Anda di halaman 1dari 8

Tradisi Islam di Nusantara

Oleh :
Rifki Anandikeni/ IXB /27

SMPN 4 NGAGLIK
2023
Tradisi-tradisi Islam di Nusantara

A.Tradisi Halal bihalal

Halal bihalal dilakukan pada Bulan Syawal yang berupa acara saling
bermaafmaafan.Setelah umat Islam selesai puasa Ramadan sebulan penuh, maka
dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah SWT.
Namun, dosa kepada sesama manusia belum akan diampuni jika belum
mendapat kehalalan atau dimaafkan oleh orang tersebut.
Oleh karena itu, tradisi halal bihalal dilakukan dalam rangka saling
memaafkan atas dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan agar kembali kepada
fitrah (kesucian).nTujuan halal bihalal selain saling bermaafan adalah untuk menjalin
tali silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan.
Halal bihalal sebagai sebuah tradisi Islam di nusantara lahir dari sebuah proses
sejarah. Ini dibuat untuk membangun hubungan yang harmonis (silaturahmi) antar
umat untuk berkumpul, saling berinteraksi dan saling bertukar informasi
B.Tradisi Sekaten

Tradisi sekaten adalah tradisi islam yang dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta dan Keraton
Surakarta.

Tujuan dari adanya tradisi sekaten ini adalah untuk mengenang hari kelahiran Nabi
Muhammad saw.

Awalnya tradisi sekaten ini dipelopori oleh Sunan Bonang, yaitu salah satu Wali Songo.

Saat itu, Sunan Bonang mengumpulkan masyarakat dengan tujuan menyampaikan dakwah
Islam.

Setelah berkumpul, masyarakat kemudian disuguhi dengan penampilan gamelan yang disela-
sela pukulannya diselingi dengan pembacaan dua kalimat syahadat secara bersama-sama.

Peristiwa inilah yang kemudian memunculkan lahirnya tradisi sekaten yang asalnya dari kata
syahadat.
C. Tradisi Tabuik

Tradisi Tabuik merupakan salah satu tradisi yang digelar oleh Masyarakat
Pariaman, Sumatera Barat. Tradisi ini menjadi acara tahunan yang disebut sebagai
festival Tabuik. Tradisi Tabuik ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan
diperkirakan telah ada sejak abad ke-19 masehi.

Perhelatan Tradisi Tabuik merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya


cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang jatuh pada tanggal 10
Muharram. Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya wafat dalam perang di
padang Karbala
.
Dilansir dari Jurnalbpnbsumbar.kemdikbud.go.id, Tradisi Tabuik diambil dari
bahasa arab ‘tabut’ yang bermakna peti kayu. Nama tersebut mengacu pada legenda
tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang
disebut buraq.
D. Tradisi Rabu Kasan
Adat istiadat lainnya yang juga masih dirayakan adalah tradisi Rabu Kasan
yang dirayakan tepatnya hari rabu terakhir di bulan Safar. Hal ini sesuai dengan
namanya, yakni Rabu Kasan berasal dari kata Rabu Pungkasan (terakhir).
Upacara Rabu Kasan awalnya dirayakan di Bangka, namun seiring zaman juga
dilakukan di Bogor hingga Gresik. Perayaan yang bertujuan untuk meminta
pertolongan pada Allah SWT, tak lain agar terhindar dari segala musibah dan
bencana.
Di Kabupaten Bangka, tradisi ini dipusatkan di desa Air Anyer, Kecamatan
Merawang. Perayaan akan dilakukan pukul 7 pagi yang diramaikan para penduduk
setempat membawa makanan dan ketupat tolak bala.
Rebo Kasan adalah upacara tradisional yang diadakan sebagai ritual tolak bala yang
dilaksanakan setiap bulan Syafar berdasarkan penanggalan Hijriah di setiap hari Rabu
terakhir oleh masyarakat di Kabupaten Bangka tepatnya di wilayah Desa Air Anyir,
Kecamatan Merawang.
E. Tradisi Kupatan (Bakdo Kupat)

Di Pulau Jawa terdapat tradisi Kupatan, yang bahkan sudah berkembang hingga ke
daerah-daerah lain.
Tradisi membuat kupat ini biasanya dilakukan seminggu setelah  hari raya Idulfitri.

Biasanya, masyarakat akan berkumpul di suatu tempat seperti musala dan masjid
untuk mengadakan selamatan dengan hidangan yang didominasi kupat (ketupat).

Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman (longsong)
dari janur kuning atau daun kelapa yang masih muda.

Sampai saat ini ketupat  menjadi maskot Hari Raya Idulfitri karena sebagai makanan
khas Lebaran.Oleh para Wali, tradisi membuat kupat itu dijadikan sebagai sarana
untuk syiar agama.

Oleh sebagian besar masyarakat, kupat juga menjadi singkatan atau di-jarwo


dhosok-kan menjadi rangkaian kata yang sesuai dengan momennya yaitu
Lebaran.

Kupat adalah singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan menjadi
simbol untuk saling memaafkan.Membuat makanan ini menjadi tradisi Islam di
nusantara.
F.SYAWALAN

Apa Itu Syawalan? Tradisi Unik Setelah Hari Raya Idul Fitri

Suara.com - Setelah Ramadhan usai, tibalah kita pada bulan Syawal. Dalam rangka
menyambut bulan syawal, di beberapa daerah ada tradisi yang disebut dengan syawalan. Nah,
apa itu syawalan?

Tidak semua orang tahu tradisi Syawalan ini. Sebab hanya beberapa masyarakat di
daerah Indonesia saja yang merayakan tradisi ini. Sudahkan Anda mengetahui arti apa itu
syawalan? Jika belum, silahkan simak artikel ini sampai akhir.

Arti Syawalan
Apa itu syawalan yang berkaitan dengan Islam di Indonesia? Sejak kapan ini dikenal atau ada
di Indonesia? Dikutip dari pecihitam.org, Syawalan adalah tradisi unik yang ada hanya di
Indonesia.

Syawalan memiliki makna sebagai pertemuan yang direncakan oleh suatu kelompok
masyarakat atau oleh beberapa orang, di mana mereka akan melakukan silaturahmi berisi
ikrar saling memaafkan dan memulai kehidupan baru yang lebih baik untuk tujuan masa
depan yang lebih tentram.

Pertemuan syawalan itu dilaksanakan utamanya di bulan Syawal, setelah bulan Ramadhan
selesai. Bulan Syawal merupakan bulan ke sepuluh dalam kalender tahun Hijriyah. Asal Usul
Tradisi Syawalan

Apa itu syawalan berkaitan erat dengan tradisi saling memaafkan di hari raya Idul
Fitri. Kegiatan ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat
pedesaan sampai rakyat kota, dari warga negara sipil sampai kepala atau pemimpin negara
seperti Presiden.
Syawalan disebut juga dengan istilah halal bi halal, di mana orang-orang akan mendatangi
rumah orang lain untuk meminta maaf dan pemilik rumah akan menyambut orang itu dengan
gembira dan mereka menjadi bisa saling memaafkan.

Anda mungkin juga menyukai