Anda di halaman 1dari 12

Makalah

NILAI DAN UNSUR BUDAYA DALAM TRADISI


SESENGGAK SASAK

DISUSUN OLEH:
BAMBANG PRASATYA
FARHAN ALFARITZI
MAULIDIA APRIANI
NINDIA RIZKI ILAIYA
VANESYA KHULAILA
WAHYU ARLANJANI

SMAN 1 PRAYA
LOMBOK TENGAH
2022/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Nilai dan Unsur
Budaya dalam Tradisi Sesenggak Sasak”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Muatan Lokal. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indah Sawitri selaku guru mata pelajaran
Mulok. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan orang sekitar.

Praya, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
A. Pengertian Sesenggak Sasak .......................................................................... 2
B. Nilai Sesenggak Sasak ................................................................................... 3
C. Unsur Sesenggak Sasak ................................................................................. 6
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesenggak merupakan salah satu karya sastra lisan yang dimiliki oleh suku
sasak.dalam kamus sasak-indonesia,sesenggak diterjemahkan sebagai
peribahasa.Sesenggak tidak lain adalah bidal yang merupakan bentuk puisi lama yang di
dalamnya tergolong peribahasa,perumpamaan,ibarat,pepatah,tamsil,pemeo,dan kata
arif.Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia,dikatakan bahwa bidal masuk dalam
golongan pribahasa.Artinya pribahasa lebih bersifat umum daripada bidal. Masyarakat
Sasak memiliki banyak sekali peribahasa (sesenggaq) yang digunakan untuk menyatakan
maksud tertentu baik untuk menyatakan perilaku seseorang, menasehati dan bahkan
mengkritik. Semua maksud tersebut terselip dalam tanda-tanda yang ada di dalam
sesenggaq itu sendiri. Setiap sesenggaq memiliki makna tersirat pada setiap tanda yang
ada di dalamnya. Bagi sebagian orang terutama generasi muda mungkin tidak memahami
makna yang diungkapkan dalam peribahasa Sasak kecuali para orang tua dan tokoh adat.
Di dalam sesenggaq terdapat nasehat atau petuah-petuah bijak yang dapat dijadikan
sebuah alat untuk mengkritik dan juga menasehati satu sama lain. Salah satu contoh
sesenggaq Sasak yaitu ‘aiq nyereng, tunjung tilah, empaq bau’.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sesenggak sasak ?
2. Apa saja nilai yang terdapat dalam sesenggak sasak ?
3. Apa saja unsur yang terdapat dalam sesenggak sasak ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui apa pengertian atau apa yang
dimaksud dengan sesenggak,nilai yang terkandung,serta mengetahui unsur budaya apa
saja yang ada pada sesenggak sasak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sesenggak Sasak


Dalam bahasa Indonesia, sesenggaq diartikan sebagai peribahasa. Peribahasa adalah
kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal
yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Telah menjadi
ciri hampir setiap etnis di Indonesia bahwa, ketika berbicara sering disertai peribahasa.
Demikian pula halnya dengan etnis Sasak di Lombok. Masyarakat Sasak memiliki banyak
sekali peribahasa (sesenggaq) yang digunakan untuk menyatakan maksud tertentu baik untuk
menyatakan perilaku seseorang, menasehati dan bahkan mengkritik. Semua maksud tersebut
terselip dalam tanda-tanda yang ada di dalam sesenggaq itu sendiri. Setiap sesenggaq
memiliki makna tersirat pada setiap tanda yang ada di dalamnya. Bagi sebagian orang
terutama generasi muda mungkin tidak memahami makna yang diungkapkan dalam
peribahasa Sasak kecuali para orang tua dan tokoh adat. Di dalam sesenggaq terdapat nasehat
atau petuah-petuah bijak yang dapat dijadikan sebuah alat untuk mengkritik dan juga
menasehati satu sama lain. Salah satu contoh sesenggaq Sasak yaitu ‘aiq nyereng, tunjung
tilah, empaq bau’. Pada sesenggaq tersebut terdapat makna denotasi dan konotasi. Makna
denotasi sesenggaq tersebut yaitu ‘aiq nyereng (air jernih) mendenotasikan air bersih yang
dimanfaatkan oleh manusia untuk di konsumsi’, ‘tunjung tilah (teratai utuh) mendenotasikan
bunga yang tumbuh di permukaan air yang masih dalam keadaan utuh’, ‘empaq bau (ikan
tertangkap) mendenotasikan binatang yang hidup di dalam air dan biasa ditangkap untuk
dikonsumsi oleh masyarakat’. Makna konotasinya adalah ‘aiq nyereng’ bermakna
ketenangan, ‘tunjung tilah’ bermakna tidak ada kerusakan, ‘empaq bau’ bermakna
keberhasilan yang diperoleh. Jika makna konotasi tersebut digabungkan, maka makna
keseluruhan dalam sesenggaq tersebut adalah ‘keputusan yang diambil secara bijaksana akan
memuaskan semua orang, sehingga tidak akan terjadi keributan dan semua orang tidak akan
merasa dirugikan’. Sesenggaq tersebut biasanya digunakan oleh orang tua pada saat
bermusyawarah.

2
B. Nilai Sesenggak Sasak
Sesenggak, Seselip dan Setilah Sasak Telah menjadi ciri hampir setiap etnis di Nusantara
ini bahwa, ketika berbahasa lisan, sering disertai banyak peribahasa, ungkapan-ungkapan
maupun istilah-istilah. Demikian pula halnya dengan etnis Sasak di Pulau Lombok. Orang-
orang Sasak, pengguna bahasa Sasak memiliki cukup banyak sesenggak (peribahasa),
ungkapan-ungkapan (seselip) dan istilah-istilah (setilah) itu. Peribahasa terkadang
digunakannya dalam menyatakan maksud tertentu. Dengan pernyataan (frase), atau kalimat
yang mengandung makna kiasan merupakan tradisinya.
Menyatakan suatu perubahan begitu cepat terjadi, terkadang dengan frase kiasan; “maraq
kunyiq awor apuh” (bagai kunyit bercampur kapur) – langsung menjadi merah. Kunyit yang
tadinya kuning dan kapur yang tadinya putih, jika dicampur dipersatukan, secara cepat akan
melahirkan warna merah. Inilah kiasan dari “perubahan” yang begitu cepat dan drastis
terjadi.
Menyampaikan maksud dengan menggunakan pernyataan singkat yang bermakna luas
disebut ungkapan, sering kita dengar. Untuk menyatakan sifat anak cucu yang sering
mengikuti sifat orangtua, tidak serta merta dinyatakan demikian. Tetapi terkadang dalam
bentuk ungkapan; “mbe yaq lain aiq ngeteq” (kemana bermuaranya air mengalir) kalau tidak
tentunya ke laut.
Sering pula kita dengar orang menggunakan istilah-istilah khusus yang mengandung
makna tertentu dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Kata-kata atau frase tertentu yang
mengandung makna khusus itu, oleh para ahli disebut istilah (setilah).
Menyatakan seseorang yang tinggal berjauhan dengan kekasihnya misalnya. Jika dengan
menggunakan istilah, maka ia akan menyatakannya dengan; “lalang segare” (berjarak laut).
Itulah peribahasa (sesenggak), ungkapan (seselip) dan istilah (setilah) masyarakat suku
Sasak.
Contoh sesenggak Sasak ini sebagai ilustrasi; “Adeng-adeng kuale kenaq” (biar lambat
asal selamat) yang sudah harus kita kaji urgensinya. Mungkin perlu ditinggal karena kita
perlu pekerjaan itu selesai dalam waktu dekat. Mungkin juga lambat tapi selamat, itu penting
karena tidak harus dikejar waktu. Bagaimana mungkin, kita harus berlambat-lambat, jika
yang kita kerjakan adalah, memasang peluru untuk kita tembakkan ke depan musuh yang

3
sedang menyerang? Sebaliknya, mengapa kita harus tergesa-gesa jika kita akan melewati
titian yang di bawahnya ada jurang menganga ketika kita berada di kawasan Rinjani?
Ada pula sebuah ilustrasi ungkapan (sesilip); “kelampan cupak”. Cupak dalam dunia cerita
rakyat Sasak adalah, tokoh yang rakus, yang kerjanya cuma makan, cuma mau enak, cuma
mau mengandalkan orang lain. Kalau “kelampan” (perjalanannya) seperti ini diikuti, rusaklah
bumi ini. Justru nilai yang terkandung dalam ungkapan ini menjadi luhur ketika “orang tidak
ada lagi yang berperilaku demikian”, tidak mau enak sendiri, tidak mau menang sendiri, tidak
hanya mengandalkan orang lain, tetapi hendaklah;“bareng belimas bareng begasap” (sama-
sama membuang air, sama- sama menangkap ikannya). Artinya, bekerja bersama-sama untuk
menikmati hasil secara bersama- sama pula.
Dari ilustrasi peribahasa, ungkapan dan istilah di atas, akan kita temui nilai-nilai yang
bersifat positif. Kita dapat memilih, mana diantaranya yang mengandung nilai positif yang
dapat kita gunakan sebagai pegangan warisan budaya, tidak kita tinggalkan begitu saja.
Sebaliknya, jika memang ada mengandung nilai negatif, kita akan tinggalkan, ibarat kita;
“teteh bangken ulah tipaq aiq kokoh belabur” (membuang bangkai ular ke air sungai yang
sedang banjir), hingga akan hanyut ditelan gelombang di “segare galuh” (laut luas).
Berikut akan kita simak bersama-sama, beberapa ilustrasi sesenggak (peribahasa) sebagai
bentuk rasa cinta dalam berbudaya lokal. Harapnnya, jangan sampai menjadi punah. Kita
dapat tularkan hingga warisan budaya ini tidak menjadi “sirna kantaning bumi” (hilang
ditelan bumi). Terlebih jika kita mengacu pada keberadaan peribahasa, ungkapan dan istilah
itu sebagai bentuk produk budaya Sasak di masa lalu. Banyak diantaranya yang mengandung
nilai yang bersifat positif. Mari kita simak satu persatu sesenggak Sasak di bawah ini.
Dendeq Ipuh Pantok Gong (Jangan segan-segan memukul gong): Ungkapan atau peribahasa
ini mengandung makna bahwa; apabila kita tidak mengetahui sesuatu, hendaknya jangan
segan- segan untuk bertanya. Dalam ungkapan ini, bertanya diumpamakan sebagai orang
memukul gong. Gong diibaratkan sebagai mulut. Memukul gong berarti bersuara atau
bertanya.
Ungkapan ini biasanya ditujukan untuk neasihat orang yang hendak bepergian. Ini
mengandung ajaran/petuah agar kita selalu bertanya apabila tidak mengetahui. Dalam
pengertian yang lebih luas, kita harus belajar. Hampir sama maknanya dengan ungkpan
bahasa Indonesia; malu bertanya, sesat di jalan.

4
Dendeq Kdek Jukung Belabuh (jangan mempermainkan perahu yang sedang berlabuh):
Ungkapan ini mengandung arti, agar jangan mempermainkan keadaan (situasi) yang
nampaknya sudah terang. Dalam ungkapan di atas diumpamakan, sebagai larangan untuk
mempermainkan perahu yang sedang berlabuh. Sebab, mempermainkan perahu yang sedang
berlabuh ada bahayanya. Bisa-bisa dengan tidak diduga datang gelombang yang bergulung
dan membawa hanyut perahu tersebut.
Ungkapan ini biasanya digunakan sebagai nasihat dan petuah kepada seseorang yang
suka usil, sewot dan suka ngerumpi. la juga mengandung ajaran, agar kita jangan suka usil
dengan era berbuat sesuatu yang bisa memancing-mancing, sehingga bisa timbul kekisruhan
dalam keadaan dan situasi yang sudah tenang.
Lolon Kayuq Pastine Tebabar Isiq Angin (Setiap pohon kayu pasti dilanda angin): Ungkapan
ini lagi- lagi mengandung makna bahwa, setiap orang pasti mengalami cobaan dalam
hidupnya. Dalam ungkapan ini diumpamakan sebagai pohon kayu yang pasti dilanda angin.
Bahkan tidak sekedar angin, mungkin hujan dan badai.
Ungkapan ini digunakan sebagai nasihat atau saran, petuah dari orang tua kepada anak
muda yang tampaknya cepat mengalami kesulitan. Ungkapan ini juga jelas mengandung
ajaran agar kita tabah dalam menghadapi segala cobaan.Untuk itu perlu tawakkal kepada
Allah SWT.
Manis-manis Buaq Ara, Peris- peris Rasan Nasi (manis-manis rasan buaq ara, masam-
masam rasan nasi): Ungkapan atau sesenggak ini mengandung makna bahwa, lebih baik
memakan makanan yang sederhana, asal semuanya dari hasil keringat sendiri, dari pada
memakan makanan yang enak dan lezat, namun disertai penghinaan.
Dalam ungkapan ini, dikatakan ‘manis-manis buaq ara’.Sebenarnya buah ara itu rasanya
kecut, tetapi akan terasa manis dibandingkan dengan rasa nasi yang sebenarnya enak, tapi
disuguhkan dengan cara yang disertai umpatan dan penghinaan. Sesenggak Sasak yang satu
ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang menderita atau miskin, malah diberikan
dengan mendapatkan penghinaan.

5
C. Unsur Sesenggak Sasak
Sesenggak sasak merupakan salah satu Aspek budaya yang muncul berdasarkan
motivasi kreasi ide dan karya masyarakat pendukungnya. Secara harfiah sesenggak sasak
belum banyak dikenal orang terutama kalangan generasi muda. Oleh karena itu
sesenggak sasak sangat membutuhkan perhatian khusus dari berbagai pihak. sesenggak
(istilah tradisional) berupa diksi, tipologi, pola kalimat, dan gaya bahasa, diksi
menjelaskan tentang kata-kata atau pilihan kata yang digunakan dalam ungkapan
tradisional. Tipologi dalam sesenggak sasak kabupaten Lombok tengah terdiri atas 3
macam yaitu tradisi atas 2 kata, 3 kata dan 4 kata. Pola kalimat dalam pembentukan
sesenggak sasak kabupaten Lombok tengah dari 9 pola pembentuk yaitu kata benda,kata
kerja, kata sifat.Gaya bahasa dalam sesenggak ini terdiri dari 4 gaya bahasa yaitu simile,
terdiri dari 2 sesenggak, antithesis 2 sesenggak, ironi 14 sesenggak dan repetisi 4
sesenggak. Ada tujuh nunsur budaya yaitu:
1. Sistem bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Sistem organisasi
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian
6. Sistem religi
7. Kesenian
Dari ketujuh unsur di atas sesenggak termasuk kedalam unsur budaya sistem
bahasa,sistem pengetahuan,dan sistem religi.
1. Sistem bahasa
Unsur budaya ini digunakan sebagai wahana untuk menyimpan gagasan baru yang di
kembangkan dalam akal manusia. Bisa kita simpulkan bahwa sesenggak termasuk
dalam unsur budaya ini karena semua sesenggak (pribahasa) di sampaikan dengan
bahasa indonesia. Sesenggak juga merupakan salah satu gagasan yang dikembangkan
dalam akal manusia.

6
2. Sistem pengetahuan
Adanya pengetahuan dapat memunculkan ide baru dan kreatif. Sehingga budaya
dapat dipertahankan serta di wariskan. Dari penjelasan tersebut bisa kita tahu bahwa
sesenggak masuk unsur budaya yang satu ini karena ketika kita mendengar sesenggak
(pribahasa) dari situ kita banyak sekali mendapatkan pengetahuan dan akan selalu
berlanjut hingga kegenerasi berikutnya sehingga budaya dapat di pertahankan serta
diwariskan.
3. Sistem religi
Unsur budaya ini dibutuhkan manusia guna memecahkan berbagai persoalan dalam
hidupnya,peristiwa yangtak bisa diterima dengan akal sehat. Didalam sesenggak
banyak sekali nasehat yang merujuk keagamaan sehingga bisa kita simpulkan
sesenggak masuk ke dalam unsur sistem religi.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesenggak, Seselip dan Setilah Sasak Telah menjadi ciri hampir setiap etnis di
Nusantara ini bahwa, ketika berbahasa lisan, sering disertai banyak peribahasa,
ungkapan-ungkapan maupun istilah-istilah. Demikian pula halnya dengan etnis Sasak di
Pulau Lombok. Orang-orang Sasak, pengguna bahasa Sasak memiliki cukup banyak
sesenggak , ungkapan-ungkapan dan istilah-istilah itu. Peribahasa terkadang
digunakannya dalam menyatakan maksud tertentu. Dengan pernyataan , atau kalimat
yang mengandung makna kiasan merupakan tradisinya. Kunyit yang tadinya kuning dan
kapur yang tadinya putih, jika dicampur dipersatukan, secara cepat akan melahirkan
warna merah. Inilah kiasan dari perubahan yang begitu cepat dan drastis terjadi.
Menyampaikan maksud dengan menggunakan pernyataan singkat yang bermakna luas
disebut ungkapan, sering kita dengar.Untuk menyatakan sifat anak cucu yang sering
mengikuti sifat orangtua, tidak serta merta dinyatakan demikian. Sering pula kita dengar
orang menggunakan istilah-istilah khusus yang mengandung makna tertentu dalam
berkomunikasi dengan sesamanya. Kata-kata atau frase tertentu yang mengandung
makna khusus itu, oleh para ahli disebut istilah .

8
DAFTAR PUSTAKA

https://mabasan.kemdikbud.go.id/index.php/MABASAN/article/download/210/178
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/06/090000969/7-unsur-kebudayaan-universal-
menurut-c.-
kluckhohn?page=all&jxconn=1*1x0ql2a*other_jxampid*ckJ3Yk5PaWJ4dXdfdU4xekVVZ2RTX0dL
ZE1uRFdjYkVSdWlyZUZOSDl0cjl2RWZfaF9XWUpXajU1VmVqdU9OYg..#page2

Anda mungkin juga menyukai