PEPAOSAN
Disusun Oleh :
1. Alya Kamila Nur (04)
2024/2025
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karena
Tradisi Pepaosan dengan baik medapuh masih banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada selaku Ibu Guru mata pelajaran Muatan Lokal yang telah
wawasan Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkamenambah
serta pegetahuan kita mengenai Tradisi Pepaosan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalh sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi masa depan.
2|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Penyusunan...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Pengertian Pepaosan..............................................................................................................6
A. Kesimpulan..........................................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Keberlangsungan hidup sebuah bangsa sangat di pengaruhi oleh dinamik yang terjadi dan
dialami pemutarnya. Bahasa selalu mengalami perubahan seiring dengan perubahan penuturnya.
Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwa budaya yang ada di sekeliling bahasa tersebut akan
ikut menentukan wajah dari bahasa tersebut. Bahasa dan budaya marupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan karna mereka saling memengaruhi dan saling mengisi. Bahasa merupakan
media pertahanan kebudayaan. Sebuah kebudayaan akan mampu dimengerti, dipahami, dan
dijunjung oleh pemakainya jika masyarakat tersebut mengerti dengan babasa pengantar
kebudayaan tersebut. Oleh sebab itu, bahasa bukan hanya sebagai aspek budaya, melainkan juga
Budaya merupakan ciri khas suatu masyarakat. Untuk itu, budaya perlu dijaga keberadaannya
agar tidak "ditelan" zaman. Namun, kenyataannya budaya yang telah menjadi warisan para
leluhur dan sebagai salah satu kekayaan daerah mulai terkikis karena pengaruh zaman.
Fenomena ini terjadi pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok. Dalam masyarakat Suku
Sasak dikenal adanya budaya pepaosan. Tradisi pepaosan merupakan karya sastra yang
diturunkan dari nenek moyang yang menceritakan atau meriwayatkan cerita masa lalu yang
berkaitan dengan acara yang sedang dilangsungkan. Ditujukan untuk menjalankan adat yang
telah mengakar daging di dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Teks pepaosan memuat
berbagai cerita tentang kehidupan, pembelajaran, nilai-nilai kearifan dan nasihat untuk menuntun
kehidupan. Pepaosan mempengaruhi sisi psikologis pendengarnya sebagai sebuah ceramah yang
4|Page
akan diteladani dari kehidupan Nabi Muhammad SAW maupun tokoh yang diceritakan di
dalamnya.
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
Tujuan membuat makalah tentang pepaosan selain untuk mata pelajaran bahasa Sasak
adalah dapat juga untuk menambah pengetahuan, dengan cara ini pepaosan dapat dilestarikan
karena pada saat ini banyak masyarakat terutama anak muda yang belum mengenal apa itu
pepaosan. Jadi dengan adanya cerita rakyat yang berupa pepaosan semoga dapat dikembangkan
5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pepaosan
Pepaosan adalah bahasa yang digunakan khas Suku Sasak. Secara umum pepaosan adalah
pembacaan naskah lontar. Bahan yang dibaca merupakan sebuah tulisan yang terdapat pada
lontar. Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa pepaosan yaitu pembacaan naskah
lontar dengan tembang atau nyanyian/irama. Ekspresi yang digunakan dalam pembacaan naskah
ini melalui keindahan sebuah kata-kata yang disusun sedemikian rupa membentuk sebuah bait-
bait.
Naskah pada helai-helai lontar dibaca oleh seorang pembaca yang ahli atau pemaos. Pada
umumnya pepaosan dilakukan oleh penggiat dan pelestari kesenian seperti para dalang wayang
sasak dan pembayun. Pembayun ini sebagai tetua/sesepuh yang dipercaya masyarakat untuk
memimpin sebuah perkawinan adat sasak pada peristiwa sorong serah. Pembayun bagi
masyarakat Suku Sasak sangat dihormati seperti pemberian hormat kepada seorang dalang
Bahasa yang digunakan oleh para pembayun, dalang dan juga para priyayi Sasak adalah
Bahasa Kawi (Jawa Kuna). Meskipun masyarakat pada umumnya tidak mampu mengucapkan
bahasa Kawi, sebagian besar masih paham apa yang disampaikan oleh si pembayun.
B. Fungsi Pepaosan
6|Page
Pepaosan menjadi tradisi literasi masyarakat Sasak, sebagai media transformasi nilai dan
sekaligus sebagai strategi pelestarian budaya tulis. Tradisi pepaosan ini di samping sebagai
tradisi sastra, juga terjadi tradisi intelektual melalui Pujangga. Penjelasan terhadap naskah
dilakukan secara berjenjang, sesuai dengan karakter pemirsanya. Karya para kawi yang ada di
Lombok pada umumnya menggunakan pola kisah (ceritera) sebagai media untuk menyampaikan
pengajaran secara berlapis. Dengan pola ini ada masyarakat yang dapat menikmati kisahnya, ada
tingkatan yang membedah simbol-simbol yang ada dalam kisah tersebut dan bahkan ada yang
dapat menjadikannya sebagai media untuk mencapai ajaran ma'rifat. Dalam tradisi pepaosan,
naskah-naskah tertentu dikaitkan dengan ritual atau tradisi tertentu. Misalnya kitab Puspakerma
dibaca pada acara khitanan atau pada saat mulai menanam padi, karena tokohnya adalah
Rajaputera yang masih kanak-kanak yang baru mulai menginjak tanah. Tokoh ini kemudian
diapresiasi dan diresepsi oleh masyarakat sebagai seorang anak yang akan dikhitan atau benih
Kitab Indarjaya biasanya dibaca pada saat panen karena dalam kisah Indarjaya membahas
kesempurnaan diri dengan mengelola nafsu yang berpangkal dari sumber kejadian, tanah, air, api
angin. Kisah ini diidentikkan dengan bagaimana mensyukuri anugrah Yang Maha Kuasa berupa
hasil panen dan bagaimana mengelolanya. Kitab Rengganis, dan Jatiswara sering dibaca pada
acara-acara kenduri perkawinan. Kedua kitab itu memang berisi roman percintaan yang
C. Hikmah Pepaosan
Beberapa hal pokok yang dapat dipetik dari tradisi pepaosan ini adalah:
7|Page
1). Tradisi literasi hidup pada masyarakat tradisi dengan banyaknya masyarakat yang masih
menyimpan naskah takepan dan melaksanakan acara-acara pepaosan. Acara ini selalu menjadi
acara yang dinanti-nantikan oleh masyarakat jika ada warganya yang menyelenggarakan suatu
hajatan. Di kalangan masyarakat tertentu juga melaksanakan acara pepaosan ini secara berkala di
2). Apreseiasi sastra pada masyarakat tradisi cukup tinggi dengan memberikan tempat khusus
pada warga masyarakat yang memiliki keahlian nembang dan sebagai pujangga.
3). Pujangga juga dalam memberikan penjelasan kepada pemirsa, melakukan interpretasi dan
resepsi dan menjadi media pembelajaran masyarakat. Misalnya dengan dengan interpretasi tokoh
dan merepsesikan ketokohan pada masyarakat. Begitu pula simbol-simbol lain yang ada dalam
teks diinterpretasi dan masyarakat merepsesi menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
4). Tradisi intelektual juga berkembang pada acara pepaosan ini, karena terkadang pemirsa dapat
mengajukan pertanyaan pada Pujangga yang sedang berceritera. Pujangga juga sering
memancing tanggapan dari pemirsa secara tidak langsung, misalnya dengan kalimat:
"nunasang......."
8|Page
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kegiatan membaca naskah, yaitu naskah beraksara dan berbahasa Kawi. Selain itu,
Ekspresi yang digunakan dalam pembacaan naskah ini melalui keindahan sebuah kata-
Naskah pada helai-helai lontar dibaca oleh seorang pembaca yang ahli atau
pemaos. Pada umumnya pepaosan dilakukan oleh penggiat dan pelestari kesenian
Bahasa yang digunakan oleh para pembayun, dalang dan juga para priyayi Sasak
B. Saran
9|Page
Saran dalam makalah ini ditujukan untuk penulis maupun pembaca agar menjadi
sarana perbaikan mutu makalah selanjutnya, adapun saran yang diberikan yaitu:
a Sebagai masyarakat Sasak yang baik hendaknya kita lebih menghargai dan
b. Menggali lebih banyak lagi warisan budaya masyarakat Sasak khususnya teks
pepaosan, mempelajari dan menjaganya agar tidak dicuri oleh orang yang tidak
bertanggug jawab.
c. Mempelajari tata cara pembacaan, makna dan prosesi pembacaan teks pepaosan
maupun acara tradisional lain agar tidak punah dan generasi muda tetap dapat melihat
Daftar pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.
Sastromiharjo, Andoyo,, 2011. Bahasa Dan Sastra Indonesia 2, Jakarta: Yudhistira.
Tatang, Atet., dkk. 2009. Bahasa Negeriku, Jawa Tengah: Platinum.
10 | P a g e
11 | P a g e