Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT


LAMPUNG PEPADUN”
Dosen Pengampu : Dra. Sowiyah, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

NAMA : ANDHARA HANI PRAMESTY


NPM : 2053053041

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS LAMPUNG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis ucapakan ke hadirat Tuhan yang maha Esa
karena berkat rahmat_Nya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai
“Sejarah Pramuka Indonesia”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi, dan saran.
Hanya kepada Tuhan maha kuasa jualah penulis memohon doa sehingga
bantuan dari berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai
manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan sehingga yang
demikianlah sajalah yang dapat penulis berikan. Penulis juga sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah senlanjutnya.
Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin

Metro, 16 November 2020

PENULIS

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN ................................................................................ I
KATA PENGANTAR .............................................................................. Ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan .......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 6


A. Asal Usul Lampung Pepadun ................................................ 6
B. Nilai Hukum Adat Lampung 6
Pepadun....................................................
C. Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Lampung 8
Pepadun...............................
D. Budaya Masyarakat Pernikahan Pepadun................................... 8

BAB V PENUTUP ................................................................................. 11


A. Kesimpulan ................................................................................ 11
B. Saran ............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki banyak keunikan bahasa dan budaya, seperti beberapa
pulau dari sabang sampai merauk e. Beraneka ragam budaya yang ada di
Nusantara serta adat-istiadat masih dijaga dan dilakukan oleh masyarakatnya.
Peran masyarakat melestarikan adat budaya dan bahasa sungguh sangat penting
dengan cara pembinaan yang mencakup bahasa, aksara, dan budaya. Ragam
budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia beragam baik dari budaya setiap
provinsi yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki ciri khas tersendiri. Budaya di
Indonesia merupakan budaya yang telah lahir sejak nenek moyang sebelum
generasi baru.Budaya harus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Budaya
merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat-istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyakorang cenderung menganggapnya diwariskansecara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu di pelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya
bersifat kompleks, abstrak,dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia. Budaya mengajarkan masyarakat untuk
mempelajari dengan baik dan menjaga situs yng sudah turun temurun
yangdiajarkan oleh nenek moyang. Budaya lahir karena adanya sejarah yang
mejadikan budaya menjadi sebuah ciri khas yang harus dijaga dan di lestarikan
oleh masyarakat setempat.
Salah satu kebudayaan yang terdapat di Lampung khususnya masyarakat
adat Lampung Pepadun di Lampung Utara yang telah ada sejak dulu dan sering
dilaksanakan hingga saat ini adalah Tradisi Pernikahan Adat Pepadun.

1
Masyarakat Lampung Pepadun khususnya selalu mempertahankan adat dan
tardisi dalam pernikahan. Adat pepadun tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat
Lampung Utara dalam resepsi pernikahan adat. Adat ini merupakan adat yang
sudah turun temurun yang diajarkan oleh nenek moyang masyarakat pepadun di
Lampung Utara. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan
alam maupun lingkungan sosial artinya hubungan antara manusia dengan
lingkungan dihubungkan dengan kebudayaan. Jadi terbentuknya kebudayaan
berawal dari timbal balik terhadap keadaan kondisi sosial, ekonomi dan
lainnya. Budaya mengajarkan masyarakat untuk mempelajari setiap sejarah
yang lahir dalam perkembangannya. Budaya tidak akan pernah hilang dari
masyarakat jika masyarakat mampu menjaga dan melestarikan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan asal usul adat Pepadun ?
2. Jelaskan nilai hukum adat Lampung Pepadun ?
3. Jelaskan nilai kearifan lokal pernikahan Pepadun ?
4. Jelaskan budaya masyarakat pernikahan Pepadun ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui asal usul adat Pepadun
2. Untuk mengetahui nilai hukum adat Lampung Pepadun
3. Untuk mengetahui nilai kearifan lokal pernikahan Pepadun
4. Untuk mengetahui budaya masyarakat pernikahan Pepadun

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Usul Masyarakat Adat Lampung Pepadun


Dalam kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung (Abung, Pubian,
Pesisir, dan lain-lain) berasal dari pagaruyung keturunan Putri Kayangan
dari Kuala Tungkal, kerabat mereka menetap di Skala Brak, maka cucunya
Umpu Serunting (Sidenting) menurunkan lima orang anak laki-laki, yaitu
Indra Gajah (menurunkan orang abung), Belenguh (menurunkan orang
pesisir), Pa’lang (menurunkan orang pubian), Panan (menghilang), dan
Sangkan (diragukan dimana keberadaannya).

Menurut cerita rakyat, bahwa penduduk Lampung berasal dari


daerah Skala Brak, yang merupakan perkampungan orang Lampung
pertama-tama. Kemashuran Skala Brak ini dapat dirunut melalui penuturan
lisan turun temurun dalam wewarahan, tambo dan dalung, apabila kita
menanyakan kepada masyarakat Lampung tentang darimana mereka
berasal maka mereka akan menjawab dari bukit dan akan menunjuk
kesuatu tempat danau besar”.2 Oleh karena itu hingga saat ini sejarah
Lampung masih diselimuti oleh ketidak jelasan karena keterbatasan data
dan sumber-sumber sejarah yang akurat serta minimnya penggalian sejarah
yang dilakukan para ahli sejarah.

B. Nilai Hukum Masyarakat Adat Lampung Pepadun


Secara harfiah Nengah Nyappur diartikan sebagai suatu sikap suka
bersahabat, suka bergaul. Nengah nyappur menunjukkan bahwa
masyarakat adat Lampung telah berbekal rasa kekeluargaan yang tentunya
beriringan dengan bersahabat dengan siapa saja, suka bergaul, tidak
membeda-bedakan agama, suku maupun tingkatan. Sikap bersahabat dan
suka bergaul menumbuhkan semangat tenggang rasa atau toleransi dan
suka bekerjasama. Sikap toleransi tersebut kemudian menumbuhkan sikap
penasaran atau rasa ingin tahu, mau untuk mendengarkan serta bereaksi
tanggap dan sigap dan. Oleh karena itu dapat diambil skesimpulan bahwa
sikap nengah nyampur mengarah kepada nilai masyarakat yang mufakat.
Pandai berbaur dan bergaul ini adalah simpul bebas dari Nengah

3
Nyappur dan tetangah tetanggah. Arti dari nengah nyampur dan tetagah
tetanggah itu sebenarnya siap untuk terjun ke masyarakat. Tentu saja
dengan mengedepankan sopan santun dalam artian memahami kewajiban
dan hak. Santun disini yang berarti siap menjadi pihak pemberi, maka
setiap individu sebagaimana dituntut oleh unsur nengah nyampur dan
tetegah tetenggah, harus dapat menjadi pribadi yang memiliki rasa
toleransi tinggi, supel, namun tetap pada prinsip-prinsip yang dipegang
dalam hidupnya, sebagai identitas diri. Dengan begitu maka setiap
individu dituntut untuk tenggang rasa, supel, kaya ide, berprinsip, mampu
berkomunikasi, bercita-cita tinggi, dan mampu bersaing.
1. Nilai Toleransi
Bagi suatu masyarakat pluralistik potensi konflik sangat dimungkinkan
terjadi, seperti halnya: konflik antar umat beragama, konflik antar budaya, konflik
antar etnis, maupun konflik antar kepentingan yang terjadi di masyarakat dari
provinsi atau daerah yang berbeda. Konflik antar pengikut tiap-tiap agama, konflik
ini sangat mungkin terjadi jika tingkat toleransi antar agama tidak terpelihara
dengan baik. Kesepakatan antar pemuka agama untuk hidup berdampingan secara
harmonis dalam menjalankan agamanya masingmasing serta saling menghotmati
dan saling memahami satu sama lain merupakan suatu hal yang mendasar bagi
terhindarnya konflik antar agama, tradisi dan kearifan lokal yang masih ada dan
berlaku di masyarakat berpotensi untuk dapat mendorong keinginan hidup rukun
dan damai karena pada dasarnya agama mengajarkan perdamaian dengan sesama
makhluk hidup, dengan lingkungan dan dengan tuhan Masyarakat Lampung
termasuk tipikal masyarakat multikultural, keberagaman etnis, agama dan ragam
budaya lokal menjadi asset bagi daerah yang dijuluki bumi ruwa jurai.

2. Nilai Sopan Santun


Masyarakat adat Lampung senang saling mengunjungi satu sama lain dan
suka bergaul, berkenalan dengan siapapun sehingga mereka mudah berbaur,.15
Selain sikap toleransi yang tinggi, Nengah nyappur juga memiliki makna seseorang
yang mampu bergaul bukan hanya membaur semata tetapi membaur dengan
menjunjung tinggi nilai sopan santun, nilai sopan santun ini muncul dari rasa
memahami antar suku, antar agama sebagaimana yang disebutkan diatas sehingga
yang muncul bukan hanya rasa toleransi yang tinggi tetapi juga rasa sopan santun
yang dijunjung tinggi oleh tiap-tiap individu masyarakat adat Lampung sebagai

4
wujud pelengkap dari sikap toleransi.

3. Nilai Bekerjasama
Masyarakat adat Lampung dalam kesehariannya yang suka berbincang-
bincang bahkan terkadang sampai berlebihan sehingga menghabiskan banyak
waktu dan melampaui batas, namun ketika dalam memahas hal yang penting
masyarakat adat Lampung suka bahu-membahu, tolong-menolong, juga melakukan
musyawarah, kemudian dalam Nengah nyappur, masyarakat adak Lampung juga
suka bekerjasama, nilai bekerjasama yang dimaksud dalam Nengah nyappur adalah
menjunjung tinggi bermusyawarah dalam kehidupan bermasyarakat, hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat adat Lampung tidak egois dalam menentukan atau
membicarakan suatu permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Nilai Kearifan Pernikahan Masyarakat Lampung Pepadun


Kearifan lokal merupakan unsur bagian daritradisi-tradisi
budaya masyarakat suatu bangsa,yang muncul menjadi bagian-
bagian padatatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan(perkotaan)
dalam geografi kenusantaraansebuah bangsa. Oleh sebab itu
kearifan lokaltidaklah sama pada tempat dan waktu yangberbeda
dan suku yang berbeda juga. Perbedaan ini disebabkan oleh
tantangan alamdan kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem
pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun
sosial. Kearifan lokal yang harus dijaga dalam sebuah budaya adat
pernikahan, yaitu ajaran terdahulu yang tidak bisa ditinggalkan.
Seperti upacara adat dalam adat pernikahan Lampung Pepadun.
Dalam pernikahnnya adat pepadun mempelai pria datang dan
bertemu dengan keluarga wanita pepadun untuk menanyakan
kesanggupan untuk segera dilakukan upacara adat nikah pepadun.
Seperti diarak dari balipendopo desa hingga dibawa kerumah
mempelai wanita. Menurut Eko, B & Putranto, H (2019:20) budaya
pernikahan adat masyarakat merupakan budaya pernikahan yang
membangun adat toleransi agama. Agama yang dianut tidak bisa
ditinggalkan seperti pernikahan yang mengharuskan pernikahan satu
agama. Tujuannya karena dengan meningkatkan dan menjelaskan

5
pernikahan sesuai dengan syariat agama tidak akan memudarkan
toleransi budaya dalam suatu pernikahan baik secara lokal maupun
secara nasional.

D. Budaya Masyarakat dan Pernikahan Lampung Pepadun


Dalam perkawinan Lampung pepadun. kebu-dayaan mencakupi
segala bidang kehidupan manusia, dan juga adat istiadat.
Untukmemahami kebudayaan Lampung dan nilai-nilai budaya yang
terkandung pada prosesi adat perkawinan Lampung pepadun menjadi
cerminan dari budaya regilius, nilai gotong royong sesama masyarakat,
nilai musyawarah mufakat, nilai sosial budaya.
1. Nilai Religius
Nilai religius ini terlihat dari sebagian besar masyarakat Lampung
pepadun adalah agama islam, nilai-nilai islam itu banyak mempengaruhi
nilai budaya, termasuk nilai-nilai dalam adat perkawinan Lampung pepadun.
Dimana dalam nilai religious sebelum pernikahan membacakan ayat suci Al-
Quran bacaan sebelum dan seduah akad nikah dalam masyarakat adat
pernikahan pepadun.

2. Nilai Gotong Royong


Nilai gotong royong sesama masyarakat yang terdapat dalam
perkawinan adat Lampung pepadun adalah cakak sai tuha, intar padang, dan
kampung suku. Disini sanak keluarga, para tetangga berkumpul bekerjasama
untuk membantu melancarkan acara perkawinan adat ini. Karena secara
keinginan sendiri sanak keluarga dan para tetangga datang membantu jika
ada yang mengadakan hajatan. Ini merupakan hal yang diajarkan sejak
dahulu membantu sanak keluarga yang memiliki hajat besar dalam
pernikahan pepadun di Lampung Utara.

3. Nilai musyawarah mufakat


Nilai musyawarah mufakat acara awal sebelum perkawinan cakak sai
tuha. Disini calon mempelai laki-laki beserta keluarga besar dan rombongan
datang ke rumah calon mempelai perempuan menyampaikan niat baik untuk
menikah dan membicarakan kesepakatan hari pernikahan. Selain cakaksai

6
tuha nilai musyawarah mufakat terlihat dalam prosesi acara ngulom adat
dankampung suku. Mengundang para penyimbang dan para tetangga dalam
pembentukan panitia pada rencana perkawinan adatyang akan dilaksanakan,
semua dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab bersama-sama.

4. Nilai Sosial Budaya


Nilai sosial budaya yang terlahirkan adalah mengenalkan budaya
pernikahan adat Lampung Pepadun kepada masyarakat di Lampung. sosial
budaya ini yang akan selalu diajarkan kepada setiap anak cucu dan tidak
bisa dilupakan. Adat ini tidak bisa ditinggalkan. Adat pernikahan pepadun
menjadi budaya yang kuat dan selalu dipertahankan oleh masyarakat
Lampung Pepadun.

Budaya lokal pernikahan adat Lampung pepadun, yaitu


Pelestarian yang dilakukan masyarakat Lampung pepadun dalam
mempertahankan kebudayaan dengan senantisa menjalankan segala
prosesi upacara perkawinan adat yang menjadi bagian dari budaya
itu sendiri. Pelestarian kearifan lokal akan terjadi dengan sendirinya
ketika masyarakat telah melestarikan budaya yang ada. Pelestarian
budaya juga dilakukan dengan senantiasa menjunjung, dan
melaksanakan adat istiadat yang telah diwariskan dari generasi ke
generasi. Menurut Hamid, Stephenson & Rubenson (2010:6) budaya
pernikahan tidak boleh hilang. Pernika-han akan menjujung nilai
budaya masyarakat yang telah lahir sejak nenek moyang mereka.
Dalam sebuah pernikahan wanita akan menjadi pendamping lelaki
yang harus selalu menaati perintah suami sesuai dengan ajaran agama
danbudaya. Pernikahan tidak akan pernah terlepas dari budaya lokal
yang ada dilingkungan masyarakat.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kearifan lokal adalah ciri khas dari bangsa Indonesia yang
memiliki beragam suku adat dan budaya luhur yang tidak ternilai
harganya, maka dari itu perlunya menggali nilai-nilai mulia yang
terkandung didalamnya untuk diaktualisasikan dalam kehidupan
mencakup lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan sekolah. Kearifan lokal juga sebagai pembentuk karakter
sikap tiap-tiap individu di masing-masing masyarakat adat, terjadinya
degradasi moral adalah salah satu akibat kearifan lokal tidak lagi di
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam perkawinan adat pepadun di Lampung Utara yang


dianggap sebagai prinsip kehidupan berupa pedoman, pegangan
,peraturan yang harus dia taati oleh masyarakatnya, sehingga
adat istiadat tersebut dijunjung tinggi oleh masyarakat adat
sebagai sebuah siklus dalam kehidupan berumah tangga,
bermasyarakat dan bernegara. Dalam perkawinan adat

8
Lampung pepadun terdapat nilai-nilai budaya pernikahan yang
tidak bisa ditinggalkan yaitu: nilai religius, nilai gotong royong
sesama masyarakat, nilai budaya, nilai musyawarah mufakat,
nilai kekeluargaan. Pengembangan budaya pernikahan adat
lampung pepadun berjalan secara langsung dan alami dalam
ruangl ingkup informal dan non formal.

B. Saran
Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk
lebih mendalami isi makalah dapat dibaca dalam website rujukan
yang tercantum dalam daftar pustaka. Selanjutnya penulis
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada
pembaca apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun
kekeliruan dalam penyusunan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf/article/download/4301/2912/

https://www.researchgate.net/publication/
341790728_Kearifan_Lokal_Masyarakat_Dalam_Melestarikan_Tradisi_Pernikah
an_Pepadun_di_Lampung_Utara

http://repository.radenintan.ac.id/3439/22/BAB%20%20II-Acc.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai