Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA SUNDA
“TRADISI LENGSER PANGANTEN”

Disusun Oleh:
-Christianoval
-Dean Octavian
-Diena Putri
-Kania Nur Rachma
-Pebriyanti Fatimah

SMA KARYA PEMBANGUNAN MARGAHAYU

Jl.Terusan Kopo No.399 A Margahayu Kab.Bandung 40226


Tahun ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini penulis
susun guna memenuhi Tugas Sunda yang di berikan oleh Guru Mata Pelajaran. Dalam
makalah ini materi yang penulis sajikan membahas tentang “Tradisi Lengser Panganten”
Walaupun makalah ini dapat selesai dengan baik, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk kesempurnaan dalam
membahas Makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar tercapai
apa yang kita harapkan bersama dan untuk memperlancar tugas kamu dalam menyusun
Makalah selanjutnya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah bekerja sama
membantu saya dengan baik dalam menyelesaikan Makalah ini. Penulis berharap semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, 21 November 2023


DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................................................................

Kata pengantar.............................................................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................
1.4 Manfaat .........................................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Lengser dan Upacara Mapag Panganten ....................................................
2.2 Sejarah Munculnya dan Proses Adat Mapag Panganten ..............................................

2.3 Pengaruh tradisi Mapag Panganten terhadap perilaku masyarakat Sunda .........
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................
3.2 Saran ............................................................................................................................
Lampiran ........................................................................................................................................
Daftar Pustaka ................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upacara adat Mapag Panganten dari masa pertumbuhannya hingga sekarang semakin
diminati masyarakat Sunda di Jawa Barat, khususnya Kota Bandung. Hampir di setiap desa
maupun kota, baik itu kelas bawah maupun kelas atas, setiap perayaan pernikahan selalu
menggunakan upacara adat Mapag Panganten. Keberadaan seperti ini seakan-akan menjadi
suatu keharusan dan menjadi ciri khas salah satu kesenian dari Jawa Barat. Masyarakat Sunda
sebagai pendukung upacara adat Mapag Panganten, terus melaksanakan ritual ini sampai
sekarang.
Upacara Adat Mapag Panganten merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari
seluruh rangkaian upacara adat pernikahan dalam masyarakat Sunda. Secara etimologi, kata
Mapag dalam bahasa Sunda berarti menjemput atau menyambut, dan Panganten berarti
pengantin. Dulu upacara adat Mapag Panganten dilaksanakan ketika menyambut kedatangan
pengantin pria, karena pada umumnya upacara perkawinan masyarakat Sunda dilaksanakan
di kediaman keluarga pengantin perempuan. Akan tetapi sekarang banyak yang menggunakan
upacara adat Mapag Panganten setelah selesai acara ijab kabul.
Perkembangan kebudayaan dan atau kesenian tradisi tergantung pada masyarakat
pendukungnya, artinya di satu sisi budaya dan kesenian tradisi hidup dan berkembang sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dan nilai-nilai sosial yang berkembang pada masyarakat secara
umum. Upacara adat Mapag Panganten telah dilaksanakan sejak zaman Kerajaan
Padjadjaran, sekitar abad ke-14. Pada zaman itu upacara ini hanya dilaksanakan ketika ada
putri Raja atau keluarga Kerajaan yang akan menikah. Tidak ada rakyat biasa yang boleh
melaksanakan upacara ini. Namun setelah keruntuhan Kerajaan Padjadjaran, upacara-upacara
ritual yang tadinya hanya diselenggarakan di lingkungan Kerajaan, mulai dilaksanakan oleh
masyarakat biasa.
Menurut salah seorang yang memelopori upacara adat Mapag Panganten, Wahyu
Wibisana, awalnya upacara ini ditujukan untuk upacara penjemputan pejabat pemerintah,
yang ternyata mendapat sambutan dari masyarakat dan kemudian dipergunakannya sebagai
bentuk upacara penjemputan atau Mapag Panganten. Pada perkembangan selanjutnya, karena
upacara ini kuantitasnya semakin tinggi, orang menyebutnya sebagai upacara adat. Padahal
apabila ditilik dari latar belakangnya seperti yang telah disinggung di atas, upacara tersebut
merupakan sebuah kreasi baru.
Dalam galura (upacara) adat Mapag Panganten kaya dengan berbagai atraksi seni dan
melibatkan banyak seniman. Ada aneka tarian, salah satunya adalah Tari Merak, seni
karawitan, bodoran (komedi), pelajaran tentang kehidupan yang ditunjukkan simbol-simbol
kesenian, dan lain-lain. Salah satu yang menarik perhatian dalam upacara adat Mapag
Panganten adalah Lengser. Lengser merupakan salah satu tokoh dalam cerita Padjadjaran atau
Mundinglaya Di Kusumah. Dalam upacara adat Mapag Panganten, Lengser terdiri dari
Lengser sendiri, Panayagan (pemain musik), Pamaya (penari), dan Punggawa (prajurit
penjaga).
Seperti yang kita ketahui peran Lengser ini biasanya dilakoni oleh seorang pria, kalau
pun ada Lengser wanita hanyalah berperan sebagai pendamping Lengser pria. Karena
peranannya sebagai sosok panutan masyarakat yang dituakan, dan juga sebagai simbol
penasihat dalam pernikahan, maka Lengser lebih sering diperankan sebagai seorang kakek-
kakek. Upacara adat Mapag Panganten biasanya tidak berlangsung lama, karena fungsinya
hanya untuk menyambut kedatangan kedua mempelai dan mengantarkannya ke kursi
pelaminan.
Eksistensi Lengser dalam upacara adat Mapag Panganten sudah tidak diragukan lagi.
Namun lengser juga tidak hanya bisa dijumpai di dalam acara pernikahan saja, tetapi juga
bisa dijumpai dalam acara-acara yang lainnya, seperti : khitanan, perpisahan sekolah,
penyambutan para petinggi pemerintah daerah, dan lain-lain. Serta kehadiran Lengser sangat
ditunggu-tunggu oleh para penonton.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lengser dan Upacara Mapag Panganten?
2. Bagaimana sejarah munculnya dan prosesi adat budaya Mapag Panganten?
3. Pengaruh tradisi Mapag Panganten terhadap perilaku masyarakat Sunda?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian mengenai Tradisi Lengser Panganten adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui masyarakat Mengakui kehadiran Lengser dalam upacara adat
Mapag Panganten.
2. Untuk mengetahui masyarakat Menerima kehadiran Lengser dalam upacara adat
Mapag Panganten.
3. Untuk mengetahui masyarakat Menghargai kehadiran Lengser dalam upacara adat
Mapag Panganten.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian mengenai Tradisi Lengser Panganten adalah sebagai berikut :
1. Membuat orang-orang menjadi tahu bahwa tradisi sunda sangat beragam,
contohnya upacara mapag Panganten.
2. Membuat orang-orang tertarik akan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat sunda.
3. Membuat masyarakat sunda lebih menghargai dan melestarikan tradisi-tradisi yang
ada, seperti upacara mapag panganten. Serta agar masyarakat sunda bisa lebih
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Lengser dan Upacara Mapag Panganten


2.1.1 Pengertian Lengser
Lengser merupakan kesenian sunda yang diperankan oleh Aki Lengser atau Ki
Lengser. Ki Lengser biasanya ditemukan di upacara adat tradisional orang sunda. Ki Lengser
difungsikan sebagai salah satu atraksi seni upacara adat “mapag panganten” atau sambut
pengantin. Berbagai macam upacara adat yang dihadiri oleh Aki Lengser penuh dengan
atraksi budaya. Salah satunya tarian merak atau tarian sejenisnya. Selain itu, para hadirin bisa
melihat aneka kesenian khas daerah Sunda seperti karawitan, bodoran, komedi dan lain-lain.
Sebagai sebuah upacara adat yang bertahan sejak jaman dulu, Lengser menyimpan
banyak keunikan. Di antaranya:
1. Adanya Tokoh Bernama Ki Lengser
Dalam kebudayaan Sunda Ki Lengser merupakan utusan dari kerajaan yang
ditugaskan untuk menyapa rakyatnya. Di dalam sistem kerajaan, Ki Lengser mempunyai
kedudukan yang tinggi. Tugas dari Aki Lengser tersebut yakni sebagai penasihat sekaligus
pendamping raja.
Seiring berkembangnya zaman, tokoh ini mengalami pergeseran fungsi. Ki Lengser
pada era modern ini lebih dikenal sebagai pelengkap dalam acara sambut atau mapag
pengantin. Meski sudah beralih fungsi, namun adat dan nilai luhurnya masih dilestarikan.
2. Terdapat Lawakan Tradisional dari Tokoh Aki Lengser
Seorang kakek berperawakan bungkuk dengan memakai baju adat serba hitam.
Dengan sarung yang diikat di pinggang dan ikat kepala (totopong) khas Sunda. Itulah ciri
khas utama Aki Lengser. Selain itu, tokoh tersebut mempunyai tingkah lucu, unik, kecerdasan
yang tak terlalu duga, serta serba bisa.
3. Ditampilkan dalam Banyak Moment
Tokoh bernama Ki Lengser sebetulnya tidak hanya ditemukan dalam mapag
pernikahan khas Sunda saja. Tradisi yang diiringi oleh Ki Lengser, juga sering ditemukan
pada acara penyambutan para pejabat, tamu negara, perpisahan sekolah, dan lain-lain.
Kehadiran Ki Lengser menambah kemeriahan acara. Tidak hanya memeriahkan saja,
namun ini sebagai penanda bahwa adat dan nilai luhur masyarakat Sunda masih bisa
ditemukan dalam acara-acara penting. Jadi bagi yang tertarik dengan atraksi Ki Lengser,
silakan datangi secara langsung acaranya.
4. Punya Makna Laten Menunjukkan Keramahan Orang Sunda
Upacara adat Sunda Lengser ini bukan hanya sekedar tradisi saja. Namun ada makna
laten atau arti tersembunyi darinya. Pembawaan tokoh bernama Aki Lengser yang bersahabat,
ramah, dan lucu membuatnya diterima oleh para hadirin. Diterimanya tokoh Aki Lengser ini
juga berkaitan erat dengan komunikasi masyarakat Sunda yang terkenal akan keramahannya.
Pada akhirnya melalui komunikasi yang tepat lewat kehadiran upacara ini, masyarakat luas
bisa mengenal Sunda sebagai kawasan yang bersahabat.
2.1.2 Pengertian Upacara Mapag Panganten
Upacara mapag panganten adalah salah satu tradisi masyarakat Sunda yang umumnya
dilakukan setelah ijab kabul. Tari Mapag Panganten adalah sebuah tarian arak-arakan yang
terdapat dalam serangkaian upacara pernikahan adat Sunda. Dalam bahasa Sunda, mapag
berarti menjemput atau menyambut dan panganten berarti pengantin. Tari Mapag Panganten
dilakukan di tempat pernikahan berlangsung.
Terdapat banyak versi tari Mapag Panganten yang tampaknya tersebar di tanah Sunda.
Salah satu kreasi tari Mapag Panganten yang menarik untuk dikaji adalah kreasi Citra
Nusantara Studio di Kabupaten Bogor, karena selalu lebih mendominasi panggilan konsumen
dibandingkan grup kesenian yang lainnya. Tampaknya grup ini sangat diminati masyarakat
karena penari yang kompak, Lengser dan Ambu yang memeriahkan suasana, dan harga yang
terjangkau dengan variasi pertunjukan yang dapat menyesuaikan kebutuhan/keinginan
penanggap.
Tari Mapag Panganten dapat dilakukan pada acara akad nikah ataupun pada saat
resepsi. Apabila Mapag Panganten dilaksanakan pada acara akad nikah, maka tarian ini
dilakukan untuk menjemput calon pengantin pria bersama keluarganya menuju ke kursi akad
(tempat yang sudah disediakan untuk ijab kabul). Sedangkan pada acara resepsi, biasanya
akad nikah telah dilakukan sebelumnya di Masjid atau di Kantor Urusan Agama (KUA). Jika
demikian, maka tarian ini dilakukan untuk menjemput kedua pengantin yang sudah syah
menjadi suami istri ke kursi pelaminan.

2.2 Sejarah Munculnya dan Proses Adat Mapag Panganten


2.2.1 Sejarah Munculnya Adat Mapag Panganten
Upacara Adat Mapag Panganten merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari
seluruh rangkaian upacara adat pernikahan dalam masyarakat Sunda. Secara etimologi, kata
Mapag dalam bahasa Sunda berarti menjemput atau menyambut, dan Panganten berarti
pengantin. Dulu upacara adat Mapag Panganten dilaksanakan ketika menyambut kedatangan
pengantin pria, karena pada umumnya upacara perkawinan masyarakat Sunda dilaksanakan
di kediaman keluarga pengantin perempuan. Akan tetapi sekarang banyak yang menggunakan
upacara adat Mapag Panganten setelah selesai acara ijab kabul.
Perkembangan kebudayaan dan atau kesenian tradisi tergantung pada masyarakat
pendukungnya, artinya di satu sisi budaya dan kesenian tradisi hidup dan berkembang sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dan nilai-nilai sosial yang berkembang pada masyarakat secara
umum. Upacara adat Mapag Panganten telah dilaksanakan sejak zaman Kerajaan
Padjadjaran, sekitar abad ke-14. Pada zaman itu upacara ini hanya dilaksanakan ketika ada
putri Raja atau keluarga Kerajaan yang akan menikah. Tidak ada rakyat biasa yang boleh
melaksanakan upacara ini. Namun setelah keruntuhan Kerajaan Padjadjaran, upacara-upacara
ritual yang tadinya hanya diselenggarakan di lingkungan Kerajaan, mulai dilaksanakan oleh
masyarakat biasa.
Menurut salah seorang yang memelopori upacara adat Mapag Panganten, Wahyu
Wibisana, awalnya upacara ini ditujukan untuk upacara penjemputan pejabat pemerintah,
yang ternyata mendapat sambutan dari masyarakat dan kemudian dipergunakannya sebagai
bentuk upacara penjemputan atau Mapag Panganten. Pada perkembangan selanjutnya, karena
upacara ini kuantitasnya semakin tinggi, orang menyebutnya sebagai upacara adat. Padahal
apabila ditilik dari latar belakangnya seperti yang telah disinggung di atas, upacara tersebut
merupakan sebuah kreasi baru.
2.2.2 Proses Adat Mapag Panganten
Prosesi Mapag Panganten ini terdiri dari berbagai prosesi adat tradisional Sunda,
dibuka dengan penari lengser kemudian dilanjutkan dengan prosesi siraman. Proses lain dan
tradisi yang ada di upacara adat mapag panganten adalah sebagai berikut :
1. Meuleum Harupat: Prosesi meuleum atau membakar harupat atau lidi, maksudnya pria
memiliki sifat pemarah. Sementara istri yang memegang kendi mempunyai peran untuk
mendinginkan sifat pemarah suami.
2. Nincak Endog dan Elekan (Menginjak Telur): Nincak atau menginjak endog artinya telur
memiliki makna bahwa istri harus menjaga kehormatannya sampai ada yang berhak atas
kehormatannya untuk kemudian memiliki keturunan. Sementara elekan adalah bambu
kosong, mengajarkan bahwa hidup tidak boleh kosong harus diisi dengan kebaikan.
3. Ngawasuh Sampean: Prosesi ini bermakna bahwa mempelai perempuan akan mentaati
sang suami tanpa merendahkan derajat sang istri.
4. Meupeuskeun Kendi: Memecahkan kendi memiliki makna bahwa dalam berumah tangga
usahakan selalu bersama-sama memecahkan atau menyelesaikan permasalahan bersama-
sama.
5. Muka Panto: Muka Panto atau membuka pintu, prosesi ini bermakna bahwa seorang istri
harus meminta izin suami untuk melakukan sesuatu.

2.3 Pengaruh Tradisi Mapag Panganten Terhadap Perilaku Masyarakat Sunda


Pengaruh dari tradisi Mapag Panganten terhadap perilaku masyarakat Sunda sebagai berikut :
1. Membuat masyarakat sunda lebih mengetahui dan menghargai tentang kebudayaan
yang ada di Sunda.
2. Membuat masyarakat sunda bisa melestarikan dan merawat tradisi-tradisi yang ada.
3. Membuat masyarakat sunda lebih mencintai tradisi sunda dan tidak menghilangkan
tradisi sunda yang sudah ada.
4. Bisa dijadikan sebagai bahan hiburan bagi masyarakat, seperti dengan adanya lengser.
5. Membuat masyarakat yang belum tahu tentang tradisi sunda, kini menjadi tahu.
6. Membuat masyarakat lebih banyak menghadirkan tradisi sunda dalam setiap acara
besar, dan tidak terpengaruh oleh tradisi dan budaya dari luar.
7. Membuat ekonomi beberapa warga menjadi meningkat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada akhir pembahasan, kami akan mencantumkan beberapa kesimpulan yang telah kami
dapatkan, diantaranya sebagai berikut :
1. Sejarah munculnya Adat Budaya Mapag Panganten di Sunda Baru lahir pada tahun
2013 yang dipelopori oleh Bapak Rasipan dan Bapak Suherdi. Prosesi Adat Budaya
Mapag Panganten dimulai sejak kedatangan mempelai pengantin pria beserta
rombongan keluarga yang disambut dan diantarkan ke tempat pelaminan dengan
diiringi oleh beberapa tari-tarian dan iringan musik dan diakhiri oleh Ki lengser
sebagai sebuah penutup.
2. Sejarah tradisi Mapag Panganten di sunda baru muncul pada tahun 2013 yang
dipelopori oleh Bapak Rasipan dan Bapak Suherdi selaku pelaku sejarah di Sunda.
3. Dalam upacara adat mapag panganten terdapat beberapa proses dan tradisi lain di
dalamnya, diantaranya ada tradisi meuleum harupat, nincak endog, ngawasuh
sampean, meupeuskeun kendi, jeung muka panto.
4. Adat Budaya Mapag Panganten memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap kondisi
sosial dan pelestarian adat budaya di Sunda terutama untuk Adat Budaya Mapag
Panganten. Selain itu pengaruh lainnya berdampak pada naiknya kondisi ekonomi
beberapa warga desa.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis bahas, terdapat beberapa saran yang sekiranya
mampu memberikan dampak yang sedikit banyaknya dapat memperbaiki kondisi budaya di
sunda. Yaitu diantaranya dengan cara, kita sebagai masyarakat sunda harus mampu
melestarikan dan menghargai budaya yang ada di masyarakat Sunda. Kita juga harus
memelihara kebudayaan serta tradisi tersebut dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan
atau digunakan di setiap ada acara besar, agar kebudayaan dan tradisi Sunda tidak habis
dimakan zaman. Kita juga senantiasa harus lebih mencintai kebudayaan dan tradisi Sunda
agar tidak terganti oleh kebudayaan dan tradisi dari luar.
Cara untuk memelihara tradisi dan kebudayaan Sunda, diantaranya sebagai berikut :
1. Dibuatkan sebuah ukiran atau sebuah tulisan untuk mengedukasi warga serta pemuda agar
paham tentang bagaimana awal mulanya tradisi ini lahir dan muncul di sunda.
2. Mulai melakukan regenerasi terhadap anak muda lainnya agar budaya ini tidak hilang dan
termakan oleh zaman.
3. Di sekolah harus ada pembelajaraan atau ekstrakulikuler yang berkaitan dengan tradisi dan
kebudayaan Sunda.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=189778
https://repository.syekhnurjati.ac.id/10489/2/1808301072_2_bab1.pdf
https://repository.upi.edu/29834/4/S_SRP_1103897_Chapter1.pdf
https://opac.isi.ac.id/index.php?p=show_detail&id=43527
https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20508679&lokasi=lokal

Anda mungkin juga menyukai