Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. KELEMBAGAAN DAN KEARIFAN


LOKAL BUDAYA SUMATERA UTARA

SKOR NILAI :

TUGAS MINI RISET

TRADISI BALIMO LIMO PADA MASYARAKAT SIBOLGA, SUMATERA UTARA

OLEH :

CHRISTINA ALEXANDRIA HUTASOIT

(3193122024)

C REGULER 2019

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah tugas mini riset dari mata kuliah
Kelembagaan dan Kearifan lokal Budaya Sumatera Utara tentang Tradisi Balimo limo pada
masyarakat Sibolga tepat pada waktunya.
Tugas ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi tugas kuliah saja melainkan untuk
pembelajaran bagi saya dan teman-teman yang membacanya agar menambah wawasan
pengetahuan pembaca. Apabila ada kekurangan dalam makalah ini saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga hal ini berguna untuk kita semua. Terima Kasih.

Medan, April 2020

ii
Penyusun

DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................................................

Kata Pengantar............................................................................................................................i

Daftar
Isi.....................................................................................................................................ii

Abstrak ...................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG................................................................................................1

B.RUMUSAN MASALAH...........................................................................................2

C.TUJUAN PENELITIAN............................................................................................2

D.MANFAAT PENELITIAN .......................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. PENELITIAN YANG RELEVAN……………………………….……………..


….3

B.KERANGKA KONSEPTUAL……………………...................................................4

BAB III METODE PENELITIAN

A.JENIS PENELITIAN………………………...........…………..................................7

B.SUMBER DATA………………………............…………........................................8

C.METODE PENELITIAN DATA……………………..……….……….…...............8

D. TEKNIK ANALISIS DATA………………………….……………..……………..9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...................................................11

iii
B. JAWABAN RUMUSAN MASALAH 1.................................................................12

C. JAWABAN RUMUSAN MASALAH 2…………………….…………...…….…14

D. JAWABAN RUMUSAN MASALAH 3…………………………………...……..15

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN……………………………………………………………………….21

B. SARAN………………………………………….…………………………..…….22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….……………………………..…
23

LAMPIRAN

iv
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tradisi Balimo limo pada masyarakat Pesisir Sibolga, penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan : (1) Untuk mengetahui apa itu tradisi mandi balimo limo bagi
masyarakat Pesisir Sibolga (2) Apakah masyarakat Pesisir Sibolga masih menjalankan
Tradisi balimo limo tersebut (3) bagaimana dampak tradisi balimo limo terhadap pemahaman
agama di Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian
yang diteliti untuk penelitian yang dilakukan terhadap variable mandiri atau tunggal, yaitu
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lain. Fokus penelitian ini
adalah pada Tradisi Balimo limo yang dilakukan oleh masyarakat pesisir sibolga. Teknik
pengumpulan data berupa wawancara dengan informan dan studi pustaka. Teknik analisis
data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan (1) Balimo limo begitulah
sebutan orang pesisir barat Sumatera Utara Sibolga Tapanuli Tengah, yang dimana
merupakan sebuah kegiatan yang sudah menjadi tradisi untuk menyambut bulan Ramadhan
atau Bulan Puasa. Balimo – limo yang diartikan sebagai kata limau (rempah – rempah) dan
mendapat awalan ber yang artinya mengerjakan. Kata ini selanjutnya diucapkan dalam
bahasa pesisir dengan sebutan balimo – limo. Kegiatan ini sudah menjadi tradisi dikalangan
masyarakat Sibolga setiap tahun nya dalam menyambut bulan Suci Ramadhan dimana yang
bertujuan untuk membersihkan diri menyambut bulan Suci Ramadhan agar lebih bersemangat
dan berkah dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. (2)Tradisi Balimo limo
masih dijalankan sampai sekarang oleh Masyarakat Pesisir Sibolga tetapi memang tidak
semua masyarakat disini yang menjalankan karena memang tradisi ini bukan termasuk ajaran
agama, melainkan hanya kebudayaan yang turun menurun, jadi memang masih ada yang
menjalankan dan juga ada masyarakat yang tidak menjalankan Tradisi Balimo limo. (3)
Didalam tradisi Balimo limo ini masyarakat Pesisir sibolga tetap menjalankan tradisi tersebut
dan memang tradisi Balimo – limo ini tidak mengandung unsur agama karena tradisi ini
bukan tradisi anjuran agama melainkan warisan nenek moyang.

5
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Adat istiadat merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat yang dilestarikan secara
turun menurun. Pemahaman dan kepercayaan yang dipelihara inilah yang disebut dengan
hasil budi daya dan pekerti masyarakat yang disebut budaya. Oleh karena itu adat istiadat
adalah aturan – aturan tentang beberapa kehidupan manusia yang tumbuh dari usahanya
dalam suatu daerah tertentu di Indonesia sebagai kelompok sosial untuk mengatur tata tertib
tingkah laku masyarakatnya sedangkan kebudayaan menurut E.B Taylor yaitu keseluruhan
kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum , adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat manusia
sebagai anggota masyarakat.

Tradisi balimo limo merupakan adat istiadat yang telah membudaya dalam
masyarakat Pesisir Sibolga yang menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh mereka. Tradisi ini
dilakukan oleh masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang beragama islam menjelang
bulan suci Ramadhan, ratusan bahkan ribuan masyarakat memadati atau berkunjung kesungai
– sungai yang terdapat di Tapanuli Tengah untuk melakukan tradisi balimo limo atau mandi
berpangir. Tradisi Balimo limo ini adalah warisan nenek moyang masyarakat Sibolga
Tapanuli Tengah

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :

1. Mengetahui apa itu tradisi Balimo – limo


2. Mengetahui apakah masyarakat pesisir sibolga masih menjalankan tradisi balimo limo
3. Bagaimana dampak Tradisi Balimo limo terhadap pemahaman agama Muslim yang
ada di Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah.

C. TUJUAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Tradisi Balimo limo.

6
2. Untuk mengetahui apakah masyarakat pesisir sibolga masih menjalankan tradisi
balimo – limo
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak Tradisi Balimo limo terhadap pemahaman
agama Muslim yang ada di Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran
serta dapat membantu sebagai bahan informasi mengenai permasalahan yang berkaitan
dengan Tradisi Balimo limo pada masyarakat Pesisir Sibolga , Tapanuli Tengah.

2. Secara teoritis.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan informasi dalam penelitian –
penelitian berikutnya dengan permasalahan penelitian yang sama serta menjadi referensi
pustaka bagi pemenuhan kebutuhan penelitian lanjutan.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.PENELITIAN YANG RELEVAN

Kajian tentang tradisi Balimo – limo masyarakat pesisir Kota Sibolga Kabupaten
Tapanuli Tengah masih sedikit dijumpai dalam literature literature kontenporer. Kajian lebih
banyak menyoroti tentang kesenian yang ada di Kota Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah
seperti kesenian sikambang. Tetapi penulis menemukan sebuah karya tulis dari Winda
Winarti dalam karya tulis tersebut, disimpulkan bahwa tradisi balimo – limo pada etnis
pesisir menjelang dan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Sehari sebelum masuk
bulan suci Ramadhan ribuan masyarakat tua dan muda pergi ke sungai – sungai yang bias
untuk kegiatan mandi bersama membawa bekal makan dan air limau. Tempat tempat
pemandian seperti sungai sarudik dan air terjun Murshula.

B. KERANGKA KONSEPTUAL

A. BALIMO - LIMO

Tradisi mandi ke sungai menjelang bulan suci Ramadhan, sudah menyebar dibanyak
tempat. Tidak saja ditempat asal yang seperti di Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli
Tenga, Jawa Barat, dikota kota besar mandi ke sungai menjelang bulan suci Ramadhan
masyarakat berbondong – bonding ke sungai untuk mandi.

Semaraknya melakukan mapangir atau balimo – limo, ada terkesan wajib. Pemikiran
yang mengatakan mapangir atau balimo – limo wajib adalah salah. Menurut Guru Besar
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, Ramli Abdul Wahid, dalam ajaran Islam tidak
ada dalil yang menganjurkan untuk melakukan mapangir atau balimo – limo atau sejenisnya
satu hari menjelang bulan suci Ramadhan. Melakukan mapangir, balimo –limo atau
sejenisnya satu hari menjelang bulan suci Ramadhan merupakan tradisi yang dilakukan
secara turun menurun.

Sehari menjelang bulan Suci Ramadhan ribuan masyarakat di Sibolga Tapanuli


Tengah melakukan tradisi mandi balimo –limo. Tradisi yang menjadi kebiasaan masyarakat

8
ini dilakukan di sungai – sungai yang ada di sepanjang Sibolga Tapanuli Tengah, mulai dari
Sungai Sarudik, Sungai Sibuluan, Sungai Pinang Sori, bahkan hingga kesungai Parasariran.

Masyarakat berbondong – bonding dengan gembira bersama keluarga, kerabat, dan


juga sahabat, mandi dingai dengan mempergunakan “ air limo” sebagai simbol pembersihan
diri.

B. KOTA SIBOLGA

Kota Sibolga adalah salah satu kotamadya di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Kota ini terletak di pantai barta pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke
selatan dan berada pada kawasan Teluk Tapian Nauli. Jaraknya kurang lebih 350 km dari
kota Medan. Kota sibolga hanya memiliki luas kurang lebih 10,77 km dan berpenduduk
sekitar 95. 471 jiwa.

Kota Sibolga dahulunya merupakan Bandar kecil di Teluk Tapian Nauli dan terletak
di Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari dari kota sibolga yang sekarang ini.
Diperkirakan Bandar tersebut berdiri sekitar abad delapan belas dan sebagai penguasa adalah
“ Datuk Bandar.

Masyarakat sibolga terdiri dari bermacam – macam etnis, antara lain Batak Toba,
Batak Mandailing, Minangkabau, dan Nias. Namun dalam keseharianya, bahasa yang
dipergunakan adalah Bahasa Minangkabau logat pesisir.

Kota Sibolga terdiri dari empat kecamatan :

 Sibolga Utara, Sibolga ( terdiri atas lima kelurahan)


 Sibolga Kota, Sibolga ( terdiri atas empat kelurahan)
 Sibolga Selatan, Sibolga ( terdiri atas empat kelurahan)
 Sibolga Sambas , Sibolga ( terdiri atas empat kelurahan)

C. KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Tapanuli tengah adalah sebuah kabupate di Sumatera Utara. Kabupaten Tapanuli


Tengah sebagai Daerah Otonom dipertegas oleh Pemerintah dengan Undang – Undang
Nomor 7 tentang pemebentukan daerah otonom kabupaten – kabupaten dalam lingkungan
Daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tenga

9
Nomor 19 Tahun 2007 makan ditetapkan hari jadi kabupaten Tapanuli Tengah adalah tanggal
24 Agustus 1945.

Tapanuli Tengah adalah kabupaten yang berada di pesisir barat Sumatera Utara.
Hampir 50% Suku Indonesia dan Luar Negeri ada di Tapanuli Tengah. Mayoritas
penduduknya adalah Suku Batak Toba dan Mandailing, akan tetapi suku di Tapanuli Tengah
beragam mulai dari Batak, Mandailing, Minangkabau, Nias, Jawa, Minahasa, Dayak, Bugis,
Sunda bahkan ada suku dari Arab, Yaman, Cina, dan sebagainya.

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan
panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau
Sumatera dan sebagian lainnya di pulau – pulau kecil dengan luas wilayah 2.188 km.

Batas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah

 Utara : Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan


 Timur : Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Selatan
 Selatan : Samudera Indonesia
 Barat : Kabupaten Aceh Singkil (Provinsi Aceh)

Pembagian wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah :

 Andam Dewi
 Badiri
 Barus
 Barus Utara
 Kolang
 Lumut
 Manduamas
 Kota Pnadan
 Pasaribu Tobing
 Pinangsori
 Sarudik
 Sibabangun
 Sirandorung

10
 Sitahuis
 Sorkam
 Sorkam Barat
 Sosorgadon
 Suka Bangun
 Tapian Nauli
 Tukka

D. MASYARAKAT PESISIR

Masyarakat pesisir adalah sekelompok warga yang tinggal di wilayah Pesisir yang
hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber daya di wilayah pesisir.
Masyarakat yang hidup dikota kota atau pemukiman pesisir memiliki karakteristik secara
social ekonomis sangat terkait dengan sumber perekonomian dari wilayah laut (Prianto ,
2005). Demikian pula jenis mata pencaharian yang memanfaatkan sumber daya alam atau
jasa – jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir seperti nelayan, petani ikan, dan pemilik
atau pekerja industri maritim. Masyarakat pesisir yang di dominasi oleh usaha perikanan pada
umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak mempunyai pilihan mata
pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tidak mengetahui dan menyadari
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan (Lewaherilla, 2002). Selanjutnya dari status
legalitas lahan, karakteristik beberapa kawasan pemukiman di wilayah pesisir umumnya tidak
memiliki status hokum (legalitas). Terutama area yang direklamasi secara swadaya oleh
masyarakat (Suprijanto, 2006)

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A.JENIS PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
Pendekatan deskriptif. Penelitian kualitiatif (qualitative research) adalah penelitian yang
ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Syaodih,
2007 : 60). Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian etnografi.
Hal ini berkaitan dengan apa yang diteliti oleh peneliti untuk mendeskripsikan dan
menganalisis tentang perubahan.

Lebih lanjut Moleong (2007 : 11) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif


menekankan pada data berupa kata – kata, gambar, dan bukan angka – angka yang
disebabkan oleh adanya gambar, dan bukan angka – angka yang disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

Dalam proses pengumpulan data, metode yang digunakan adalah wawancara. Dari
metode wawancara, kami mendapat 2 orang informan yang memang merupakan masih
menjalankan tradisi balimo – limo, yaitu Ibu Eli Daraya Rambe dan Ibu Henni yang memang
merupakan penduduk lama di Sibolga Tapanuli Tengah, melalui wawancaram peneliti
mngumpulkan data naratif berupa koleksi cerita yang diberikan informan dan kondisi di
lapangan. Dalam proses pengumpulan data, unsur subjektif memainkan peranan penting
karena peneliti menginterpretasikan cerita yang diperoleh ketika pengumpulan data.

Peneliti kualitatif bias menggunakan paduan wawancara, buku harian, atau apapun
yang bias digunakan untuk mencatat narasi yang ada di lapangan sebagai instrument
penelitian. Satu lagi instrument yang dimiliki oleh peneliti kualitatif adalah peneliti itu

12
sendiri. Peneliti merangkap sebagai instrument, data naratif yang dikumpulkan akan
diinterpretasikan oleh peneliti itu sendiri, beberapa macam penelitian yang menggunakan
metode kualitatif misalnya, studi kasus, etnografi, fenomenologi.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama


dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti
dalam rangka mendapatka data – data penelitian yang akurat. Dalam penentuan lokasi
penelitian, Moleong (2007 : 132) menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan
mempertimbangkan teori substantive dan menjajaki lapangan dan mencari kesesuaian dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti
waktu , biaya, tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

Adapun waktu dan lokasi dilakukannya penelitian ini yaitu pada hari Jumat, 27 Maret
2020 di Kelurahan Pasar Belakang Sibolga Kota, Kabupaten Tapanuli Tengah, peneliti
mendatangi 2 informan yang bekerja sebagai pedagang. Kami meneliti bagaimana
sebenarnya tradisi balimo – limo itu dilaksanakan.

C. INFORMAN PENELITIAN

Informan penelitian ini, sumber data dipilih seca purposive sampling, sumber data
pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang memiliki otoritas pada situasasi yang
diteliti, sehingga mampu membuka pintuk kemana saja peneliti melakukan pengumputan data
mereka tergolong gatekeepers ( penjaga gawang ), knowledgeable informan (informan yang
cerdas), (sugiono 2008 : 56), mengacu pada hal diatas, maka mula – mula yang mennjadi
informan kunci ( key informant ) dalam penelitian ini adalah penelitian yang memberikan
informasi kepada informan. Yang menjadi informan kami ialah salah satu warga yang tinggal
di Pesisir Sibolga yaitu Ibu Eli Daraya Rambe dan Ibu henny yang dimana Ibu Eli Daraya
Rambe sudah tidak melaksanakan Tradisi tersebut dan Ibu Henny yang masih menjalankan
Tradisi tersebut.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

13
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Namun dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui teknik wawancara.
Dalam penelitian ini kami menggunakan teknik wawancara.

 Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
menggunakan bentuk informasi untuk menghinfri kesan kaku sehingga antara
informan dan peneliti memiliki hubungan bukan seperti antara informan dan peneliti
sehingga informasi dapat menjelaskan secara menyeluruh mengenai informasi yang
ingin didapatkan, dan tercipta suasana kekeluargaan dan terkesan lebih akrab.

Peneliti tidak menggunakan metode observasi dikarenakan Tradisi Balimo limo dilakukan
satu hari sebelum menyambut bulan suci Ramadhan, jadi peneliti tidak dapat mengamati
bagaimana Tradisi Balimo limo dilakukan.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data penulis lakukan dalam beberapa tahapan yaitu :

1. Mengelompokkan data
Data yang penulis dapat dari hasil wawancara dan studi pustaka penulis kelompokkan
dan data yang diambil adalah data yang sesuai dengan judul penulis.
2. Menginterpretasi data
Langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah dengan menafsirkan data yang
sudah diperoleh dengan menyesuaikan dengan menyesuaikan dengan judul.
3. Menganalisis data
Setelah data di interpretasi maka penulis menganalisis data untuk menguraikan dan
menjelaskannya.
4. Menarik kesimpulan
Setalah data di analisis maka penulis menarik kesimpulan dan kesimpulan inilah yang
menjadi data temuan penulis yang menjelaskan mengenai Tradisi Balimo limo pada
masyarakat Pesisir Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) di daerah Kota Sibolga,
Kabupaten Tapanuli Tengah, dengan alas an bahwa lokasi daerah ini adalah masyarakat yang
bertempat tinggal di Kota Sibolga masih banyak yang masih menjalankan salah satu tradisi
mereka, yaitu Tradisi Balimo – limo. Adapun waktu dan lokasi dilakukannya, penelitian ini
dilakukan yaitu pada hari Jumat, 27 Maret 2020 di Pasar Belakang Sibolga. Kabupaten
Tapanuli Tengah adalah salah satu dari 33 kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yang
wilayahnya berada di Kawasan Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara.

Kondisi geografis Kabupaten Tapanuli Tengah berada pada posisi kordinat 1⁰11’00’’-
2⁰22’0’’ LU dan 98⁰07’ - 98⁰12’ BT dengan luas wilayah 6.194,98 km meliputi 2.194,98 km
luas daratan dan 4.000 km luas laut. Sebagian besar wilayah administrasi Kabupaten Tapanuli
Tengah berada di Pulau Sumatera dan sebagian lagi merupakan 31 pulau pulau kecil, dengan
pulau yang terbesar adalah Pulau Mursala dengan luas kurang lebih 8.000 Ha, memiliki
panorama alam yang sangat indah meliputi air terjun yang langsung jatuh ke laut, terumbu
karang, dan hutan Pulau Mursala.

Kondisi Topografi Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit – bukit,


dengan ketinggian 0 – 1.266 meter diatas permukaan laut. Sebagian lagi adalah dataran dan
terdapat banyak Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebagian besar wilayah kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan laut sehingga berpengaruh pada suhu udara
yang tergolong beriklim tropis. Dalam periode bulan Januari – Desember 2015, suhu udara
maksimum dapat mencapai 32,20⁰C dan suhu minimum mencapai 22,10⁰C. Rata – rata suhu
udara di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2015 adalah 26,40⁰. Pada tahun 2015, curah

15
huhan rata – rata 12,10 mm, hari hujan 247,00 hari, kecepatan angina 6,36 knot dan
penguapan 4,94 mm.

Penduduk Tapanuli Tengah terdiri atas multi etniik yaitu suku Pesisir, Batak, Minang,
Jawa, Maudra, Bugis, Cina, Aceh, Melayu, Sunda, dan lain – lain, dengan mayoritas suku
Batak. Pelestarian nilai – nilai luhur dan kebangsaan, kerukunan, keamanan, ketertiban, dan
toleransi dalam semangat gotong royong yang terjalin dan terbina selama ini membuat
Tapanuli Tengah semakin kondusif dan tangguh secara social kemasyarakatan dalam
menyikapi globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu cepat. Semangat gotong
royong terus dibina dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kesadaran, disiplin,
kepedulian, dan semangat kebersamaan seluruh lapisan masyarakat dengan semangatan
Sahata Saoloan (Seiya Sekata ) untuk memperkokoh semangat Bhineka Tunggal Ika.

B. JAWABAN RUMUSAN MASALAH 1

Balimo – limo , begitulah sebutan orang pesisir barat Sumatera Utara Sibolga
Tapanuli Tengah, merupakan sebuah kegiatan yang sudah menjadi tradisi untuk menyambut
bulan Ramadhan atau bulan puasa. Balimo – limo yang di artikan sebagai kata limau (artinya
rempah – rempah) dan mendapat awalan ber, artinya mengerjakan. Kata ini selanjutnya
diucapkan dalam bahasa pesisir dengan sebutan balimo – limo.

Kegiatan ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Sibolga dan Tapanuli
Tengah, setiap tahun nya dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan melaksanakan kegiatan
Balimo- limo ini , dengan tujuan untuk membersihkan diri menyambut bulan Suci Ramadhan
agar lebih bersemangat dan berkah dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan.

Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari sebelum bulan Ramadhan, sehingga tidak perlu heran
pada 1 hari sebelum ramadhan kalau semua sungai, dan juga tempat wisata pemandian di
Sibolga Tapanuli Tengah ramai dipadati pengunjung pada hari itu.

Sehari menjelang bulan Suci Ramadhan ribuan masyarakat di Pesisir Sibolga


melakukan tradisi mandi balimo – limo atau mandi berpangir. Tradisi yang menjadi
kebiasaan masyarakat ini dilakukan di sungai – sungai yang ada di sepanjang Sibolga
Tapanuli Tengah, mulai dari sungai sarudik, sungai sibuluan, sungai pinang sori, bahkan
hingga ke sungai parasariran di daerah Tapanuli Selatan. Masyarakat berbondong – bonding
dengan gembira bersama keluarga mereka, kerabat dan juga sahabat mandi di sungai dengan

16
mempergunakan “ air limo” sebagai simbol pembersihan diri. Acara balimo – limo ini mirip
dengan ritual yang dilakukan di sungai Gangga India.

Tidak ada informasi yang jelas mengapa dikatakan mandi balimo – limo dan sejak
kapan tradisi ini ada di daerah Pesisir Tapian Nauli ini. Kendati tradisi menjelang Ramadhan
ini telah berlangsung berpuluh tahun mungkin bahkan beratus – ratus tahun tapi hingga kini
tetap membudaya, malah masyarakat pendatang yang merantau ke Sibolga Tapanuli Tengah
kini mulai terikut dalam budaya ini. Balimo – limo ini adalah budaya yang selalu menjadi
kenangan yang tidak terlupakan oleh orang – orang yang pernah tinggal di Sibolga dan
Tapanuli Tengah.

Dalam bahasa pesisir Sibolga Tapanuli Tengah balimo adalah jumlah sebanyak lima
orang yang turun dan mandi kesungai. Namun bila diartikan lagi dapat dikatakan mandi di
sungai dengan menggunakan air limau yang direbus di air hangat. Jadi secara umum dapat
dikatakan bahwa balimo limo adalah mandi di sungai dengan jumlah sekurang – kurangnya
lima orang dengan menggunakan air limau atau pangir. Air limau atau pangir adalah
dedaunan wangi yang terdiri dari daun pandan, daun serai wangi, daun nilam, mayang
pinang. Seluruh dedaunan ini direbus hingga mendidih dan memancarkan aroma yang sangat
harum. Saat mandi di sungai air ini dibilaskan ke seluruh tubuh, mulai kepala, rambut hingga
ujung kaki. Dengan menggunakan air dedaunan limo ini maka tubuh akan segar dan perasaan
langsung berseri – seri, mungkin karena bau wangi dari air rebusan dedaunan tadi.

JAWABAN DARI RUMUSAN MASALAH II

Didalam tradisi balimo limo ini memang masih banyak sekali masyarakat pesisir
sibolga yang menjalankan tetapi ada juga masyarakat pesisir sibolga yang tidak menjalankan.
Menurut pandangan saya sebagai peneliti menurut infoman pertama yaitu Ibu Eli Daraya
Rambe, Ibu Eli beserta keluarga memang tidak menjalankan tradisi tersebut karena memang
mereka bukan berasal dari Sibolga jadi menurut Ibu Eli Daraya Rambe dan keluarga tradisi
balimo – limo memang tidak terlalu penting untuk dijalankan dan juga menurut Ibu Eli
Tradisi balimo – limo bukanlah tradisi yang dianjurkan oleh Agama Muslim maka dari itu
Ibu Eli dan keluarga tidak menjalankan tradisi balimo- limo.

Menurut informan kedua, yaitu Ibu Henny- beserta keluarga masih menjalankan
tradisi Balimo – limo, dikarenakan mereka memang sudah lama menetap di Pesisir Sibolga
Tapanuli Tengah dan setiap tahun nya Ibu Henny dan keluarga memang menjalankan Tradisi

17
Balimo – limo. Kata Ibu henny mereka memang sudah menjalankan Tradisi balimo – limo
sejak mereka sudah menetap di Kota Sibolga Tapanuli Tengah, dia mengatakan Tradisi
Balimo – limo ini dilakukan oleh nya dan sekeluarga untuk menyambut bulan Suci
Ramadhan dengan hati yang bersih dan tidak ada kebencian yang terpendam didalam hati.
Dengan berkumpul di sungai untu mandi balimo juga bias mempererat tali silaturahmi
dengan yang lain, kata Ibu Henny.

Jadi memang pada dasarnya Tradisi Balimo – limo sampai saat ini memang masih
dijalankan oleh masyarakat Sibolga yang menganut Agama Muslim. Meskipun masih ada
beberapa yang tidak menjalankan itu tidak menjadi masalah karena Tradisi Balimo – limo ini
hanya warisan turun menurun dari nenek moyang jadi sebenarnya tidak terpengaruh dengan
ajaran Agama Muslim.

JAWABAN RUMUSAN MASALAH III

Suatu realita bahwa agama mengungkapkan dirinya sangat beragam sesuai dengan
karakteristik masyarakat dan kebudayaannya masing masing. Meskipun secara teoritik
perbedaan antara agama dan budaya tampak jelas, dalam realitas kehidupan masyarakat,
agama dan budaya saling mempengaruhi dan saling mengisi sedemikian rupa. Dalam konteks
tertentu, interaksi agama dan budaya dapat bersinergi sedemikian rupa. Tetapi dalam konteks
lain, agama dan budaya tampil sebagai kekuatan yang berlawanan yang satu ingin mengguli
yang lain, sehingga dalam interaksi antara agama dan budaya timbullah resistensi.

Bagi kalangan teolog, kebudayaan adalah perpanjangan dari perilaku agama atau
antara agama dan budaya tidak dapat dipisahkan kendati pun masing – masing memiliki basis
yang berbeda. Agama bagaikan roh yang dating dari langit sedangkan budaya adalah jasad
bumi yang siap menerima roh agama sehingga peretemuan antara keduanya melahirkan
perdaman.

Tradisi balimo – limo merupakan contoh konkrit manifestasi buday masyarakat


Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang tetap dipertahankan dan dikembangkan yang dalam
aplikasinya tidak kontradiktif dengan ajaran agama. Masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah
tetap menjadikan agama memiliki peran counter balancing terhadap gerak arus budaya dan
adat istiadat yang berlangsung. Agama sebagai roh fundamental menuntun budaya agar
senantiasa berada dalam rel rel yang agamis. Kendati pun demikian, pengaruh pelaksanaan
budayaan sedikit banyak akan memberikan pengaruh membicarakan masalah Tuhan sebagai

18
simbol tertinggi yang menjadi inspiratory dari segala system nilai Islam, akan tetapi juga
mengkaji hubungan timbal balik antara Allah dan Manusia. Dalam Alquran digambarkan
profil manusia dengan kompleksitas keunikannya, multidimesi dan penuh dengan sifat positif
dan negative. Ada beberapa makna pokok yang berkaitan dengan manusia yaitu : basyar al
isan dan an-nas. Basyar selalu dihubungkan manusia sebagai mahluk istimewa secara moral
maupun spiritual, an-nas yang mengacu manusia sebagai mahluk social.

Ketiga karakteristik konsep manusia dalam Alquran, konsep al-insan


mengilustrasikan tentang eksistensi fungsional manusia, yaitu :

1. Manusia merupakan mahluk unggulan dngan kualitas ahsanu taqwin, khalifah dimuka
bumi
2. Manusia adalah satu – satunya mahluk yang dipercaya Tuham untuk mengemban
amanah.
3. Manusia memikul tugas berat sebagai khalifah dan pengemban amanah yang diberi
kemampuan akal kreatif untuk mengamati, merenungkan, memikirkan, dan
menganalisa perbuatannya.
4. Manusia adalah abdi Allah, disamping keunggulannya, manusia memiliki perbuatan
yang negative, manusia berbuat zalim dan kafir, bersifat tergesa – gesa, bakhil, bodoh,
suka berbantah, dan berdebat dengan hal sepele, enggan membantu orang lain

Dalam dinamika masyarakat menuntut seluruh komponen warganya untuk dapat


berpacu dalam setiap sikap, gerak dan perilaku baik bersifat internal keluarga maupun
eksternal masyarakat luas. Dalam masyarakat majemuk dan pluralis dan heterogen
pengaruh timbal balik agama, budaya, dan masyarakat sangat erat dan lekat. Oleh sebab
itu peranan agama yang dikaitkan dengan nilai – nilai social budaya dan social
keagamaan yang sangat mempunyai pengaruh positif terhadap masyarakat luas.

Sesuai informasi yang penulis dapat dari hasil wawancara dengan dua narasumber
seperti Ibu Eli dan Ibu Henny bahwa memang sampai sekarang masih banyak warga
Pesisir Sibolga yang melaksanakan Tradisi Balimo – limo dan perlu untuk dilestarikan,
karena mengandung beberapa hal : pertama, tradisi balimo limo merupakan salah satu
budaya yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah yang sudah ada semenjak dahulu kala
yang harus dipertahankan. Kedua, Tradisi Balimo – limo ini dapat dijadikan sebagai
sarana untuk mewujudkan keatuan dan persatuan umat, sehigga terwujud kerukunan
hidup umat beragama.

19
Tradisi Balimo – limo di Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang telah dilaksanakan
secara turun menurun oleh masyarakat Pesisir Sibolga telah menjadi tradisi budaya,
karena dalam pemahaman masyarakat bahwa sesuatu yang telah dilaksanakan oleh para
pendahulu jika dianalisis memberikan manfaat bagi kehidupan generasi berikutnya
mereka layak untuk dipertahankan, kendati pun masyarakat telah memeluk suatu agama,
namun sedikit banyaknya pengaruh kepercayaan animisme dan dinamisme masih
mengganjal dalam kehidupan masyarakat. Dengan masuknya agama Islam ke daerah
Pesisir Sibolga maka Tradisi Balimo limo ini yang tidak sesuai syariat Islam mereka tidak
pakai.

BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dilakukan di atas, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan, antara lain :

Balimo – limo , begitulah sebutan orang pesisir barat Sumatera Utara Sibolga
Tapanuli Tengah, merupakan sebuah kegiatan yang sudah menjadi tradisi untuk menyambut
bulan Ramadhan atau bulan puasa. Balimo – limo yang di artikan sebagai kata limau (artinya
rempah – rempah) dan mendapat awalan ber, artinya mengerjakan. Kata ini selanjutnya
diucapkan dalam bahasa pesisir dengan sebutan balimo – limo

Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari sebelum bulan Ramadhan, sehingga tidak perlu heran
pada 1 hari sebelum ramadhan kalau semua sungai, dan juga tempat wisata pemandian di
Sibolga Tapanuli Tengah ramai dipadati pengunjung pada hari itu.

Sehari menjelang bulan Suci Ramadhan ribuan masyarakat di Pesisir Sibolga


melakukan tradisi mandi balimo – limo atau mandi berpangir. Tradisi yang menjadi
kebiasaan masyarakat ini dilakukan di sungai – sungai yang ada di sepanjang Sibolga
Tapanuli Tengah, mulai dari sungai sarudik, sungai sibuluan, sungai pinang sori, bahkan

20
hingga ke sungai parasariran di daerah Tapanuli Selatan. Masyarakat berbondong – bonding
dengan gembira bersama keluarga mereka, kerabat dan juga sahabat mandi di sungai dengan
mempergunakan “ air limo” sebagai simbol pembersihan diri. Acara balimo – limo ini mirip
dengan ritual yang dilakukan di sungai Gangga India.

Dalam bahasa pesisir Sibolga Tapanuli Tengah balimo adalah jumlah sebanyak lima
orang yang turun dan mandi kesungai. Namun bila diartikan lagi dapat dikatakan mandi di
sungai dengan menggunakan air limau yang direbus di air hangat. Jadi secara umum dapat
dikatakan bahwa balimo limo adalah mandi di sungai dengan jumlah sekurang – kurangnya
lima orang dengan menggunakan air limau atau pangir. Air limau atau pangir adalah
dedaunan wangi yang terdiri dari daun pandan, daun serai wangi, daun nilam, mayang
pinang. Seluruh dedaunan ini direbus hingga mendidih dan memancarkan aroma yang sangat
harum. Saat mandi di sungai air ini dibilaskan ke seluruh tubuh, mulai kepala, rambut hingga
ujung kaki.

Didalam tradisi balimo limo ini memang masih banyak sekali masyarakat pesisir
sibolga yang menjalankan tetapi ada juga masyarakat pesisir sibolga yang tidak menjalankan.
Menurut pandangan saya sebagai peneliti menurut infoman pertama yaitu Ibu Eli Daraya
Rambe, Ibu Eli beserta keluarga memang tidak menjalankan tradisi tersebut karena memang
mereka bukan berasal dari Sibolga jadi menurut Ibu Eli Daraya Rambe dan keluarga tradisi
balimo – limo memang tidak terlalu penting untuk dijalankan dan juga menurut Ibu Eli
Tradisi balimo – limo bukanlah tradisi yang dianjurkan oleh Agama Muslim maka dari itu
Ibu Eli dan keluarga tidak menjalankan tradisi balimo- limo.

B.SARAN

1. Tradisi Balimo – limo adalah tradisi mandi di sungai dengan tujuan untuk
membersihkan diri dan juga menyucikan diri yang dimana tradisi balimo limo ini
adalah bentuk warga masyarakat pesisir Sibolga yang Bergama Islam untuk
menyambut bulan suci Ramadhan, jadi memang ada baiknya untuk semua warga
sibolga untuk menjalankan tradisi balimo – limo ini.
2. Tradisi balimo – limo juga sampai sekarang masih dijalankan oleh warga Sibolga,
tradisi balimo – limo tidak harus dilakukan di sungai , melainkan bisa juga
dilakukan di Toilet pribadi tetapi tetap memakai air limau tetapi memang lebih
afdol jika dilakukan di Sungai bersama – sama dengan masyarakat lainnya, jadi

21
untuk masyarakat yang ingin melaksanakan balimo – limo juga bisa
melaksanakanya di toilet pribadi.
3. Tradisi balimo – limo tidak ada sangkut pautnya oleh ajaran agama Islam karena
tradisi ini adalah murni dari warisan nenek moyang jaman dahulu. Maka jika ada
masyarakat yang mengatakan jika tradisi balimo – limo harus wajib dilakukan itu
tidak benar, karena pada hakikatnya tradisi balimo – limo ini dilakukan karena
untuk meneruskan warisan nenek moyang agar tetap terlestarikan. Jadi untuk yang
mengatakan tradisi balimo limo adalah ajaran didalam Alquran itu salah karena,
Alquran dan hadis tidak ada menjelaskan mengenai tradisi ini sehingga tidak
menjadi masalah jika tidak melaksanakan tradisi balimo – limo ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.ceritasibolga.com/2015/01/tradisi-balimo-limo-sibolga-tapanuli.html

http://www.academia.edu/download/50048841/artikel_sibolga.docx

22
LAMPIRAN

FOTO INFORMAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai