Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANTROPOLOGI HUKUM

SUKU SASAK

(Maulid Petangan di desa Lendang Nangka, Lombok Timur)

Dosen Pengampu: Dr.Hj. Rina khairani

Kelompok 1

1. BAIQ SITI ANIZA RAHIM (D1A022611)


2. SYARAH FANY ALEXANDRA (D1A022589)
3. TIARA NINGSIH (D1A022594)
4. SORAYA FATMA (DIA022)
5. MAHESA YUDA ISLAMI (D1A022613)
6. RIFQI FATWA ISLAMI (D1A022564)
7. SYACH DEEDAT (D1A022588)
8. ROSI FATHUL HAMBALI (D1A022573)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, maka penulisa bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “budaya sasak” dan dengan harapan semoga makalah
ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehingga lebih mengetahui makna adat
istiadat serta hukum menurut budaya sasak yang ada di desa Lendang Nangka. Makalah ini
juga sebagai persyaratan tugas pada mata kuliah Antropologi Hukum.

Akhir kata semoga bisa bermanfaat bagi anda sekalian khususnya penulis dan semua yang
membaca makalah ini semoga bisa dipergunakan dengan semestinya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Mataram, 3 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….

1.3 Tujuan......................………………………………………….

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Maulid Petangan …………………………....................

2.2 Otonomi daerah Lendang Nangka…………………….......

2.3 Tatacara Maulid Petangan …………….............................................

2.4 Konflik serta penyelesaiannya…........................................

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………….

3.2 Saran ………………………………………………………....

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Suku Sasak adalah salah suku mayoritas yang terdapat di pulau lombok, yang
merupakan suku pribumi yang mendominasi Pulau Lombok. Asal usul suku sasak tidak
sepenuhnya jelas tetapi menurut beberapa teori suku sasak diyakini salah satu keturunan
dari kelompok orang Austronesia yang berimigrasi ke wilayah tersebut pada masa lampau.
Suku sasak dikenal sebagai suku yang memiliki beragam tradisi dan budaya salah satu
tradisi masyarat suku sasak yang masih ada dan dilestarikan terutama di desa Lendang
Nangka, kecamatan Masbagik, kabupaten Lombok Timur adalah Maulid Petangan. Maulid
Petangan merupakan salah satu upacara keagamaan yang penting dalam budaya Sasak.
Maulid Petangan adalah peringatan maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW yang
dilakukan pada malam hari. Upacara ini biasanya diadakan pada bulan Rabiul Awal dalam
penanggalan Islam. Acara ini berkaitan dengan budaya dan agama sebagai bentuk ekspresi
kepada Rasulullah dan leluhur terdahulu untuk memohon berkah.

1. 2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka timbullah permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah maulid petangan?


2. Bagaimana otonomi di daerah tersebut?
3. Bagaimana tata cara pelaksanaan maulid petangan?
4. Bagaimana konflik serta penyelesaian masalah di desa Lendang Nangka?

1. 3 TUJUAN

1. Mempelajari dan memahami pengertian Maulid Petangan


2. Mempelajari`` tata cara maulid petangan serta mengetahui bagaimana cara
penyelesaian komplik pada daerah tersebut
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 PENGERTIAN MAULID PETANGAN

Maulid petangan ini yang berasal dari kata ‘pete’ yang berarti mencari. Karna pada
saat itu Pangeran Panji beserta keluarganya mencari tempat singgah dimana pada saat
peristiwa itu bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid petangan adalah
salah satu perayaan dalam agama islam yang biasanya dirayakan sebelum tanggal 12 Rabi’ul
awal. Maulid petangan adalah acara yang sangat sakral bagi masyarakat sasak, dan mereka
merayakan dengan penuh semangat. Selama acara Maulid Petangan masyarakat sasak
biasanya berkumpul di masjid atau mushola untuk meluntunkan dzikir, membaca syair-syair
yang bersifat memuji Nabi Muhammad, dan mendengarkan ceramah agama. Adapun
kegiatan sosial seperti berbgi makanan dan memberikan sedekah kepada yang membutuhkan.

Upacara ini mencerminkan ke dalam keimanan dan budaya agama islam dalam
masyarakat sasak. Maulid petangan juga menjadi momen penting untuk memperkokoh ikatan
sosial antaranggota komunitas sasak. Selama maulid adapula prosesi yang tidak berakultrasi
dengan konsep agama yang lain. Misalnya meberi sesajen yang merajuk kepada kegiatan
roah, begawe atau syukuran kepada apa yang udah dimiliki. Penyuguhan yang diberi berupa
leko’(daun sirih), ketan, lekas, beras kuning, kelapa yang dibalut dengan gula. hal tersebut
semata mata di lakukan orang sasak untuk menjaga silaturahmin antara sesama makhluk.
Misalnya waktu tersebut dipakai untuk melakukan ritual terhadap benda-benda pusaka,
seperti pencucian keris, batu akik yang ditaruh dalam peti dan digiring menuju tempat yang
dianggap sakral dengan iringan gendang belek. Benda- benda tersebut dibawa keotak aik
tojang dan terakhir melakukan penyembelihan ayam.

2.2 OTONOMI DAERAH LENDANG NANGKA


Otonomi daerah adalah sebuah konsep pemerintahan di indonesia yang memberikan
wewenang kepada daerah-daerah atau kabupaten/kota untuk mengatur urusan
pemerintahannya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan karesterisik daerahnya. Begitu pula
dengan Lendang Nangka adalah salah satu desa di kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok
timur, di lendang Nangka juga terhitung memiliki duapupuh lima dusun

2.3 TATA CARA PELAKSANAAN MAULID PETANGAN


1. Pemusok
Ritual pemusuk adalah salah satu bentuk upacara tradisional yang melibatkan penggunaan
suara dan musik untuk tujuan tertentu. Ritual ini dapat memiliki berbagai makna dan fungsi,
tergantung pada budaya dan konteksnya. Selain itu, pelaksaan Pemosok pada maulid
petangan di Desa Lendang Nangka dilakukan 3 hari sebelum acara puncak, hal ini bertujuan
untuk membersihan keris menggunakan jeruk nipis atau jeruk usok.

2. Pembersihan bale gedeng


Dalam budaya sasak, prosess memebersihan bale gedeng merujuk pada prosess
memebersihkan dan merawat bangunan tradisional sasak yang disebut ”bale gedeng” Bale
gedeng adalah bangunan bersejarah yang memiliki nilai dan budaya dan sosial yang penting
di masyarakat sasak, terutama masyarakat Desa Lendang Nangka. Pembersihan bale gedeng
dalam dalam budaya sasak melibatkan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh komunitas
atau keluarga yang memiliki bale gadang. Tindakan ini termasuk memebersihkan
lantai,dindidng,dan perabotan dalam bangunan, merawat ornamen-ornamen tradisional yang
ada, serta melakukan upacara-upacara adat atau ritual tertentu yang berkaitan dengan
pemeliharaan bale gedeng, pembersihan bale gedeng dalam budaya sasak bukan hanya
sekedar tugas fisik,tetapi juga merupakan bagian penting dari identitas masyarakat sasak.
Upacara atau atau ritual yang terkait dengan pembersihan inindapat melibatkan doa-doa dan
simbolisme yang khas bagi budaya sasak. Yang bertujuan untuk mengenang Raden Panji
Tilar sebagai orang pertama yang menghuni bale gedeng itu.

3. Selamat otak aik


Selamat otak aik atau menyelamatkan sumber air merupakan ritual yang dilakukan untuk
menyelamatkan sumber air yang ada pada daerah tersebut. Dengan cara menyembelih ayam
yang diiringi dengan musik tradisional berupa gendang belek. Hal ini dilakukan 2 hari
sebelum acara puncak.
4. Pembersihan Pusaka
Pembersihan pusaka dan pengangakatan pusaka merupakan bagian dari tradisi atau upacara
adat yang dilakukan sebagai bagian dari susunan acara maulid petangan ini, yang dimulai
dari pagi sampai dengan siang hari, kemudian pada sore hari dilakukan pengangkatan
pusaka.

5. Pencuncian kembali pusaka


Pencucian kembali pusaka ini bertujuan untuk membersihkan kembali pusaka dari debu dan
kotoran serta untuk melestarikan budaya sasak khususnya di Desa Lendang Nangka. Ritual
ini dihadiri oleh 44 orang dari semua dusun dengan diiringi syair al barzanji.

2.4 prespektif warga dari kacamata islam dan hukum indonesia

Melihat tradisi dan budaya maulid petangan yang sudah mengakar ditengah- tengah
Sebagian besar warga lendang Nangka yang melaksanakan tradisi maulid petangan ini, ada
juga Sebagian warga yang bertentangan paham dengan tradisi ini. dikarenakan menurut
Sebagian dari mereka tata cara pelaksanan maulid petangan ini bertentangan dengan syariat
islam mulai dari prosesi yang tidak beratulkurasi dengan agama islam seperti menaruh
sesajen pada saat acara roah, melakukan ritual untuk pusaka, serta pencucian terhadap
benda pusaka yang dikeramatkan. Dari tatacara pelaksanaanyapun mulai dari selamat otak
aik dimana saat prosesi ini dilalukan dengan pemotongan ayang yang disertai dengan
iringan musik tradisional, lalu pada saat ritual pembersihan pusaka yang mengehadirkan 44
orang saat pelasanaanya dimana isi sudah bertentangan dengan kaidah dan syariah islam
walauapun dalam islam sendiri tidak menolak budaya dan tradisi yang berkembang
ditengah Masyarakat karna di dalam islam sendiri mengenal istilah ijtihad yang disebut ‘urf,
yaitu penetapan hukum berdasarkan tradisi yang berkembang pada Masyarakat yang artinya
tradisi dapat dijadikan dasar ketetapan hukum islam dengan syarat tidak bertentangan
dengan al qur’an dan hadis. Sedangkan pada kacamata hukum jika dilihat dari pasal 18 b
undang-undang dasar 1945 yang mengakui dan menghormati kesatuan hukum Masyarakat
adat sekaliagus dengan hak tradisiaonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan Masyarakat dan prinsip negara dan secara yuridis pula telah dicantumkan
dalam pasal 1 ayat 30 uu no.32 tahun 2009 yang menyatakan bahwa learifpan local adlah
nilai luhur yang berlaku dlam tata kehidupan untuk melindungi dan mengelola lingkungan
hidup yang lestari. Tetapi walaupun dengan adanya selisih paham anatr warga disan tidak
membuat lutur tradisi dan budaya yang ada bahkan membuat wadah bagi warga untuk berembuk
agar tradisi yang ada tidak hilang dan tetap sesuai dengan syariah dan kaidah islam.
BAB III

PENUTUP

3. 1 KESIMPULAN

Dari hasil diskusi serta pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwasannya


maulid petangan ini adalah tradisi yang menjadi awal perayaan hari kelahiran nabi
Muhammad saw karena dilaksanakan sebelum tanggal 12 Rabi’ul awal yang di balut dengan
tradisi dan budaya yang ada di lendang Nangka dengan berbagai pesan tersirat di dalamnya
anatran lain seperti pengingat bagi kita untuk membersikah hati dari hal-hal yang tidak baik
serta memperkuat ikatan social antar masyarat.

3. 2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai