Anda di halaman 1dari 32

SENI PERTUNJUKAN ALIONDA DAN PERUBAHANNYA DI WILAYAH

KULISUSU BARAT KABUPATEN BUTON UTARA :1961-2020

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Proposal
Penelitian Pada Jurusan Ilmu Sejarah

OLEH

SIRDAYANA
N1C120015

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II untuk

dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Seminar Proposal Penelitian pada jurusan

Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.

Judul Proposal : Seni Pertunjukan Alionda dan Perubahannya di Wilayah

Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara 1961-2020

Nama : Sirdayana

NIM : N1C120015

Kendari, Maret 2024


Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Aslim, S.S., M.Hum. Fatma, S.Pd., M.A.


NIP. 19710428 200012 1 001 NIP.19880920201903 2 020

Mengetahui :
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah,

Dr. Aslim, S.S., M.Hum


NIP. 19710428 200012 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur.

Untuk itu puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan

karunia-Nya, saya dapat menyusun laporan penelitian ini dengan baik. Meski

sedikit mendapatkan kesulitan dan hambatan, tapi saya bisa melewatinya sehingga

laporan penelitian dengan judul “Seni Pertunjukan Alionda dan Perubahannya di

Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara 1961-2020” ini dapat

terselesaikan tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat

terutama kepada Bapak Dr. Aslim, S.S., M.Hum, selaku pembimbing I dan Ibu

Fatma, S.Pd., M.A, selaku pembimbing II. Yang dengan penuh keikhlasan dan

kesungguhan telah banyak meluangkan waktu mereka dalam memberikan

bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian ini.

Penulis sadar bahwa dalam penyelesaian proposal penelitian ini masih

terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, akan tetapi semoga segala usaha yang

telah dilakukan dapat bermanfaat bagi semua. Penulis mengharapkan para

pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang memotivasi agar penulis

menjadikan hal ini sebagai pembelajaran menuju kearah yang lebih baik lagi.

Kendari, Maret 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan dan Batasan Masalah............................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................6
A. Manfaat teoritis...............................................................................6
B. Manfaat praktis...............................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................7

A. Kerangka Konseptual............................................................................7
1. Konsep Seni....................................................................................7
2. Konsep Alionda..............................................................................10
B. Kerangka Teoritis: Teori Perubahan Kebudayaan................................12
C. Tinjauan Historiografi..........................................................................17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................19

A. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................19


B. Jenis dan Pendekatan Penelitian…………………………………….. 19
C. Metode Penelitian.................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan seni pertunjukan Alionda adalah salah satu seni pertunjukan

yang dilakoni oleh masyarakat Kabupaten Buton Utara. Seni pertunjukan Alionda

memiliki arti Merangkaikan tangan, makna ini di ambil karena yang dalam

pertunjukannya yakni para pemainnya saling mengaitkan jari kelingking sambil

membuat sebuah lingkaran. Dalam pengelolaannya, pertunjukan Alionda

memiliki keunikan tersendiri yang menggabungkan unsur tarian, nyanyian, dialog,

Manca/silat dan permainan rakyat. Pertunjukan Alionda dilaksanakan setelah satu

hari selesai lebaran Idul Fitri dan Idul Adha selama tiga hari berturut-turut.

Pertunjukan Alionda mulanya terdiri dari tiga babak pertunjukan yaitu

Mekoka, Suu-suundakula, dan Mealionda. Babak I Mekoka digolongkan sebagai

peran non cerita karena bentuk penyajiannya berupa permainan rakyat. Babak II

Suu-suundakula sebuah peran cerita adalah penggalan atau cuplikan nasionalitas

yang menggambarkan tata kehidupan dan kebiasaan masyarakat Kulisusu dalam

sehari-hari. Sementara babak III Mealiondabisa digolongkan sebagai peran non

cerita karena yang bentuk penyajiannya berupa tarian, manca, dan nyanyian. Akan

tetapi, sekarang ini pertunjukan Alionda sudah sedikit telah berubah yang hanya

menampilkan satu babak saja yaitu babak Mealionda Sedangkan babak Mekoka

dan Suu-suundakula sudah tidak ditampilkan lagi.

Penyebab tidak ditampilkannya babak Mekoka karena membutuhkan

waktu yang lama untuk memainkan permainan-permainannya. Sedangkan babak

Suu-suundakula menceritakan bagaimana kisah kehidupan masyarakat Kulisusu

7
dulu dalam mengungkapkan rasa syukur terhadap hasil panen yang melimpah.

Sehingga terbentuklah arti merangkaikan tangan.

Indikasi kurang maksimalnya usaha penyebaran dan pewarisan Alionda

terlihat dari dominasi pemain yang sudah lanjut usia. Selain itu, jumlah pemain

yang mengetahui proses pertunjukan Alionda secara lengkap sudah terbatas.

Indikasi tersebut juga didukung oleh kalangan generasi muda yang pada saat ini

tidak selalu menguntungkan. Karena Kurangnya pemahaman terhadap makna dan

nilai-nilai yang terkandung dalam Alionda. Di antara nilai itu ada nilai pendidikan

dan nilai sosial yang terkandung dalam rangkaian babak serta adegan yang

dipertunjukkan

Pemahaman dan pengertian misalnya sering kali menyebabkan generasi

muda hanya melihat kegiatan seni pertunjukan Alionda ini dari salah satu sisi,

yaitu sebagai sarana rekreasi. Padahal di samping peran menghibur Alionda dapat

pula lahir sebagai ungkapan pengalaman batin dan sarana komunikasi pemikiran-

pemikiran yang serius. Kesenangan pada hal-hal baru, serta kepekaannya

terhadap pengaruh-pengaruh menyebabkan mereka mudah menerima setiap

pengaruh luar sebagai hal yang mereka anggap menarik. Semata-mata hal itu baru

dan menganggap hal-hal tradisional tidak pantas karena dari masa lalu. Kondisi-

kondisi yang seperti ini sangat memungkinkan akan punahnya pertunjukan

Alionda jika tidak segera dilakukan upaya antisipasi.

Dalam pengelolaan pertunjukan Alionda memiliki keunikan tersendiri.

Prosesnya dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat yang khusus terbentuk

untuk pelaksanaan pertunjukan Alionda yang rutin dilakukan dua kali dalam

8
setahun. Komunitas ini hanya dilaksanakan oleh masyarakat yang mempunyai

keseharian terlepas dari statusnya sebagai anggota komunitas pengelola Alionda

tersebut. Dari hasil wawancara dengan Bapak La Ba’a mengatakan bahwa

komunitas ini tidak melakukan perumusan perencanaan strategis untuk

pengelolaan pertunjukannya. Dengan kata lain, pengelolaan yang dilakukan

komunitas ini akan terus berlanjut sebagaimana adanya pengelolaan dengan

sistem yang sama akan terus dilakukan tanpa melihat kelemahan dan ancaman

yang dapat saja timbul pada pelaksanaan pertunjukan Alionda.

Salah satu upaya mengantisipasi kepunahannya yaitu sebagai masyarakat

harus lebih memperhatikan dan mempelajari budaya daerah, seperti mempelajari

tarian-tarian serta alat-alat musiknya. Secara umum permasalahan dalam bidang

kebudayaan yang dihadapi oleh masyarakat tentang bagaimana cara masyarakat

untuk memajukan dan melestarikan budayanya. Strategi ini merupakan usaha

pemeliharaan dan sarana yang diperlukan untuk memperkenalkan serta

mengembangkan Alionda sebagai memperkaya khazanah pertunjukan tradisi.

Beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini.Pertama,

Alionda merupakan aset bagi kabupaten Buton Utara untuk promosi budaya

dalam rangka menarik wisatawan terancam punah. Yang memang promosi budaya

sangat perlu dilakukan, mengingat eksistensi era globalisasi yang menggabungkan

batas- geografis melalui kemajuan teknologi, juga berdampak pada dinamika dan

selera masyarakat. Kedua, penyebaran serta pewarisannya yang kurang maksimal,

sehingga pertunjukan Alionda ini didominasi oleh para pemain yang sudah lanjut

usia. Selain itu, jumlah pemain yang mengetahui proses pertunjukannya secara

lengkap sudah terbatas. Ketiga, ancaman kepunahan tersebut dapat menyebabkan

9
punahnya kearifan lokal yang berperan sebagai pembentuk kepribadian generasi

muda Kulisusu Barat. Dan masih banyak hal-hal yang menjadi pertimbangan

penulis.

Bertolak dari hal tersebut di atas, maka sebagai salah satu generasi muda

penerus, penulis terdorong untuk meneliti sebagai salah satu upaya untuk

melestarikan seni pertunjukan Alionda sebagai bentuk tradisi masyarakat yang ada

di Kabupaten Buton Utara, diperlukan adanya perencanaan yang cukup strategis

sebagai upaya untuk mengantisipasi kepunahannya.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana penyebab terjadinya perubahan seni pertunjukan Alionda di

Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten ButonUtara?

b. Bagaimana strategi yang harus dilakukan masyarakat Kulisusu Barat untuk

mengantisipasi kepunahan seni pertunjukan Alionda?

2. Batasan Masalah

a. Batasan Temporal (Waktu)

Adapun batasan temporal dalam penelitian ini adalah pada tahun 1961-

2020. Penetapan tahun 1961 sebagai awal dari kajian ini, karena pada tahun

tersebut merupakan awal terjadinya perubahan seni pertunjukan Alionda di

Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara. Sedangkan penetapan tahun

10
2020 sebagai akhir kajian karena didasarkan pada batas akhir pengumpulan data

dalam penelitian ini.

b. Batasan spasial (Tempat)

Batasan spasial dalam penelitian ini hanya terfokus pada Wilayah Kulisusu

Barat Kabupaten Buton Utara khususnya di Desa Labulanda, Kasulatombi, dan

Lapandewa yang menjadi lokasi tempat penelitian ini.

c. Batasan Tematis (Tema)

Batasan Tematis dalam penelitian ini hanya berfokus pada tema:

1. Bagaimana penyebab terjadinya perubahan seni pertunjukan Alionda di

Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara.

2. Bagaimana strategi yang harus dilakukan masyarakat Kulisusu Barat sebagai

upaya untuk mengantisipasi kepunahan seni pertunjukan Alionda.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Untuk menjelaskan bagaimana penyebab terjadinya perubahan seni

pertunjukan Alionda di Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara.

2. Untuk menjelaskan tentang bagaimana strategi yang harus dilakukan

masyarakat Kulisusu Barat untuk mengantisipasi kepunahan seni pertunjukan

Alionda.

11
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan atau informasi untuk

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang seni pertunjukan khususnya seni

pertunjukan Alionda di Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan informasi bagi para peneliti terutama yang fokus pada

wilayah Kulisusu Barat, dan sebagai bahan masukan kepada pemerintah daerah

untuk melestarikan sejarah dan budaya lokal.

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

1. Konsep Seni

Konsep seni merupakan berbagai hal konseptual yang bersifat teoritis

mencakup ide, perancangan, dan pembentukan seni secara General. Konsep seni

meliputi dalam beberapa hal, di antaranya pengertian seni itu sendiri, sifat dasar

seni, dan fungsinya. Konsep tersebut perlu dipahami sebelum seseorang benar-

benar terjun ke dunia seni. Dengan memahami konsep seni, maka seorang

seniman akan mendapatkan lebih banyak inspirasi serta pengetahuan yang baru

dalam mengeksplorasi dan menciptakan karya seni.

Seni sendiri merupakan karya kreatif yang dibuat dengan indah sebagai

media untuk menuangkan ekspresi seseorang dalam kehidupannya. Kehadiran

seni membuat kehidupan menjadi lebih indah dan berwarna. Keanekaragaman

yang diciptakan oleh seni merupakan penilaian yang berbeda terhadap seni

tersebut. Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Itu sebabnya, banyak yang beranggapan bahwa tidak ada seni

yang tidak indah untuk di tonton. Semua tergantung bagaimana pandangan

masing-masing bagi para penikmatnya. Jenis-jenis seni sangat beragam. Ada seni

yang melibatkan visual seperti seni patung, seni lukis, dan fotografi. Ada juga seni

yang berkaitan dengan audio atau pendengaran seperti seni audiovisual, dan seni

musik seni teater, seni tari, dan sebagainya. Seni bisa mengalami perkembangan

13
dari masa ke masa seiring berkembangnya pandangan manusia dalam menilai

suatu karya seni. Seni memiliki lima sifat dasar, yaitu:

a. Kreatif

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu yang ada menjadi

sesuatu yang baru dan orisinal. Misalnya, tanah liat yang dapat diubah menjadi

keramik, batu dapat diubah jadi batu, suara dapat diubah menjadi musik, dan

sebagainya.

b. Individual

Yang dimaksud dengan sifat individual yaitu bahwa suatu karya seni

mempunya ciri perseorangan dari penciptanya. Ciri khas itulah yang menjadi

identitas sebuah karya seni sehingga bisa dibedakan dengan karya milik orang

lain. Contohnya, lagu yang diciptakan musisi A berbeda dengan lagu ciptaan

musisi B.

c. Perasaan

Dalam membuat sebuah karya seni harus selalu melibatkan emosi dan

jiwa. Karena hal itu, untuk menikmati sebuah karya harus menggunakan perasaan

yang dalam. Sebagai contoh, sebuah lagu yang diciptakan melalui perasaan

seorang seniman kemudian dibawakan seorang penyanyi yang menjiwai isi lagu

tersebut. Maka perasaan itu pasti akan sampai ke pendengarnya hingga mereka

bisa meresapi makna lagu tersebut.

14
d. Abadi

Yang dimaksud dengan abadi yaitu, suatu karya seni yang dinikmati oleh

banyak orang akan selalu abadi dan diingat oleh orang-orang tersebut. Contohnya,

meski telah meninggal dunia, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Glenn Fredly

masih sering didengar oleh banyak orang.

e. Universal

Seni tidak mengenal batas waktu, bahasa, bangsa, dan lain-lain.

Contohnya, lagu-lagu barat maupun K-pop tetap bisa dinikmati masyarakat

Indonesia meskipun bahasa yang digunakan jauh berbeda. Atau seseorang yang

melihat gambar karikatur akan tersenyum meskipun tidak mengetahui siapa

pembuatnya.

Fungsi seni terbagi menjadi dua, yaitu pertama seni sebagai alat

pemenuhan kebutuhan individu dan kedua seni sebagai kebutuhan sosial.

1. Seni sebagai Alat Pemenuhan Kebutuhan individu

Kebutuhan fisik, maksudnya seni sangat memperhatikan unsur estetika

sehingga menciptakan berbagai bentuk yang enak untuk dipandang. Maka dengan

begitu, akan ada kenikmatan tersendiri bagi yang menyaksikannya sehingga

menimbulkan perasaan bahagia.

Kebutuhan emosional, maksudnya yaitu seni berfungsi sebagai media

untuk meluapkan emosi seseorang. Contohnya, pelukis berekspresi dalam bentuk

lukisan, penyair dalam puisi, komponis dalam bentuk lagu, dan sebagainya. Maka

15
dengan begitu, seorang seniman bisa berekspresi secara aktif, sedangkan yang

bukan penikmat karya seni berekspresi pasif dengan menikmatinya.

2. Seni sebagai Kebutuhan Sosial

Media penerangan, maksudnya yaitu seni bisa digunakan untuk

menyampaikan sebuah informasi kepada banyak orang. Contohnya poster, film,

dan lain-lain.

1. Media pendidikan, maksudnya seni bisa dipelajari sebagai pendidikan, baik

pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan informal dalam lingkungan

keluarga atau masyarakat.

2. Media agama. Seni ternyata juga terdapat dalam agama. Dalam Islam

contohnya, ada seni membaca Al Quran, membuat kaligrafi, dan arsitektur

masjid. Lalu agama Hindu-Budha dengan seni candi dan reliefnya ada pula

seni lagu rohani dan arsitektur gereja yang di miliki agama Kristen.

3. Media hiburan, Seorang seniman akan terhibur ketika berkarya dan akan

merasa lebih terhibur jika karyanya berhasil dinikmati banyak orang. Begitu

pula dengan para warga yang merasa terhibur hanya dengan menonton film,

mendengarkan musik, melihat lukisan, dan sebagainya.

2. Konsep Alionda

Pertunjukan Alionda merupakan sebuah karya pertunjukan yang

melibatkan aksi perorangan maupun kelompok di waktu dan tempat tertentu.

Kinerja dari seni pertunjukan Alionda melibatkan empat unsur yaitu ruang, waktu,

tubuh pemeran dan hubungan pemeran dan penonton. Pertunjukan Alionda

dilakukan dengan cara dan kaidah yang sesuai dengan makna pertunjukan itu

16
sendiri. Pertunjukan Alionda dilakukan tidak hanya asal-asalan dan sekedar

hiburan saja, melainkan lebih mengutamakan nilai-nilai luhur itu sendiri, misalnya

pertunjukan setelah selesai sholat Idul Fitri maupun Idul Adha dengan bentuk

pertunjukan yang sesungguhnya.

Pandangan Blazek dan Aversa (2000:24) bahwa suatu pertunjukan

memiliki tiga elemen dasar yakni: (1) sesuatu yang di tunjukkan, (2) pelaku yang

mempertunjukkan sesuatu itu baik secara individu maupun kelompok, dan (3)

khalayak yang mendengar, menyaksikan, dan mengalami langsung pertunjukan.

Ketiga elemen tersebut berpadu dalam sebuah pertunjukkan Alionda yang

dilakukan di tanah lapang yang luas sehingga memungkinkan untuk di tonton oleh

siapa saja. Seni yang ditampilkan dalam Alionda bukan hanya sebuah seni peran

saja melainkan gabungan dari beberapa seni peran, seni tari, music, make-up dan

kostum yang di pakai oleh para pemainnya.

Proses pertunjukan Alionda yaitu setelah semua persiapan pertunjukan

telah selesai dilakukan, maka ditabuhlah dua buah tepe oleh dua orang penabuh

dengan irama tertentu. Penabuhan tepe diiringi dengan tabuhan tawa-tawa dan

juga ndoo oleh satu orang penabuh, serta ndengu-ndengu oleh satu orang

penabuh. Alat musik tradisional Alionda dimainkan oleh empat orang pemain

musik di luar lingkaran Alionda. Musik yang dihasilkan dari ketiga alat musik

tersebut terdengar sangatlah monoton dan sedikit keras seperti perpaduan bunyi

berbagai alat musik yang sengaja diperdengarkan untuk mengumumkan sesuatu.

Bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alat musik itu berfungsi sebagai alat

pemanggil bagi masyarakat yang ingin menyaksikan pertunjukan Alionda.

17
Sehingga hanya dengan mendengar bunyinya saja masyarakat akan segera datang

menonton pertunjukan.

Alat musik tradisional juga digunakan untuk mengiringi seluruh adegan

dalam pertunjukan Alionda dengan nada dan irama yang bervariasi sesuai dengan

perubahan adegan. Bukan hanya itu saja, musik tradisional Alionda juga berfungsi

sebagai penanda dimulai dan diakhirinya pertunjukan.

Babak dalam pertunjukan Alionda ditandai dengan adanya: 1) nama atau

judul permainan/pertunjukan untuk masing-masing babak, 2) perhentian dalam

waktu yang cukup panjang antara babak yang satu ke babak lainnya, 3) pergantian

pemain untuk masing-masing babak, 4) keterangan informan tentang

pengelompokan adegan dalam pertunjukan Alionda yang diketahui berdasarkan

keterangan dari mulut ke mulut secara turun temurun di kalangan masyarakat

Kulisusu (Husniati, 1995:88).

B. Kerangka Teoritis : Teori Perubahan Kebudayaan

Sebagaimana seni-seni tradisi yang lain, maka kehidupan seni juga

dihadapkan pada budaya modern yang senantiasa menuntut adanya perubahan.

Perubahan budaya adalah sebuah gejala perubahan struktur sosial dan pola budaya

alam suatu masyarakat, dimana manusia selalu mengalami perkembangan yang

terjadi di setiap lingkungan yang terjadi di setiap lingkungan yang menjadi tempat

tinggalnya. Struktur tiap-tiap masyarakat yaitu merupakan hasil sejarah dari

sebuah siklus perubahan yang terus berulang tapi progresif.

Menurut Parsons (1996) dalam Sugeng Pujileksono (2009: 175).

Mengemukakan bahwa siklus perubahan kebudayaan terdiri dari empat proses

18
yaitu: Fase pertama, diferensiasi. Suatu kolektivitas atau kelompok dari padanya

dibagi menjadi dua struktur suatu proses pembagian dua (binary). Ketika

diferensiasi betul-betul bersifat evolusioner, maka diferensiasi itu harus

menghasilkan perbaikan adaptif yang merupakan Fase kedua. Fase ketiga adalah

integrasi. Fase keempat adalah generalisasi nilai yang menggabungkan apa yang

dikonsepsikan Durkheim sebagai pertumbuhan solidaritas organik. Selain melalui

siklus tersebut, mekanisme atau proses perubahan kebudayaan dapat dibedakan ke

dalam beberapa bentuk yaitu, sebagai berikut:

a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Menurut Inkeles (1965: 31) ada berbagai macam teori tentang evolusi,

yang pada umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu:

1. Unlinear Theoris Of Evolution

Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat

(termaksud kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap

tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana kemudian bentuk yang kompleks

sampai pada tahap yang sempurna.

2. Universal Theoris Of Evolution

Teori ini mengungkapkan bahwa suatu perkembangan masyarakat tidaklah

perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap.

3. Multilined Theoris Of Evolution

Teori ini yaitu lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap masa

perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Sementara itu perubahan-

19
perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan

menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (lembaga-

lembaga kemasyarakatan) lazimnya dinamakan revolusi, misalnya revolusi di

Inggris, dimana perubahan-perubahan terbentuk dari tahap produksi yang tanpa

mesin menuju ke tahap produksi menggunakan mesin.

b. Kecil dan Perubahan Besar

Sebagai pegangan dapatlah dikatakan bahwa perubahan-perubahan kecil

merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktural sosial

yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Lagi pula

suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris misalnya,

merupakan suatu perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada

masyarakat.

c. Perubahan yang diinginkan (Intended- Change) dan perubahan yang tidak

diinginkan

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan sebuah

perubahan yang diprediksi atau sesuatu yang direncanakan terlebih dahulu oleh

pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat (Selo

Soemardjan: 1974) dalam Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati (2015: 270).

Sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan

merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung

diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya

akibat- akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

20
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan

kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Internal

a. Bertambah atau Berkurangnya Populasi

Pertambahan penduduk sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan

dalam struktur masyarakat. Dan berkurangnya penduduk disebabkan

berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain.

b. Penemuan-Penemuan Baru

Menurut Koentjaraningrat (1965: 135) bahwa suatu proses sosial dan

kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu tidak terlalu lama

disebut dengan inovasi atau innovation. Penemuan yang baru sebab terjadinya

perubahan bisa dibedakan dalam pengertian discovery dan invention.

Discovery penemuan suatu unsur kebudayaan baru baik yang berupa alat.

Ataupun yang berupa sebuah gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau

serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi invention kalau

masyarakat sudah mengakui menerima serta menerapkan penemuan baru ini.

c. Pertentangan (Conflict) Masyarakat

Pertentangan masyarakat pula menjadi sebuah terjadinya perubahan sosial

dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan itu terjadi antar individu dengan

kelompok atau perantara kelompok dengan kelompok.

21
d. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi

Revolusi merupakan perubahan dari sosial maupun budaya yang

berlangsung cepat dan melibatkan poin utama dari dasar atau kehidupan.

2. Faktor Eksternal

a. Sebab-sebab yang Berasal dari Lingkungan Fisik yang Ada di sekitar manusia

Terjadinya gempa bumi, longsor, topan, banjir besar dan lain-lain

menyebabkan masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa harus

meninggalkan tempat tinggalnya.

b. perang

Peperangan dengan Negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan karena biasa dari Negara yang menang akan melaksanakan

kebudayaannya pada Negara yang kalah.

c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Apa bila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain, itu

terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas kita mendapatkan gambaran bahwa

perubahan budaya terjadi karena banyak faktor dari masyarakat itu sendiri

maupun dari masyarakat lain yang telah terkontaminasi satu sama lain. Perubahan

budaya yang terjadi pada Alionda di wilayah Kulisusu Barat mengacu pada

tranformasi dari masa ke masa yang terjadi dalam tahap-tahap pertunjukannya,

perilaku, dan struktur sosial suatu masyarakat atau kelompok budaya. Meskipun

mengalami perubahan dalam pertunjukannya, Alionda tetap mengikuti norma-

22
norma, nilai-nilai, adat, dan agama yang telah ditanamkan. Perubahan budaya

dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan teknologi, dan faktor

lainnya.

C. Tinjauan Historiografi

Sebagai rujukan penelitian tentang “Seni Pertunjukan Alionda dan

Perubahannya di Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara 1961-2020”

telah ada penelitian yang relevan. Adapun penelitian yang telah dilakukan oleh

Fina Amalia Masri (2011) dengan judul penelitian “Alionda Sebagai Pertunjukan

Tradisi Masyarakat Kulisusu: Tinjauan Terhadap Sistem Pengelolaan”. Dalam

penelitian ini membahas tentang sistem pengelolaan pertunjukan Alionda sebagai

tradisi lisan masyarakat Kulisusu di Kabupaten Buton Utara. Serta merumuskan

perencanaan yang strategis untuk mengantisipasi kepunahannya.

Penelitian kedua adalah skripsi Luziati(2011) TentangSejarah Alionda di

Kulisusu Buton Utara. Dalam penelitian ini membahas lahirnya Alionda berawal

dari adanya sebuah mitos kemudian berkembang menjadi suatu tradisi masyarakat

Kulisusu. Alionda ini pada awalnya belum bernama Alionda, tetapi masih

merupakan suatu permainan yang sering dilakukan masyarakat selesai panen,

kemudian mereka mulai menghibur diri dengan bernyanyi dan menyebut-nyebut

Alionda.

Penelitian ketiga adalah skripsi Dahniar 2020 yang berjudul Alionda dan

Aspek Pendidikan Terhadap Anak Perempuan Pada Masyarakat di Desa Waode

Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Dalam penelitian ini

mendeskripsikan tentang nilai-nilai pendidikan yang ada dalam Alionda pada anak

23
perempuan. Pendidikan yang kurang mendukung terhadap anak perempuan akan

membentuk sosok perempuan yang semakin lemah dalam menghadapi sebuah

tantangan, mereka akan terkungkung dalam budaya tradisional. Sehingga hal itu

menjadikan mereka sulit dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terus

berkembang.

Penelitian yang penulis lakukan tentu saja berbeda dari ketiga penelitian

tersebut, dimana tidak terbatas pada pendeskripsian perubahan Alionda sebagai

sebuah pertunjukan tradisi. Akan tetapi, penelitian ini juga sama-sama

menjelaskan tentang sistem pengelolaan yang dilakukan masyarakat Kulisusu

Barat di Kabupaten Buton Utara serta bagaimana merumuskan perencanaan

strategis untuk mengantisipasi kepunahannya. Dari ketiga penelitian di atas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang relevan dengan penelitian

sebelumnya. Dari persamaan penulis sebelumnya yaitu ditinjau dari kajian

penelitian yang dimana sama-sama membahas tentang Seni Pertunjukan Alionda.

Adapun perbedaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya dilihat dari lokasi

penelitian, batasan temporal penelitian dan rumusan masalah penelitian.

Sedangkan penelitian ini akan berfokus pada Seni Pertunjukan Alionda dan

Perubahannya di Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara 1961-2020.

24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan April hingga selesai.

Tempat penelitian ini di Kecamatan Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara.

Penentuan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa di Kecamatan

Kulisusu Barat merupakan salah satu wilayah yang mempunyai kearifan lokal seni

pertunjukan Alionda, yang mengalami perubahan dalam pertunjukannya. Adapun

penelusuran sumber-sumber juga akan dilaksanakan di beberapa Tempat

diantaranya: Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sulawesi tenggara, Perpustakaan

Universitas Halu Oleo, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu

Oleo, Perpustakaan Modern Kota Kendari, Kantor Kecamatan Kulisusu Barat, dan

Kantor Desa.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah kebudayaan yang bersifat

deskriptif kualitatif yakni penulisan memberikan gambaran yang jelas tentang

Seni Pertunjukan Alionda dan Perubahannya di Wilayah Kulisusu Barat

Kabupaten Buton Utara. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan strukturis

yang mempelajari peristiwa dan struktur sebagai satu kesatuan yang saling

melengkapi artinya peristiwa mengandung kekuatan mengubah struktur

sedangkan struktur mengandung hambatan atau dorongan bagi tindakan

perubahan dalam masyarakat. Pendekatan strukturis memandang pelaku sejarah

tidak dapat dipisahkan dari struktur sosial dan budaya masyarakat yang ada di

19
lokasi penelitian. Adapun struktur dari seni pertunjukan Alionda ini yaitu terdiri

dari gerak, ruang, tema, judul, iringan, penari, rias dan busana, dan properti.

C. Metode Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah

menurut Kuntowijoyo (2013: 69-82), yang menyatakan bahwa ada lima tahapan

dalam penelitian sejarah yaitu sebagai berikut: Pemilihan topik, Heuristik

(penemuan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi (analisis dan sintesis),

dan Historiografi (penulisan sejarah).

1. Pemilihan Topik

Dalam pemilihan topik, peneliti memilih topik yang ada kaitannya dengan

tema sejarah kebudayaan sebab penelitian ini adalah penelitian sejarah. Adapun

topik yang dipilih berdasarkan oleh pertimbangan dua hal yaitu:

a. Kedekatan emosional, yaitu bahwa topik yang dipilih dalam melakukan

penelitian adalah topik yang disenangi dan lokasi penelitiannya berada

didaerah atau kampung peneliti. Sehingga peneliti akan mampu membuktikan

bahwa topik yang dipilih benar-benar topik sejarah

b. Kedekatan intelektual, yakni bahwa peneliti telah menguasai topik yang

dipilih, jikalaubelum bisa menguasainya maka peneliti perlu membaca buku

atau literatur yang berkaitan dengan topik yang dipilih. Dalam kaitan ini,

maka seseorang peneliti harus mampu menempatkan persoalan-persoalan yang

pokok yang hendak diteliti sesuai dengan kenyataan di lapangan berdasarkan

teori dan metodologi sejarah.

20
2. Heuristik (Penemuan Sumber)

Tahap ini merupakan langkah awal dalam melakukan mencari dan

mengumpulkan data yang relevan dengan pokok permasalahan dalam penelitian

ini. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Studi dokumen yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

dengan mengkaji dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki oleh

pemerintah setempat maupun pribadi yang menyangkut pelaksanaan Seni

Pertunjukan Alionda dan Perubahannya di Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten

Buton Utara.

b. Penelitian kepustakaan (library research), yakni kegiatan penelitian untuk

memperoleh data melalui sumber tertulis berupa buku-buku atau literatur,

skripsi, laporan hasil penelitian dan sumber-sumber tertulis lainya yang

relevan dengan judul penelitian ini.

c. Wawancara (interviu), yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan

tanya jawab atau wawancara secara mendalam terhadap beberapa informan

yang terdiri atas tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang

mengetahui dan dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan adat Seni

Pertunjukan Alionda dan Perubahannya di Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten

Buton Utara, sehingga dapat diperoleh data-data dan informasi yang

dibutuhkan.

d. Pengamatan (observasi), yaitu teknik pengumpulan data melalui hasil

pengamatan atau observasi langsung terhadap proses pelaksanaan dan alat-alat

21
yang digunakan dalam seni pertunjukan Alionda dan Perubahannya di

Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara.

3. Verifikasi (Kritik Sumber)

Verifikasi (kritik sumber) adalah suatu teknik analisis data untuk menilai

otentisitas (keaslian) dan kredibilitas (kebenaran) suatu sumber data yang telah

dikumpulkan, baik bentuk luar maupun isinya. Untuk itu peneliti menempuh cara

sebagai berikut:

a. Kritik ekstern, yaitu kritik yang dilakukan untuk menilai otentisitas (keaslian)

sumber data yang didapatkan. Dalam hal ini dilakukan analisis terhadap

bentuk luar yang dari sumber data tersebut. Nugroho Notosusanto (1978: 38)

mengajukan tiga pertanyaan yang pokok di dalam melakukan kritik ekstern

terhadap suatu sumber yaitu: (1) Apakah sumber itu benar sumber yang kita

kehendaki; (2) Apakah sumber itu asli atau turunan; dan (3) Apakah sumber

itu utuh atau telah diubah-ubah. Oleh karena itu peneliti menggunakan sumber

yang dikehendaki, asli dan sumber yang utuh.

b. Kritik intern, yaitu kritik yang dilakukan untuk menilai kredibilitas

(kebenaran) isi sumber data yang didapatkan yang dilakukan dengan cara

membandingkan isi sumber tersebut dengan bukti-bukti lainnya melalui hasil

observasi, studi lisan dan studi dokumen di lokasi penelitian. Nugroho

Notosusanto (1978: 39) mengajukan empat pertanyaan pokok di dalam

melakukan kritik intern terhadap kebenaran isi suatu sumber, yaitu: (1)

Apakah saksi dalam memberikan keterangan mampu menyatakan kebenaran.

Hal ini menyangkut kemampuan menyatakan kebenaran. (2) Apakah saksi

22
mau menyatakan kebenaran. Hal ini menyangkut kemauan dan kejujuran

untuk menyatakan kebenaran. (3) Apakah saksi melaporkan secara akurat

mengenai detil yang sedang diuji. Hal ini menyangkut tingkat akurasi laporan.

(4) Apakah ada dukungan (kolaborasi) secara merdeka terhadap detil yang

sedang diperiksa. Hal ini menyangkut dukungan dari sumber lain tentang

informasi yang sama.

4. Interpretasi (Analisis dan Sintesis)

Setelah selesai melakukan penilaian data melalui kritik ekstern dan

internal, maka data tersebut selanjutnya diinterpretasi atau ditafsirkan dengan

mengacu pada konsep yang berhubungan dengan suatu masalah yang diteliti. Pada

bagian interpretasi otentisitas dan kredibilitas sumber data yang sudah ditetapkan

lewat kritik selanjutnya disambungkan antara data yang satu dengan data yang

lainnya sehingga didapatkan sebuah fakta sejarah yang bisa dipercaya

kebenarannya secara ilmiah yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Analisis, yaitu proses menguraikan isi sumber berdasarkan sumber data dan

fakta yang berhasil dihimpun dan telah lolos dari kritik serta sudah

diinterpretasikan sehingga peneliti mendapatkan kebenaran fakta-fakta yang

sesuai dengan kenyataan di lapangan.

b. Sintesis, yaitu proses menyatukan beberapa data yang terkumpul dan

dianggap saling berhubungan atau relevan dengan penelitian yang dikaji

sehingga peneliti dapat menarik suatu kesimpulan.

23
5. Historiografi (Penulisan Sejarah)

Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahap akhir dari seluruh

rangkaian kegiatan penelitian sejarah yang dilakukan untuk menyusun dan

mendeskripsikan sebuah kisah sejarah dalam bentuk karya tulis ilmiah secara

sistematis dan kronologis berdasarkan data dan fakta yang diperoleh, serta lolos

dari kritik dan interpretasi sehingga menjadi sebuah karya tulis yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Hasil dari penafsiran atas fakta-fakta itu dituliskan hingga menjadi suatu

kisah sejarah yang selaras. Penulisan dan penyusunan yang relevan dengan topik

penelitian ini menjadi tahapan akhir seluruh prosedur penelitian. Pada langkah ini

penulis akan menyusun rangkaian kisah dengan memperhatikan aspek kronologis,

sistematis. Penyajian penulis dalam bentuk penulisan ini mempunyai tiga bagian,

yakni bagian pengantar, hasil penelitian serta sebuah kesimpulan dari hasil

penelitian. Penelitian ini akan disusun berdasarkan fakta-fakta yang telah diolah

berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan dan telah lolos dalam rangkaian

metode penelitian sejarah. Dengan menggunakan metode sejarah yang diperoleh

dalam berbagai tahapan, yaitu pemilihan topik, heuristik sumber, verifikasi

sumber, interpretasi sumber dan historiografi.

24
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Inkeles, Alex. (1965). WhatisSociology? Am Introductionto The Discipline and


Profession. New Delhi:Prentice Hall Of India

Koentjaraningrat. 1965. Pengantar Antropologi. Jakarta: Univesitas Indonesia


Press.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.

____. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nugroho Notosusanto. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu


Pengalaman). Jakarta: Idayu.

Soedarsono.1999. Metodologi penelitian seni pertunjukan dan seni rupa.


Bandung: Masyarakat seni pertunjukan Indonesia.

Sugeng Pujileksono. 2009. Pengantar Antropologi. Malang: UUM Press.

Sumaryono.2003. Restorasi seni tari dan tranformasi budaya. Yogyakarta:


elKAPHI (lembaga kajian pendidikan dan humaniora Indonesia)

The Liang Gie. (1975). Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta:
Karya.

Y. Sumandiyo Hadi. 2012. Seni pertunjukan dan masyarakat penonton.


Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

B. Skripsi

Ayu Citawati. 2017. Perkembangan Seni Pertunjukan Rakyat Musik Thek-Thek


dalam Masyarakat Banyumas: Skripsi. Universitas Negeri Jakarta.

Dahniar. 2020. Alionda dan Aspek Pendidikan Terhadap Anak Perempuan Pada
Masyarakat di Desa Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten
Buton Utara. Skripsi. Universitas Halu Oleo.

25
Dewi Khalimah. 2021. Pengaruh seni Pertunjukan terhadap Peningkatan aset
usaha (studi kasus ekonomi kreatif café robusta di 38 banjarejo
kecamatan Batanghari kabupaten Lampung Timur): Skripsi. Institut
Agama Islam Negeri Metro.

Fina Amalia Masri, 2011. Alionda sebagai Pertunjukan Tradisi Masyarakat


Kulisusu: Tinjauan Terhadap Sistem Pengelolaan: Skripsi. Universitas
Indonesia.

Frihastyayu Bintyar Mawasti, 2017. Bentuk dan Perubahan Fungsi Seni


Pertunjukan Tari Opak Abang desa Pasigitan Kecamatan Boja Kabupaten
Kendal: Skripsi. Universitas negeri Semarang.

Husniati. 1995. Alionda sebagai Drama Tradisional Masyarakat Kulisusu di


Kabupaten Muna: Skripsi Universitas Halu Oleo.

Luziati. 2011. Sejarah Tari Alionda di Kulisusu Buton Utara: Skripsi. Universitas
Halu Oleo.

C. Jurnal

Sahbuddin, H. 2021 Estetika Tari Pattu’du Tomuane di Kecamatan Banggae


Kabupaten Majene. Jurnal Seni Tari Vol.12, No 1

Santoso, Adi. 2023 Rangkaian dan Penciptaan Seni Pertunjukan. Jurnal cerano
seni Vol. 2, No 2

Nur Vida Alvia. 2020 Manajemen Seni Pertunjukan Solo Internasional


Performing Arts (SIPA). Jurnal Seni Tari Vol. 9, No 2

26
RENCANADRAF SKRIPSI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. RumusandanBatasanMasalah
C. TujuanPenelitian
D. ManfaatPenelitian
1. ManfaatTeoritis
2. Manfaatpraktis
BABIIKAJIANPUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
1. KonsepSeni
2.KonsepAlionda
B.KerangkaTeoritis: TeoriPerubahanKebudayaan
C.Tinjauan Historiografi
BABIIIMETODOLOGIPENELITIAN
A.WaktudanTempatPenelitian.
B. Jenis danPendekatanPenelitian
C. SumberPenelitian
D. MetodePenelitian
BABIVGAMBARANUMUMKECAMATANKULISUSUBARAT
A. KeadaanGeografis
B. KeadaanDemografi
C. KeadaanSosialBudaya

BABVHASILPENELITIANDANPEMBAHASAN

27
A. BagaimanaPenyebab Terjadinya PerubahanSeniPertunjukanAlionda
di Wilayah Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara?
B. Bagaimana strategi yang harus dilakukan masyarakat Kulisusu Barat
untuk mengantisipasi kepunahan seni pertunjukan Alionda
BABVIPENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTARPUSTAKA
DAFTARINFORMAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai