Anda di halaman 1dari 13

Analisis Pidato Pasambahan Pakaian Bundo Kanduang

AMIRUL AZHAR

17019001

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmanirrohim, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul:
Nama- nama dan makna bagian- bagian pakaian Bundo Kanduang Minangkabau ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Metodologi Ilmu Budaya Dasar , selain itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan mengenai budaya Minangkabau pada nama dan makna bagian pakaian
Bundo Kanduang bagi para pembaca dan juga penulis.

Saya ucapkan terimakasih kepada bapak yang mengajar mata kuliah ini, karena mata kuliah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan mata kuliah yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis, 18 Desember 2019

Amirul Azhar

17019001
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar belakang masalah.................................................................................................

BAB II METODOLOGI...................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................

BAB IV PENUTUP............................................................................................................

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................

REFERENSI......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak kebudayaan, kebudayaan yang memiliki
berbagai jenis dan ciri khas yang ada pada daerah masing- masing. Salah satunya yaitu
Minangkabau, daerah yang terletak di sumatera bagian barat ini memiliki ciri khas kebudayaan
yang berbeda – beda. Minangkabau merupakan salah satu etnik yang memiliki system
kekerabatan matrilineal. System kekerabatan matrilineal adalah system kekerabatan yang
mengikuti garis keturunan ibu. Tradisi di Minangkabau sangat menjunjung tinggi akan adat yang
dibuat atas dasar musyawarah bersama.

Di Minangkabau terkenal akan berbagai macam kebudayaan yang mencakup berbagai


peraturan- peraturan adat, yang harus ditaati warga masyarakatnya. Dan, Budaya Minangkabau
sendiri dikenal dengan budaya basa-basi dan kata mufakat untuk menyampaikan sesuatu. Di
Minangkabau terkenal akan syair- syair lama yang memuat tentang adat ataupun petuah- petuah
lama dari kepala adat. syair- syair lama itu berbentuk makna kiasan dengan bahasa kiasan.

Dalam masyarakat Minangkabau kiasan digunakan semua kalangan, tua-muda, laki-laki dan
perempuan; kiasan diucapkan dalam berbagai tema wacana dan untuk menyampaikan berbagai
perasaan. dari sini, kita dapat lihat bahwa disetiap pidato acara adat seseorang menggunakan
pantun ataupun syair – syair lama lainnya untuk menyampaikan maksud dari pidato yang ia
sampaikan. tidak lain dari bagian- bagian apa yang dipakai dari seorang Bundo Kanduang juga
memiliki makna dan nama- nama sesuai adat.
1.1 Latar belakang masalah

Pada zaman yang modern ini untuk hal- hal mengenai budaya sendiri jarang sekali
disinggung karena generasi milenial sekarang cenderung lebih menyukai budaya- budaya dari
luar. Misalnya, ‘western’ merupakan kebudayaan berasal dari barat, seperti eropa dan lainnya.
dan juga dikenal dengan kebudayaan korea yang sangat banyak digandrungi oleh remaja masa
kini. Berbicara mengenai kebudayaan, ada satu kebudayaan disuatu daerah yang mempunyai ciri
khas tersendiri yang jarang ditemui didaerah lain, yaitu daerah sumatera bagian barat, Padang
atau biasa yang disebut dengan Minangkabau.

Dalam analisis karya sastra yang berhubungan dengan budaya, penulis menganalisis Pidato
Pasambahan Pakaian Bundo Kanduang. Di dalamnya penulis menjabarkan tentang model
kehidupan seorang Bundo Kanduang, peranannya serta fungsinya dalam masyarakat. Dengan
demikian, menghayati dan memahami karya sastra sama halnya dengan menghayati dan
memahami manusia dengan kehidupannya dalam berbagai segi, yang pada hakikatnya dapat
dikaji oleh disiplin-disiplin ilmu yang berhubungan dengan manusia yaitu ilmu humaniora. Salah
satu disiplin ilmu yang dapat mengkaji sastra dalam kaitannya dengan kehidupan sosial adalah
sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan kajian sastra dalam kaitannya dengan masyarakat.
Sosiologi sastra berarti mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-
aspek sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat.

Dalam makalah ini penulis mengkaji tentang hubungan pakaian bundo kanduang yang di
dalamnya mengandung arti dan makna yang sangat dalam serta mencerminkan fungsi dan
peranannya dalam masyarakat. Tiap bagian dari pakaian seorang bundo kanduang yaitu
tingkuluak tanduak, baju kuruang, kodek, salempang, tarompa, dan pariasan.

Makalah ini akan membahas tentang bagaimana seorang Bundo Kanduang menjadi
pemimpin di dalam masyarakat (secara adat). Hubungan antara keduanya sangat erat dan saling
berkaitan satu dengan lainnya. Permasalahan yang timbul dimasyarakat menjadi tugas seorang
Bundo Kanduang untuk menyelesaikannya. Bundo Kanduang menjadi penengah, penyelesai, dan
mempererat kedua belah pihak yang berpisah. Bundo Kanduang berperan penting dalam
kehidupan masyarakat, ia menjadi lambang dimasyarakatnya. Seorang Bundo Kanduang menjadi
penjaga dan pelestari adat dan lembaga agar selalu dipegang teguh oleh masyarakat.
METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam membuat makalah ini adalah metode deskriptif. Penulis
melakukan proses pengumpulan data sesuai dengan fenomena-fenomena sosial disekililingnya.
Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak mempunyai kontrol terhadap variable tertentu untuk
menjelaskan fenomena-fenomena sosial. Kontrol terhadap variabel berada di tangan subjek
penelitian atau partisipan. Penulis mendeskripsikan, menjelaskan, dan memvalidasi hasil dari
penelitiannya. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi; membaca Pidato Pasambahan Pakaian
Bundo Kanduang, kemudian menerjemahkannya ke Bahasa Indonesia, langkah selajutnya adalah
memparaprasekannya, dan langkah terakhir yaitu mencari makna atau arti dari tiap bait dalam
pidato tersebut. Dalam makalah ini penulis melakukan penelitian secara bertahap dan terperinci,
sehingga hasil dari penelitian ini valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
PEMBAHASAN

1. Tingkuluak Tanduak
Tingkuluak adalah sebuah penutup kepala yang berbentuk mirip dengan tanduk kerbau
atau atap rumah gadang. Tingkuluak terbuat dari kain selendang panjang yang dililitkan
membentuk seperti tanduk. Namun, dua gonjong di sisi kanan dan kiri yang sering disamakan
dengan tanduk kerbau ini sebenarnya bentuknya lebih mirip dengan atap rumah gadang.
Fungsi dari Tingkuluak dari segi pakaian adalah sebagai penutup kepala bundo kanduang.
Tingkuluak berfungsi untuk melambangkan bundo kanduang serta kedudukan bundo kanduang
dalam upacara-upacara adat.
Adapun makna dari Tingkuluak berdasarkan pidato adat sebagai berikut:
Takanak tingkuluak di kapalo
Bantuak lahia bayangan isi
Panjang ndak dapek kito ukua

Leba ndak dapek kito bidai


Tiok lipek aka manjala
Tiok katuak aka marangkak

Makna dari dua bait diatas adalah Tingkuluak melambangkan wawasan dan pengetahuan
yang luas. Seorang bundo kanduang memiliki wawasan luas yang pemikirannya tidak dapat kita
perkirakan, serta memiliki sifat arif dan bijaksana.

Bait selanjutnya:

Gonjong ateh baliak batimba


Lambang naraco bayangan adaik
Adaik nan basandi syarak
Syarak nan basandi kitabullah
Walau kabek buliah dibukak
Namun buhua ndak buliah tangga
Di dalam deskripsi pidato adat, dikatakan bahwa kedua gonjong itu merupakan lambang
keharmonisan atau keseimbangan antara adat dengan syarak. Maksudnya adalah dalam
mengambil keputusan, seorang bundo kanduang harus bersikap adil yang berdasarkan pada adat
dan agama. Melambangkan rumah adat Minangkabau.
Di bait selanjutnya:
Ujuangnyo duo bajumbai
Sajumbai di muko kaniang
Jadi sumandan dalam kampuang

Sajumbai jatuah ka balakang


Panampin niniek jo mamak

Maknanya adalah Seorang bundo kanduang harus bisa menempatkan diri dalam rumah
gadang dan masyarakat.

Kapa-i tampek batanyo

Kapulang tampek babarito

Kusuik nan kamanyalasai

Karuah nan kamanjaniahi

Hukum adia katonyo bana

Sapakaik warih mandiri-an

Tagangnyo bajelo-jelo

Kanduanyo badantiang-dantiang

Hati lapang paham saleso

Pasiah lidah pandai barundiang

Guyahnyo bapantang tangga


Kokohnyo murah diungkai

Kalaunyo budi lah tajua

Cadiak ndak guno ka dipakai

Seorang bundo kanduang adalah tempat untuk kita memberikan kabar dan mengajukan
masalah untuk mendapatkan solusi karna sikap adil dari bundo kanduang tersebut setiap solusi
yang dia berikan itu adil dan disepakati semua orang.

Seorang bundo kanduang memiliki tenggang rasa yang tinggi karna bundo kanduang
memiliki hati yang lapang dan pandai berunding. Keputusan bundo kanduang masih memiliki
tenggang rasa, tapi harus sesuai dengan hukum dan aturan-aturan yang berlaku

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi dan makna tingkuluak adalah

 tingkuluak melambangkan rumah adat Minangkabau


 melambangkan akal budi Bundo Kanduang menyebar untuk masyarakat banyak,
 Dalam memutuskan sesuatu haruslah dengan musyawarah mufakat dan hasilnya harus adil,
 Melambangkan tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan kepada Bundo Kanduang harus
dijunjung tinggi.

2. Baju Kuruang
Pakaian selanjutnya dari bundo kanduang adalah baju kuruang. Baju ini dibuat longgar
dan lehernya tidak ada kerah atau lipatan. Baju ini memiliki hiasan dan motif-motif yang terbuat
dari benang perak, emas, dan lain-lain. Corak dan motif ini pun sangat beragam. Selain itu, baju
kuruang memiliki 4 varian warna, yaitu warna merah, hitam, biru, dan lembayung. Pada bagian
tepi lengan dan leher terdapat hiasan yang biasa disebut minsie. Minsie adalah sulaman yang
menyimbolkan bahwa seorang wanita Minang harus taat pada batas-batas hukum adat yang
berlaku.
Makna yang terkandung didalam baju kuruang ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Babaju kuruang gadang langan
Pahapuih miang dalam kampuang
Pangipeh angek nak nyo dingin
Siba batanti timba baliak
Batabua perak baukia
Baturap jo banang ameh

Basuji jo banang makau


Panutuik jahik pangka langan
Tando mambuhua ndak mambuku
Mauleh ndak mangasan

Seorang bundo kanduang harus bisa memperbaiki situasi. Seorang bundo kanduang harus
bisa menyampaikan segala sesuatu dengan baik, entah itu harus menguranginya atau
menambahkannya tanpa diketahui.

Bundo kanduang alamnyo leba

Bundo kanduang padangnyo lapang

Ndak karuah aia dek ikan

Ndak rusak gunuang dek kabuik

Pahik manih pandai malulua

Seorang bundo kanduang harus memiliki ilmu pengetahuan, wawasan, dan pandangan
yang luas sehingga dia memiliki pendirian yang tidak dapat dipengaruhi. Apapun keadaan yang
dia hadapi, dia harus bisa menerimanya.

Dapat disimpulkan bahwa, baju kuruang bundo kanduang melambangkan:

 kekayaan alam Minangkabau dengan emas.


 ketaatan Bundo Kanduang dalam menjalankan agama Islam.
 demokrasi yang luas di Minangkabau tetapi berada pada batas-batas tertentu.
 Wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas yang dimiliki bundo kanduang sehingga ia memiliki
pendirian yang kuat.
3. Perhiasan
Dalam konteks berpakaian di Minangkabay, penggunaan baju adat Minangkabau untuk
wanita, khususnya bundo kanduang, juga dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti subang,
lukuah, galang, dan cincin. Subang adalah perhiasan untuk telinga, lukuah digunakan di leher,
galang untuk lengan, dan cincin untuk jari.
Takanak lukuah di lihia
Lukuah pinyaram bungo inai
Bagalang salingkaran tangan

Alum bakilek lah bakalam


Bulan disangko tigo puluah
Alum diliek lah tapaham
Lah tantu tampek bakeh tumbuah
Makna perhiasan disini adalah melambangkan keindahan sipemakai. Bundo kanduang
dalam mengerjakan sesuatu harus dikerjakan sesuai kemampuan dan mengetahui batas-batas
yang dapat dilakukan. Bundo kanduang harus menegakkan kebenaran dengan teguh.

4. Salempang
Salempang adalah selendang yang terbuat dari kain songket. Salempang di letakan di
pundak wanita. Salempang menyimbolkan bahwa wanita harus memiliki belas kasih pada anak
dan cucu, serta harus waspada akan segala kondisi.
Salempang suto bajumbaian
Panjangnyo tangah tigo kaco
Bajumbai perak baukia
Salempang melambangkan tugas pokok dari bundo kanduang yaitu mengenai
pengelolaan harta dan pusaka. Bundo kanduang harus bisa mendidik dan memperhatikan
pendidikan generasi-generasi selanjutnya. Selain itu, ia juga diharapkan bisa mengelola dan
memanfaatkan harta pusaka dengan baik untuk kesejahteraan kaumnya.
KESIMPULAN

Pidato pasambahan pakaian bundo kanduang memiliki arti yang sangat mendalam, tiap
pakaian yang dikenakan beliau memiliki maksud dan tujuan tertentu serta mencerminkan fungsi
dan peranannya dalam masyarakat adat. Seorang bundo kanduang mengemban tugas yang sangat
penting dan berada pada bagian atas sebagai pemimpin masyarakatnya dalam konteks adat.
Seorang bundo kanduang juga merupakan seorang pemimpin yang harus menjaga dan
melestarikan adat yang telah dianut secara turun-temurun dari nenek-moyangnya agar terus
dipakai hingga generasi selanjutnya.
REFERENSI

H. Idrus Hakimy Dt Rajo Penghulu (1991) : pokok-pokok pengetahuan adat alam


minangkabau, Remaja Rosdakarya-Bandung.
https://id.wikipedia.org/wiki/Busana_tradisional_Sumatra_Barat
Amelia, Nadya : Nama dan makna bagian-bagian pakaian penghulu Minangkabau di
Kenagarian Kacang Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten solok, Thesis, Universitas Negeri
Padang

Anda mungkin juga menyukai