Anda di halaman 1dari 13

Tradisi islam di jawa:

1. Adat Istiadat Suku Jawa Ketika Perempuan


Sedang Hamil

hot.detik.com
Pasti semua orang menggap bahwa ketika seorang perempuan hamil itu harus benar-
benar dijaga supaya tidak akan terjadi hal-hal yang buruk menimpa dan anaknya.

Didalam Adat istiadat suku jawapun mempunyai kepercayaan-kepercayaan seperti ini.

Ketika seorang perempuan sedang hamil/mengandung bayi didalam perutnya, didalam


suku jawa seorang perempuan yang sedang mengandung itu akan benar-benar yang
namanya dijaga, supaya tidak akan terjadi hal yang buruk menimpa perempuan dan calon
anaknya itu.

Untuk mengenai hal ini, biasanya didalam penduduk suku jawa akan menyelenggarakan
acara semacam selamatan-selamatan.

Mengadakannya acara selamatan ini dilakukan selama dua kali selama masih pada masa-
masa mengandung/kehamilan, pertama adanya acara selametan ini ketika usia sang bayi
didalam kandungan mencapai tiga bulan, dan acara selamatan yang kedua ini dilakukan
ketika usia sang bayi sudah mencapai umur 7 bulan.

Ketika setiap melakukan selamatan-selamatan itu ada namanya tersendiri, yaitu


selamatan-selamatan yang pertama itu diberi dengan sebutan nama “Neloni”, dan
selamatan yang kedua atau yang terakhir ini disebut dengan sebutan nama “Mitoni”.

Ketika kedua selamatan itu dijalankan, maka akan dibuatnya beberapa jenis makanan
untuk dibagikan kepada kerabat-kerabat terdekat, atau diberikan kepada tetangga-
tetangga.

Makanan-makanan yang dibuat itu seperti jenang blowok, apa jenang blowok itu? Jenang
blowok itu adalah kue yang dibuat dari tepung terigu dengan dilengkapi oleh bungkusan
daun nangka.

Selain dari jenang blowok juga ada makanan yang namanya trancam, trancam itu adalah
makanan yang dibuat dari potongan-potongan timun, kacang toro, tempe goreng, dan
setelah itu dicampur dengan parutan kelapa.

Jenis-jenis makanan yang telah disebutkan pada tulisan diatas ini memang harus dibuat
ketika adanya acara seperti selametan ketika wanita hamil dan tidak boleh yang namanya
ditinggalkan. Ada salah satu ritual yang harus dilakukan untuk ibu hamil, ritual untuk ibu
hamil itu disebut dengan tingkeban (Upacara kehamilan 7 bulan).

Ketika berjalannya ritual ini, perempuan yang sedang mengandung itu akan dimandikan
dengan air yang dicampur bunga-bunga. Selain itu, kain yang akan digunakan sebagai
kemben pun harus 7 jumlahnya, dan digunakan secara bergantian ketika acara tingkeban
berlangsung.

Apabila bayi yang sedang dikandung oleh perempuan itu sudah lahir, didalam suku Jawa
juga mempunyai ritual (Selamatan) khusus untuk menyambutnya lahirnya si dedek bayi.

Adanya ritual (Selametan) ini berfungsi untuk memberi keselamatan pada dedek bayi
yang baru lahir, dan menjaga dedek bayi dari kejadian-kejadian butuk yang akan
menimpanya.
2. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Sekaten

qubicle.id
Didalam suku jawa adanya upacara sekaten ini merupakan bentuk rasa hormat
masyarakat Jawa kepada Baginda Nabi Rasulullah SAW yang mana Rasulullah SAW ini
sudah menyebarkan agama yang mulia (Islam) di tanah Jawa ini.

Selain itu, upacara sekaten juga merupakan upacara peringatan kelahiran Rasulullah SAW
yang mana upacara sekaten ini diadakan selama 7 hari.

Pada saat ini upacara sekaten ini masih dilestarikan di kawasan kerajaan-kerajaan, seperti
di Yogyakarta dan Kota Solo. Bahkan ketika upacara sekaten dimulai, dari pihak kerajaan
keraton didaerah Surakarta ini mengeluarkan 2 jenis alat musik gamelan, yaitu gamelan
Guntur Sari, dan gamelan Kyai Gunturmadu.
3. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kenduren

wangsasyailendra.org
Apakah kamu pernah melihat sesaji seperti gambar diatas? Sesaji diatas ini identik dengan
upacara adat suku jawa ini, yaitu upacara kenduren atau lebih dikenal oleh orang-orang
sebagai sebutan nama selamatan.

Adanya upacara kenduren ini meruapakan hasil penggabungan budaya Jawa dan agama
Islam di pada abad 16 masehi.

Pada awalnya, upacara kenduren ini menggunakan doa-doa agama budha atau
menggunakan doa-doa agama hindu. Kemudian setelah mengalami penggabungan
dengan agama Islam, digantikanlah doa-doa itu menjadi doa-doa yang biasa digunakan
di agama Islam.

Begitu juga dengan sesaji yang dulu biasanya digunakan ketika adanya upacara kenduren
ini, namun pada saat ini sesaji-sesaji itu tidak di gunakan lagi. Untuk saat ini upacara
kenduren ini hanya ditujukan untuk makan-makan bersama, itupun sebagai tanda syukur
kepada Allah SWT, bukan untuk persembahan-persembahan seperti budaya Kejawen
pada zaman dulu.
4. Adat Istiadat Suku Jawa – Pernikahan dalam
Suku Jawa

cvfajarhazmee.wordpress.com
Jika kamu pernah menghadiri ke pernikahan teman kamu yang berada di tanah Jawa,
pasti setelah menghadiri ke pernikahan teman yang berasal dari suku Jawa, kamu pasti
bakal tahu susunan-susunan upacara adat pernikahannya.

Pernikahan tradisional adat Jawa ini sangat dikenal dengan kesuciannya, bahkan sampai
saat ini pernikahan tradisional adat Jawa masih dilestarikan.

Dibawah ini akan ada urutan-urutan pernikahan tradisional adat Jawa:

1. Siraman.
2. Ngerik.
3. Midodareni.
4. Serah-serahan.
5. Nyantri.
6. Balangan Suruh.
7. Panggih.
8. Ritual wiji dadi.
9. Kacar kucur.
10. Dhahar Klimah.
11. Tumplek Sunjen.
12. Sungkeman.
Itulah susunan-susunan pernikahan tradisional didalam adat Jawa.

5. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Tedak


Sinten

nyonyamelly.com
Tedal siten ini adalah selamatan, yang mana didalam kebudayaan adat Jawa harus
mengadakan tedak siten. Selamatan ini dimulai dari si bayi sudah mulai bisa belajar
berjalan. Di beberapa bagian kawasan lain yang berada di Negara Indonesia mengenal
tradisi ini dengan sebutan nama turun tanah.
Dalam upacara tedak siten ini tidak ada maksud tujuan lain/tujuan yang berkaitan dengan
hal-hal mistik. Upacara tedak siten ini tujuannya hanya untuk mengungkapka rasa syukur
kepada sang pecipta, karena Allah telah memberikan nikmat kesehatan, dan nikmat
kesempurnaan fisik pada sang bayi.

6. Adat Istiadat Suku Jawa – Acara Ruwatan

kompas.com
Jika kamu anak tunggal dan kamu hidup di zaman dulu, kamu pasti sudah yang namanya
diruwat. Soalnya, masyarakat-masyarakat jawa percaya jika anak tunggal harus melakukan
ritual ruwatan untuk menghilangkan kesialan dari dirinya.

Tradisi ruatan ini masih di lestarikan, tetapi hanya di dataran tinggi dieng saja, itupun
hanya untuk anak-anak yang berambut gimbal. Masyarakat-masyarakat sana percaya
bahwa anak-anak yang berambut gimbal ini mempunyai keturunan raksasa atau buto,
maka dari itu anak-anak yang berambut gimbal harus diruwat.

Baca Juga: Harga Pertamini Digital


7. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kematian

kisahasalusul.blogspot.com
Apabila ada salah satu penduduk suku Jawa ada yang meninggal, ritual ada istiadat jawa
pun tidak akan lepas untuk mengirinya. Yang dimaksud dengan ritual ini adalah supaya
orang yang meninggal dunia dapat mendapatkan tempat yang terbaik di akhirat nanti.
Ritual (Selamatan).

Biasanya sebelum jenazah dibawa ke pemakaman itu ada ritual-ritul khusus yang
dilakukan oleh seluruh pihak keluarga si jenazah tersebut.

Ritual yang biasa diakukan ini adalah brobosan namanya, yang mana brobosan ini
melintas di bawah mayat yang telah diatas tandu dengan cara berjongkok.

Sesudah melakukan brobosan, ritual adat istiadat suku Jawa pun belum selesai. Ritual ini
dinamakan sebagai istilah sebutan Selamatan. Selamatan orang meninggal ini dilakukan
selama tujuh hari secara berturut-turut, dan acara salamatan ini dilakukan ketika malam
hari sesudah solat maghrib atau sesudah solat isya.

Itulah adat istiadat suku jawa yang digunakan untuk wanita hamil, orang meninggal,
selamatan bayi, anak tunggal, dan lain sebagainya.
Semua adat istiadat suku Jawa ini dilakukan dengan cara turun menurun. Selain itu juga,
kita harus pandai-pandai memilih dalam mana yang memang diperbolehkan oleh syariat-
syariat Islam atau tidak. Mudah-mudahan adanya artikel ini bisa menambah wawasan ilmu
mengenai kebudayaan.

Tradisi islam di sunda:

1. Pesta Laut

via
jabarkahiji.id
Poin yang pertama bernama Pesta Laut. Hal ini mengingat karena
sebagian warga di Jabar mencari nafkah dilaut.

Baca : Alat Transportasi Laut

Upacara pesta laut atau pesta bahari sering diadakan. Tempat yang
sering dilakukan seperti di Pangandaran, Ciamis dan Pelabuhan Ratu,
Sukabumi, maupun daerah-daerah pesisir lainnya di Jawa Barat
seperti Indramayu dan Cirebon. Ketika pelaksanannya, perahu-perahu
nelayan yang mengangkut sesajen dihiasi aksesoris warna-warni.
Pada upacara nelayan juga membawa kepala kerbau berbungkus
kain putih sebagai persembahan dan melemparkannya ke Bahari
sebagai simbol hadiah kepada penguasa lautan dan penolak bala.
Upacara ini diadakan setiap setahun sekali ini ditujukan sebagai
ungkapan rasa syukur dan memohon keselamatan saat melaut.

2. Ngalaksa

via Blogger
Upacara adat Jawa Barat yang berhubungan dengan pertanian
berikutnya ialah bernama Ngalaksa. Upacara Ngalaksa ini lazim
ditemui di daerah Ranca Kalong, Sumedang. Kebiasaan ini dilakukan
dengan membawa padi ke lumbung dengan memakai rengkong
(bambu panjang berlubang buat membawa beras). Sekilas sangat
mirip dengan upacara yang juga dikenal dengan sebutan Seren Taun
.

Bulan Juni jadi pilihan waktu untuk pelaksanaan Ngalaksa. Salah satu
keunikannya ialah terletak dibunyi musik yang memiliki ritme sama
dengan orang yang sedang berjalan, yaitu pada rengkong yang
digoyang – goyang. Seni tradisional Tarawangsa digelar selama
seminggu jalannya upacara ini. Upacara Ngalaksa ditujukan sebagai
wujud rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen daerah
pertanian.

3. Ruwatan Bumi
via
kotasubang.com
Upacara Ruwatan Bumi ini dilaksanakan setiap bulan Februari di
Kabupaten Subang. Ruwatan ini dapat pula disebut Ngaruwat.
Ngaruwat sendiri, menurut masyarakat setempat memiliki beberapa
manfaat, seperti menjaga keamanan, kenyamanan, dan
kesejahteraan kehidupan pertanian.

Dalam pelaksanannya, upacara ini digelar kesenian gemyung di


malam hari. Lalu pagi harinya, masyarakat mengarak Dewi Sri ke
makam leluhur, diiringi oleh kuda kosong, sesepuh, membawa
parupuyan, panteret buah kelapa sambil menyanyi beluk. Selain itu,
juga diiringi oleh seni gemyung, penari yang membawa hanjuang,
penari yang membawa janur, pencak silat, seni dogdog reog,
genjdring, tanji, dan seluruh warga yang mengiringinya dari belakang.
Upacara ini sendiri ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur, tolak
bala, silaturahmi masyarakat, dan penghormatan kepada leluhur.

4. Ngalungsur Pusaka
via Blogger
Upacara Ngalungsur Pusaka ini umumnya dilakukan di daerah Garut.
Upacara adat ini dipimpin oleh seorang juru kunci (kuncen) yang
merupakan bukti bahwa mereka masih melestarikan dan
melaksanakan tradisi leluhurnya juga mensosialisasikan keberadaan
benda-benda pusaka peninggalan Sunan Rohmat Suci.

Pada upacara ini, peserta upacara dapat menyaksikan proses


pencucian benda-benda pusaka itu. Benda-benda pusaka tadi
merupakan sebuah simbol konduite juga perjuangan Sunan Rohmat
Kudus dalam memperjuangkan Islam sewaktu beliau hidup.

5. Ngunjung (Munjung)

via budayajawa.id
Ngunjung (Munjung) berasal dari kata Kunjung, yaitu mengunjungi
dan berdoa di makam leluhur atau orang tua, sebagai perwujudan
rasa syukur masyarakat setempat. Upacara ngunjung/munjung ini
termasuk upacara adat provinsi Jawa Barat yang biasanya dilakukan
oleh masyarakat yang ada di daerah Indramayu, Cirebon, dan
sekitarnya. Lokasi upacara adat ini biasanya di makam leluhur dan
tokoh agama yang disegani dan dipercaya punya nilai keramat.

Anda mungkin juga menyukai