Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH APRESIASI PUISI

OLEH:

KELOMPOK 6
ULMI ALFIRA. RG

NOVIANTI AGUSTINA

DEWI KANIA PUTRI. R

RINDIANI

RISKA

EKA FEBRIAWAN

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
KATA PENGANTAR
 Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapakan atas kehadirat Allah swt. atas segala ridho dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah. Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa perubahan yang tak terhingga dalam kehidupan ini.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing pada
mata kuliah “Teori dan Apresiasi Puisi” yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Namun demikian, penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat
untuk pembaca, terutama dalam hal menambah pengetahun tentang Pakkiok Bunting. Kritik dan saran
yang bersifat membangun diharapkan untuk penyempurnaan penyusunan makalah di masa yang akan
datang.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................................................

Kata pengantar................................................................................................................................................

Daftar isi..........................................................................................................................................................
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................................................

a. Latar belakang..........................................................................................................................

b. Rumusan Masalah...................................................................................................................

c. Tujuan Penulisan......................................................................... ...........................................

BAB II Pembahasan............................................................................................................................

A. Pengertian Pakkiok Bunting....................................................................................................

B.pentingnya Menjaga dan Melestarikan Pakkiok Bunting......................................................

C. Naskah Pakkiok Bunting ......................................................................................................

BAB III Kesimpulan ...........................................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................................

B. Saran .......................................................................................................................................

BAB IV Penutup ...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi dan dizaman modern saat ini banyak orang yang sudah tidak memperdulikan
budaya dan adat istiadat yang dimilikinya, terutama para generasi muda yang lebih dominan untuk
mengadopsi budaya-budaya dari negara lain, hal inilah yang mengakibatkan kurangnya perhatian
sebagian orang terhadap budaya yang dimilikinya tidak terkecuali dengan budaya atau adat perkawinan
yang di dalamnya terdapat budaya ‘pakkiok bunting’ yang mana sudah sangat jarang kita temui
ditengah-tengah masyarakat kita.
Pada makalah ini kita akan membahas tentang budaya ‘pakkiok bunting’ yang saat ini mulai tergeser
dengan budaya-budaya modern akibat semakin berkurangnya minat para generasi muda untuk
melestarikan budaya ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pakkiok bunting?

2. Jelaskan pentingnya mempertahankan budaya pakkiok bunting!

3. Berikan contoh naskah pakkiok bunting!

C. TUJUAN

1. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan pakkiok bunting

2. Dapat mengetahui pentingnya mempertahankan budaya pakkiok bunting

3. Dapat mengetahui naskah pakkiok bunting

BAB II

PEMBAHASAN

Karya Sastra Makassar

Makassar adalah nama daerah yang terletak dibagian selatan jazirah Sulawesi selatan yang didiami
oleh suku Makassar beserta semangat yang dimilikinya, termasuk bahasa yang dipakai masyarakat
dalam pergaulan sehari – hari. Daerah ini meliputi, antara lain : Kabupaten Pangkajene – kepulauan,
Maros, Ujung Pandang (Makassar), Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, dan Selayar.
Makassar sebagai salah satu daerah budaya di Indonesia memiliki kekayaan sastra yang beragam.
Pada umumnya sastra daerah Makassar berbentuk sastra lisan. Karya sastra daerah Makassar bermacam
– macam, baik ditinjau dari segi bentuk maupun isinya. Karya sastra prosa daerah Makassar meliputi
Rupama (Dongeng), Pau – pau (Cerita), dan Patturiolog (Silsilah). Karya sastra puisi daerah Makassar
meliputi Doangang (Mantera), Paruntuk Kana (Peribahasa), Kelong (Pantun), Pakkiok Bunting, Dondo,
dan Aru (Ikrar/Janji) termasuk pula dalam sastra daerah Makassar adalah bahasa berirama (Royong dan
Sinrilik) yang disampaikan atau dikomunikasikan dalam dendang/dilagukan dengan iringan alat musik
tertentu.

A. Pengertian Pakkiok Bunting

Pakkio Bunting berasal dari dua kata (bahasa makassar) yang artinya “Pakkio = Panggilan, memanggi
lsedangkan Bunting = Pengantin, Mempelai. Pakkio Bunting adalah rangkaian kalimat-kalimat yang
dilantunkan oleh seseorang yang dituangkan untuk memanggil pengantin (mempelai) saat tiba di rumah
mempelai pasangannya.

Zaman dahulu, jika rombongan pengantin sudah tiba di rumah pasangan pengantin tersebut, mereka
tak akan menaiki anak tangga atau masuk ke rumah jika mereka tidak di panggil secara resmi. Dan
biasanya, jika lantunan Pakkio Bunting sudah diucapkan, si pelantun juga menaburkan beras kepada
pengantin tersebut.

B.     Pentingnya Menjaga dan Melestarikan Pakkiok Bunting

Dalam setiap penyelenggaraan perkawinan, sudah lazim diselenggarakan perjamuan dengan iringan
orkes atau electone. Masyarakat kita sudah jarang menyaksikan ‘berbalas pantun’ pada saat iringan
pengantin pria tiba di rumah pengantin perempuan. Bahkan peran pemuka adat, tokoh-tokoh
masyarakat dan sanro tergantikan oleh waria (calabai) sebagai ‘anrong bunting’.

Orang-orang tua pun yang mengawinkan anaknya lambat laun lebih menyukai penyelenggaraan
perkawinan yang sifatnya instan, cepat selesai. Kalau banyak uang, cukup perkawinan diselenggarakan
di Gedung Serba Guna yang jauh dari sentuhan adat.

Padahal yang sebenarnya dalam Upacara adat perkawinan Makassar, dahulunya terdapat acara
memanggil pengantin pria saat akan tiba di rumah mertuanya, yang lazim disebut ‘Pa’kio Bunting’ . Saat
ini sudah sangat sukar kita temukan ‘basa kabuyu-buyu’ seperti  Pa’kio Bunting ini diucapkan, kecuali
sedikit orang tua yang masih mengetahui dan memahami maknanya. Dalam ‘Pa’kio Bunting’ sebenarnya
terkandung Pesan - pesan tu-riolo (leluhur) Bugis Makassar kepada pasangan pengantin sebelum
mengarungi bahtera rumah tangga yang sebenarnya, termasuk didalamnya bagaimana memperlakukan
mertua, menanamkan kecintaan kepada pasangan, dan apa yang harus dilakukan / tanggung jawab
setelah berumah tangga, maka dari itulah penting bagi para generasi muda untuk dapat mengetahui,
menghafal ataupun mengaplikasikan/ mempergunakannya disetiap acara perkawinan sebagai langkah
untuk dapat melestarikan budaya “pakkiok bunting” ini.

C. NASKAH PAKKIOK BUNTING

BAHASA LONTARAK

Ia dendek, ia dendek

Niak tojemmi daeng bunting

Bunting salloa kutayang

Salloa kuantalai

Nampako ri ujung borikku

Ri cappak pakrasangangku

Na kupanragiangko berasak

Ri mangkok kebok

Kupammeueang rappo bauk ri palakku

Kupannaroangko pole

Kalomping ri talang bulaeng

Kutongko intang

Kubelo-belo jamarrok

Bunting manaikmako mae


Ri ballakna matoannu

Matoang kamase-mase

Iparak kasiasinu

Sarikbattang matunanu

Sikatutuiko tope daeng bunting

Numassa mole mole

Tenamo antu

Parekanna maloloa

Bunting ta bunting

 Naik ngasemmaki mae!

Pakkio’ Bunting” (versi pendek):

============================

Ia dende'.. ia dende..

Nia' tojengmi daeng bunting

Bunting salloa kutayang, salloa kuantalai

Nampako ri ujung bori', ri cappa' pa'rasangangku

Na kupanragiangko berasa' ri mangko' kebo'

Ku pammueang rappo ri palakko’

Ku pannaroangko pole, kalomping ri talang bulaeng

Kutongko' intang, kubelo-belo jamarro'


Bunting manai' mako mae

Ri Balla'na matoannu, matoang kamase-masenu

Ipara' kasiasinu, sari'battang matunanu

Sikatutuiko tope daeng bunting

Numasassa' mole-mole

Tenamo antu, parekanna maloloa

Nai' ngaseng maki mae..!

“Pakkio’ Bunting” (versi panjang):

=============================

Ia dende - ia dende, nia tojemminjo mae

bunting salloa kutayang , salloa kuminasai

bura’ne bura’nena buranea

nampako ri ujung borikku, ri cappa pa’rasanganku

naku ruppaiko cini’, kutimbarangkiko pangngai

Nampako kuasseng nia’, na kuitungko labattu

Ku u’rangi memang, berasa’ ri mangko’ kebo’

Kummata memang, rappo bau’ ri palakko’


Kunnanro memang, kalomping ri talang bulaeng

ku itungko intang, kubelo - belo jamarro’

Intang macora, nasingarri dallekannu

bulaeng tino’ angsuloi paccini’nu

lakukapeangko anne, sumanga’nu mabellayya

lakukiokangko pole, tubunu ‘lampa salayya

Kutannang konne, tope talakka’ ri aya’

Lakka’ tope tamalakakko ikau;

sangkontu sanrapammamako bulang sampuloangappa’

nasusung pale, natinriang wari-wari

wari-wari kapappasang, pale mannuntunga bangngi

nisaelenu kau tamalla’junu nicini’ ma’mole-mole.

Kukio’ daeng jakonjo, kukanro anak karaeng

nutuli manai’mo mae ri balla’na matoannu, rituka’na ipara’nu

matoang tuna, ipara’ kamase-mase

manngonjo tongmakonne tuka’ tallu anronna, patampulo baringanna

manjappa tongko pole, coccorang nita’bu-ta’bu

Nutuli manai’, mannyorong pakke’bu nigiring-giring

Manngonjo tongko dasere’ nijaling kawa’, nialanro bassikalling

Mattete tongko pallangga ri batang rappo

Mannoso’ tongko padongko nitau-tau


nutilimo kalawu’ rawanganna timbaonu

ammempo ri benteng polonnu

A’lapara’ tappere’ bo’dong, anjo’jo’ kairi kanang

mansuro-suro rapannu, mampattuju sangkammannu

naremba-rembako pole, ana’ rara patampulo

nisarimanangko pole, lonrong beru ma’bakka’

benteng polong kansako, kanako benteng

pakkai’-kai’ topena pasikaiki bajunna.

Nai’ manaung tunibarang baranginnu

assuluk antama ata ma’ballak-balla’nu

numa’jarang, numattedong, numa’jangang rassi lerang

nakutumbangangi pole palampang ase berunu

nakatepokangi padongko’ ase toanu

Tamanraikko ri ambong nukoasa

Takalaukko ri Jawa nakulumannyang

tamakbotorokko numammeta

assare-sareko sallang ri matoang kasiasi

appiturummako pole, ri ipara’ kamase-mase

nai’ tuannu, sa’la’ dasere’ dalle’nu

kuminasaijakonjo sunggu, kutinjakiko matekne

Nusunggu tojeng, numate’ne tojeng todong

La’bu bannang ri jawa, mala’buang umuru’nu


Luara’ tamparang, luaranngang nawa-nawanu

tinggi Bawakaraeng, matinggiampa tuannu

le’ba’ gentung tinbaonu, le’ba’ tantang pakkallikku

Timbao nikida-kida pakalli’ niura’ tallu

Le’ba’ basami ba’ra’nu, le’ba’ gusu’ langiriknu

tattanngi pole, capparu pa’minyakannu

nutulimo antama’ ri bili’ kammayya liku

kammayya kallanngang rapa’

mannosok badang, mannimba’ bangkeng paciko.

Nukana-kanami sallang saraka ri pamminangang

Tappau’-pau’mi pole bunga-bunga ri katingroannu

nusipoke-poke genre, nusita’ba’ rappo toa

nusipattoa-toai, nusipa’loa-loai, nusipacammo-cammoi

sitanro takkang, sibuccu’ pa’dengka-dengka

Lino-linopi anging, pakkeke mappasisa’la’

Numammana’-mana’ sarre, numa’borong unti jawa

pinruang tuju, pintallung tassalapangi

manai’ngasemmi mae angrong guru ningainu

gallarang nipanggalikinnu, kapala nipaemponu

Battungasemmi pole, bija pammanakannu,

bella-bella ambani-bani, ca’di-ca’di, lompo-lompo


ana’-ana’ tau toa, nipanai’mako ri pangka-pangka bulaeng

nipaempomako ri tappere’ paramadani

baji’ nangai Nabbi, napaujia Allah Ta’ala

Sipokok bu’ne tantanna je’ne’ matannu

Sipoko’ camba pammatti’na iloro’nu

Kupattannangang makonne, anggoro’ ri kantironnu

Kupa’lumangangko pole, lemo tanning ri dolangang

nakacinnai somba, napammattikang iloro’ bate salapang

Bunting nilekkako paleng tunipalele bellokang

Nierang ri bori maraeng, pa’rasangang nampa nuonjo’

bori’ nampa nula’baki, nukamma todong jonga

mattoa ri sampa’ manngayyanngang tunimalo

- Nakana Kelonna Daeng Bunting Bura’nea:

“nampa a’lampa ri ballakku, naku joli pakkebukku,

naku gulung tapperekku, naku a’nia’ ri lalang pa’mai,

barang nasarea sikalabine, dalle Karaeng Allah Ta’ala

ku lingka lammantang puli, ri borong-borong pa’daserang,

dalle nipajului battu ri Allah Ta’ala.”

- Nakana Kelonna Daeng Bunting Bainea:

“Takunjunga sallo lolo, karunrung balu baine,

tammamonea tope taero’na tau toaku.”


- Nakana Pole Kelonna Daeng Bunting Bura’nea :

“kadde’ kucini’ Batara, kudupai allo-allo

najo’jokangku lebanga ri pa’maikku.”

- Nakana Kelonna Daeng Bunting Bainea:

“kadde’ nania’ erokku, tea saju’ ri sa’bea,

tea salasa ri baju moncong buloa.”

- Nakana Pole Daeng Buting Bura’nea:

“nampako maccu’la’ lebong, nakurompong-rompong memang,

lompoko naik, kutambai pa’rompongku.”

- Nakana kelonna Daeng Bunting Bainea:

“Apa kicini’ ri nakke, nakke leleng nake kodi,

nakke karo’ba’, nakke caddi simbolengku”

- Nakana Pole Daeng Bunting Bura’nea:

“mannu le’leng mannu kodi, mannu caddi simbolennu,

titti’ matangku, kala’busang panngaingku.”

- Nakana Tosseng Kelonna Daeng Bunting Bainea:

“Sikatutuiki tope, manna ni sassa’ ma’mole-mole


tenamontu parekanna maloloa, manna nupake

pangngasengang “lolo mapulanayya”

Naik ngaseng maki mae…

BAB III

KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN

Pakkio Bunting adalah rangkaian kalimat-kalimat yang dilantunkan oleh seseorang yang dituangkan
untuk memanggil pengantin (mempelai) saat tiba di rumah mempelai pasangannya. Pakkiok bunting ini
merupakan bagian dari rangkaian budaya atau adat dalam perkawinan yang sangat penting untuk tetap
dilestarikan sebagai wujud penghargaan kita kepada budaya yang telah diturunkan dari nenek moyang
kita.

B.     SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat lebih tertarik untuk mengetahui pentingnya menjaga
dan melestarikan budaya Makassar khususnya budaya “pakkiok bunting” yang sekarang  sudah mulai
jarang kita temui di kota Makassar ini.
BAB IV

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Https://fnidya.wordpress.com. bloggoeloe.blogspot.com 2016:04

ojs.badabahasa.kemdikbud.go.id. eprints.unm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai