Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

TENTANG TRADISI TURUN TEMURUN MASYARAKAT RIAU :

1.TRADISI NGANGGUNG (BANGKA BELITUNG)


2.TRADISI BALIMAU KASAI (KAMPAR)

NAMA : DHYNO YANTARIS

KELAS : X.2

GURU PEMBIMBING : YULIASNY Spd

SMA NEGERI 13 PADANG

2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Tradisi turun temurun masyarakat
Riau. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat semaksimal mungkin, agar dapat dimengerti
pembaca. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat belum sempurna. Oleh karena itu,saran
dan kritik dari rekan-rekan sangat saya butuhkan guna menyempurnakan makalah ini.

PADANG,27 NOVEMBER 2015

DHYNO YANTARIS
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Tradisi Nganggung (Bangka Belitung)

2.2. Tradisi Balimau Kasai (Kampar)

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era yang serba canggih seperti saat sekarang ini,tradisi dari nenek moyang
terdahulu sudah banyak yang terlupakan, sehingga banyak generasi muda yang tak
mengenali lagi tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Salah satunya yaitu
tradisi Nganggung (Bangka Belitung) dan tradisi Balimau Kasai (Kampar).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab hilangnya tradisi pada daerah Provinsi Riau terutama pada tradisi
Nganggung(Bangka Belitung) dan Balimau Kasai(Kampar)?
2. Bagaimana cara mengembalikan atau memperkenalkan kembali tradisi yang dulu
pernah ada kepada generasi muda sekarang?

1.3.Tujuan

Tujuan pembuatan makalah tentang Tradisi Turun Temurun Masyarakat Riau ini adalah;

A. Membantu siswa untuk lebih memahami tentang tradisi Turun Temurun Masyarakat
Riau.
B. Mengubah pola pikir siswa tentang tradisi tersebut.

1.4. Manfaat

A. Memberikan siswa pemahaman tentang tradisi Turun Temurun Masyarakat Riau

B. Memperkenalkan kembali tradisi Nganggung dan Balimau Kasai


BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Tradisi Nganggung (Bangka Belitung)

Tradisi adalah ritual yang dilakukan dalam masyarakat. Ritual ini diturunkan dari
generasi ke generasi. Setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi unik khas daerah
tersebut. Beberapa tradisi ini melibatkan sebagian besar anggota masyarakat di suatu
daerah sehingga bisa menarik para wisatawan. Seperti daerah lain di Indonesia,
Bangka Belitung juga mempunyai tradisi unik yang dilakukan bersama-sama
masyarakat sekitar. Tradisi ini disebut Nanggung.

Nganggung adalah tradisi yang sudah dipraktekkan secara turun temurun oleh
masyarakat Bangka Belitung untuk merayakan hari-hari besar Islam. Uniknya, tradisi
ini tetap bertahan meskipun di daerah perkotaan. Sebenarnya, dimasa lalu nganggung
ini bukan hanya untuk perayaan hari besar Islam saja, namun juga diadakan pada
acara pernikahan,doa selamatan untuk arwah yang sudah meninggal,hingga
menyambut tamu kehormatan. Hanya saja yang tersisa sekarang adalah perayaan
nganggung pada saat hari-hari besar islam saja. Beramai-ramai membawa Dulang ke
masjid pada perayaan nganggung, masyarakat akan berkumpul di masjid terdekat di
rumah mereka sambil membawa berbagai hidangan makanan. Biasanya makanan ini
dibawa menggunakan Dulang tradisional yang terbuat dari semacam daun pandan.
Pada bagian luar dulang akan diberi cat. Dulang adalah bahasa Bangka Belitung dari
tudung saji. Dulang inilah yang dimaksud dengan slogan Kabupaten Bangka: Kota
Sepintu Sedulang.

Apabila anda datang ke kampong-kampong pada saat perayaan,maka dulang ini


masih digunakan. Namun untuk perayaan nganggung di perkotaan, biasanya diganti
dengan nasi atau kue kotak yang dibawa dengan plastic besar. Mungkin warga yang
tinggal di daerah perkotaan tidak terlalu peduli dengan detail tradisi atau mungkin
juga dulang sulit dicari sehingga masyarakat perkotaan menggantinya dengan
kantong plastic besar. Sebenarnya tidak terlalu masalah,hanya saja yang menjadi ciri
khas nanggung adalah dulang ini. Masyarakat menikmati hidangan Nganggung apa
yang dibawa dalam dulang tergantung dari kesepakatan warga disekitar masjid.
Misalnya, kalau nganggung kue, maka yang dibawa adalah berbagai jenis kue. Kalau
nganggung nasi, maka yang dibawa adalah nasi berikut lauk pauknya. Sementara
pada saat lebaran,biasanya warga akan mengisi dulang dengan hidangan ketupat.

Untuk perayaan selain lebaran, biasanya masyarakat akan berkumpul untuk


persiapan nganggung pada saat menjelang maghrib. Sementara pada saat lebaran,
biasanya masyarakat akan berkumpul setelah shalat ied di pagi hari. Para kepala
keluarga akan berjalan membawa nampan besar yang ditutup dulang menuju masjid.
Sementara anak-anak kecil sudah banyak yang berkumpul di masjid bersama teman-
teman mereka. Jika bertemu ke kampong, anda tidak perlu khawatir jika tidak
membawa dulang. Datang saja bersama kenalan anda untuk berkumpul bersama
merayakan nganggung. Acara ini selain menambah kebersamaan sesame warga
masyarakat, juga sebagai wujud rasa syukur akan rezeki yang mereka peroleh
sepanjang tahun. Ketupat Tolak Bala Rebo Kasan Acara nganggung dimulai dengan
mendengarkan nasehat dari pemuka agama.Setelah semua selesai, baru kemudian m
asyarakat menikmati hidangan yang telah dibawa ke masjid menggunakan dulang.

Ada juga acara nganggung yang khusus dilakukan untuk menolak bala bencana
seperti yang dilakukan masyarakat kampong Air Anyir, Bangka. Perayaan nganggung
ini disebut dengan Rebo Kasan oleh masyarakat sekitar. Rebo Kasan dirayakan pada
setiap bulan syafar tahun hijriah tepat pada hari rabu terakhir bulan tersebut. Nama
rebo kasan sendiri berasal dari kata rabu kasat yang berarti rabu terakhir.

Acara rebo kasan sedikit berbeda dengan acara nganggung di kampong lain. Ciri
khas dari rebo kasan adalah salah satu hidangan yang mereka bawa dengan dulang ke
masjid berupa bubur merah putih. Selain membawa bubur merah putih, masyarakat
juga akan membawa ketupat tolak bala. Satu ketupat tolak bala akan dipegang oleh
dua orang disetiap ujungnya. Kemudian masyarakat akan memanjatkan doa bersama
selagi memegang ketupat. Setelah doa selesai, kemudian kedua ujung ketupat akan
ditarik agar terlepas dari anyamannya. Ketupat tolak bala dianyam sedemikian rupa,
apabila salah satu ujungnya ditarik akan terlepas dengan mudah, ketupat ini kosong
tidak seperti ketupat biasanya yang berisi nasi.

Selain ketupat tolak bala,ada satu lagi yang merupakan bagian dari rebo kasan,
yaitu Air Wafak. Air wafak adalah air yang diberi doa wafak. Doa ini ditulis dalam
piring keramik putih polos menggunakan tinta dawer dari Makkah. Oleh
masyarakat,wadah keramik tersebut kemudian dimasukkan ke dalam guci yang diisi
dengan air hingga tulisan doa tersebut larut dan kemudian menghilang. Biasanya
pengunjung akan meminta air yang ada dalam guci tersebut. Mereka percaya air yang
telah diberi doa tersebut bisa menjauhkan mereka dari bala.

Ketupat tolak bala yang telah ditarik kedua ujungnya sehingga terurai dari
anyamannya dan tidak berbentuk ketupat kemudian dikumpulkan menjadi satu.
Selanjutnya masyarakat bersama-sama akan membawa ketupat yang sudah terurai
tersebut ke pantai dekat kampong. Di pantai inilah ketupat akan dibuang kelaut secara
simbolis menunjukan bahwa bala sudah dibuang. Untuk melihat tradisi rebo kasan,
anda harus datang ke Bangka tepat pada hari rabu terakhir bulan Syafar.

2.2. Tradisi Balimau Kasai (Kampar)


Tradisi yang istimewa bagi masyarakat Kampar di Provinsi Riau untuk
menyambut bulan suci ramadhan. Acara ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum
masuknya bulan puasa. Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur
dan kegembiraan memasuki bulan puasa, juga merupakan symbol penyucian diri.
Balimau sendiri berarti mandi dengan air yang dicampur dengan jeruk atau biasa
disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan adalah jeruk purut,jeruk nipis dan jeruk
kapas.
Sedangkan kasaiu adalah wangi, wewangian yang dipakai adalah berkeramaas.
Bagi masyarakat setempat wewangian tersebut dapat mengusir rasa dengki yang ada
dalam kepala, sebelum memasuki bulan puasa.

Sebenarnya upacara bersih diri sebelum memasuki bulan puasa tidak hanya
dimiliki masyarakat Kampar, kalau dikampar upacara ini sering disebut dengan
balimau kasai, maka di kota Pelalawan lebih dikenal dengan Balimau Kasai Potang
Mamogang. Di Sumatra Barat juga dikenal dengan istilah hamper mirip, yakni Mandi
Balimau. Khusus kota Pelalawan ditambah kata potang mamogong memiliki arti
menjelang petang karena menunjuk waktu pelaksanaan acara tersebut.

Tradisi balimau kasai di Kampar, konon telah berlangsung berabad-abad lamanya,


sejak daerah ini masih dibawah kekuasaan kerajaan. Upacara untuk menyambut
kedatangan bulan ramadhan ini dipercayai bermula dari kebiasaan raja pelalawan.
Namun ada juga anggapan lain yang mengatakan bahwa upacara tradisional ini
berasal dari Sumatra Barat. Bagi masyarakat Kampar sendiri upacara balimau kasai
dianggap sebagai tradisi campuran hindu-islam yang telah ada sejak kerajaan Muara
Takus berkuasa.

Keistimewaan balimau kasai merupakan acara adat yang mengandung nilai sacral
yang khas. Wisatawan yang mengikuti acara ini bisa menyaksikan masyarakat
Kampar dan sekitarnya berbondong-bondong menuju pinggir sungai untuk
melakukan ritual mandi bersama. Sebelum masyarakat menceburkan dirike sungai,
ritual ini dimulai dengan makan bersama yang oleh masyarakat sering disebut makan
majemba.
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Upacara Nganggung adalah perayaan yang diperingati setiap ada hari besar islam
walaupun dulunya juga dipakai untuk perayaan lainnya. Upacara Nganggung identic dengan
Dulang. Dulang adalah tudung saji yang dibuat dari daun pandan yang diisi dengan berbagai
macam hidangan.

Upacara Balimau Kasai adalah upacara secara turun temurun yang dilakukan sebelum
masuknya bulan suci Ramadhan. Upacara ini bertujuan untuk mensucikan diri dari dosa dan
kesalahan sebelum memasuki bulan puasa yaitu mandi dengan air dan dicampur dengan air jeruk
(limau)

3.2. Saran

Saran dari saya adalah bagi pembaca atau siapa pun hendaknya mengetahui tradisi-tradisi
yang telah lama dan tidak melupakan tradisi tersebut sehingga tradisi tersebut dapat diturunkan
ke generasi-generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mizan, Kang.”Tradisi Balimau Kasai”.27 November
1999.http//mizane.education.blogspot.com.

Sucipto ,2014.tradisi Nganggung.Bangka.Gramedia.

Victory is mine !!!

Anda mungkin juga menyukai