Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

KEBUDAYAAN DAERAH MELALUI PENTAS


SENI DI SMAN 4 MALANG TAHUN 2019

Disusun untuk memenuhi tugas harian mata pelajaran


Bahasa Indonesia
Yang dibina oleh Dini Alfiyanti S.pd,

Alfito Mukti R/02/XIMIPA2

Cahya Yovi M/07/XIMIPA2

Luthfiyyah Harya Nur H/13/XIMIPA2

Radhya Jihannisa/26/XIMIPA2

DINAS PENDIDIKAN KOTA MALANG


SMA NEGERI 4 MALAMG
Jl. Tugu Utara No. 1 Telp 0341-325267, Fax 0341-321396 Malang 65111
Website: www.sman4malang.sch.id email: info@sman4malang
Daftar Isi

1. Latar Belakang ......... .............................................................................. 3

2. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

3. Tujuan Penelitian……............................................................................. 6

4. Kontribusi Penelitian .............................................................................. 7

5. Definisi Operasional................................................................................ 8

6. Tinjauan Pustaka...................................................................................... 8

7. Metode Penelitian........................................................................................12

8. Jadwal Pelaksanaan....................................................................................16

9. Rencana Anggaran.......................................................................................17

10. Daftar Pustaka..............................................................................................19


A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah


Seiring perkembangan waktu dan pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi, serta kurangnya minat dan perhatian para pemuda jaman sekarang
terhadap seni dan budaya asli milik Indonesia yang semestinya kita lestarikan, kini
tenggelam di tengah-tengah globalisasi begitu kuatnya arus budaya asing yang
masuk hingga ke pelosok-pelosok desa. Hanya sedikit saja remaja ataupun pemuda
kita yang mengetahui seni dan budaya asli Indonesia.Padahal seni dan budaya asli
Indonesia merupakan ciri khas dan jati diri dari Indonesia sendiri jika seni dan
budaya asli negara sendiri saja tidak dilestarikan bagaimana jati diri bangsa ini akan
terlihat dimata dunia.

Pergeseran seni dan budaya asli Indonesia tampaknya telah merubah wajah
anak-anak negeri yang lebih memilih budaya asing untuk mereka banggakan.
Masuknya budaya barat yang mendapat respon positif dari kalangan remaja tanpa
adanya filter dan penyeimbang dari budaya lokal mengakibatkan para remaja,
pemuda dan sebagian besar masyarakat mengalami kerancuan dalam memahami
dan membedakan antara budaya asli milik Indonesia dengan budaya
asing(Amidjaja, 2017.(1)) .

OSIS SMAN 4 Malang akan mengadakan pentas seni berbudaya daerah


yang diadakan setiap tahun bagi perwakilan siswa di setiap kelasnya karena dalam
pentas seni, siswa bebas mengekspresikan diri sesuai dengan minat dan bakatnya.
Hal ini mereka wujudkan sebagai bentuk ekspresi untuk menunjukkan prestasi di
bidang non akademik. Selama ini banyak doktrin yang diberikan pada siswa bahwa
mereka yang bernilai akademik saja yang akan sukses. Sebenarnya dengan sebuah
pertunjukan pentas seni tersebut mereka juga bisa dikatakan berhasil menunjukkan
prestasinya di bidang non akademik.
Menurut para ahli, pengertian pentas seni adalah wujud pertunjukkan seni
dalam berbagai bentuk, seperti: pertunjukan musik, tarian, drama/teater dan
berbagai macam bentuk ktreativitas seni lainnya yang dilakukan oleh para siswa
dan siswi yang bersekolah di dalam sekolah tersebut. Pentas seni juga bisa ditambah
dengan berbagai kegiatan bazar yang dimaksudkan untuk menggalang sejumlah
dana yang akan digunakan sebagai bentuk sumbangan sosial dan pentas seni juga
dapat melestarikan kebudayaan asli Indonesia .

Pentas seni atau yang lebih dikenal dengan singkatan pensi merupakan
sebuah kegiatan yang dilakukan dalam bentuk pertunjukan berbagai macam
kreativitas yang dilakukan oleh anak-anak sekolah di dalam lingkungan sekolah
mereka. Di dalam pentas seni, ada berbagai bentuk kreativitas siswa seperti :
pertunjukan musik, tarian, drama, dan sebagainya. Namun seiring perkembangan
zaman dan teknologi, selama beberapa tahun terakhir ini kegiatan pentas seni dan
tata cara pelaksanaannya telah berubah secara drastis, seperti pentas seni bukan lagi
sebuah kegiatan yang dibuat dan dilaksanakan oleh para siswa sebagai pengisi
acara, namun pentas seni sekarang ini banyak dilaksanakan dengan cara
mengundang penyanyi atau band papan atas sebagai pengisi acara (Soedarsono,
tahun 1999).

Terkadang pentas seni tidak lagi hanya diadakan di lingkungan sekolah,


namun justru pentas seni banyak digelar secara besar-besaran selayaknya sebuah
acara konser di tempat umum seperti stadion dan gedung-gedung pertunjukan dan
Pentas seni tidak lagi digelar secara sederhana, namun bisa saja sebuah pentas seni
akan menelan biaya hingga mencapai ratusan juta rupiah di dalam pelaksanaannya.
Besarnya angka tersebut akan ditutupi dengan cara penjualan tiket masuk dan
pemungutan iuran wajib terhadap para siswa dan alumni. Hal-hal di atas yang
menyebabkan perubahan makna atau pengertian pensi yang sebenarnya. Harusnya
pensi diisi dengan semua ajang kreativitas siswa atau siswa dari sekolah itu sendiri,
sehingga para siswa atau siswa dapat berekspresi sesuai dengan bakatnya masing-
masing.
“Pendidikan seni merupakan bagian dari komponen kurikulum sekolah
karena kegiatan seni berorientasi pada proses dan mengarah kepada creative
thinking yang akan mencerdaskan anak didik” (Tumurang, 2006:9). Sebagai
komponen kurikulum sekolah, maka peran Pendidikan sendiri mengalami
perubahan konsepsi sejalan dengan perubahan institusi sekolah. Pendidikan seni
dipandang sebagai alat untuk mengembangkan dan menghasilkan individu yang
berbudaya dan berdaya kreatif sehingga seni menjadi bermakna untuk memancing
potensi kreativitas siswa siswi (Padmodarmaya, 1988).

Melihat kondisi dan fakta di atas pantas kiranya kita memberikan perhatian
lebih terhadap permasalahan tersebut dan inilah yang menjadi latar belakang kami
sebagai pemuda akan meneliti kegiatan Pentas Seni Budaya di SMAN 4 Malang
dan juga bahwa pendidikan seni dapat memancing kreativitas siswa-siswi maka
kami berpendapat jika pendidikan seni digabung dengan budaya daerah Indonesia
maka siswa-siswi mungkin akan lebih tertarik menggali lebih dalam lagi budaya
daerah Indonesia.Untuk itu, kajian atau penelitian dengan judul “ PELESTARIAN
KEBUDAYAAN DAERAH MELALUI PENTAS SENI DI SMAN 4 MALANG ”
penting untuk dilakukan.Rencana kegiatan ini dituangkan dalam proposal ini.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat


diidentifikasikan beberapa rumusan permasalahan yang timbul,yakni sebagai
berikut:
2.1. Bagaimana manfaat pentas seni bagi para siswa SMAN 4 Malang?
2.2. Bagaimana menghidupkan kembali seni dan budaya daerah Indonesia melalui
pentas seni?
2.3. Bagaimana keadaan budaya daerah Indonesia di SMAN 4 Malang?
2.4. Bagaimana membentuk siswa SMAN 4 Malang yang aktif, kreatif dan
inovatif dalam suatu wadah pentas seni?
2.5. Adakah kelebihan dan kekurangan pentas seni budaya di SMAN 4 Malang
bagi siswa siswi

3. Tujuan Penelitian
Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut:

3.1. Untuk mengetahui apakah dapat memberi manfaat bagi siswa siswi SMAN 4
Malang
3.2.Untuk mengetahui apakah siswa dan siswi dapat menghidupkan kembali seni
dan budaya daerah Indonesia melalui pentas seni
3.3. Untuk mengetahui apakah budaya daerah Indonesia masih kerap dilakukan
oleh siswa-siswi SMAN 4 Malang
3.4. Untuk mengetahui apakah dengan pentas seni dapat membentuk aktif, kreatif
dan inovatif
3.5.Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pentas seni budaya di SMAN 4
Malang bagi siswa-siswi

4. Kontribusi Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, siswa-siswi SMAN 4 Malang diharapkan
dapat memberikan konstribusi dalam memperluas wawasan mengenai macam-
macam kebudayaan daerah. Melalui pentas seni ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi para siswa-siswi SMAN 4 Malang dalam menambah keinginan
para siswa untuk melestarikan kebudayaan Indonesia serta menambah
keterampilan para siswa.

Tidak hanya sekedar untuk siswa-siswi SMAN 4 Malang saja, namun


penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi untuk guru dan karyawan SMAN
4 Malang.Kontribusi tersebut antara lain, guru dan karyawan menjadi lebih
mengerti tentang kebudayaan daerah.Dan dari hasil penelitian ini juga diharapkan
menarik minat para guru serta karyawan SMAN 4 Malang untuk ikut
berpartisipasi dalam melestarikan kebudayaan Indonesia.
5. Definisi Operasional

Pentas seni adalah wujud pertunjukkan seni dalam berbagai bentuk, seperti:
pertunjukan musik, tarian, drama/teater dan berbagai macam bentuk ktreatifitas
seni lainnya yang dilakukan oleh para siswa dan siswi yang bersekolah di dalam
sekolah tersebut.

Seni adalah suatu ekspresi perasaan manusia yang memiliki unsur keindahan
di dalamnya dan diungkapkan melalui suatu media yang sifatnya nyata, baik itu
dalam bentuk nada, rupa, gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh panca indera
manusia.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahun dan


meliputi sistem, ide, atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan pentas
seni adalah wujud pertunjukan seni alam berbagai bentuk,seperti pertunjukan
musik, tarian, drama dan berbagai macam bentuk kreativitas seni lainnya. Pentas
seni yang dimaksud dalam peneliatian ini yaitu sebuah acara pertunjukan seni
yang diadakan oleh OSIS SMAN 4 Malang yang dilakukan oleh siswa dan siswi
SMAN 4 Malang.

Budaya atau kebudayaan = cultuur (bahasa belanda) = culture (bahasa


inggris)=tsaqafah (bahasa arab) ; berasal dari perkataan latin ‘coleree’ yang
artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai
‘segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam’.
Ditinjau dari sudut bahasa indonesia , kebudayaan berasal dari bahasa
sansakerta ‘buddhayah’, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
akal.

Selanjutnya E.B. Taylor dalam bukunya ‘primitive culture’ mermuskan


definisi sevara sistematis dan ilmiah tentang kebudayaan sebagai berikut :
‘kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kenyataan dan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.’ (culture is that complex
whole and other capability acquired by man as a member of society).

Menurut Drs. Joko Tri Prasetya dalam bukunya ‘Ilmu Budaya Dasar’ bahwa
bagi ilmu sosial, arti kebudayaan adalah amat luas, yang meliputi kelakuan dan
hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan
dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

B. Kajian Teori
Pentas seni adalah kegiatan yang sangat lazim dilakukan oleh siswa usia
SMA, di mana dalam beberapa tahun belakang ini, penyelenggaraan Pentas seni
yang baik menjadi semacam achievement bagi siswa sekolah yang
mengadakannya, dan pentas seni yang baik menjadi sarana eksistensi dan juga adu
gengsi antar sekolah. Hal tersebut juga dinyatakan dalam artikel di lembaran
Kompas Muda edisi 23 Januari 2015 (http://beta286.print.kompas.com/
muda/2015/01/23/pentas seni-ajang-pamer/).

Pentas seni atau pentas seni sering kali menjadi ajang ”pamer” atau unjuk
gigi bagi sekolah-sekolah. Lewat pentas seni, panitia secara tidak langsung ingin
menunjukkan keberadaan sekolah mereka kepada masyarakat. Tapi, di luar itu,
sekolah memberi kesempatan kepada siswa yang jadi panitia pentas seni untuk
belajar berorganisasi, mengatur keuangan, dan kemandirian. Tidak tanggung-
tanggung, uang yang dikelola hingga ratusan juta rupiah.

Musik merupakan seni yang paling mudah dicerna masyarakat pada


umumnya. Sehingga musik menjadi sesuatu yang diagungkan, apalagi oleh siswa-
siswa sekolah menengah di Indonesia. Mengapa melibatkan siswa sekolah
menengah? Karena penggunaan frase pentas seni sekarang selalu diafiliasikan
kepada acara yang dibuat siswa sekolah menengah. Bisa dilihat dari berbagai
acara yang mengusung nama pentas seni di kalangan siswa sekolah menengah.
Sehingga pentas seni seringkali identik dengan panggung musik. Pentas seni yang
menghadirkan musisi-musisi terkenal, notabene dengan biaya yang sangat mahal,
menghadirkan prestise tersendiri bagi siswa sekolah yang berhasil
menghadirkannya.

Pentas seni memang telah berubah terkait dengan penyelenggaraannya.


Pentas seni biasanya diadakan di sekolah sehingga biayanya lebih murah. Namun,
sekitar sepuluh tahun terakhir, mulai muncul tren mengadakan pentas seni di luar
sekolah. Panitia menyewa tempat seperti gelanggang olahraga atau gedung
pertemuan tempat biasa festival musik nasional digelar.

Tentang penampil dalam pentas seni juga berubah. Dahulu, pentas seni
menjadi kesempatan utama menampilkan kepiawaian siswa sekolah setempat
dalam menari, menyanyi, main band, berpuisi, dan lainnya. Sekarang, sekolah-
sekolah ternama memilih menghadirkan band-band yang sedang digemari remaja
sebagai penampil utama. Ujung-ujungnya perubahan itu membutuhkan dana besar
yang mengharuskan panitia yang terdiri atas para siswa berjuang mencari biaya.
Tentang tempat penyelenggaraan pentas seni, sekolah di Jakarta dan kota
besar sudah biasa melakukannya di luar sekolah. Menurut Erik Darmawan, siswa
SMA Pangudi Luhur 1 Jakarta yang menjadi Ketua PL Fair 2014, pentas seni di
sekolahnya semula diadakan di sekolah. Baru awal tahun 2000, panitia memilih
mengadakan acara di luar sekolah
(http://beta286.print.kompas.com/muda/2015/01/23/pentas seniajang-pamer/).

Dalam sebuah survei yang dilakukan divisi Litbang Harian Kompas pada
Oktober-November 2014, melibatkan 1.324 responden siswa SMA di Indonesia,
dengan responden terbanyak sebas berasal dari Sulawesi Selatan, Jakarta,
Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan, didapatkan sejumlah insight menarik
tentang persepsi siswa SMA tentang pentas seni (lihat Gambar. 1). Dari hasil
rekapitulasi survei tentang pentas seni di mata siswa SMA, beberapa poin penting
adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar pentas seni SMA, yaitu 58,2% diadakan setahun sekali
setidaknya, dan mengundang bintang tamu dari luar sekolah (58,8%).
Presentase tertinggi mengenai tujuan mengadakan pentas seni adalah
ajang unjuk kreativitas adalah 70,1%, sementara sebagai ajang unjuk
hasil ektrakurikuler adalah sebesar 15,3%. Hanya 8,4% siswa yang
merasa bahwa pentas seni itu adalah ajang sekolah untuk ‘eksis’. Hal
ini sangat tidak konsisten dengan beberapa pentas seni yang diamati
tim peneliti, memberikan porsi bintang tamu lebih banyak dan lebih
‘menjual’ nama-nama tenar artis ketimbang unjuk kreatifitas atau
ekskulnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa poster pentas seni SMA
yang cukup terpandang di Bandung. Porsi informasi tentang unjuk
kreatifitas dan ekskul dari sekolah justru minim.

2. Kegiatan pentas seni umumnya diadakan di dalam lingkungan


sekolah. Namun, tak menutup kemungkinan acara ini diadakan di luar
sekolah. Bahkan ada sekelompok siswa yang mengaku sekolahnya
pernah menyelenggarakan pentas seni di dalam dan di luar lingkungan
sekolah. Demi memeriahkan acara dan menyedot banyak pengunjung,
kegiatan pentas seni kerap mengundang bintang tamu dari luar
sekolah. Tak jarang, artis atau band yang lagi ngetop, baik berskala
nasional ataupun lokal tampil memeriahkan acara.

3. Masih dari survei tersebut, salah satu faktor penting dalam suksesnya
acara pentas seni adalah dana. Tanpa dana, kegiatan unjuk kreativitas
ini tidak akan berjalan. Sebanyak 42,8 persen dari seluruh responden
menyatakan masih mengandalkan sponsor untuk mengadakan pentas
seni. Ada juga yang berusaha menyelenggarakan kegiatan pentas seni
dengan bermodalkan dana sendiri selain bekerja sama dengan sponsor,
tak sedikit panitia pentas seni yang bekerja sama dengan Event
Organizer (EO), terutama pentas seni yang diselenggarakan di
Provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.
Bermitra dengan pihak EO yang berpengalaman tidak saja lebih
memudahkan penyelenggaraan, tetapi juga bisa belajar banyak dari
mereka.

Yang menjadi masalah adalah, bukan Event Organizer profesional yang


sudah terbiasa mengelola acara-acara dengan level profesionalisme tinggi. Siswa
SMA belum paham tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam
tahapan Event Organizing. Padahal, event-event pentas seni di sejumlah sekolah
menengah terpandang di Bandung, salah satunya pentas seni SMAN 1 Bandung,
seringkali melibatkan uang dalam jumlah yang sangat besar dan membutuhkan
pemahaman tentang Eevent Organizing secara komprehensif.

Hal ini menjadi peluang bisnis bagi event organizer (EO) di mana banyak
yang menawarkan jasanya untuk menjadi konsultan atau mengelola eventnya
keseluruhan. Dalam artikel yang dimuat pada 29 September 2014, Reporter
majalah remaja Satria Perdana, menyatakan bahwa EO, bisa mengutip fee yang
cukup besar, yaitu sampai 10%-20% dari harga bintang tamu dan sewa sound
system, panggung dan logistik lainnya

Banyaknya isu dalam kegiatan pentas seni sekolah membuat sejumlah


sekolah, bahkan beberapa unit pelaksana dinas daerah memberikan kebijakan dan
aturan beragam yang berhubungan dengan pelaksanaan pentas seni. Dinas
Pendidikan Kota Bandung, memberikan larangan kepada pihak sekolah untuk
mengadakan pentas seni sampai malam. Beberapa sekolah juga memiliki aturan
yang sangat ketat sehubungan dengan penyelenggaraan pentas seni ini.

Peneliti merasa kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang pentas


seni menjadi satu informasi yang krusial untuk membantu menyelesaikan
fenomena sosial ini. Selain itu, perlu juga dipetakan bagaiman persepsi siswa
SMA mengenai pentas seni sekolah secara lebih komprehensif dan menyeluruh,
agar dapat menjadi dasar penelitian lebih lanjut untuk penyikapan fenomena sosial
ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berusaha memetakan


persepsi siswa SMA terhadap pentas seni sekolah mereka. Selain itu, penelitian
ini juga akan mengukur tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa SMA tentang
Event Organizing.
C. Metode Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskrtiptif dengan data kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan
obyek dan fenomena yang berkaitan dengan persepsi dan pengetahuan siswa SMA
berkenaan dengan pentas seni sekolahnya.

Metode penelitian deskriptif adalah salah satu metode penelitan yang banyak
digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian.
Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) “penelitian desktiptif adalah
sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu
keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah
untuk menjawab masalah secara aktual”.

Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah


sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu,
misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang
sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang
sedang berlangsung.

Alasan peneliti manggunakan jenis penelitian deskripsi adalah karena dengan


penelitian ini mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap
satu situasi dengan situasi sosial yang lain atau dari waktu tertentu dengan waktu
yang lain, atau dapat menemukan pola-pola hubungan antara aspek tertentu dengan
aspek yang lain, dan dapat menemukan hipotesis dan teori. Dari data deskriptif
tersebut diharapkan dapat dihasilkan insight yang baik untuk perumusan hipotesis
dan teori.

Adapun jenis data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu jenis data primer
dan jenis data sekunder. Yang dimaksudkan dengan jenis data primer adalah jenis
data tentang persepsi subyek sehubungan dengan pentas seni sekolah dan level
pengetahuannya tentang event organizing. Dari data ini, akan diidentifikasi persepsi
obyek penelitian atas konsep pentas seni sekolah, dan tingkat pengetahuan serta
pemahaman mereka atas tata cara event organizing.

Data sekunder adalah data yang memuat identitas subyek dan beberapa
informasi penting lainnya sebagai referensi triangulasi data. Diantara lain
didapatkan dari sumber literatur, riset terdahulu, khususnya yang berhubungan
dengan topik penelitian.

Untuk keabsahan data peneliti menggunakan telaah teknik triangulasi


sumber, yaitu penggunaan sumber yang berbeda untuk mengumpulkan data sejenis.
Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan cara observasi dan wawancara
mendalam. Wawancara dengan beberapa narasumber kunci atau key informants
dengan kriteria informan meliputi: 1) Pengamat sosial dan pendidikan, khususnya
yang banyak terlibat dengan aktivitas penyelenggaraan pentas seni di sekolah; 2)
Psikolog/ahli yang mengamati prilaku di kalangan remaja/mahasiswa; 3)
Representasi dari institusi yang memiliki kepentingan kebijakan penyelenggaraan
pentas seni, dalam hal ini adalah pihak Dinas Pendidikan Jawa Timur dan Kota
Malang

Instrumen yang digunakan untuk penelitian deskriptif ini adalah berupa


kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Sedangkan untuk data kualitatif, dirumuskan
kuisioner dengan pertanyaan terbuka dan panduan wawancara. Panduan wawancara
dibuat untuk memagari alur wawancara agar tetap fokus pada bahasan seputar
persepsi tentang pentas seni dan pengetahuan event organizing. Aspek yang diteliti
yaitu aspek kognisi dan afeksi dari siswa tentang pentas seni, pengetahuan dan
pemahaman siswa tentang Event Organizing, serta beberapa aspek lainnya yang
berkaitan dengan topik penelitian.

Teknik pengumpulan data menggunakan bukti multi sumber (triangulasi)


artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang
sama secara serempak.

Teori Interaksionisme Simbolik

Secara sepintas, teori ini menilai bahwa manusia termotivasi untuk bertindak
berdasarkan makna-makna yang diberikan kepada orang, benda, dan kejadian-
kejadian (West, et.al, . Makna-makna ini tercipta dalam bahasa di mana manusia
berkomunikasi dengan orang lain dalam konteks interpersonal, dan intrapersonal
(self-talk). Bahasa memungkinkan manusia untuk membangun kesadaran atas diri
dan interaksi dengan orang lain dalam lingkungannya.

Asumsi Teori Interaksi Simbolik

Gagasan teori ini berangkat dari diri manusia dan bagaimana hubungannya
dengan masyarakat. LaRossa, et. al (1993) mengedepankan tiga tema utama dalam
kajian Interaksi Simbolik.
- Pentingnya makna bagi prilaku manusia
- Pentingnya konsep diri
- Hubungan antara individu dengan lingkungannya

Membahas tentang komunikasi dengan perspektif ini, dihasilkan turunan teori


dalam cara menyampaikan maksud dan tujuan dari komunikator kepada komunikan
yakni interaksi simbolik. Esensi dari interaksi simbolik yakni adalah suatu aktivitas
yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang
diberi makna (Mulyana, 2003:59).

Paham interaksionisme simbolik memberikan banyak penekanan pada


individu yang aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya.
Paham interaksionisme simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah
virtual. Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran
simbol.

Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari
“petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan
mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain.
Interaksionisme simbolik, mengarahkan perhatian kita pada interaksi antar
individu, dan bagaiman hal ini dipergunakan untuk mengerti apa yang orang lain
katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.

Teori ini menurut peneliti dirasa paling sesuai jika digunakan untuk mende-
kati konstruk persepsi siswa SMA terhadap pentas seni SMA sekolah. Bagaimana
interaksi antar individu manusia menghasilkan pemaknaan siswa SMA atas
pentingnya pentas seni sekolah, bagaimana konsep diri mereka terhadap pentas seni
sekolah, dan hubungan antara individu dengan lingkungannya, dalam hal ini siswa
SMA dengan lingkungan sekolah dan pergaulannya, berkontribusi terhadap “Apa
itu Pentas seni sekolah.” .

Teknik Pengumpulan data


Pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan
metode sebagai berikut:

1. Observasi yang dilakukan dalam mengumpulkan data dari objek penelitian,


dalam hal ini adalah memantau fenomena seputar event organizing di kalangan
remaja usia SMA di Bandung
2. Pembagian kuisioner yang mengupas persepsi dan pengetahuan objek
penelitian seputar event organizing
3. Studi literatur dengan mencari data-data referensi ilmiah dan populer seputar
penelitian, baik dari literatur buku, internet, dan dokumen lainnya.
Teknik Analisis data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif.


Menurut Sugiyono (2011, Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel
yang lain. Sedangkan penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh
data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Objek Penelitian

1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pelajar usia SMA yang
melaksanakan kegiatan Pentas Seni SMAN 4 malang.
2. Sampel
Memperhatikan jumlah sampel yang sangat besar dan sangat banyaknya
SMA/sederajat yang tersebar, maka dalam penelitian ini ditentukan
sejumlah kriteria pemilihan sekolah yang akan dijadikan sampel demi
kemudahan riset.
Hal ini mempertimbangkan; 1). Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,
tenaga dan dana 2). Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap
subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana. 3). Besar
kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti yang
resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lebih baik
(Sugiyono, 2011)

Urgensi Pensi
Urgensi Pensi Dimensi ‘Urgensi Pensi’ diwakili dengan 2 (dua) item
pertanyaan tertutup, mengukur apakah pensi itu penting bagi sekolah dan guru,
serta apakah pensi itu penting bagi para siswa. Satu pertanyaan terbuka
menjelaskan mengenai urgensi pensi berdasarkan kegiatan pilihan yang
dipersepsikan oleh sampel siswa.

D.Pembahasan
1. Pentas seni adalah sebuah pertunjukkan seni yang melibatkan aksi
individu atau kelompok ditempat dan waktu tertu,performance biasanya
melibatkan empat unsur:waktu,ruang,gerakan pementas dan hubungan pementas
dengan penonton.Meskipun pentas seni bisa juga dikatakan termasuk didalamnya
kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater,tari,music dan sirkus,tetapi
biasanya kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan
istilah seni pertunjukan(performance art).

2. Pentas seni di

D. Jadwal Pelaksanaan
No Nama Kegiatan Waktu

1 Persiapan: penyusunan proposal, 23 Januari 2019 - 16


penyusunan instrumen Februari 2019

2 Seminar proposal/desain penelitian 17 Februari 2019 - 25


Februari 2019

3 Pelaksanaa penelitian 26 Februari 2019 – 14


Maret 2019

4 Analisis data 15 Maret 2019 – 1 April


2019

5 Penyusunan laporan 2 April 2019 – 15 April


2019

6 Pengecekan dan revisi laporan 16 April 2019 – 20 April


2019

7 Penyerahan/pengumpulan laporan 21 April 2019

E. Rencana Anggaran
Secara rinci, kebutuhan anggaran untuk penelitian ini direncanakan
sebagai berikut.

No Uraian Kegiatan Volume Kegiatan Jumlah Biaya


dan Satuan Biaya

1 Persiapan:

a. Penyusunan proposal 2 x Rp Rp 300.000,00


b. Penyusunan 150.000,00
Rp 100.000,00
instrumen penelitian
1 x Rp
100.000,00
2 Kegiatan Operasional:

a. Pembacaan artikel 50 artikel x @ Rp Rp 1.000.000,00


mading
20.000,00

b. Analisis data 1 x Rp Rp 200.000,00

200.000,00

3 Bahan dan alat:

Map proposal 1 x @ Rp 2000 Rp 2000

Map angket 2 x @ Rp Rp 4.000,00


2.000,00
Map analisis data Rp 4.000,00
2 x @ Rp
Bolpoin Rp 12.000,00
2.000,00
Tipe x Rp 8.000,00
4 x @ Rp
Kertas HVS 3.000,00 Rp 4.000,00

Loose Leaf 1 x @ Rp Rp 5.000,00

8.000,00

20 x @ Rp 200

1 x @ Rp
5.000,00

4 Penyusunan laporan 1 x Rp Rp 100.000,00


100.000,00

5 Seminar hasil penelitian 1 x Rp Rp 150.000,00


150.000,00

6 Penggandaan laporan 5 x @ Rp Rp 75.000,00


15.000,00

7 Jumlah Keseluruhan Rp 1.964.000,00


DAFTAR PUSTAKA

Amidjaja, A. 2017. Pentas Seni di Sekolah. Depok: Redaksi Puspa Swara.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sumaryono. 2007. Jejak dan Problematika Seni Pertunjukan Kita. Yogyakarta:


Prasista.

Padmodarmaya, P. 1988. Tata dan Teknik Pentas. Jakarta: Balai Pustaka.


Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan dan Pariwisata. Yogyakarta: Badan Penerbit
ISI.

Sumaryono. 2007. Jejak dan Problematika Seni Pertunjukan Kita. Yogyakarta:


Prasista.

Pekerti, Widia. 2005.Metode Pengembangan Seni . Jakarta: Universitas Terbuka

Pranyoto. 1980. Konsep Pendidikan Seni. Ma

Wickiser, Ralp,L. 1974. Menuju Ke Pendidikan Seni. Terjemahan A.J. Soehardjo

Soehardjo, A.J. 2005. Pendidikan Seni. Malang : Balai Kajian Seni dan Desain
Jurusan Pendidikan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

LaRossa, R., & Reitzes, D. C. (1993). Symbolic inter- actionism and family
studies. In P. G. Boss, W. J. Doherty, R. LaRossa, W. R. Schumm, & S. K.
Steinmetz (Eds.), Sourcebook of family theories and methods: A contextual
approach. Thousand Oaks, CA: Sage

Sumber dari Internet

https://media.neliti.com/media/publications/106959-ID-persepsi-siswa-sma-
terhadap-pensi-sekola.pdf

https://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/pengertian-seni-pertunjukan-menurut-para-
ahli

https://gigsplay.com/pergeseran-makna-pentas-seni/

Anda mungkin juga menyukai