Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEPAOSAN

Disusun Oleh :
1. Alya Kamila Nur (04)

2. Gina Aulia Harianti (12)

3. I Kadek Satya Wira Darma (15)

4. Lanang Fatahillah (21)

5. Salma Indah Wati Dewata Goyak (31)

6. Suci Rahma Yanti (32)

SMA Negeri 1 Praya

2024/2025
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karena

rahat, karunkami panjakan kehadirat. Nybakan dapat menyelesaikan makalah Danang

Tradisi Pepaosan dengan baik medapuh masih banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga

kami berterima kasih pada selaku Ibu Guru mata pelajaran Muatan Lokal yang telah

memberikan tugas ini kepada kami.

wawasan Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkamenambah

serta pegetahuan kita mengenai Tradisi Pepaosan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa

di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami

berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di

masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga makalh sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi masa depan.

Praya, 21 Februari 2024

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

C. Tujuan Penyusunan...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6

A. Pengertian Pepaosan..............................................................................................................6

B. Fungsi Pepaosan .................................................................................................................6

C. Hikmah Pepaosan....... .........................................................................................................7

BAB III PENUTUP........................................................................................................................9

A. Kesimpulan..........................................................................................................................9

B. Saran....................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keberlangsungan hidup sebuah bangsa sangat di pengaruhi oleh dinamik yang terjadi dan

dialami pemutarnya. Bahasa selalu mengalami perubahan seiring dengan perubahan penuturnya.

Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwa budaya yang ada di sekeliling bahasa tersebut akan

ikut menentukan wajah dari bahasa tersebut. Bahasa dan budaya marupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan karna mereka saling memengaruhi dan saling mengisi. Bahasa merupakan

media pertahanan kebudayaan. Sebuah kebudayaan akan mampu dimengerti, dipahami, dan

dijunjung oleh pemakainya jika masyarakat tersebut mengerti dengan babasa pengantar

kebudayaan tersebut. Oleh sebab itu, bahasa bukan hanya sebagai aspek budaya, melainkan juga

sebagai media pendokumentasian budaya.

Budaya merupakan ciri khas suatu masyarakat. Untuk itu, budaya perlu dijaga keberadaannya

agar tidak "ditelan" zaman. Namun, kenyataannya budaya yang telah menjadi warisan para

leluhur dan sebagai salah satu kekayaan daerah mulai terkikis karena pengaruh zaman.

Fenomena ini terjadi pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok. Dalam masyarakat Suku

Sasak dikenal adanya budaya pepaosan. Tradisi pepaosan merupakan karya sastra yang

diturunkan dari nenek moyang yang menceritakan atau meriwayatkan cerita masa lalu yang

berkaitan dengan acara yang sedang dilangsungkan. Ditujukan untuk menjalankan adat yang

telah mengakar daging di dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Teks pepaosan memuat

berbagai cerita tentang kehidupan, pembelajaran, nilai-nilai kearifan dan nasihat untuk menuntun

kehidupan. Pepaosan mempengaruhi sisi psikologis pendengarnya sebagai sebuah ceramah yang
4|Page
akan diteladani dari kehidupan Nabi Muhammad SAW maupun tokoh yang diceritakan di

dalamnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pepaosan??

2. Apa fungsi dari pepaosan??

3. Apa Hikmah dari pepaosan??

C.Tujuan

Tujuan membuat makalah tentang pepaosan selain untuk mata pelajaran bahasa Sasak

adalah dapat juga untuk menambah pengetahuan, dengan cara ini pepaosan dapat dilestarikan

karena pada saat ini banyak masyarakat terutama anak muda yang belum mengenal apa itu

pepaosan. Jadi dengan adanya cerita rakyat yang berupa pepaosan semoga dapat dikembangkan

lagi agar anak muda zaman sekarang tahu tradisi pepaosan.

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pepaosan

Pepaosan adalah bahasa yang digunakan khas Suku Sasak. Secara umum pepaosan adalah

pembacaan naskah lontar. Bahan yang dibaca merupakan sebuah tulisan yang terdapat pada

lontar. Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa pepaosan yaitu pembacaan naskah

lontar dengan tembang atau nyanyian/irama. Ekspresi yang digunakan dalam pembacaan naskah

ini melalui keindahan sebuah kata-kata yang disusun sedemikian rupa membentuk sebuah bait-

bait.

Naskah pada helai-helai lontar dibaca oleh seorang pembaca yang ahli atau pemaos. Pada

umumnya pepaosan dilakukan oleh penggiat dan pelestari kesenian seperti para dalang wayang

sasak dan pembayun. Pembayun ini sebagai tetua/sesepuh yang dipercaya masyarakat untuk

memimpin sebuah perkawinan adat sasak pada peristiwa sorong serah. Pembayun bagi

masyarakat Suku Sasak sangat dihormati seperti pemberian hormat kepada seorang dalang

Bahasa yang digunakan oleh para pembayun, dalang dan juga para priyayi Sasak adalah

Bahasa Kawi (Jawa Kuna). Meskipun masyarakat pada umumnya tidak mampu mengucapkan

bahasa Kawi, sebagian besar masih paham apa yang disampaikan oleh si pembayun.

B. Fungsi Pepaosan

6|Page
Pepaosan menjadi tradisi literasi masyarakat Sasak, sebagai media transformasi nilai dan

sekaligus sebagai strategi pelestarian budaya tulis. Tradisi pepaosan ini di samping sebagai

tradisi sastra, juga terjadi tradisi intelektual melalui Pujangga. Penjelasan terhadap naskah

dilakukan secara berjenjang, sesuai dengan karakter pemirsanya. Karya para kawi yang ada di

Lombok pada umumnya menggunakan pola kisah (ceritera) sebagai media untuk menyampaikan

pengajaran secara berlapis. Dengan pola ini ada masyarakat yang dapat menikmati kisahnya, ada

tingkatan yang membedah simbol-simbol yang ada dalam kisah tersebut dan bahkan ada yang

dapat menjadikannya sebagai media untuk mencapai ajaran ma'rifat. Dalam tradisi pepaosan,

naskah-naskah tertentu dikaitkan dengan ritual atau tradisi tertentu. Misalnya kitab Puspakerma

dibaca pada acara khitanan atau pada saat mulai menanam padi, karena tokohnya adalah

Rajaputera yang masih kanak-kanak yang baru mulai menginjak tanah. Tokoh ini kemudian

diapresiasi dan diresepsi oleh masyarakat sebagai seorang anak yang akan dikhitan atau benih

padi yang akan ditanam.

Kitab Indarjaya biasanya dibaca pada saat panen karena dalam kisah Indarjaya membahas

kesempurnaan diri dengan mengelola nafsu yang berpangkal dari sumber kejadian, tanah, air, api

angin. Kisah ini diidentikkan dengan bagaimana mensyukuri anugrah Yang Maha Kuasa berupa

hasil panen dan bagaimana mengelolanya. Kitab Rengganis, dan Jatiswara sering dibaca pada

acara-acara kenduri perkawinan. Kedua kitab itu memang berisi roman percintaan yang

digunakan untuk mentransformasi ajaran-ajaran ma'rifat.

C. Hikmah Pepaosan

Beberapa hal pokok yang dapat dipetik dari tradisi pepaosan ini adalah:

7|Page
1). Tradisi literasi hidup pada masyarakat tradisi dengan banyaknya masyarakat yang masih

menyimpan naskah takepan dan melaksanakan acara-acara pepaosan. Acara ini selalu menjadi

acara yang dinanti-nantikan oleh masyarakat jika ada warganya yang menyelenggarakan suatu

hajatan. Di kalangan masyarakat tertentu juga melaksanakan acara pepaosan ini secara berkala di

rumah-rumah yang selalu dihadiri oleh masyarakat sekitar.

2). Apreseiasi sastra pada masyarakat tradisi cukup tinggi dengan memberikan tempat khusus

pada warga masyarakat yang memiliki keahlian nembang dan sebagai pujangga.

3). Pujangga juga dalam memberikan penjelasan kepada pemirsa, melakukan interpretasi dan

resepsi dan menjadi media pembelajaran masyarakat. Misalnya dengan dengan interpretasi tokoh

dan merepsesikan ketokohan pada masyarakat. Begitu pula simbol-simbol lain yang ada dalam

teks diinterpretasi dan masyarakat merepsesi menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

4). Tradisi intelektual juga berkembang pada acara pepaosan ini, karena terkadang pemirsa dapat

mengajukan pertanyaan pada Pujangga yang sedang berceritera. Pujangga juga sering

memancing tanggapan dari pemirsa secara tidak langsung, misalnya dengan kalimat:

"nunasang......."

8|Page
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan materi di atas dapat disimpulkan bahwa ritual pepsosan merupakan

kegiatan membaca naskah, yaitu naskah beraksara dan berbahasa Kawi. Selain itu,

pepaosan yaitu pembacaan naskah lontar dengan tembang atau nyanyian/irama.

Ekspresi yang digunakan dalam pembacaan naskah ini melalui keindahan sebuah kata-

kata yang disusun sedemikian rupa membentuk sebuah bait- bait.

Naskah pada helai-helai lontar dibaca oleh seorang pembaca yang ahli atau

pemaos. Pada umumnya pepaosan dilakukan oleh penggiat dan pelestari kesenian

seperti para dalang wayang sasak dan pembayun.

Bahasa yang digunakan oleh para pembayun, dalang dan juga para priyayi Sasak

adalah Bahasa Kawi (Jawa Kuna).

B. Saran

9|Page
Saran dalam makalah ini ditujukan untuk penulis maupun pembaca agar menjadi

sarana perbaikan mutu makalah selanjutnya, adapun saran yang diberikan yaitu:

a Sebagai masyarakat Sasak yang baik hendaknya kita lebih menghargai dan

melestarikan teks pepaosan maupun adat tradisionl sebagai warisan budaya.

b. Menggali lebih banyak lagi warisan budaya masyarakat Sasak khususnya teks

pepaosan, mempelajari dan menjaganya agar tidak dicuri oleh orang yang tidak

bertanggug jawab.

c. Mempelajari tata cara pembacaan, makna dan prosesi pembacaan teks pepaosan

maupun acara tradisional lain agar tidak punah dan generasi muda tetap dapat melihat

tradisi ini di masa depan.

Daftar pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.
Sastromiharjo, Andoyo,, 2011. Bahasa Dan Sastra Indonesia 2, Jakarta: Yudhistira.
Tatang, Atet., dkk. 2009. Bahasa Negeriku, Jawa Tengah: Platinum.

10 | P a g e
11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai