Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan Raffles Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan

Sir Stamford Raffles ketika berkuasa di Indonesia membuat kebijakan-kebijakan


ataupun perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Salah satu hal yang
dilakukan Raffles dalam bidang ilmu pengetahuan adalah menulis buku berjudul
History of Java di London dan diterbitkan pada tahun 1817 dan dibagi menjadi 2 jilid.
Buku History of Java ini menjelaskan tentang sejarah dari pulau Jawa sejak jaman
dahulu. Selain buku History of Java, Raffles juga menulis sebuah buku yang berjudul
History of the East Indian Archipelago di Eidenburg pada tahun 1820 dan dibagi
menjadi tiga jilid.

Selain menulis buku, Raffles juga mendukung sebuah organisasi yang bernama
Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen atau dalam bahasa
Indonesia dikenal sebagai Ikatan Kesenian dan Ilmu Batavia dan dikenal dalam
bahasa Inggris sebagai Royal Batavian Society of Arts and Sciences Bataviaach
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen didirikan di Batavia pada tahun 1778
oleh Gubernur-Jenderal Reinier de Klerk pada tanggal 24 April. Lembaga ini juga
merupakan pelopor dari Museum Gajah (Museum Nasional Indonesia) dan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang kedua-duanya sekarang berada di
Jakarta. Lembaga ini bertahan hingga tahun 1962.

Raffles dikenal sebagai orang yang memiliki minat besar dalam botani dan
berperan dalam menemukan suatu spesies tanaman. Ia terkenal sebagai penemu
tanaman Rafflesia arnoldii. Pada tahun 1818, seorang botani dari Inggris yang
bernama Joseph Arnold dan Sir Stamford Raffles menemukan salah satu jenis
bunga Rafflesia di Sumatra. Bunga ini dinamakan Rafflesia arnoldii untuk
menghormati Joseph Arnold dan Sir Stamford Raffles.

Raffles juga merupakan perintis dari Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor
awalnya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang
setidaknya telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi,
1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis.
Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai
tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula
samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara).
Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan
Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah
peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18. Pada awal
tahun 1800-an, Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana
Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman
Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli
botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap
halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya
Bogor dalam bentuknya sekarang.

Saat Raffles berkuasa di Indonesia ia menemukan sebuah Prasasti yang


bernama Prasasti Pucangan.

1. Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun 1817 dan dibagi
dua jilid
2. Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago di Eidenburg pada
tahun 1820 dan dibagi tiga jilid
3. Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan
4. Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi
5. Dirintisnya Kebun Raya Bogor
6. Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga diberi nama Prasasti
Calcutta
Dari kebijakan ini, salah satu pembaruan kecil yang diperkenalkannya di wilayah
kolonial Belanda adalah mengubah sistem mengemudi dari sebelah kanan ke
sebelah kiri, yang berlaku hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai