah Museum Mandar !
2. Mengetahui sejarah kebudayaan mandar !

BAB II.
PEMBAHASAN

A. SEJARAH MUSEUM MANDAR


Museum Daerah Mandar didirikan berdasarkan salah satu keputusan Seminar
Kebudayaan Mandar di Majene pada 2 Agustus 1984. Usul pendirian Museum Mandar
disambut baik oleh Pemda Tingkat II Kabupaten Majene dengan menunjuk bekas rumah
kediaman Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Majene yang sementara ditempati
oleh Pembantu Gubernur Wilayah I Mandar. Didirikan juga Yayasan Museum Mandar
oleh beberapa tokoh masyarakat dengan tujuan meningkatkan pembangunan dalam
bidang pelestarian benda-benda budaya.
Pada 1989 status hukum Museum Mandar Majene dialihkan dari status swasta
(yayasan) menjadi Museum Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Majene dengan
suratKeputusan Bupati KDH Tk. II Majene Nomor 142/HK-KPTS/IX/1989.
Yayasan Museum Mandar didirikan dengan Akte Pendirian Nomor 171, Tanggal 21
Desember 1984 yang di keluarkan oleh Sistke Limewa, SH. dan Pejabat Akte Tanah Kota
Madiya Ujung Pandang, dengan lokasi sementara satu ruangan kelas SD Inpres No. 57
Tangnga-tangnga.
Diputuskan pula pemindahan lokasi museum dari lokasi lama ke seluruh bangunan
bekas rumah sakit umum Majene sampai sekarang. Museum Mandar mempunyai koleksi
sejumlah 1.304 buah, meliputi koleksi geologi, geografi, biologi, etnografi, arkeologi,
sejarah, numismatik, heraldik, filologi, keramik, senirupa, dan teknologi.
A. TENTANG MUSEUM MANDAR
Museun yang didirikanpada tanggal 02 agustus 1984.Terdapat bermacam-macam
benda bersejarah yang berasal dari segala penjuru Sulawesi Barat. Sampai saat ini, benda-
benda bersejarah di museum ini sudah lebih dari 1400 jenis yang terdiri atas koleksi
benda geologi, geografi, biologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, heraldik,
filologi, keramik, senirupa, hingga teknologi.
Namun, dari sekian banyak koleksi benda di museum ini, koleksi yang paling banyak
menarik minat pengunjung adalah koleksi benda-benda bersejarahnya. Beberapa jenis
benda bersejarah yang disimpan di Museum Mandar antara lain fosil batu, senjata tajam
tradisional, keramik, piring kuno, aneka pakaian adat, dan berbagai benda kuno lainnya.
Usia benda-benda kuno itu pun bervariasi, bahkan ada yang diperkirakan
telahberusiaribuantahun.
Bangunangedung Museum Mandar sendiri juga termasuk bangunan cagar budaya.
Bangunan ini sebelumnya adalah gedung rumah sakit yang sudah digunakan sejak zaman
kolonial Hindia Belanda. Secara fisik, gedung yang didirikan tahun 1900 ini masih
menyisakan ciri khas Eropa. Bangunan ini mengandung nilai historis dan menjadi saksi
bisu peristiwa penting yang terjadi di era kolonial maupun ketika rakyat Mandar turut
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Museum initerletak di Jalan Raden Suradi No. 17, Kel. Pangali-ali, Kec. Banggae,
Kab. Majene, Prov. Sulawesi Barat. Lokasi museum yang mudah di jangkau diharapkan
akan mudah menarik wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung dan belajar
mengenai nenek moyang suku mandar. Biaya tiket yang sangat terjangkau juga salah satu
alasan para wisatawan yang ingin berwisata dengan modal yang sedikit. Berikut rincian
harga tiket dan waktu operasional Museum mandarmajene.

Waktu Operasional :

Hari Senin Kamis:

1. Jam 08:00 - 12:00


2. Jam 14:00 - 16:00
Hari Jum`at:

1. Jam 08:00 - 11:30


2. Jam 14:00 - 16:30
Hari Sabtu Minggu :

1. Jam 09:00 - 16:30

Biaya Tiket Masuk


Orang Dewasa : Rp. 3.000,- per orang
Anak-anak : Rp. 2.000,- per orang
Peraturan museum :
1. Setiap pengunjung terlebih dahulu melaporkan diri kepada pengelola Museum baik lisan
maupun tertulis ketika akan masuk kemuseum
2. Menjaga ketertiban keamanan dimuseum mandar Majene dengan tidak berbicara dan
berperilaku yang bisa menimbulkan kegaduhan dalam lingkungan Museum.
3. Pengunjung hanya bisa membawa alat tulis dan dokumentasi lainnya kedalam Museum.
4. Menjaga kebersihan museum dengan membuang sampah pada tempatnya
5. Pengunjung museum tidak diperkenankan memegang, menyentuh, merubah apa lagi
memindahkan koleksi museum mandar majene.
6. Pengunjung tidak diperkenankan duduk diatas tempat koleksi
7. Pengunjung bisa menanyakan kepada pengelola Museum mengenai koleksi yang
dipamerkan.
8. Setiap kelompok atau organisasi kemasyarakatan yang akan memakai fasilitas museum
agar melapor terlebih dahulu kepada pengelola museum.

B. SEJARAH KEBUDAYAAN MANDAR


Sejarah arti kata mandar, kata mandar memiliki tiga artiyaitu :

1. Mandar berasal dari konsep Sipamandar yang berarti saling kuat menguatkan;
penyebutan itu dalam pengembangan berubah penyebutannya menjadi Mandar.

2. Kata Mandar dalam penuturan orang Balanipa berarti sungai

3. Mandar berasal dari Bahasa Arab; Nadara-Yanduru-Nadra yang dalam


perkembangan kemudian terjadi perubahan artikulasi menjadi Mandar yang
berarti tempat yang jarang penduduknya.

Selain itu, dalam buku dari H. Saharuddin, dijumpai keterangan tentang asal
kata Mandar yang berbeda. Menurut penulisnya, berdasarkan keterangan dari A.
Saiful Sinrang, kata Mandar berasal dari kata mandar yang berarti Cahaya;
sementara menurut Darwis Hamzah berasal dari kata mandag yang berarti
Kuat; selain itu ada pula yang berpendapat bahwa penyebutan itu diambil
berdasarkan nama Sungai Mandar yang bermuara di pusat bekas Kerajaan
Balanipa (Saharuddin, 1985:3). Sungai itu kini lebih dikenal dengan nama Sungai
Balangnipa. Namun demikian tampak penulisnya menyatakan dengan jelas bahwa
hal itu hanya diperkirakan (digunakan kata mungkin). Hal ini tentu mengarahkan
perhatian kita pada adanya penyebutan Teluk Mandar dimana bermuara Sungai
Balangnipa, sehingga diperkirakan kemungkinan dahulunya dikenal dengan
penyebutan Sungai Mandar.
Kebudayaan pada dasarnya telah ada semenjak hadirnya manusia pertama dimuka
bumi ini. Kebudayaan berfungsi memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat
supranatuaral maupun kebutuhan materil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut
untuk sebagian besar dipenihi oleh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu
sendiri.
Kebudayaan adalah sejumlah cita-cita, nilai, dan standar prilaku yang didukung oleh
sebagian warga masyarakat, sehingga dapat dikatakan kebudayaan selalu pada setiap
rumpun masyarakat di muka bumi. Meskipun demikian penting untuk disadari bahwa
semua itu bukan berarti keseragaman. Dalam setiap masyarakat manusia, tedapat
perbedaan-perbedaan kebudayaan khas dan unik.kemudian kebudayaan dapat dipahami
sebagi identitas suatu rumpun masyarakat bersangkutan.
Mandar adalah nama suatu suku (etnis) yang terdapat di sulawesi selatan dan nama
budaya dalam Lembaga Budayaan Nasional dan Lembaga Pengkajian Budaya Nasional.
Diistilahkan sebagai etnis karena Mandar merupakan salah satu kelompok etnis dari
empat suku yang mendiami kawasan provinsi Sulawesi Selatan yakni etnis Makassar
(makasara), etnis Bugis (ogi), etnis Toraja (toraya). Pengelompokkan ini dimaksudkan
dalam suatu kelompok pengkajian yang disebut lagaligologi.
Mandar sesuai dengan makna kuantitas yang dikandung dalam konteks geografis
merupakan wilayah dari batas paku (wilayah polmas) sampai surename (wilayah
kabupaten mamuju). Akan tetapi dalam makna kualitas serta symbol dapat kita batasi diri
dalam lingkup kerajaan Balanipa sebagi peletak dasar pembangunan kerajaan (landasan
idial dan landasan structural), dan sebagai bapak perserikatan seluruh kerajaan dalam
wilayah mandar Pitu ulunna Salu dan Pitu Bapana Binanga.Suku mandar adalah satu-
satunya suku bahari dinusantara yang berhadapan langsung dengan laut dalam, tanpa ada
pulau yang bergugus. Teknologi kelautan mereka sudah demikian sistematis, yang
merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Mandar sebagai salah satu suku di
sulawesi selatan memiliki aneka ragam corak kebudayaan yang khas.
Suku Mandar yang mendiami kawasan pesisir Provinsi Sulawesi Barat sejak lama
terkenal sebagai pelaut ulung. Mereka mengarungi lautan Indonesia hingga ke
Kalimantan bahkan ke daerah Nusa Tenggara dengan mengandalkan perahu layar
tradisional.
Dengan penuh keahlian, nenek moyang suku Mandar hanya mengandalkan angin saat
berlayar, serta keahlian membaca bintang. Kini, perahu-perahu layar tradisional itu sudah
mengalami banyak perubahan. Tentu paling kentara adalah penggunaan motor di sandeq,
perahu layar tradisional suku Mandar.
"Karena ujung layarnya runcing, makanya disebut sandeq," ungkap Firdaus Umar dari
Museum Mandar Majene. Namun ia menuturkan ada beberapa versi yang menyebutkan
asal-usul nama sandeq tersebut. Badan perahu yang runcing di depan dan belakang juga
menjadi versi nama sandeq. Sebab, sandeq sendiri berarti runcing.
Museum Mandar Majene berada di Jalan Raden Suradi Nomor 17, Pangali-ali,
Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Museum ini cocok
menjadi tempat informasi untuk mengenal lebih dalam mengenai perahu tradisional suku
Mandar.
Di sini, ada beberapa replika berbagai jenis perahu tradisional. Ada maket perahu
body, yaitu perahu tanpa layar. Lalu, ada perahu layar dengan satu layar maupun dengan
dua layar. Salah satunya adalah perahu lete', yang digunakan mengangkut barang antar
pulau. Walau bentuknya kecil, perahu lete' mampu menangkut barang hingga 15 ton.
Perahu lete' ukuran besar bahkan memiliki daya angkut sebesar 50 ton. Ada pula maket
perahu ba'go yang memiliki daya angkut hingga 100 ton dan menggunakan dua layar.
Museum tersebut juga menampilkan keunikan suku Mandar. Ya, tak hanya urusan laut, di
museum ini terdapat beragam informasi mengenai kebudayaan suku Mandar. Pengunjung
bisa mengenali pakaian adat, bentuk rumah, hingga peralatan rumah tangga.
Banyak yang tak tahu bahwa Majene adalah salah satu kota tua peninggalan Belanda
di Indonesia. Di masa kolonial Belanda, Belanda mendirikan enam pusat pemerintahan di
Pulau Sulawesi, salah satunya adalah Majene sebagai pusat pemerintahan Sulawesi Barat.
Tak heran, ada beberapa peninggalan bangunan Belanda. Salah satunya adalah Museum
Mandar Majene yang berarsitektur khas Eropa tersebut adalah bekas rumah sakit. Rumah
sakit itu dibangun pada tahun 1908 dan sekarang beralih fungsi menjadi museum.
Di salah satu ruangan, koleksi kedokteran peninggalan rumah sakit Belanda tersebut
dipamerkan. Ruangan lain yang menarik adalah ular sawah yang diawetkan. Ular jenis
piton tersebut ditangkap di Buttu Tupa' Allo pada 1 Januari 2010.

BAB III.
GAMBAR (KOLEKSI MUSEUM MANDAR MAJENE)
1.

2.
3.
4.

5. 6.
7.

Kuburan Raja-raja Mandar


1. Tokoh-tokoh pejuang yang ada di Mandar
2. Beberapa perlatan yang digunakan sebagai alat untuk melindungi diri
dari berbagaigangguan.
3. Salsalah rumah kerajaan Mandar
4. Bebrapa peraltan pandai besi
5. Berbagai macam Ragam seni tari yang ada di Mandar
6. Beberapa fosil batu purbakala
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perjalanan ini memang sangat melelahkan, namun di balik itu semua terdapat
sebuah pengalaman yang tidak pernah akan kami lupakan selama hidup kami. Dari
penulisan laporan ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa obyek-obyek museum majene
beraneka ragam. Sebagai warga majene yang baik, sudah sepantasnya kita menjaganya
agar tetap utuh dengan baik.sehingga sehingga kita semua bisa melihat betapa indahnya
karya allah swt.
B. SARAN
Penyusundengansegalaketerbatasan yang
ada,menyadaribahwalaporaninimasihjauhdari kata sempurna. Olehkarenaitu, kritikdan
saran yang membangunsangatsayaharapkan.

Diposting oleh Unknown di 22.36


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
2016 (1)
o Desember (1)
Makalah Museum Mandar Majene

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai