1. Unsur Instrinsik
a. Tokoh
-Shelly
-Yenni
-Nenek
b. Penokohan
-Shelly : Baik, Rajin, Pintar
-Yenni : Baik, Malas
-Nenek: Baik
c. Latar
- Sekolah
- Swalayan
- Rumah Nenek
d. Sudut Pandang
Dalam penulisan cerpen ini penulis menuliskan cerpen dengan menggunakan sudut
pandang orang ketiga karena dalam penulisan cerpen menceritakan kisah orang lain.
e. Tema
Persahabatan
f. Amanat
Amanat yang di sampaikan dari cerpen di atas adalah kita harus menyayangi orang
lain walaupun kita tidak ada berhubungan darah dan saling mengerti satu sama lain.
g. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan menarik, dan dapat di mengerti oleh pembaca.
KETIKA SEBUAH MIMPI DIPAHAMI
Tidak kusangka, siang yang tadinya ingin kujadikan waktu bersantai untuk melepas
lelah. Setelah seharian berolahraga seperti minggu biasanya, malah berubah menjadi
momen paling mengasyikan daripada hanya sekedar melepas rasa letih di tubuhku
hari ini.Pukul 13:00 tengah hari tadi, sewaktu mataku yang terjaga ini mulai
kehilangan arah dalam persiagaannya di tempat tidurku, kemudian ia (baca: mata)
menutup dirinya dan membawaku ke alam lain. Dalam khayalnya aku hanya
mengikuti kemana alam bawah sadar mengalir, karena aku berharap bisa bermimpi
indah.
Di suatu tempat yang belum jelas asal usulnya, cahaya matahari menyilaukan mataku
yang masih berkedip-kedip mulai memperhatikan keadaan di sekitarnya. Terlihat
bangunan batu bata besar memanjang ke arah pegunungan tinggi berkebut ini seperti
sebuah benteng raksasa tak berujung. Dengan lebar sisinya sekitar 10 meter. Aku
berada di atasnya dan mulai tahu dimana aku berdiri. Betul sekali, TEMBOK BESAR
CINA biasa orang-orang menyebutnya.
“Senangnya bisa berada di tempat indah dan bersejarah seperti ini.” ujarku dalam hati.
Menikmati indahnya monumen paling terkenal, yang bahkan masuk dalam kategori 7
Keajaiban Dunia, membuatku LUPA bahwa dunia yang kutempati saat ini hanya
sebuah fantasi belaka.
“Andai aku membawa sebuah kamera, pasti sudah ku jepret setiap sudut yang kulihat
ini.” pikirku.Sejuknya angin membuatku penasaran untuk melihat setiap sudut di
tembok ini. Ketika hendak melihat bagian bawah tembok dari atas, tiba-tiba terdengar
suara. Gedebuk gedebuk… Bunyi mulai terngiang di telingaku, disaat indra
penghlihatan mengarah ke kanan jalur perjalanan tembok. Aku melihat dari jarak ku
berdiri sekitar 200 meter disana segerombolan singa besar berlari ke
arahku.Perasaanku yang saat itu bingung bercampur kesal, langsung berlari dengan
kencang lurus ke dapan. Betapa tidak, jika aku melompat ke sisi luar pun, mungkin
nyawaku juga akan hilang karena tingginya benteng ini setara sebuah bukit dan lebih
parahnya lagi di belakangku singa-singa ganas mulai menyerbuku.
Berlari dan terus berlari walau kaki terasa sangat lelah, tapi itulah yang sedang aku
lakukan karena tak ada cara lain kecuali berlari sekencang-kencangnya untuk
menyelamatkan diri.
Beberapa saat kemudian aku terhenti ketika melihat nyawaku sudah tidak punya
harapan lagi ditambah kaki yang sudah tak mampu melangkah dalam peristiwa
berbahaya ini, karena seekor singa buas berada di depanku dengan jarak 50 meter.
“Astaga kalau begini, aku hanya bisa pasrah kepadamu tuhan.” ucapku. Dalam
keadaan yang mungkin tidak bisa dibayangkan. Aku mencoba menenangkan hati, dan
berdamai dengan diriku sendiri. Aku bertanya “Tunggu-tunggu, kenapa aku berada di
tempat ini?” “Sedangkan aku tidak tahu jalan ke negeri ini.” lanjutku dalam hati yang
agak tenang. Terbesit kesadaranku yang memahami tentang kejadian semua ini. Aku
membuka mata melihat tubuhku masih berada di antara segerombolan singa dari
belakang dan seekor singa paling besar dari depan yang mendekat ke arah se’onggok
daging segar, yah daging itu adalah diriku. Singa-singa yang berlari langsung
melompat ke arahku dengan cakar dan taring-taringnya yang tajam wuuz… seketika
terhanti begitu saja, saat mereka melihatku tertawa. “Hahahaha… Hey kalian mau
makan apa dariku?” tubuhku dan kalian hanya ilusi dalam keadaan sekarang ini, aku
ini sedang bermimpi.” “Kalian diciptakan oleh pikiranku sendiri, bahkan bukan kalian
saja, semua yang kulihat cuma ada di halusinasiku.” lanjutku pada binatang-binatang
itu yang sepertinya mengerti ucapanku.
Sekarang singa-singa itu menunduk padaku kemudian lenyap tak tahu kemana. Aku
pun kembali menikmati pemandangan indah dari atas tembok besar, beberapa saat
juga semuanya yang ku lihat sirna seperti singa singa tadi. Mataku yang mulai terbuka
membuatku sadar, kalau aku sudah kembali ke kamarku lagi, dan dalam kelelahan
kaki yang kurasakan karena sudah berlarian dalam pikiranku sendiri, aku pun
tersenyum puas telah melewati mimpi yang mengasyikan hari ini. Kejadian ini
memberiku pesan bahwa ketakutan, keindahan, rasa senang atau derita semuanya
hanya ada di dalam pikiranku, bukan hanya di dunia mimpi, tapi juga dunia nyata.
Unsur Intrinsik Cerpen :
1.Tema
– Khayalan.
2. Latar
-Waktu : Siang Hari.
-Tempat : Di Kamar Tidur.
-Suasana : Mengasyikan.
3. Alur
-Maju.
-Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latar dan
masalah sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4. Penokohan :
– Aku : pemimpi, pemberani, periang.
5.Sudut pandang :
-orang pertama sebagai pelaku utama.
-Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh utama dan
mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan menarik, dan dapat di mengerti oleh pembaca.
7. Amanat
Kejadian ini memberikan pesan bahwa ketakutan, keindahan, rasa senang atau derita
semuanya hanya ada di dalam pikiran, bukan hanya di dunia mimpi, tapi juga dunia
nyata.