Dosen Pengampu ;
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
karunia, serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pudarnya Budaya Rabab di Kabupaten Pesisir Selatan” pada mata kuliah Seminar
Pemberdayaan Masyarakat dengan sebaik mungkin. Shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW.
1. Prof. Dr. Solfema, M. Pd. Dan Dr. Lili Dasa Putri, M. Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Seminar Pemberdayaan Masyarakat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Rabab Pasisia adalah salah satu kesenian tradisional khas daerah Pesisir
Selatan,Sumatra Barat. Namun, kesenian tradisional seringkali menghadapi
ancaman kepunahan karena kurangnya minat dari generasi muda untuk
mempelajarinya. Ini mungkin disebabkan oleh pengaruh budaya pop modern dan
perubahan gaya hidup.
Rabab atau barabab sering ditampilkan sebagai bentuk bungo alek (hiasan
kerumunan) pada suatu acara, baik itu pernikahan, hari jadi, atau peresmian acara
penting dalam masyarakat adat Minangkabau. Yang menjadi persoalan saat ini
adalah realitas warisan seni pertunjukan Barabab. Pewarisan keterampilan aktif
dalam menampilkan kesenian tradisional Barabab tidak diwariskan secara lancar
dan terus menerus dari pewaris aktif kepada generasi berikutnya. Seniman Barabab
adalah laki-laki yang berusia di atas 55 tahun dan atau lebih. Bagaimana jika
pewarisan tidak terjadi secara hirarki langsung dari generasi tertua ke generasi
termuda berikutnya? Tentu saja kesenian tradisional Barabab hanya akan tinggal
kenangan dan nama saja, tergantikan oleh gaya musik Barat yang cenderung lebih
digemari generasi muda masa kini, misalnya orgen tunggal, dll.
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi,
hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Rabab Pasisia berasal dari kata "Pasisia" yang merupakan nama sebuah desa
di daerah Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Desa ini dianggap sebagai tempat asal
usul Rabab Pasisia. Rabab sendiri adalah jenis alat musik petik dengan senar yang
khas, sering kali terbuat dari kayu dan kulit kambing.Sejak abad ke-14, Islam mulai
berkembang di wilayah Minangkabau, termasuk Pesisir Selatan. Alat musik Rabab
Pasisia memiliki peran penting dalam ekspresi musik Islami di daerah ini. Rabab
Pasisia sering digunakan dalam pertunjukan seni tradisional yang berkaitan dengan
budaya Islam, seperti tarian Randai dan Ma'randai.
dan pemainannya seiring berjalannya waktu. Pemain Rabab Pasisia biasanya adalah
kaum laki-laki yang terampil dalam bermain alat musik ini. Rabab Pasisia memiliki
peran penting dalam seni dan budaya Minangkabau. Alat musik ini digunakan untuk
mengiringi tarian tradisional seperti Tari Piring, Saluang Tanduak, dan banyak
pertunjukan seni lainnya. Selain itu, Rabab Pasisia juga menjadi bagian integral
Organ tunggal tersebut merupakan suatu bentuk seni modern yang telah
berkembang sangat luas. Hal ini terlihat dari tingginya minat masyarakat saat
menyaksikan pertunjukan di Kabupaten Pesisir Selatan. Hampir setiap minggu,
pertunjukan organ tunggal dilakukan sebagai hiburan di resepsi pernikahan.
Apalagi dengan pesatnya perkembangan organ tunggal, masyarakat kini lebih
mengutamakan organ tunggal sebagai salah satu bentuk seni yang digunakan secara
praktis dalam pernikahan dan acara remaja. Penyajian yang menarik membuat
semua orang bersemangat mengikuti pertunjukan. Akibatnya, apresiasi pecinta seni
terhadap rabab kini semakin menurun, yang tentunya akan berdampak buruk bagi
kelangsungan dan perkembangannya. Pada umumnya masyarakat saat ini tidak
memperhatikan nilai-nilai baik pendidikan maupun moral, mereka hanya melihat
pada kualitas.
Pemeliharaan budaya Rabab Pasisia dan budaya lainnya memerlukan kerja keras
dan komitmen yang berkelanjutan dari masyarakat dan pemangku kepentingan.
Dengan berbagai upaya ini, kita dapat membantu mencegah pemudaran budaya dan
melestarikan warisan budaya yang berharga.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Bagi masyarakat Minang, adat merupakan wajah lain dari kebudayaan
Minangkabau. Hal tersebut menegaskan pengertian kebudayaan sebagai
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat. Kebudayaan itu diekspresikan melalui
kesenian, yang sekaligus merupakan perwakilan lahiriah (surface
representation) dari struktur pikiran manusia yang mendasarinya.
b. Rabab Pasisia berasal dari kata "Pasisia" yang merupakan nama sebuah desa
di daerah Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Desa ini dianggap sebagai tempat
asal usul Rabab Pasisia. Rabab sendiri adalah jenis alat musik petik dengan
senar yang khas, sering kali terbuat dari kayu dan kulit kambing.Sejak abad
ke-14, Islam mulai berkembang di wilayah Minangkabau, termasuk Pesisir
Selatan. Alat musik Rabab Pasisia memiliki peran penting dalam ekspresi
musik Islami di daerah ini. Rabab Pasisia sering digunakan dalam
pertunjukan seni tradisional yang berkaitan dengan budaya Islam, seperti
tarian Randai dan Ma'randai.
c. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pemudaran budaya rabab pasisia
di Kabupaten Pesisir Selatan, antara lain: Perkembangan teknologi dan
budaya modern, kurangnya regenerasi pelestari, dan kurangnya dukungan
pemerintah.
d. Salah satu upaya untuk mencegah pemudaran budaya Rabab Pasisia atau
budaya apapun adalah dengan mengambil langkah-langkah berikut:
pendidikan dan penyuluhan, warisan budaya, dukungan untuk seniman dan
musisi lokal, pertunjakan dan festival budaya, kolaborasi antar generasi,
pemberdayaan komunitas, pengakuan resmi, mendorong partisipasi
masyarakat, pendanaan dan dukungan keuangan, serta jaringan dan kerja
sama.
3.2. Saran
a. Budaya dapat dipandang sebagai warisan yang diteruskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Ini mencakup nilai-nilai, tradisi, dan pengetahuan
yang dilestarikan dan diwariskan. Budaya memainkan peran penting dalam
membentuk identitas individu dan kelompok. Budaya dapat merujuk pada
identitas nasional, etnis, agama, atau bahkan subkultur tertentu.
b. Rabab Pasisia adalah bagian penting dari identitas budaya Minangkabau.
Alat musik ini tidak hanya berperan dalam bidang seni, tetapi juga dalam
menjaga dan merayakan warisan budaya yang kaya dan beragam dari
masyarakat Minangkabau.
c. Pudarnya rabab pasisia merupakan fenomena yang memprihatinkan. Rabab
pasisia adalah salah satu bentuk kesenian tradisional yang memiliki nilai
budaya yang tinggi. Hal ini perlu menjadi perhatian masyarakat dan
pemerintah.
d. Rabab pasisia adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari
Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Alat musik ini memiliki nilai
budaya yang tinggi dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
setempat. Namun, keberadaan rabab pasisia saat ini terancam pudar.
Mencegah hilangnya rabab sebagai kesenian tradisional maka perlu upaya
yang cukup kuat agar tetap lestari.
DAFTAR PUSTAKA