Grebeg Besar Keraton Yogyakarta dengan blangkon Pakaian khas adat Kebumen. khas Yogyakarta. (detik.net.id) (inikebumen.net)
Petik laut Muncar Banyuwangi. (kaskus.co.id.) Kemeriahan Harlah NU di Purwodadi
(radar.kudus.jawapos.com)
1. Kearifan Lokal dari Berbagai Suku di Indonesia
a. Kearifan Lokal di Melayu 1) Petang Megang Budaya masyarakat Melayu ini dilaksanakan di Sungai Siak. Hal ini mengacu pada leluhur suku Melayu di Pekanbaru yang memang berasal dari Siak. Kearifan lokal ini diawali dengan ziarah ke berbagai makam pemuka agama dan tokoh- tokoh penting Riau. Ziarah dilakukan setelah shalat Zhuhur. Lalu, dilanjutkan dengan kegiatan utama ziarah ke makam Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah yang juga dikenal dengan nama Marhum Pekan. Beliau merupakan sultan kelima Kerajaan Siak Sri Indrapura (1780‒1782) dan juga pendiri kota Pekanbaru. 2) Balimau Kasai Upacara tradisional ini khusus diadakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Acara ini biasanya dilaksanakan satu hari menjelang masuknya bulan puasa. Selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan Ramadhan, upacara ini juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri. Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Adapun kasai adalah wewangian yang dipakai saat keramas. Bagi masyarakat Kampar, pengharum rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada di dalam kepala sebelum memasuki bulan puasa. 3) Tahlil Jamak atau Kenduri Ruwah Tahlil jamak itu berupa dzikir serta berdoa untuk para arwah orang tua atau sesama muslim. Selain doa, dilaksanakan juga kenduri dengan sajian menu yang bersumber dari sumbangan sukarela warga. Kegiatan tersebut disatukan sejak berdirinya Masjid Penyengat. Bahkan, sampai saat ini, Kenduri Ruwah masih dilakukan secara berjamaah di masjid tersebut. Warga Pulau Penyengat, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, mempunyai tradisi khas menyambut datangnya bulan puasa. 4) Barzanji Budaya Melayu ini masih berlangsung hingga kini. Bahkan, pelaksanaannya terus mengalami perkembangan dengan berbagai inovasi yang ada. Sebagai contoh, penggunaan alat musik modern untuk mengiringi lantunan Barzanji dan shalawat. Barzanji menghubungkan praktik budaya Islam masa kini dengan di masa lalu. Selain itu, melalui Barzanji, masyarakat Melayu Islam dapat mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi Muhammad Saw.
b. Kearifan Lokal di Bugis
1) Upacara Ammateang Budaya ini dalam adat Bugis merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat Bugis saat seseorang di dalam suatu kampung meninggal dunia. Keluarga, kerabat dekat, ataupun kerabat jauh, serta masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang meninggal itu berbondong-bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya membawa sidekka (sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang seperti sarung atau kebutuhan untuk mengurus mayat. Selain itu, ada juga yang membawa passolo (amplop berisi uang sebagai tanda turut berduka cita). Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan dan seterusnya sebelum semua anggota keluarga terdekatnya hadir. Baru setelah semua kerabat terdekat hadir, mayat mulai dimandikan, di mana umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini masih sesuai ajaran Islam dalam tata cara mengurus jenazah dalam hal memandikan sampai menshalatkan. 2) Mabbarasanji/Barzanji/Barazanji Budaya ini biasa dikenal dalam masyarakat Bugis sebagai nilai lain yang mengandung estetika tinggi dan kesakralan. Mabbarasanji mempunyai macam- macam pembagian menurut apa yang ada dalam keseharian mereka sebagai berikut: Barazanji Bugis ‘Ada’ Pa’bukkana’; Barazanji Bugis ‘Ri Tampu’na’ Nabitta’; Barazanji Bugis ‘Ajjajingenna’; Barazanji Bugis ‘Mappatakajenne’; Barazanji Bugis ‘Ripasusunna’; Barazanji Bugis ‘Ritungkana’. Barazanji Bugis ‘Dangkanna’; Barazanji Bugis ‘Mancari Suro’; Barazanji Bugis ‘Nappasingenna Alena’; Barazanji Bugis ‘Akkesingenna’; Barazanji Bugis ‘Sifa’na Nabit’ ta’; Barazanji Bugis ‘Pa’donganna’; serta Barazanji Bugis ‘Ri Lanti’na’. c. Kearifan Lokal di Minang 1) Salawat Dulang Salawat dulang adalah cerita memuji kehidupan Nabi Muhammad Saw. dan atau yang berhubungan dengan persoalan agama Islam diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar. Pertunjukan salawat dulang biasanya dilakukan dalam rangka memperingati hari-hari besar agama Islam dan alek nagari. Pertunjukan ini tidak dilakukan di kedai (lapau) atau lapangan terbuka. Biasanya, salawat dulang hanya dipertunjukkan di tempat yang dipandang terhormat, seperti masjid atau surau. Pertunjukan juga biasanya dimulai selepas Shalat Isya’. Sifat pertunjukan adalah bertanya jawab dan saling melontarkan shalawat. Dalam pertunjukannya, kedua tukang salawat duduk bersebelahan dan menabuh talam secara bersamaan. Keduanya berdendang secara bersamaan atau saling menyambung larik-lariknya. 2) Makan Bajamba (Makan Barapak) Budaya makan ini dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan. Kearifan lokal ini pada umumnya dilangsungkan di hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya. 3) Mandi Balimau Budaya ini dimaksudkan untuk membersihkan hati dan tubuh manusia dalam rangka mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa. Masyarakat tradisional Minangkabau pada zaman dahulu mengaplikasikan wujud dari kebersihan hati dan jiwa dengan cara mengguyur seluruh anggota tubuh atau keramas disertai ritual mandi yang memberikan kenyamanan lahir dan kesiapan batin ketika melaksanakan ibadah puasa. Latihan/ Soal :
I. Jawablah pertanyaan berikut in dengan memilih jawaban a, b, c, atau d
yang paling tepat! 1. Lahirnya seni tradisi Islam baik di Jawa maupun di luar Jawa dengan berbagai nama dan istilahnya merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Kesesuaian antara tradisi Islam Nusantara dengan asal daerahnya adalah .... A. Madura : sekaten B. Bugis : tari pergaulan C. Sunda : wayang D. Jawa : menata konde 2. Upacara dari daerah Kampar Riau yang dilaksanakan sehari menjelang datangnya bulan Ramadhan dengan cara mandi bersuci disertai dengan wewangian bahkan juga menggunakan jeruk nipis, jeruk purut dan jeruk kapas. Kearifan lokal tersebut dinamakan .... A. Petang Megang B. Mandi Ramadhan C. Ruwahan D. Mandi Balimau 3. Wayang dapat dijadikan sebagai media dakwah. Diantara cerita pewayangan yang bernafaskan karya Sunan Kalijaga adalah... A. cerita Bratayuda B. cerita Ramayana C. jamus Kalimasada D. babad alas Kusumo 4. Salah satu kesenian Islam yang diiringi dengan musik rebana,genjring dan ditampilkan dengan arak arakan merupakan pengertian dari .... A. Tari Pergaulan B. Tari Zapin C. Kasidah D. Hadrah 5. Berikut ini adalah contoh adanya kesesuaian antara seni Islam dengan daerah aslinya adalah .... A. Jawa : Cucurak B. Madura : Sekaten C. Sunda : Tingkeban D. Madura : Petang Megang 6. Upacara kematian seseorang dibeberapa wilayah Nusantara memiliki cara yang berbeda. Salah satunya upacara kematian di daerah Bugis .... A. sadranan B. ammateang C. mabbarazanji D. reuneuh Meundingen 7. Kearifan lokal di Nusantara memiliki ciri dan tujuan yang berbeda beda. Diantaranya upacara Rokat Tase di Madura yang bertujuan .... A. Mensyukuri nikmat Allah agar diberi keselamatan dan kelancaran rizki B. Memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW C. Mendoakan arwah leluhur yang telah meninggal D. Menyambut datangnya bulan Ramadhan 8. Wayang dan Kasidah merupakan kesenian Islam sebagai media dakwah para ulama. Nilai yang terkandung dalam kesenian wayang adalah .... A. religius, pendidikan dan filosofis B. religius. pendidikan dan sosial C. religius, pendidikan dan budaya D. religius. Pendidikan dan politik 9. Keberagaman tradisi Islam menjadikan wilayah Nusantara kaya akan budaya. Dibawah ini merupakan bentuk kearifan lokal yang berkembang di Indonesia .... A. tahlilan B. kasodo C. ngaben D. larunga 10. Seni budaya Islam yang berkembang di Indonesia sampai saat ini kemanfaatannya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Upacara sekaten yang dulu berfungsi sebagai media dakwah penyebaran Islam, namun untuk saat dijadikan sebagai .... A. media hiburan menyambut Idul Fitri B. media hiburan merayakan maulid Nabi Muhammad Saw. C. media komunikasi menyambut bulan Ramadhan D. media komunikasi mempersatukan budaya Islam II. Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan benar ! 1. Apa yang akan kamu lakukan untuk melestarikan atau memelihara kesenian dan kebudayaan lokal di sekitarmu yang sudah ada sejak zaman dahulu? 2. Bagaimana sikapmu jika ada salah seorang teman mengajak kamu mengikuti salah satu acara kesenian atau budaya lokal yang bernuansa Islami? 3. Apa tindakanmu jika kamu melihat salah satu teman menghina atau mengejek kesenian lokal di Indonesia yang bernuansa Islami di sekitarmu? 4. Sebutkan berbagai seni dan budaya bernuansa Islam dari Melayu! 5. Klasifikasikan seni budaya yang bernuansa Islami di Indonesia!
Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX 81
Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX 81 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX 81