MAHASISWA KEDOKTERAN
INDONESIA e-ISSN : 2721-1924
ISSN : 2302-6391
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Bandar
Lampung
ABSTRAK
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia | Volume 9.1 | Maret - Juli 2021 117
TINJAUAN PUSTAKA
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia | Volume 9.1 | Maret - Juli 2021 118
TINJAUAN PUSTAKA
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia | Volume 9.1 | Maret - Juli 2021 119
TINJAUAN PUSTAKA
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia | Volume 9.1 | Maret - Juli 2021 120
TINJAUAN PUSTAKA
dan parieto-oksipital. Pola dari frontal tinggi dapat menjadi faktor prognosis
intermittent rhythmic delta activity buruk pada pasien EH. Rerata suhu
(FIRDA) dapat ditemukan pada pasien tubuh pasien dengan EH yang memiliki
dengan hipoglikemia. Pada pasien luaran klinis buruk ditemukan lebih tinggi.
dengan riwayat kejang parsial kompleks Studi yang dilakukan menunjukkan
dapat ditemukan gelombang hipotermia umum terjadi pada keadaan
epileptiformis terutama pada pasien hipoglikemia berat. Hipotermia yang
dengan DM, serta adanya focal temporal terjadi merupakan suatu mekanisme
spike atau sharp waves dapat ditemukan kompensasi tubuh yang menunjukkan
pada kadar glukosa serum <45 penurunan kebutuhan energi seiring
mg/dL[19,20]. rendahnya konsentrasi glukosa[6,9,24].
Pemeriksaan radiologi seperti MRI Hasil pemeriksaan glukosa darah
serebral, terutama diffusion-weighted pasien menjadi faktor prediktif EH
images (DWI), dapat memberikan selanjutnya. Semakin rendah konsentrasi
informasi yang penting pada penegakkan glukosa darah diikuti dengan semakin
diagnosis EH. Pemeriksaan MRI pada lama pasien mengalami hipoglikemia
EH menunjukkan adanya lesi hiperintens dapat berakibat kerusakan neuron yang
simetris pada korteks serebri, lebih parah. Sebuah penelitian yang
hipokampus, kapsula interna, amigdala membandingkan antara dua kelompok
atau ganglia basalis[16,21]. Lesi pada pasien EH yang memiliki luaran klinis
korteks tidak mengikuti distribusi aliran buruk menunjukkan konsentrasi glukosa
darah arteri otak dan cenderung darah awal lebih rendah (9.0–27.0
melibatkan daerah parieto-oksipital, mg/dL) dibandingkan dengan kelompok
sedangkan thalamus hampir tidak pasien dengan luaran klinis baik (20.0–
terpengaruh[21]. Pada temuan awal, 31.0 mg/dL)[9].
kerusakan otak akibat hipoglikemia Hasil pemeriksaan lain yang dapat
pertama kali terjadi di kapsula interna, digunakan untuk menentukan prognosis
kemudian menyebar ke substansia alba pasien didapatkan dari hasil
hemisfer[8]. Lebih lanjut, temuan pemeriksaan kadar asam laktat.
gambaran pada EH dapat berupa Prognosis pasien yang lebih buruk
restriksi difusi pada air yang melibatkan didapatkan nilai kadar asam laktat yang
lokasi multipel pada korteks serebri pada rendah. Asam laktat dihasilkan oleh
pemetaan DWI dan apparent diffusion astrosit dan merupakan cadangan energi
coefficients (ADC) pada pemeriksaan yang penting untuk neuron. Sebuah
MRI. Restriksi difusi tersebut menyerupai penelitian menyebutkan bahwa terdapat
gambaran MRI pada infark iskemik atau efek neuroprotektif terhadap kematian
toxic leukoencephalopathy[16,22,23]. Pada sel neuron yang diinduksi hipoglikemia
sebuah penelitian, ditemukan juga parah setelah pemberian infus glukosa
gambaran MRI berupa lesi pada pada hewan coba tikus sebagai terapi
substansia alba yang dapat diakibatkan adjuvan hipoglikemia. Efek neuroprotektif
oleh edema eksitotoksik[8]. Gambaran tersebut juga ditemukan pada individu
MRI bersama dengan riwayat penyakit sehat. Sebuah penelitian menyebutkan
dan gambaran klinis dapat membantu peningkatan kadar asam laktat sebesar
menyingkirkan diagnosis banding dalam 1,7-2,5 mmol/L (N = 0,5-1,6 mmol/L)
penegakan diagnosis EH[16]. ditemukan pada kelompok EH yang
Berdasarkan penelitian yang telah memiliki prognosis baik. Pada kelompok
dilakukan, pemeriksaan MRI dapat pembanding, kadar asam laktat
menunjukkan lokasi lesi pada EH, namun cenderung tidak mengalami peningkatan
luasnya bagian otak yang terkena tidak dari nilai normal[9,25].
secara signifikan berpengaruh dalam
luaran klinis pasien. Beberapa temuan 4. KESIMPULAN
klinis pada pemeriksaan fisik dan Hipoglikemia berat menyebabkan
pemeriksaan laboratorium dapat menjadi terjadinya kerusakan dari otak. Kondisi
faktor prediktif untuk menentukan hipoglikemia yang disertai stupor atau
prognosis penyakit[8]. koma yang menetap ≥ 24 jam walaupun
Pemeriksaan fisik yang dapat telah dilakukan tatalaksana mengarah
dijadikan faktor prediktif adalah suhu pada EH. Riwayat penyakit dan gejala
tubuh. Suhu tubuh normal atau lebih klinis bersama dengan pemeriksaan
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia | Volume 9.1 | Maret - Juli 2021 121
TINJAUAN PUSTAKA
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia | Volume 9.1 | Maret - Juli 2021 122
TINJAUAN PUSTAKA
JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia | Volume 9.1 | Maret - Juli 2021 123