Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SKI

“ADAT UPACARA ISLAM DI INDONESIA”

Disusun Oleh :
JIHAN SYARIFATUNISA
IX-C
SMP YPPD
KATA PENGANTAR

Puji syukurkehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan


hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Adat Upacara Islam di Nusantara”

Berdasarkan sumber-sumber yang kami dapat dari luar maupun


dari dalam, walaupun masih banyak kekurangan. Makalah ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai adat upacara Islam
yang ada di Indonesia .

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, disebabkan


karena terbatasnya kemampuan kami, oleh karena itu saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat kami perlukan dari pembaca terutama
dari Bapak Suryadi Bimbingan kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Penulis
UPACARA ADAT ISLAM DI INDONESIA

Berikut ini beberapa Adat Upacara Islam di Indonesia yang


bernuansa Islam :
1. Tahlilan
Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdo’a
kepada Alloh dengan membaca surat Yasin dan beberapa surat dan
ayat pilihan lainnya, diikuti kalimat-kalimat tahlil (laailaaha illallah),
tahmid (Alhamdulillah) dan tasbih (subhanallah).
Biasanya diselenggarakan sebagai ucapan syukur kepada Alloh
SWT (tasyakuran) dan mendo’akan seseorang yang telah meninggal
dunia pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1.000 dan khaul (tahunan). Tradisi ini
berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Budha yaitu Kenduri,
selamatan dan sesaji. Dalam agam Islam tradisi ini tidak dapat
dibenarkan karena mengandung unsure kemusyrikan. Dalam tahlilan
sesaji digantikan dengan berkat atau lauk-pauk yang bisa dibawa
pulang oleh peserta. Ulama yang mengubah tradisi ini adalah Sunan
Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk Islam tidak
terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka
kembali ke agamanya.

2. Sekaten
Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW di lingkungan Keraton Yogyakarta atau Maulud.
Selain untuk Maulud, Sekaten diselenggarakan pada bulan Besar
(Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekati diarak dari Keraton ke
halaman mesjid Agung Yogya dan dibunyikan siang-malam sejak
seminggu sebelum 12 Rabiul Awal. Tradisi ini dipelopori oleh Sunan
Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi
pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian
menjadi Sekaten.

3. Gerebeg Maulud
Acara ini merupakan puncak peringatan maulud. Pada malam
tanggal 11 Rabiul Awal ini, dengan Sri Sultan beserta pembesar
Keraton Yogya hadir di mesjid Agung. Dilanjutkandengan pembacaan-
pembacaan riwayat Nabi dengan ceramah agama.

4. Muludan
Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan
dengan mengadakan Muludan. Peringatan ini dipelopori oleh Sultan
Muhammad Al Fatihuntuk membangkitkan semangat pasukan Muslim
pada perang salib. Peringatan Maulid Nabi sebenarnya tidak
diperintahkan oleh Nabi melainkan budaya agama semata. Di
Indonesia peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat, dari Presiden sampai rakyat biasa. Kegiatan ini diisi
dengan pembacaan riwayat nabi (Barzanji) maupun kegiatan lainnya
seperti perlombaa-perlombaan yang bersifat Islami.

5. Tabut/Tabuit
Dilaksanakan pada hari asyura (10 Muharram) untuk
memperingati pembantaian Hasan dan Husain bin Ali bin Abi Thalib
(cucu Rosulullah) oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbela.
Dilakukan dengan mengarak usungan berwarna-warni (tabut) di pinggir
pantai kemudian dibuang ke laut lepas. Pengarakan biasanya
dilaksanakan setelah terlaksananya acara lainnya dengan
menghidangkan beraneka macam hidangan makanan. Upacara ini
dilaksanakan secara turun temurun di daerah Pariaman (Sumatera
Barat) dan Bengkulu.
6. Megengan
Megengan dalah upacara menyambut datangnya bulan suci
ramadhan, kegiatan utamanya yaitu dengan manabuh bedug sebagai
tanda jatuhnya tanggal 1 ramadhan.
7. Selikuran
Dilakukan dikeraton Surakarta dan Yogyakarta setiap tanggal
21 Ramadhan yang bertujuan untuk menyambut malam lailatul qodar

8. Upacara Ngirab/Rebo Wekasan


Upacara ini ditandai dengan berziarahnya masyarakat setempat
ke makam Sunan Kalijaga, yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir
di bulan Shafar, karena waktu tersebut dianggap hari yang paling baik
untuk menghilangkan bencana dan kemalangan dalam hidup manusia.
Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan berbagai pertandingan
seperti lomba mendayung dan sebagainya. Upacara ini biasa
dilaksanakan di sungai Drajat, Kota Cirebon.

9. Upacara Adat Nyalawean


Upacara Nyalawean merupakan upacara keagamaan untuk
memperingati hari lahirnya Nabi besar Muhammad SAW yang
diselenggarakan di alun-alun desa Trusmi , Kabupaten Cirebon selama
5 hari. Upacara ini dilaksanakan 12 hari setelah peringatan yang sama
di keraton Cirebon. Selain dilaksanakannya upacara keagamaan, juga
mengadakan ziarah ke makam para leluhur orang Trusmi agar
memperoleh rahmat, kesejahteraan serta kebahagiaan.

10. Upacara Lebaran 1 Syawal


Setelah puasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan, pada
tanggal 1 Syawal merupakan hari raya Idul fitri atau hari lebaran, yaitu
hari dimana umat Islam merayakan hari yang penuh kesucian dan
kebebasan, bebas dari puasa dan bebas dari dosa. Pagi hari setelah
solat subuh, umat Islam yang merayakan Lebaran solat berjamaah di
lapangan atau di mesjid, mendengarkan ceramah dan berdo’a. Setelah
itu bersalaman saling memaafkan. Begitu pula sesampainya di rumah
diadakan upacara sungkeman, orang tua duduk berdampingan, anak-
anaknya sungkem bersalaman saling memaafkan antara anggota
keluarga. Setelah itu makan bersama yaitu makan khas Lebaran
“ketupat” beserta lauk-pauk dan makanan lainnya khas lebaran.
Selanjutnya mereka dengan baju barunya pergi ke tetangga dan
kerabat untuk bersilaturahmi saling memaafkan sambil membawa
makanan atau hadiah lainnya. Ada juga yang berziarah terlebih dahulu
ke makam keluarga untuk mendo’akan para arwah. Masyarakat Sunda
umumnya melaksanakan lebaran ini dengan penuh hikmah dan
semangat

11. Upacara Adat Ammateang


Upacara Adat Ammateang atau Upacara Adat Kematian yang
dalam adat Bugis merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat
Bugis saat seseorang dalam suatu kampung meninggal dunia.
Keluarga dan kerabat dekat maupun kerabat yang jauh, juga
masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang meninggal itu
berbondong-bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya
membawa sidekka (sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan)
berupa barang seperti sarung atau kebutuhan untuk mengurus mayat,
selain itu ada juga yang membawa passolo (amplop berisi uang
sebagai tanda turut berduka cita). Mayat belum mulai diurus seperti
dimandikan dan seterusnya sebelum semua anggota terdekatnya
hadir. Baru setelah keluarga terdekatnya hadir, mayat mulai
dimandikan, yang umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang
memang biasa memandikan mayat atau oleh anggota keluarganya
sendiri. Hal ini masih sesuai ajaran Islam dalam tata cara mengurus
jenazah dalam hal memandikannya sampai menshalatkannya.
Daftar Pustaka

Supriadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia


Yatim, Badri . 2007. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,
Jakarta: RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai