Anda di halaman 1dari 11

Materi ke-3 BAB IV

Grebeg Besar Keraton Yogyakarta dengan blangkon Pakaian khas adat Kebumen.
khas Yogyakarta. (detik.net.id) (inikebumen.net)

Petik laut Muncar Banyuwangi. (kaskus.co.id.) Kemeriahan Harlah NU di Purwodadi


(radar.kudus.jawapos.com)

1. Kearifan Lokal dari Berbagai Suku di Indonesia


a. Kearifan Lokal di Melayu
1) Petang Megang
Budaya masyarakat Melayu ini dilaksanakan di Sungai Siak. Hal ini mengacu
pada leluhur suku Melayu di Pekanbaru yang memang berasal dari Siak. Kearifan
lokal ini diawali dengan ziarah ke berbagai makam pemuka agama dan tokoh-
tokoh penting Riau. Ziarah dilakukan setelah shalat Zhuhur. Lalu, dilanjutkan
dengan kegiatan utama ziarah ke makam Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil
Muazzam Syah yang juga dikenal dengan nama Marhum Pekan. Beliau
merupakan sultan kelima Kerajaan Siak Sri Indrapura (1780‒1782) dan juga
pendiri kota Pekanbaru.
2) Balimau Kasai
Upacara tradisional ini khusus diadakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Acara ini biasanya dilaksanakan satu hari menjelang masuknya bulan puasa.
Selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan
Ramadhan, upacara ini juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri.
Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk
yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan adalah
jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Adapun kasai adalah wewangian yang
dipakai saat keramas. Bagi masyarakat Kampar, pengharum rambut ini (kasai)
dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada di dalam kepala
sebelum memasuki bulan puasa.
3) Tahlil Jamak atau Kenduri Ruwah
Tahlil jamak itu berupa dzikir serta berdoa untuk para arwah orang tua atau
sesama muslim. Selain doa, dilaksanakan juga kenduri dengan sajian menu yang
bersumber dari sumbangan sukarela warga. Kegiatan tersebut disatukan sejak
berdirinya Masjid Penyengat. Bahkan, sampai saat ini, Kenduri Ruwah masih
dilakukan secara berjamaah di masjid tersebut. Warga Pulau Penyengat, Kota
Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, mempunyai tradisi khas menyambut datangnya
bulan puasa.
4) Barzanji
Budaya Melayu ini masih berlangsung hingga kini. Bahkan, pelaksanaannya
terus mengalami perkembangan dengan berbagai inovasi yang ada. Sebagai
contoh, penggunaan alat musik modern untuk mengiringi lantunan Barzanji dan
shalawat. Barzanji menghubungkan praktik budaya Islam masa kini dengan di
masa lalu. Selain itu, melalui Barzanji, masyarakat Melayu Islam dapat
mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi Muhammad Saw.

b. Kearifan Lokal di Bugis


1) Upacara Ammateang
Budaya ini dalam adat Bugis merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat
Bugis saat seseorang di dalam suatu kampung meninggal dunia. Keluarga,
kerabat dekat, ataupun kerabat jauh, serta masyarakat sekitar lingkungan rumah
orang yang meninggal itu berbondong-bondong menjenguknya. Pelayat yang
hadir biasanya membawa sidekka (sumbangan kepada keluarga yang
ditinggalkan) berupa barang seperti sarung atau kebutuhan untuk mengurus
mayat. Selain itu, ada juga yang membawa passolo (amplop berisi uang sebagai
tanda turut berduka cita). Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan dan
seterusnya sebelum semua anggota keluarga terdekatnya hadir. Baru setelah
semua kerabat terdekat hadir, mayat mulai dimandikan, di mana umumnya
dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau
oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini masih sesuai ajaran Islam dalam tata
cara mengurus jenazah dalam hal memandikan sampai menshalatkan.
2) Mabbarasanji/Barzanji/Barazanji
Budaya ini biasa dikenal dalam masyarakat Bugis sebagai nilai lain yang
mengandung estetika tinggi dan kesakralan. Mabbarasanji mempunyai macam-
macam pembagian menurut apa yang ada dalam keseharian mereka sebagai
berikut: Barazanji Bugis ‘Ada’ Pa’bukkana’; Barazanji Bugis ‘Ri Tampu’na’
Nabitta’; Barazanji Bugis ‘Ajjajingenna’; Barazanji Bugis ‘Mappatakajenne’;
Barazanji Bugis ‘Ripasusunna’; Barazanji Bugis ‘Ritungkana’. Barazanji Bugis
‘Dangkanna’; Barazanji Bugis ‘Mancari Suro’; Barazanji Bugis ‘Nappasingenna
Alena’; Barazanji Bugis ‘Akkesingenna’; Barazanji Bugis ‘Sifa’na Nabit’ ta’;
Barazanji Bugis ‘Pa’donganna’; serta Barazanji Bugis ‘Ri Lanti’na’.
c. Kearifan Lokal di Minang
1) Salawat Dulang
Salawat dulang adalah cerita memuji kehidupan Nabi Muhammad Saw. dan atau
yang berhubungan dengan persoalan agama Islam diiringi irama bunyi ketukan
jari pada dulang atau piring logam besar. Pertunjukan salawat dulang biasanya
dilakukan dalam rangka memperingati hari-hari besar agama Islam dan alek
nagari. Pertunjukan ini tidak dilakukan di kedai (lapau) atau lapangan terbuka.
Biasanya, salawat dulang hanya dipertunjukkan di tempat yang dipandang
terhormat, seperti masjid atau surau. Pertunjukan juga biasanya dimulai selepas
Shalat Isya’. Sifat pertunjukan adalah bertanya jawab dan saling melontarkan
shalawat. Dalam pertunjukannya, kedua tukang salawat duduk bersebelahan dan
menabuh talam secara bersamaan. Keduanya berdendang secara bersamaan atau
saling menyambung larik-lariknya.
2) Makan Bajamba (Makan Barapak)
Budaya makan ini dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara duduk
bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan.
Kearifan lokal ini pada umumnya dilangsungkan di hari-hari besar agama Islam
dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya.
3) Mandi Balimau
Budaya ini dimaksudkan untuk membersihkan hati dan tubuh manusia dalam
rangka mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa. Masyarakat
tradisional Minangkabau pada zaman dahulu mengaplikasikan wujud dari
kebersihan hati dan jiwa dengan cara mengguyur seluruh anggota tubuh atau
keramas disertai ritual mandi yang memberikan kenyamanan lahir dan kesiapan
batin ketika melaksanakan ibadah puasa.
Latihan/ Soal :

I. Jawablah pertanyaan berikut in dengan memilih jawaban a, b, c, atau d


yang paling tepat!
1. Lahirnya seni tradisi Islam baik di Jawa maupun di luar Jawa dengan berbagai nama
dan istilahnya merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Kesesuaian antara
tradisi Islam Nusantara dengan asal daerahnya adalah ....
A. Madura : sekaten
B. Bugis : tari pergaulan
C. Sunda : wayang
D. Jawa : menata konde
2. Upacara dari daerah Kampar Riau yang dilaksanakan sehari menjelang datangnya
bulan Ramadhan dengan cara mandi bersuci disertai dengan wewangian bahkan juga
menggunakan jeruk nipis, jeruk purut dan jeruk kapas. Kearifan lokal tersebut
dinamakan ....
A. Petang Megang
B. Mandi Ramadhan
C. Ruwahan
D. Mandi Balimau
3. Wayang dapat dijadikan sebagai media dakwah. Diantara cerita pewayangan
yang bernafaskan karya Sunan Kalijaga adalah...
A. cerita Bratayuda
B. cerita Ramayana
C. jamus Kalimasada
D. babad alas Kusumo
4. Salah satu kesenian Islam yang diiringi dengan musik rebana,genjring dan ditampilkan
dengan arak arakan merupakan pengertian dari ....
A. Tari Pergaulan
B. Tari Zapin
C. Kasidah
D. Hadrah
5. Berikut ini adalah contoh adanya kesesuaian antara seni Islam dengan daerah aslinya
adalah ....
A. Jawa : Cucurak
B. Madura : Sekaten
C. Sunda : Tingkeban
D. Madura : Petang Megang
6. Upacara kematian seseorang dibeberapa wilayah Nusantara memiliki cara yang
berbeda. Salah satunya upacara kematian di daerah Bugis ....
A. sadranan
B. ammateang
C. mabbarazanji
D. reuneuh Meundingen
7. Kearifan lokal di Nusantara memiliki ciri dan tujuan yang berbeda beda. Diantaranya
upacara Rokat Tase di Madura yang bertujuan ....
A. Mensyukuri nikmat Allah agar diberi keselamatan dan kelancaran rizki
B. Memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW
C. Mendoakan arwah leluhur yang telah meninggal
D. Menyambut datangnya bulan Ramadhan
8. Wayang dan Kasidah merupakan kesenian Islam sebagai media dakwah para ulama.
Nilai yang terkandung dalam kesenian wayang adalah ....
A. religius, pendidikan dan filosofis
B. religius. pendidikan dan sosial
C. religius, pendidikan dan budaya
D. religius. Pendidikan dan politik
9. Keberagaman tradisi Islam menjadikan wilayah Nusantara kaya akan budaya.
Dibawah ini merupakan bentuk kearifan lokal yang berkembang di Indonesia ....
A. tahlilan
B. kasodo
C. ngaben
D. larunga
10. Seni budaya Islam yang berkembang di Indonesia sampai saat ini
kemanfaatannya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Upacara sekaten yang
dulu berfungsi sebagai media dakwah penyebaran Islam, namun untuk saat
dijadikan sebagai ....
A. media hiburan menyambut Idul Fitri
B. media hiburan merayakan maulid Nabi Muhammad Saw.
C. media komunikasi menyambut bulan Ramadhan
D. media komunikasi mempersatukan budaya Islam
II. Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan benar !
1. Apa yang akan kamu lakukan untuk melestarikan atau memelihara kesenian dan
kebudayaan lokal di sekitarmu yang sudah ada sejak zaman dahulu?
2. Bagaimana sikapmu jika ada salah seorang teman mengajak kamu mengikuti salah
satu acara kesenian atau budaya lokal yang bernuansa Islami?
3. Apa tindakanmu jika kamu melihat salah satu teman menghina atau mengejek
kesenian lokal di Indonesia yang bernuansa Islami di sekitarmu?
4. Sebutkan berbagai seni dan budaya bernuansa Islam dari Melayu!
5. Klasifikasikan seni budaya yang bernuansa Islami di Indonesia!

Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX 81


Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX 81
Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX 81

Anda mungkin juga menyukai