Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sosial Budaya
Indonesia yang berjudul “Sistem Sosial Budaya yang ada di Kalimantan Barat
dalam bentuk Saprahan daerah Sambas”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masiih banyak


kekurangan baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan.
Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami terima
dengan senang hati.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, tiada gading yang
tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah ini mencurahkan kemampuan.
Namun kami sangat menyadari bahwa hasil ini jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan data referensi maupun kemampuan kami.

Semoga makalah ini memenuhi syarat proses kegiatan belajar kami


dalam Mata Kuliah Sosial Budaya Indonesia dan apabila terdapat kejanggalan-
kejanggalan dalam penyusunan makalah ini. Kami mohon maaf dan sekali lagi
kami mengucapkan terima kasih.

Pontianak, 6 Oktober 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................4

2.1 Teori H. MUIN IKRAM .......................................................................4

2.2 Teori MELVILLE JEAN HERSKOVITS ........................................4

2.3 Teori EDWARD BURNETT TYLOR .................................................4

2.4 Teori TYLOR.........................................................................................4

2.5 Teori RATIH...........................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................6

3.1 Definisi Budaya Saprahan ....................................................................6

3.2 Hambatan Dalam Melestarikan Budaya Sapraha .............................6

3.3 Permasalahan Dalam Melestarika Budaya Saprahan........................7

3.4 Cara Melestarikan Budaya Saprahan..................................................8

ii
3.5 Siapa Saja Yang Terlibat dalam Budaya Saprahan...........................9

3.6 Cara Pelaksanaan Budaya Saprahan...................................................10

3.7 Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Budaya Saprahan .............. 11

3.8 Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Budaya Saprahan.............. 11

3.9 Pendapat Kelompok Dalam Melestarikan Budaya Saprahan...........11

BAB IV PENUTUP .....................................................................................13

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................13

4.2 Saran .....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan


17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa, hal ini membuat
Indonesia kaya akan suku, agama, ras, budaya dan tradisi serta memiliki
pemandangan alam yang sangat indah, dilengkapi dengan aneka kuliner yang
menggugah selira. Dari banyaknya keberagaman yang ada di Indonesia,
budaya merupakan salah satu keberagaman yang paling menarik untuk dibahas.
Yang mana keragaman budaya ini memiliki aura yang sangat kuat sehingga
bisa memperkenalkan Indonesia di kancah Internasional. Keberagaman Budaya
yang ada di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dimungkiri
keberadaannya. Sesuai semboyan Bhineka Tunggal Ika, keanekaragaman
tersebut bukanlah perbedaan yang bertentangan tetapi justru persatuan dalam
satu sintetis yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna
persatuan bangsa.

Budaya adalah suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok


manusia, yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi
ke generasi berikutnya. Oleh sebab itulah melestarikan budaya daerah
merupakan tanggung jawab setiap masyarakat. Terlebih, Indonesia memiliki
banyak budaya daerah yang beragam. Budaya Indonesia tak hanya terkait
dengan bahasa daerah, tetapi juga tarian daerah, lagu daerah hingga alat musik
daerah. Melansir buku 'Arif Teman Berlatih dan Belajar Cerdas' terbitan
Gramedia Widiasarana Indonesia, cara melestarikan budaya daerah juga
menjadi bagian mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kesenian & kebudayaan daerah merupakan identitas negara Indonesia


yang tidak dapat terpisahkan. Tapi faktanya, sekarang ini identitas budaya
Indonesia sudah mulai memudar karena arus global, sehingga kondisi yang

1
mengkhawatirkan ini perlu segera diselamatkan. Hal ini makin diperparah
dengan diakuinya budaya Indonesia oleh bangsa lain. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit dalam kehidupan termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Budaya memengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia. Seiring
berjalannya waktu, budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas dalam
peradaban manusia.

Budaya-budaya yang ada di Indonesia merupakan warisan turun-


temurun yang berasal dari nenek moyang kita yang sudah ada sejak dulu. Dari
sekian banyaknya budaya, budaya Saprahan merupakan salah satu budaya yang
cukup menarik untuk dibahas. Budaya ini berasal dari provinsi Kalimantan
Barat tepatnya di daerah Sambas yang letaknya berada di paling ujung barat
laut pulau Kalimantan Barat. Tradisi Saprahan memang sudah ada sejak lama,
akan tetapi belum diketahui secara pasti kapan sejarah masuknya tradisi
saprahan di Kabupaten Sambas. Budaya Saprahan ini memiliki peran dan
fungsi yang sentral serta mendasar sebagai landasan utama dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, karena suatu bangsa akan menjadi besar jika nilai-
nilai kebudayaan telah mengakar dalam sendi kehidupan masyarakat.

Kebudayaan adalah identitas bangsa, oleh karena itu budaya Saprahan


ini wajib dijaga dan dilestarikan. Target dalam melestarikan sebuah
kebudayaan ini pasti akan tertuju kepada generasi muda zaman sekarang
karena merekalah yang akan melanjutkan serta mempertahankan kebudayaan
ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan budaya
saprahan adalah dengan memupuk kesadaran dalam diri untuk mengkuti atau
mempelajari dari budaya Saprahan ini dan memperkenalkan kepada orang-
orang di daerah lain sehingga dapat bertahan dan makin lestari dngan keunikan
budaya yang kita punya. Maka dari itu diperlukan kolaborasi antara pemerintah
dan masyarakat dalam mempertahankan budaya daerah agar tidak terkikis oleh

2
perkembangan zaman. Seharusnya hal ini dapat dijadikan modal untuk
menaikkan citra bangsa di mata dunia sekaligus nilai-nilai fundamental yang
berfungsi merekatkan persatuan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu tradisi saprahan?


2. Apa saja masalah atau hambatan dalam pelestarian budaya saprahan?
3. Bagaimana cara melestarikan budaya daerah agar dapat memajukan
kebudayaan di Kalimantan Barat?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tradisi saprahan.


2. Untuk mengetahui masalah dalam pelestarian budaya saprahan.
3. Untuk mengetahui cara melestarikan budaya agar dapat memajukan
kebudayan yang ada di Kalimantan Barat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI H. MUIN IKRAM

M. Muin Ikram mengatakan bahwa Saprahan bukanlah berasal dari


bahasa Sambas maupun Indonesia akan tetapi kata Saprahan berasal dari Arab.
kata Saprahan mempunyai makna tersendiri, tetapi beliau tidak pasti tahu apa
makna sebenarnya yang terkandung dalam kata Saprahan. Dia menyimpulkan
bahwa makna Saprahan adalah sopan santun dalam beradab, kebersamaan yang
tinggi (gotong-royong).

2.2 TEORI MELVILLE JEAN HERSKOVITS

Herskovits mengatakan bahwa definisi budaya sebagai sesuatu yang turun


temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganik.

2.3 TEORI EDWARD BURNETT TYLOR (1871)

EDWARD (1871) mengatakan bahwa sosial budaya adalah keseluruhan


elemen masyarakat yang berupa adat istiadat, kesenian, kepercayaan, moral,
pengetahuan, berpikir, kemampuan, dan hukum yang diperoleh seseorang
sebagai bagian dari masyarakat yang bersifat kompleks.

2.4 TEORI TYLOR

4
TAYLOR (1990) mengatakan bahwa kebudayaan merupakan kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan
setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat.

2.5 TEORI RATIH

RATIH (2019) menagatakan bahwa Suatu perangkat simbolik dikatakan


sebagai tradisi bilamana perangkat tersebut telah diwarisi dari nenek moyang
secara turun-temurun tidak terputus. Nenek moyang adalah mereka yang
berasal dari generasi di atas nenek, Salah satu yang dapat dilestarikan dari
budaya lokal adalah dalam konteks seni tradisi. Tradisi berarti adat kebiasaan
turun-temurun yang masih dijalankan oleh masyarakat.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Budaya Saprahan

Makan Saprahan merupakan adat istiadat kehidupan dalam masyarakat


Sambas. Berasal dari kata “Saprah” yang artinya berhampar, yakni budaya
makan bersama dengan cara duduk lesehan bersila di atas lantai secara
berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya. Sajian
disantap langsung disuap dengan tangan sedangkan untuk mengambil lauk
menggunakan sendok. Saprahan ini juga memiliki makna yang dimana
melambangkan rasa kebersamaan dan gotong royong dengan falsafat berat
sama sama dipikul ringan sama dijinjing. Jadi dapat disimpulkan dari kata
makan saprahan adalah makan bersama-sama dengan duduk di lantai pada
suatu acara dengan jumlah 5-6 orang.

3.2 Hambatan Dalam Melestarikan Budaya Saprahan

Budaya Saprahan merupakan salah satu diantara banyak budaya yang


masih memiliki aura kebudayaan yang masih kental dan belum terpengaruh
zaman. Oleh karena itulah dalam budaya Saprahan tidak bisa dikerjakan
sembarangan karena setiap tata cara mempunyai makna nilai kearifan lokal.
Budaya ini juga memiliki banyak pantangan atau larangan yang berlaku pada
saat tradisi Saprahan diantaranya dilarang berbicara kotor atau sompral,
mencela, dan dilarang meludah. Jika ada tamu yang bersin, maka dengan
segera meninggalkan tempat dan digantikan dengan yang lain. Para tamu
undangan tidak boleh mengambil bagian yang bukan dihadapannya. Secara

6
harfiah aturan dalam budaya Saprahan sangat merunut pada teori Maslow,
yakni menempatkan kebutuhan makan dalam sebuah kedudukan yang solid
atau sebuah sistem. Oleh sebab itulah menurut masyarakat sekarang yang
sudah nyaman dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi ini
menganggap acara Saprahan terlalu rumit untuk diikuti oleh kalangan
masyarakat tertentu dan pemikiran masyarakat yang sudah terjerumus
perubahan zaman.

3.3 Permasalahan Dalam Melestarikan Budaya Saprahan Meleatan

Budaya Saprahan memiliki nilai budaya yang masih kuat ini juga
memiliki beberapa masalah dalam pelestariannya selain hambatan hambatan
tadi. yang pertama dari pelestarian Saprahan ini adalah karena tradisi Saprahan
ini sudah di anggap kuno di beberapa kalangan masyarakat dan juga banyaknya
budaya-budaya asing yang masuk ke Kalbar, sehingga tradisi saprahan ini
kurang diminati di kalangan masyarakat karena dinilai terlalu ketinggalan
zaman.

Kemudian Perkembangan teknologi dan informasi menjadi salah satu


penyabab cepatnya perubahan pada masyarakat suatu bangsa ditambah dengan
maraknya budaya asing yang hilir mudik masuk kedalam bangsa Indonesia,
Hal ini makin memperkeruh keadaan dikarenakan masyarakat Indonesia yang
selalu ingin mengikuti trend masa kini. Ancaman terhadap era perkembangan
teknologi dan informasi terhadap eksistensi identitas negara tersebut bisa
dinilai dari makin terkikisnya budaya tradisional di kalangan masyarakat
khususnya generasi muda, karena realitas kehidupan generasi muda makin
kurang tertarik terhadap hal - hal yang berbau tradisional dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan budaya tradisional dianggap kuna dan ketinggalan
zaman. Para generasi muda saat ini lebih memilih budaya modern yang
dianggap menarik dan praktis mengakibatkan lunturnya budaya tradisional
pada masa kini.

7
Selanjutnya kondisi ekonomi menjadi salah satu masalah yang umum
didapati untuk mengadakan Saprahan, yang di mana memakan biaya yang
tidak sedikit dan tidak semua masyarakat mampu secara ekonomi untuk
melaksanakan acara Saprahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih
kurangnya apresiasi, pemahaman, komitmen, dan kesadaran tentang arti
pentingnya warisan budaya dengan berbagai kandungan nilai-nilai luhurnya
juga belum optimalnya kerja sama antarpihak, yaitu pemerintah, swasta dan
masyarakat.

Tak hanya itu, sikap nasionalisme individu yang mencintai budaya


tradisional masih sangat rendah, terkadang pola hidup individualisme menjadi
faktor minimnya kesadaran dalam upaya pelestarian budaya tradisional. Selain
individualisme, faktor yang menjadi penghambat dalam upaya pelestarian
budaya tradisional adalah kurangnya sosialisasi dan mediasi dari pihak yang
bertanggung jawab dalam upaya menangani masalah tersebut, Selain itu peran
masyarakat juga sangat penting untuk mengajarkan generasi muda agar
memiliki keahlian untuk melestarikan budaya yang dimilikinya. Namun pada
kenyataannya relasi di lapangan tidak terlaksana secara maksimal sehingga
generasi muda tidak peduli dengan eksistensi budayanya sendiri.

3.3 Cara Melestarikan Budaya Saprahan

Salah satu cara melestarikan budaya daerah yaitu, dengan bergabung ke


komunitas, Karena di sanalah kita dapat menggali lebih jauh tentang informasi
kebudayaan. Selain itu dapat berdiskusi kepada para tokoh yang paham tentang
budaya sehingga dapat meningkatkan minat dan rasa cinta kepada budaya
daerah. Ikuti Kegiatan Kebudayaan Setelah mengetahui informasi mengenai
budaya lokal, kamu dapat mulai mengikuti kegiatan budaya tersebut. Sebagai
contoh, kamu dapat bergabung menjadi peserta dan ikut berpartisipasi dalam
budaya tersebut atau menonton orang-orang melakukan budaya tersebut.

8
Jadikanlah budaya sebagai identitas dan kenali budaya sendiri, sehingga
dapat membantu dalam melestarikan budaya daerah. Contohnya, jika kamu
ialah masyarakat yang berasal dari daerah Sambas, maka kamu harus
mengetahui tradisi budaya apa saja yang ada di daerahmu. Contoh salah
satunya budaya Saprahan, ketahui apa saja ciri khas yang dimiliki budaya
tersebut, hal ini penting karena budaya memiliki ciri khas tersendiri. Jika kita
memiliki pemahaman tentang budaya-budaya daerah, maka pengaruh-pengaruh
dari budaya asing tidak akan mempengaruhi atau dapat menggantikan budaya
daerah yang ada.

Tak hanya itu, keterbatasan biaya juga dapat diatasi dengan saling bahu
membahu dalam pelaksanaan acara Saprahan seperti memberi bantuan berupa
dana ataupun bahan-bahan yang dibutuhkan dan bisa juga dengan
menyumbang tenaga untuk melancarkan acara tersebut.

Kemudian, cinta tanah air merupakan suatu sikap kebangsaan dan


semangat mencintai negara Indonesia. Sikap cinta tanah air dapat kita
cerminkan dengan suatu perilaku membela tanah airnya, menjaga dan
melindungi tanah airnya. Suatu implementasi dari cinta tanah air ini dapat
dilakukan dari hal yang sederhana bagi generasi muda. Dengan
keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia, sebagai generasi muda
sudah sepantasnya bergerak untuk mencintai, menjaga, dan melestarikan
budaya yang sudah turun temurun dari nenek moyang.

Tak mengapa apabila kita generasi muda menyukai budaya asing, akan
tetapi kita sebagai generasi muda harus tetap ingat, mencintai, menjaga, dan
melestarikan budaya Saprahan yang merupakan suatu warisan budaya di
Indonesia.

Dalam berpartisipasi mewujudkan sikap cinta tanah air dapat dilakukan


oleh generasi muda dengan mengikuti kegiatan kebudayan dan turut membantu
dalam pelaksanaanya. Pada masa pandemi saat ini, generasi muda dapat
mewujudkan sikap cinta tanah air dengan cara menyebarkan dan mencari

9
informasi terkait kesenian yang ada di tanah air dengan memanfaatkan media
sosial.

3.4 Siapa Saja Yang Terlibat Dalam Budaya Saprahan

Tradisi budaya saprahan memang tidak terlepas dari semangat gotong-


royong. Misalnya, dalam hajatan perkawinan. Tentu untuk menggelar hajatan
itu butuh tenaga kerja. Di sinilah warga kampung kemudian keluar bersama
sebagai wujud gotong-royong. Kemudian tokoh masyarakat yaitu kepala desa
menghadiri rapat acara tujuannya adalah untuk mempersiapkan acara yang
akan di laksanakan. Selanjutnya membentuk panitia pelaksana mulai dari
tukang masak, tukang besurong, ngangkut saprah, kuli aek, petadang, panitia
keamanan serta pemuda-pemuda yang nantinya akan menyukseskan acara.
Setelah itu, tokoh masyarakat memantau langsung dan memberi arahan kepada
pemuda-pemudayang ikut membantu dalam acara tersebut.

3.5 Cara Pelaksanaa Budaya Saprahan

Berkaitan dengan tata cara makan, tidak ada aturan tertulis untuk tata
cara makannya, menghidang, dan menu hidangan yang sedianya disajikan,
tetapi tetap ada etika dan kekhasan yang dijaga. Khusus saprahan di Sambas,
sajian saprahan tetap ada menu nasi sebagai menu utama. Selain menu utama
itu, terdapat lauk-pauk sapi, ikan, dan sayur-mayur. Biasanya, saprahan
diadakan ketika ada acara pernikahan, syukuran, atau selamatan maupun
tahlilan. Tamu yang hadir di acara saprahan biasanya diundang oleh yang
punya hajat, atau tetua kampung secara lisan. Mereka mengistilahkan dengan
‘nyaro’. Asal kata ‘nyaro’ berasal dari kata saroan yang artinya memanggil
atau mengundang.

Sebagai sebuah tradisi, Saprahan yang berupa jamuan makan yang


melibatkan banyak orang dan duduk dalam satu barisan, saling berhadap-

10
hadapan, serta duduk satu kebersamaan, tentu mengingatkan kita pada filosofi
“berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” atau “berdiri sama tinggi, duduk
sama rendah”. Hidangan yang tersaji akan disantap bersama-sama kelompok,
membentuk seperti lingkaran bola, atau memanjang dalam persegi panjang dan
tidak terputus. Menariknya lagi sajian yang disantap tidak menggunakan
sendok, tetapi menggunakan tangan (disuap). Sedangkan untuk mengambil
lauk-pauknya dilakukan menggunakan sendok. Dalam tradisi saprahan
biasanya satu kelompok terdiri dari enam orang sesuai dengan rukun Iman.
Sementara itu, untuk lauk-pauknya yang dihidangkan biasanya lima piring,
yang diartikan dengan rukun Islam. Dan, yang menariknya, tidak ada
perbedaan antara sajian saprahan untuk rakyat biasa dan pemimpin/tokoh di
kampung, semuanya sama saja.

3.6 Peran Pemerintah Dalam Pelestarian Budaya Saprahan

Upaya pelestarian budaya sendiri memerlukan keterlibatan pemerintah


juga memiliki porsi besar dalam tugas besar ini. Sejauh apapun masyarakat
berusaha keras untuk mempertahankan kelestarian budaya dan warisannya,
upaya itu tidak akan berbuah maksimal jika tidak didukung pemerintah. Seperti
halnya yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak
yang menggelar Festival Saprahan Pelajar Tingkat SMP se-Kota Pontianak
yang diikuti sebanyak 170 pelajar dari 17 SMP Negeri untuk menjaga
kebudayaan tradisional agar tidak terkikis oleh zaman.

3.7 Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Budaya Saprahan

Upaya pelestarian budaya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja,


tapi masyarakat juga memainkan peran vital dalam hal ini. Hal pertama yang
bisa dilakukan masyarakay, ialah dengan mempelajari budaya lokal melalui

11
berbagai media agar dapat menambah pengetahuan sehingga menimbulkan rasa
cinta terhadap buday tradisional. Yang kedua, dengan mengikuti kegiatan
buday tersebut agar dapat memahami karakteristik sebuah budaya. Selanjutnya,
jadikan budaya daerah sebagai jati diri, sebab kita akan memiliki rasa bangga
terhadap buday lokal walau pun sedang diterpa badai budaya asing.

3.8 Pendapat Pendapat Kelompok Dalam Melestarikan Budaya Saprahan

Menurut kami upaya melestarikan budaya indonesia di era globalisasi,


ada dua cara yang dapat digunakan untuk upaya mendukung serta ikut serta
melestarikan budaya terutama untuk generasi muda. Upaya pertama yang dapat
dilakukan adalah Culture Experience, yaitu dengan cara ikut serta secara
langsung kedalam pengalaman budaya. Contohnya yaitu jika ada generasi
muda tersebut tertarik dengan budaya musik tradisional, maka ia harus belajar
dan berlatih hingga memahami tradisi tradisional tersebut serta ikut
berpartisipasi dalam tradisi tersebut. Upaya yang kedua adalah Culture
Knowledge, ini ditujukan untuk masyarakat terutama generasi muda yang ingin
menambah pengetahuan mengenai kebudayaan Indonesia dengan cara
membentuk suatu tempat informasi berisi tentang kebudayaan, sehingga tempat
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi. Selain itu, dapat
digunakan untuk memperkenalkan kebudayaan saprahan kedapa generasi
muda.

12
BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Era globalisasi saat ini, ada beberapa tantangan yang besar yang
menjadi ancaman kelestarian budaya saprahan seperti hilangnya minat
masyarakat dalam mengapresiasi budaya daerah, menganggap budaya makan
saprahan ketinggalan zaman sehingga lebih memilih budaya asing karena
terlihat lebih cocok dengan masa kini, dan kurangnya partisipasi masyarakat
dalam menyemarakkan budaya makan saprahan karena dianggap tidak penting.

Oleh karena itu, hal ini merupakan tanggung jawab masyarakat dalam
melestarikan nilai-nilai tradisi luhur seperti, cinta tanah air, nilai solidaritas

13
sosial, dan keramahtamahan yang menjadi identitas budaya yang berfungsi
sebagai perekat persatuan bangsa dalam segenap aspek kehidupan masyarakat.

5.2 Saran

Budaya saprahan sudah ada sejak dahulu dan sudah seharusnya kita
pertahankan agar tidak hilang dikikis zaman. Tugas kita adalah menyadarkan
masyarakat bahwa keberagaman seni budaya dan tradisi telah menjadikan
Indonesia sebagai bangsa yang kaya dengan berbagai bentuk ekspresi budaya
tradisional dan untuk pemerintah juga harus membantu dalam meningkatkan
ketersediaan infrastruktur yang memadai serta kondisi keamanan agar lebih
kondusif sehingga terasa aman dan nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

M. Prawiro. (2018, November 15). PENGERTIAN BUDAYA adalah: Arti,


Unsur, Wujud, dan Faktor Budaya. Retrieved October 4, 2022, from
Pengertian dan Definisi Istilah website:
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html

Kita Indonesia Satu Dalam Keberagaman | Indonesia Baik. (2017). Retrieved


October 4, 2022, from Indonesiabaik.id website:
https://indonesiabaik.id/infografis/kita-indonesia-satu-dalm-
keberagaman

14
‌ditwdb. (2019, November 2). Saprahan Sambas, Memiliki budaya yang unik-
unik - Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Retrieved October 4,
2022, from Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya website:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/saprahan-sambas-memiliki-
budaya-yang-unik-unik/

‌https://kabardamai.id/author/admin. (2022, July 25). Saprahan: Warisan


Budaya Tak Benda yang Harus Dilestarikan. Retrieved October 4, 2022,
from Kabar Damai - Untuk Kebinekaan dan Perdamaian website:
https://kabardamai.id/saprahan-warisan-budaya-tak-benda-yang-harus-
dilestarikan/

Kita Indonesia Satu Dalam Keberagaman | Indonesia Baik. (2017). Retrieved

October 4, 2022, from Indonesiabaik.id website:

https://indonesiabaik.id/infografis/kita-indonesia-satu-dalm-

keberagaman

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA di CANBERRA,

MERANGKAP REPUBLIK VANUATU AUSTRALIA. (2018).

Retrieved October 4, 2022, from Kementerian Luar Negeri Repulik

Indonesia website:

https://kemlu.go.id/canberra/id/read/indonesia/2186/etc-menu

Dwi Prabowo. (2016). Contoh Keragaman Budaya Indonesia. Retrieved

October 4, 2022, from Aanwijzing.com website:

https://www.aanwijzing.com/2018/05/contoh-keragaman-budaya-

indonesia.html?m=1

15
KATADATA. (2022, January 14). Budaya Adalah Cara Hidup, Begini

Penjelasannya. Retrieved October 4, 2022, from Katadata.co.id website:

https://katadata.co.id/amp/safrezi/berita/61e128ff924cd/budaya-adalah-

cara-hidup-begini-penjelasannya

Alfi Yuda. (2021, April 12). Pengertian Budaya, Ciri, Fungsi, Unsur, dan

Contohnya yang Ada di Indonesia. Retrieved October 4, 2022, from

bola.com website:

https://www.bola.com/ragam/read/4529769/pengertian-budaya-ciri-

fungsi-unsur-dan-contohnya-yang-ada-di-indonesia

Indonesia.go.id - Saprahan, Wujud Kesetaraan Dalam Bermasyarakat. (2019).

Retrieved October 10, 2022, from Indonesia.go.id website:

https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/saprahan-wujud-

kesetaraan-dalam-bermasyarakat

‌Kosmayandi, P. (2016, November 30). Budaya Sebagai Identitas Bangsa -

Kompasiana.com. Retrieved October 10, 2022, from KOMPASIANA

website:https://www.kompasiana.com/patrickkosmayandi/583ec50c737a

6137048b4568/budaya-sebagai-identitas-bangsa

16

Anda mungkin juga menyukai