Anda di halaman 1dari 4

KEARIFAN LOKAL KAMPUNG PARAKAN

SOSIOLOGI

NAMA KELOMPOK:

Muhammad hasbhi

Alfarisi Gibran

Hasan Ismail

Fauzan Umar

Achmad syarif

Nabil bahanan
1. 7 BULANAN:

Biasanya, tradisi ini dilakukan pada saat usia kehamilan telah menginjak 7 bulan. Menariknya,
masyarakat Jawa melakukan tradisi ini, khusus pada anak pertama.

Diadakannya mitoni dengan tujuan agar calon ibu dan calon bayi mendapatkan keselamatan sejak dalam
kandungan hingga tumbuh dewasa. Kemudian, adanya mitoni dapat menjadi sarana silaturahmi bagi
masyarakat sekitar. Lalu, mitoni bertujuan untuk melestarikan budaya nenek moyang, agar tetap
terjaga. Sehingga, hal ini dapat mempertahankan unsur budaya yang ada. Maka, budaya tersebut dapat
menjadi ketetapan atau ciri khas bagi masyarakat Jawa.

Dalam mitoni, terdapat beberapa macam jenang yang dijadikan pelengkap, yakni jenang abang, jenang
putih, jenang kuning, jenang ireng, jenang waras, dan jenang sengkolo. Selain itu, mitoni juga
menggunakan sajian tumpeng, lauk pauk pelengkap, buah-buahan, kembang setaman, serta berbagai
jenis dedaunan.

Namun, mitoni di beberapa daerah memiliki rangkaian acara yang berbeda-beda. Umumnya mitoni
diawali dengan upacara siraman. Tujuannya untuk membersihkan kotoran yang melekat pada tubuh ibu
hamil serta dapat membersihkan hati dan jiwa. Siraman dalam istilah Jawa bertujuan untuk ngruwat
sukerta atau membuang kesialan. Air yang diambil berasal dari 7 {sumur berbeda. Sebenarnya, hal ini
dilakukan sebagai edukasi kepada masyarakat agar lebih mencintai dan merawat bumi dengan baik,
diantaranya menjaga sumber mata air.

Kemudian, ganti busana atau pakaian sebanyak 7 kali. Setiap berganti pakaian, tetua akan menanyakan
kepada tamu undangan “wis pantes durung?” atau “sudah pantas belum?.” Kemudian, tamu undangan
akan menjawab “durung” atau “belum” sampai pada kain yang terakhir atau ketujuh.

Selanjutnya, prosesi brojolan, yakni melepaskan dua buah kelapa muda gading. Kelapa tersebut diberi
gambar tokoh wayang Kamajaya dan Kamaratih. Keduanya melambangkan jenis kelamin perempuan
dan laki-laki. Perumpamaan dalam buah kelapa gading juga menjadi simbol bahwa orang tua sudah siap
menerima apapun jenis kelamin buah hati mereka. Selain itu, acara ini memiliki makna supaya nantinya
bayi dapat terlahir dengan lancar dan selamat.

Sebagai penutup acara, diadakan dodol atau jualan rujak. Aneka macam buah-buahan, seperti nanas,
mangga muda, belimbing, bengkuang, kedondong, jambu, dicampur dengan bumbu
2.TAHLILAN:

Tahlilan adalah ritual/upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan di Indonesia
dan kemungkinan di Malaysia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang
biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada
hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Ada pula yang melakukan
tahlilan pada hari ke-1000.

Kegiatan ini bukan kegiatan yang diwajibkan. orang boleh melakukannya atau tidak. tahlilan bukanlah
kewajiban tapi bid'ah, dan adalah dusta dan mengada-ada jika tahlilan ini dihitung sebagai rukun.
tahlilan adalah pilihan bebas bagi setiap orang dan keluarga berkaitan dengan keinginan mendoakan
orangtua mereka ataukah tidak. tahlilan juga bukanlah kegiatan yang harus dilakukan secara berkumpul-
kumpul di rumah duka dan oleh karenanya dituduhkan membebani tuan rumah. tahlilan itu mendoakan
mayit dan itu bisa dilakukan sendiri-sendiri atau berjamaah, di satu tempat yang sama atau di mana-
mana. menuduhkan tahlil sebagai bid'ah adalah benar dan melawan keyakinan kaum muslim bahwa
anak saleh yang berdoa untuk orangtuanya adalah cita-cita setiap orang.

3.TOLAK BALA ATAU REBO KASAN

Rebo Wekasan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, pada
Rabu terakhir bulan Safar sebagai permohonan tolak bala dan keselamatan.

Tradisi ini merujuk pada kitab Al-Jawahir Al-Khams karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin
Al-‘Atthar.Syaikh al Kamil Fariduddin Sakarkanji berkata:“Sesungguhnya dalam setiap tahun diturunkan
320.000 bencana atau bala dan semuanya diturunkan pada hari Rabu akhir di bulan Safar, maka hari itu
merupakan hari yang paling berat dalam setahun.”Dengan begitu, beberapa orang percaya akan ada
bencana atau bala yang terjadi pada hari Rabu tersebut sehingga diselenggarakannya ibadah atau
amalan.Tahun ini, Rebo Wekasan jatuh pada hari Rabu 21 September 2022 atau 24 Safar 1444
hijriah.Menjadi sebuah tradisi yang kerap dilakukan oleh beberapa kalangan umat Islam di
Indonesia.Peringatan Rebo Wekasan dilakukan dengan menjalankan beberapa ritual keagamaan seperti
salat, berdoa meminta keselamatan, bersedekah, dan bersilaturahmi.Dalam Islam, tradisi Rebo Wekasan
dimulai sejak tragedi Karbala yang terjadi akibat pembantaian keluarga Rasulullah.Akhirnya sejak saat itu
para umat Islam mengenangnya dengan melakukan ibadah dan ritual keagamaan untuk terhindar dari
bala dan musibah.Namun, ibadah ini dilakukan dengan adaptasi dan perkembangan yang berbeda di
setiap negara, seperti di Indonesia tradisi ini dikenal dengan sebutan Rebo Wekasan.Mengutip dari
Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta, tradisi Rebo Wekasan merupakan tradisi yang berasal dari kata 'Rebo'
yang berarti hari 'Rabu'.Lalu, kata 'wekasan' berasal dari kata 'wekas' yang berarti akhir.Dalam
peringatan Rebo Wekasan biasanya diadakan upacara pada malam hari mulai pukul 19.00-05.00.bercita
rasa asam, manis, pedas. Dodol rujak dilakukan oleh calon ibu dengan membawa wadah untuk
menampung hasil jualan. Uang yang digunakan berupa kreweng atau potongan tanah liat.Mengingat
makna dan filosofi yang termuat dalam tradisi ini sangat baik, maka wajib untuk melestarikannya. Agar
tradisi mitoni tetap ada dan bisa diturunkan ke generasi selanjutnya. Sebab, merawat tradisi ini berarti
ikut menjaga kebudayaan Jawa.Meski diperingati oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia, Rebo
Wekasan memiliki tradisi yang berbeda setiap daerahnya. Di beberapa daerah di pulau Jawa, tradisi
Rebo Wekasan dilakukan di pinggir pantai dengan memanjatkan doa-doa.Selain itu, di Banten tradisi
Rebo Wekasan dilakukan dengan ibadah salat berjemaah.Kemudian di Bantul, tradisi Rebo Wekasan
cukup unik, yaitu membuat lemper raksasa yang nantinya akan dibagikan ke masyarakat.Jadi, umumnya
tradisi Rebo Wekasan berjalan dengan salat sunah, lalu diiringi dengan kegiatan khas di setiap daerah
masing-masing.Seperti beberapa daerah di Kalimantan, mereka melakukan acara syukuran atau
pengajian di kampung masing-masing.

•Tujuan Tradisi Rebo Wekasan

Seperti yang telah disebutkan di atas, tradisi ini dilakukan untuk memohon kepada Allah SWT agar
dihindarkan dari segala bala bencana.Jadi, seringkali pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan dilakukan
dengan menjalankan ibadah keagamaan seperti salat hajat lidaf'il bala dan membaca doa tolak bala.

Anda mungkin juga menyukai