Anda di halaman 1dari 15

MEMBANGUN KARAKTER ANAK MELLAUI PENANAMAN NILAI-

NALAI MORAL PRTUAH BATAK MANDAILING

“Disusun untuk memenuhi tugas Rekayasa Ide dalam Mata KuliaH Filsafat
Pendidikan”
Dosen Pengampu : FAHRUR ROZI, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :
DHEA WIRANDA
ROYNDAH HUTABARAT
AHANDRINA FARHANI
WINDA MARIA HABEAHAN
ZIDNY ULFI HASANA
ZULAIKHA HALIM SIREGAR

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017

15
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugerah-Nya yang melipah sehingga saya dapat menyesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas rutin.
Terima kasih kepada bapak FAHRUR ROZI, S.Pd, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan tugas mengenai “Membangun Karakter Anak Mellaui Penanaman Nilai-
Nalai Moral Prtuah Batak Mandailing”. Tidak lupa pula saya mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang membantu dan memberi masukan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah yang saya susun ini bermanfaat bagi pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun untuk ke depannya lagi.
Semoga makalah yang saya buat ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, November 2017

Penulis

15
Daftar Isi

Cover.......................................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Isi..................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................... 4
A. Latar Belakang...................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 6
C. Tujuan Makalah..................................................................................................... 6
D. Manfaat Makalah................................................................................................... 6
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................ 7
A. BATAK MANDAILING....................................................................................... 7
B. PENDIDIKAN KARAKTER................................................................................ 9
C. MEMBANGUN KARAKTER ANAK DARI PETUAH MANDAILING........... 11
BAB III : PENUTUP................................................................................................ 12
A. Kesimpulan............................................................................................................ 12
B. Saran...................................................................................................................... 13
Daftar pustaka............................................................................................................ 13

15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang


sangat beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya. Budaya juga
merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta perlu dilestarikan
agar kebudayaan kita tidak hilang dan bisa menjadi warisan anak cucu kita kelak. Hal
ini tentu menjadi tanggungjawab para generasi muda dan juga perlu dukungan dari
berbagai pihak, karena ketahanan budaya merupakan salah satu Identitas suatu
negara. Kebanggaan bangsa indonesia akan budaya yang beraneka ragam
sekaligusmengundang tantangan bagi seluruh rakyat untuk mempertahankan budaya
lokal agar tidak hilang ataupundicuri oleh bangsa lain.
Diantara banyaknya budaya di Indonesia, budaya batak merupakan salah
satunya. Suku batak ini terdiri atas banyak bagian yaitu ada batak mandailing, batak
Toba, Batak Simalungun dan lain sebagainya.
Di dalam tiap-tiap budaya batak ini terdapat nilai-nilai yang terkandung
sendiri di dalamnya, bahkan banyak budaya batak yang sangat cocok di jadikan
sebagai aplikasi dan media pembentukan karakter anak.
Tiap-tiap suku memiliki kaidah-kaidahnya masing-masing begitu juga aturan-
aturan tersendiri, tiap suku juga memilki prinsip-prinsipnya masing-masing, seperti
budaya batak terutama batak Mandailing banyak memiliki petuah-petuah yang dapat
di jadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sekarang dan di masa yang akan
datang.
Nilai-nilai yang terknadung di dalam petuah-petuah tersebut sangatlah
luarbiasa dan sangat bagus untuk di terapkan dalam kehidupan. Petuah-petuah di
dalam Batak Mandailing biasa di sebut sebagai “ UMPAHASA’. Umpahasa ini
biasanya berisikan ajaran-ajaran moral yang di turunkan secara truun terumurun dan
menjadi suatu tradisi dan dijadikan sebagai pedoman hidup bagi yang mengetahuinya.
Pendidikan bukan hanya sekedar belajar untuk pengetahuan saja tetapi juga
untuk membentuk karakter yang memiliki moral dan perilaku yang dapat di andalkan.
Umpahasa-umpahasa dalam batak mandailing juga sangat bagus dijadikan suatu
bahan ajar untuk membentuk karakter anak bangsa, apalagi anak sekarang yang tidak
mengenal budayanya lagi.
Melalui pembentukan karakter melalui Umpahasa anak jug adapat lebih
mengenal bagaimana budaya Batak Mandailing dan mengetahui bagaimana bahasa
dan umpahasa serta artinya di dalam bahasa Indonesia.

15
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, rumusan masalah dalam


makalh ini dpat dirincikan sebagai berikut :
Bagaimanakah budaya Batak Mandailing itu?
Apa itu pendidikan karakter dan bagaimana pendidikan karakter itu?
Bagaimanakah implimentasi Budaya Batak Mandailing di dalam pendidikan
karakter itu ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari


pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Menjelaskan apa dan bagaimana budaya Batak Mandailing
Menjelaskan apa dan bagaimana pendidikan karakter
Menjelaskan bagaimana implimentasi budaya Batak Mandailing di dalam
pendiidkan karakter.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut :


Bagi penyusun, makalah ini dapat dijadikan pembelajaran dalam menulis
makalah yang baik dan menambah pengetahuan tentang materi kebudayaan
lokal Mandailing
Untuk menambah wawasan pembaca tentang pendidikan karakter
Bagi pembaca, makalah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran terhadap mata
kuliah terkait.
Untuk menambahkan ilmu dan bagaimana implimentasi hubungan antara
pendidikan karakter dengan budaya Batak Mandailing.

15
BAB II
PEMBAHASAN

A. BATAK MANDAILING
Suku Batak Mandailing adalah salah satu suku dari sekian banyak Rumpun
Batak yang telah lama hidup dalam suatu komunitas di kabupaten Mandailing-Natal,
penyebaran juga terdapat di kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas
Utara, dan sebagian kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di provinsi Sumatera
Utara. Orang Mandailing juga menyebar hingga ke wilayah provinsi Sumatra Barat,
seperti di kabupaten Pasaman dan kabupaten PasamanBarat.
Suku Mandailing memiliki adat, budaya dan bahasa sendiri. Mereka berbicara
dalam bahasa Mandailing. Bahasa Mandailing sendiri sangat berkerabat dengan
bahasa Batak Angkola dan Batak Toba. Dilihat dari tradisi budaya, adat dan bahasa
terdapat keterkaitan erat di masa lalu antara suku Batak Mandailing dengan suku
Batak Angkola, Toba dan Padang Lawas.Selain itu mereka juga diperkirakan masih
terkait hubungan di masa lalu dengan suku Batak Rokan dan sukurao.
Suku Mandailing ini berada di antara beberapa kebudayaan besar, yaitu
budaya Batak Toba, Batak Angkola dan budaya MinangkabauDi wilayah
Minangkabau mereka berbaur dengan suku setempat, melepas adat-istiadat aslinya,
dan membentuk suatu komunitas yang disebut "mandailing" sesuai dengan nama
tempat asal mereka "Tanah Mandailing". Oleh karena dialek orang Minangkabau
yang susah menyebut "mandailing", maka komunitas merekapun terucap sebagai
"Mandaihiliang". Jadi yang terjadi adalah sekelompok orang Mandailing bermigrasi
ke Minangkabau, bukan sebaliknya. Perjalanan orang Mandailing di Minangkabau di
masa lalu banyak terjadi di wilayah Pagarruyung di Minangkabau.
Penduduk suku Batak Mandailing mayoritas adalah beragama Islam. Berbeda
dengan orang Batak Toba yang beragama Kristen. Tapi kedua suku bangsa ini
berawal dari sejarah asal usul yang sama.
orang Batak Utara (Toba), misalnya:
 ketika menyambut pengantin di rumah pengantin laki-laki. Masyarakat
Mandailing selalu menyambutnya dengan ucapan horas...horas...horas
 ketika bayi lahir, biasanya akan dibawa keluar rumah (dipatutoru), biasanya
bakar kemenyan di luar rumah, agar bayi yang telah terlahir tidak mendapat
gangguan roh halus.

15
 adanya Gordang yang hampir bersamaan. (Gordang sambilan di tanah
Mandailing Godang)
 banyaknya persamaan nama gunung, nama desa dan nama sungai di tanah
Batak Mandailing dan Batak Toba.
 adanya acara mangupa-upa bila ada pesta perkawinan di tanah Mandailing
 adanya tarian Tor-tor
 adanya cara-cara menyiram sesuatu yang baru kita beli. Biasa diberi
nama ipangir, agar terlepas dari marabahaya
 adanya Ulos
 adanya hata-hata yang bersamaan cara merangkai kalimatnya bila ada pesta
ataupun pertemuan adat.
 adanya istilah-istilah dalam hubungan kefamilian seperti anak boru,
kahanggi, mora, harajaan, ula-ula dan lain-lain.
 adanya tarombo (silsilah) yang membuktikan adanya hubungan urutan marga.
Dalihan Na Tolu merupakan fondasi budaya Angkola-Sipirok, Padang Lawas dan
Mandailing, yang saat ini lambat laun mengalami ancaman kepunahan.
Pada Dalihan Na Tolu terdapat 3 unsur, yaitu:
1. Kahanggi, adalah kelompok yang mengayomi.
2. Anak boru, adalah kelompok yang melaksanakan tugas.
3. Mora, adalah kelompok yang dalam posisi penasehat.
Pada Dalihan Na Tolu terdapat 109 nilai, yang diperas menjadi 9 nilai budaya utama,
yaitu:
1. Kekerabatan, mencakup hubungan primordial, suku, kasih sayang atas dasar
hubungan darah dan perkawinan.
2. Religi, mencakup kehidupan beragama.
3. Hagabeon, mencakup banyak anak-cucu serta panjang umur.
4. Hasangapon, kemuliaan, kewibawaan dan kharisma.
5. Hamaraon, mencakup kekayaan yang banyak tapi halal.
6. Hamajuon, mencakup kemajuan dalam menuntut ilmu pengetahuan.
7. Hukum, mencakup “ptik dan uhum’’ dalam rangka menegakkan kebenaran.
8. Pengayoman, nilainya lebih kecil dari 7 unsur lainnya, karena orang Angkola-
Mandailing harus mandiri.
9. Konflik, mencakup terjadi pertarungan kekuatan tentang masalah tanah dan
warisan.
Selain itu dalam Batak Mandailing juga banyak petuah-patuah yang dapat di ajarkan
kepada anak-anak untuk menjadi bekal. Biasanya petuah ini berisikan kalimat-
kalimat nasehat yang ditanamkan kepada anak untuk di pergunakan dalam kehidupan
sekarang ataupun di masa yang akan datang.

15
B. PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik. Menurut wikipedia Pendidikan adalah pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan
secara otodidak.
Pendidikan karakter kini menjadi salahsatu wacana utama dalam kebijakan
nasional di bidang karakter Pendidikan. Seluruh kegiatan belajar serta mengajar yang
ada dalam negara indonesia harus merujuk pada pelaksanaan pendidikan Karakter.
Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun
karakter pribadi atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara. Dalam kamus
lain Pendidikan Karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya
terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.
Dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan dalam
mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU SIKDIKNAS
menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa.
Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Berikut merupakan beberapa pengertian Pedidikan karakter berdasarkan Undang-
Undang dan para pakar/ahli yang saya kutip dari berbagai sumber:
 Menurut Suyanto
Pendidikan karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, maupun Negara
 Menurut Kertajaya
Pendidikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.
Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individe
tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak,
bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.
 Menurut Kamus Psikologi

15
Menurut kamus psikologi pendidikan karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan berkaitan dengan sifat-sifat
yang relatif tetap. (Dali Gulo, 1982).
 Menurut Thomas Lickona
Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang
sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang
inti.
Fungsi pendidikan karakter karakter adalah untuk mengembangkan potensi
dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikiran yang baik.
Dengan fungsi besarnya untuk memperkuat serta membangun perilaku anak bangsa
yang multikultur. Selain itu pendidikan karakter juga berfungsi meningkatkan
peradaban manusia dan bangsa yang baik di dalam pergaulan dunia. Pendidikan
karakter dapat dilakukan bukan hanya di bangku sekolah, melainkan juga dari bergai
media yang meliputi keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta media
tegnologi.
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bekerja sama atau bergotong royong. Selain
itu Pendidikan karakter juga membentuk bangsa mempunyai jiwa patriotik atau suka
menolong sesama, berkembang dengan dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan
serta teknologi, beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.
Secara umum untuk mewujudkan pendidikan karakter dapat dilakukan
melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Saling melengkapi dan
mempercayai dan diatur dalam peraturan dan undang-undang. Pendidikan formal
dilaksanakan secara berjenjang dan pendidikan tersebut mencakup pada pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, evokasi keagamaan dan khusus. Dalam
pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui jenjang pendidikan yang
diimplementasikan pada kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang memuat
pelajaran normatif, adaptif, produktif, muatan lokal, dan pengembangan diri.
18 Nilai-nilai Karakter Berdasarkan Budaya Bangsa
1. Religius 10. Semangat Kebangsaan
2. Jujur 11. Cinta Tanah Air
3. Toleransi 12. Menghargai Prestasi
4. Disiplin 13. Bersahabat/komunikatif
5. Kerja Keras 14. Cinta Damai
6. Kreatif 15. Gemar Membaca
7. Mandiri 16. Peduli Lingkungan
8. Demokratis 17. Peduli Sosial
9. Rasa Ingin Tahu 18. Tanggung Jawab

15
C. MEMBANGUN KARAKTER ANAK DARI PETUAH MANDAILING
Adat adalah kebiasaan yang sudah disepakati bersaam yang berlangsung
secara turub-menurun. Adat mengatur cara hidup atau perbuatan setia orang dalam
kelompok masyarakat tertentun yang mengakui adat tersebut. Budaya adalah pikiran,
akal budi yang berrati merupakan hasil daya cipta manusia yang diyakini dapat
mengatur dan membimbing pola pikir, perasaan dan tingkah lakuatau perbuatan
setiap orang dalam lingkungan adat dan budaya tersebut.
Tidak lain halnya dengan masyarakat Batak Mandailing yang memiliki banyak adat
dan budaya yang turun menurun sudah menjadi suatu tradisi yang cocok untuk
ditanamankan dan diwariskan kepada generasi muda sekarang.
Melihat situasi sekarang ada baiknya pendidikan karakter diberikan berbasis
kebudayaan dengan petuah-petuah dari berbagai daerah, salah satunya adalah petuah
Batak Mandailing. Petuah-petuah pada Batak Mandailing sudah ada sejaka dahulu
dan tidak hanya digunakan oleh mereka yang berada di daerah asal, tetapi oleh
mereka juga dimana suku Batak Mandailing berada.
Batak Mandailing sebenarnya tidak jauh berbedadaei Batak Toba, adat dan
kebiasaannya juga masih memiliki persamaan, begitu juga dengan petuah-petuah
yangada, petuah sellau berisikan ajaran moral yang mangarahkan suku mandailing
unutk hidup bersama dengan damai dan sejahtera.
Ada banyak contoh petuah-petuah yang cocok untuk diterapkan dan
diajarakan unutk membentuk karakter anak sekarang dengan berbasis kebudayaan
mandailing.
 Sada huat tu jolo, dua huat tu pudi., artinya adalah Setiap perbuatan kita harus
dapat kita pertanggungjawabkan.
Melalui prtuah ini kita dapat mengajarkan anak untuk menanamkan nilai-nilai
tanggung jawab kepada anak. Dengan prtuah ini kit amengajarkan anak bahwa kita
dalam melakukan segal sesuatu harus bisa di pertanggungjawabkan.
 Ulang di suan bulu naso marmata, artinya adalah Jangan mengerjakan
pekerjaan yang sia-sia.
Melalui prtuah ini kita dapat mengajarkan anak untuk tidak melakukan hal yang sia-
sia melainkan melakukan hal-hal yang bermnafaat untuk dirinya dan orang lain.
 Pitu batu batu martindi, na partoru i do na dokdohan, artinya Pekerjaan
(ulaon) yg dikerjakan oleh banyak orang, tapi hanya satu orang yang
bertanggung jawab penuh.
Melalui petuah ini kita mengajarkan anak untuk selalu bekerja sama dalam kelompok,
dan menjalankan peran sesaui dengan peran yang dimiliki oleh masing-masing orang
sehingga semua orang memiki tugas dan tanggung jawab yang sama.

15
 Gagak halimponan unduk dapot-dapotan, artinya adalah Seseorang yg tinggi
hati Akan mendapat celaka atau kerugian, tetapi orang yang rendah hati Akan
mendapatkan keberuntungan/ berkat.
Melalui petuah ini kita dapat menagajrkan anak untuk menjadi pribadi yang baik hati
dan rendah hati ,contohnya unutk tidak sombong dan piih-pilih kawan dalam
berteman dimana orang-orang yang sombong akan selalu mendatangkan keburukan
dan sebaliknya orang yang baik akan selalu mendapat berkat.
 Arop roha di halihi na habang, amporik na dung dapot pemanalua
mangaropkon parlaboan na godang, labo na menek niambungkon, artinya
adalah mengharapkan untung yang besar, untung yang sedikit yang sudah di
tangan diabaikan.
Melalui petuah ini kita dapat mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang lebih
bersyukur dan menjadi pribadi yang menerima sesuatu dengan tidak mengaikan
sesuatu karna merasa apa yang didapkan masih kurang dan tidak sesaui dengan
harapan.
 Aek lalu, batu sohalak naso mengihutkon parubaan ni maso, parpikiran dohot
pangalahoina laing tongtong songon na salolotna on, artinya adalah orang
yang tak mau mengikuti perkembangan zaman, keadaan dan cara
berpikirannya tetap seperti pada masa yang lampau
Melalui ini kita dapat mengajarkan anak untuk berkembang mengikuti zaman untuk
membentuk kualitas yang lebih baik, misalnya dengan mengajak anak untuk
mengenal internet dan kegunaannya untuk kepentingan belajar.
 Ancimun tuminggang duri, laing ancimun do mabugang muda maralo iba
dohot halak na beteng sanga na sangap, haru ia pe na sala, laing iba do na talu
artinya adalah kalau orang besar (berpangkat) yang menjadi lawan, biarpun
dia yang salah, kita juga yang kalah.
Melalui ini kita dapat mengajarkan anak untuk tidak menjadi anak yang selalu
memanfaatkan segala kekayaan dan tidak menjadi seperti orang yang memiliki
pangkat untuk berbuat sesuatu dengan sesuka hatinya.
 Asing padangna asing siaporna, artinya lain daerah, lain
serangganya/penghuninya.
Melalui petuah ini kita dapat mengajarkan anak untuk selalu dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya serta mengenal lebih baik bagaimana masyarakat serta orang-
orang yang ada.
 Muda batu bonom, muda luti mumbang, artinya batu gampang tenggelam dan
kayu gampang hayut.
Melalui petuah ini kita mengajarkan anak untuk bisa menyesuaikan diri dimana pun
lingkungannya dan bagaimanapun keadaan orang di dalamnya agar kita dapat selalu
di terima di dalam pergaulan.

15
 Alilu saginjang ni pamatang balanjo ulang lumobi sian pangomoman , artinya
lebih banyak belanja daripada pendapatan yang datang.
Melalui petuah ini kita mengajrkan anak untuk sellau hidup hemat dan menggunakan
segala seseatu termasuk uang secara hati-hati dan tidak boros dalam menggunakan
sesuatu hal.
 Sadalak na mangan sibodak, soedena hona goina, artinya satu orang yang
makan buah nangka semua terkena getahnya.
Melalui petuah ini kita mengajarkan anak untuk tidak melimpahkan kesalahan yang
di buatnya kepada orang lain dan mengakui kesalahannya sendiri dan tidak
melibatkan orang lain.
 Hara-hara huruk , songon ser-sera, artinya adalah ngajak-ngajak ribut, seperti
nagka muda yang bergetah-getah.
Melalui petuah ini kita mengajak anak untuk mengajarkan anak untuk tidak menjadi
provokator dalam sebuah konflik dan menciptakan suasana yang semakin tidak
kondusif.
 Gakgak songon eme di parlampoengan, oendok songon eme na porgis, artinya
adalah sepreti padi semakin berisi semakin menunduk.
Melalui petuah ini kita mengajak anak untuk meniru ilmu padi yang semakin berilmu
semakin tunduk tidak sperti tong nyaring bunyinya, tidak berilmu tetapi sok pintar
dan banyak omong.
 Handang ni halak nida, handang niba ngada, artinya kandang orang kita
perhatikan, kandang kita sendiri tidak.
Melalui petuah ini kita mengajarkan anak untuk tidak melihat kesalahan-kesalahan
orang lain dan menilaiorang lain tetpai juga untuk mengevaluasi diri sendiri dan
mengoreksi kesalahan masing-masing.
 Songong pidong di djahija-dhahija, manjalop manarehon, artinya seperti
burung di saynag-sayang, selalu menerima dan di terima.
Melalui petuah ini kita mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang menerima
saran dan melaksankannya untuk kebaikan.
 Silalap Api na gor-gor, artinya adalah pemadam api yang besar dan ganas.
Melalui petuah ini kita menanamkan nilai kedamaian kepada anak, kita
mengajarkannya untuk menjadi anak yang cinta damai dan menjadi penengah dalam
permasalahan diri sendiri ataupun teman-temannya.
 Songon galoga na di topi aek mompas toe djae, mompas toe djoeloe, artinya
adalah seperti kayu di terdampar di tepi sungai, terlempar ke kedepan dan ke
belakanng.

15
Melalui petuah ini kita mengajarkan anak untuk menjadi anak yang dapat menetap
pada pendiriannya, tidak plin-plan dan tidak terarah seperti kayu yang terdampar di
tepi sungai yang teroambang ambing di hempas gelombang.
 Hata ni Tuhan di pakaji-kaji, hatani ni jolma di pakijo-pijo, artinya Kata
Tuhan di abaikan, kata-kata orang baru di dengarkan.
Melalui petuah ini kita mengajarkan anak untuk tidak menjadi anak mendengarkan
ajarah manusia tetapi menagbaikan ajaran Tuhan.
Dengan penananaman nilai-nilai moral dari petuah ini dimasa sekarang dan
dimasa yang akan datang dapat menjadi suatua alternatif utama dalam pembnetukan
karakter anak dengan cara pengenalan budaya sekaligus menanamankan nilai-nilai
budaya tersebut.

BAB III
PENUTUP

15
A. KESIMPULAN
Suku Batak Mandailing adalah salah satu suku dari sekian banyak Rumpun
Batak yang telah lama hidup dalam suatu komunitas di kabupaten Mandailing-Natal,
penyebaran juga terdapat di kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas
Utara, dan sebagian kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di provinsi Sumatera
Utara. Orang Mandailing juga menyebar hingga ke wilayah provinsi Sumatra Barat,
seperti di kabupaten Pasaman dan kabupaten PasamanBarat.
Batak Mandailing memiliki begitu banyak budaya dan banyak
petuah/umpahasa yang berisikan ajaran moral tentang cara bersikap dan hidup dalam
masyarakat.
Pendidikan karakter kini menjadi salahsatu wacana utama dalam kebijakan
nasional di bidang karakter Pendidikan. Seluruh kegiatan belajar serta mengajar yang
ada dalam negara indonesia harus merujuk pada pelaksanaan pendidikan Karakter.
Melihat situasi ini ada pendidikan karakter berbasis budaya sangatlah baik,
selain mengenalkan budaya kepada anak juga dapat membentuk karakter anak
melalui nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran-ajaran moral dalam petuah
tersebut.
Semakin banyak kita mengajarkan anak tentang petuah-petuah daerah
semakin bagus karakter anak yang akan terbentuk jika dapat terlaksanakan dengan
baik dan di tanamkan secara menyeluruh ke dalam diri tiap masing-masing anak.
Dengan penananaman nilai-nilai moral dari petuah ini dimasa sekarang dan
dimasa yang akan datang dapat menjadi suatua alternatif utama dalam pembnetukan
karakter anak dengan cara pengenalan budaya sekaligus menanamankan nilai-nilai
budaya tersebut.

B. SARAN
 Untuk menambah informasi lebih dalam lagi, pembaca diharap mencari
sumber yang lain agar informasi yang diperoleh lebih banyak dan lengkap
lagi.
 Pembaca dan penulis diharapkan dapat mengerti dan memahami secara
mendalam dalam materi yang telah dijabarlkan dalam makalah
 Untuk pembaca dan penulis diharapkandapat mengembangkan ide-ide lain
dalam pembentukan karakter anak.

Daftar pustaka
Purba,Edwar dan Yusnadi. 2017.Filsafat Pendidikan. Medan : MEDANPRESS

15
Suyitno, Iman. 2012. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN
BUDAYA BANGSA BERWAWASAN KEARIFAN LOKAL.
https://www.google.co.id/search?
ei=CHITWumZE8bQ0ASHzoKYCQ&q=PENDIDIKANKARAKTER+ADALAH+P
RF&oq=PENDIDIKANKARAKTER+ADALAH+PRF&gs_l=psyab.3...17868.18154
.0.18995.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.psy-ab..0.0.0....0.YBJ3g4HG4xo#

Rendra.2015. Budaya Mandailing. Diakses pada tanggal 18 November 2017.


https://www.google.co.id/search?
ei=KXITWoPEJYGF0wT1yIKwAw&q=BUDAYA+MANDAILING+ADALAH+pdf
&oq=BUDAYA+MANDAILING+ADALAH+pdf&gs_l=psyab.3...256554.257578.0.
257924.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.psy-ab..0.0.0....0.fOEUgnQbVIE#

15

Anda mungkin juga menyukai