Anda di halaman 1dari 5

10 Upacara Adat Jawa Tengah, Tradisi Unik yang

Masih Dilakukan Warga


, Bantul menggelar tradisi Merti Dusun. (IDN Times/Daruwaskita)

upacara adat Jawa Tengah yang hingga kini masih dikerjakan. Meski zaman telah modern, namun
upaya melestarikan tradisi masih terus dilakukan, diantaranya yakni penyelenggaraan upacara adat.

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali kebudayaan. Ada beragam tradisi dan
upacara adat di setiap daerah. Tentu saja setiap tradisi dan upacara adat memiliki makna serta
tujuanya masing-masing.Apabila Anda sedang mencari informasi tentang upacara adat Jawa
Tengah maka Anda ada di tempat yang tepat. Berikut ini adalah 5 upacara adat jawa tengah yang
perlu Anda ketahui.

Baca Juga: Padusan di Masa Pandemik, Nasib Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Ramadan

1. Mendak Kematian
Upacara adat dari Jawa Tengah yang pertama adalah Mendak Kematian. Upacara adat ini
dilakukan untuk memperingati kematian seseorang pasca 1 tahun meninggal. Menurut sejarah yang
beredar, upacara adat Mendak Kematian berhubungan erat dengan agama Hindu Buddha pada
masa kerajaan dahulu.

Ada sebuah upacara adat dari Jawa Tengah yang mirip dengan Mendak Kematian ini yakni Mitoni.
Perbedaannya adalah mitoni merupakan upacara adat yang ditujukan untuk memperingati tujuh hari
pasca kematian seseorang.

2. Ruwatan
Ruwatan merupakan salah satu upacara adat yang cukup populer di Indonesia. Upacara adat dari
Jawa Tengah ini merupakan sebuah sarana yang dilakukan untuk membebaskan atau menyucikan
diri manusia dari dosa serta kesalahan yang pernah diperbuatnya.

Sebagai contoh, ruwatan kerap dilakukan di wilayah sekitar Dieng Wonosobo. Anak-anak di wilayah
tersebut yang memiliki rambut gimbal akan dianggap sebagai keturunan Buto Ijo yang jahat. Anak-
anak ini harus segera diruwat agar bisa terhindar dari berbagai malapetaka yang mungkin terjadi.
3. Padusan
boyolali.go.idUpacara adat berikutnya yang akan dibahas adalah padusan. Padusan merupakan
sebuah tradisi yang dilakukan ketika bulan Ramadhan tiba. Nama Padusan berasal dari kata Adus
yang artinya mandi, sehingga Padusan ditujukan untuk membersihkan diri baik secara jiwa maupun
raga agar siap dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan yang suci.

Upacara adat ini merupakan salah satu budaya peninggalan dari Walisongo kala masih
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pada saat itu, Walisongo menyatukan budaya Jawa
bergaya dominasi Hindu dengan budaya Islam sehingga terlahirlah upacara padusan.

Upacara ini dilakukan bersama-sama dalam satu sungai sehingga padusan selalu memiliki suasana
yang gembira dan ramai.

4. Kenduren
Istilah kenduren tentu sudah tidak asing bagi beberapa orang yang tinggal di tanah Jawa.
Kenduren atau yang lebih sering dikenal dengan nama Selametan ini merupakan sebuah kegiatan
dimana diadakan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau kepala suku.

Pada zaman dahulu, di upacara Kenduren selalu disajikan sesaji sebagai persembahan. Setelah
dilebur bersama dengan budaya Islam, kenduren berubah dari menyiapkan sesaji menjadi acara
makan bersama setelah acara doa selesai dilakukan.

5. Nyadran
Warga Jawa Tengah memiliki banyak sekali upacara adat yang dilakukan pada bulan suci
Ramadhan. Nyadran merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan ketika bulan suci Ramadhan
dengan tujuan menyambut kedatangannya.

Nyadran sebelumnya adalah tradisi dari agama Hindu Buddha sebelum akhirnya dilebur oleh para
Walisongo. Para sunan mengganti kalimat pujaan kepada roh dengan bacaan Al Qur’an.

Kala itu, tidak banyak masyarakat Jawa yang mau menerima perubahan tersebut. Tetapi lambat
laun, bacaan Al Quran ini bisa diterima dan dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah. Sama seperti
Kenduren, beberapa kegiatan Nyadran juga dilengkapi dengan acara makan bersama dalam satu
tempat berbentuk memanjang.
6. Syawalan (lebaran ketupat)
Syawalan atau masyarakat Jawa sering menyebut dengan lebaran ketupat merupakan salah satu
tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa. Tradisi ini dilakukan tujuh hari setelah hari raya
Idul Fitri.

Jika daerah lainnya menyajikan ketupat pada saat hari raya Idul Fitri, masyarakat Jawa lazimnya
baru menyajikan ketupat saat momen syawalan atau lebaran ketupat

7. Larung Sesaji
Istimewa

Larung Sesaji merupakan upacara adat Jawa yang masih dilakukan. Larung Sesaji adalah tradisi
wujud syukur atas nikmat Tuhan berupa rezeki, keselamatan serta hasil alam yang melimpah, hasil
bumi maupun laut.

Bagi masyarakat Jawa Timur khususnya di Kediri Larung Sesaji, yaitu menghanyutkan sepotong
kepala lembu dan bebek ke Sungai Brantas, kemudian diikuti dengan Labuh Bumi.

Sementara bagi masyarakat Jawa di Solo biasanya yakni menempatkan kepala kerbau di puncak
Gunung Merapi. Berbagai daerah di Jawa juga masih menggelar upacara adat ini meski berbeda-
beda lokasi
8. Peringatan Weton
Tradisi weton atau kelahiran hingga saat ini masih dilakukan oleh mayoritas masyarakat Jawa.
Tradisi wetonan yakni dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur menyambut lahirnya seorang bayi.

Tradisi ini dilakukan harapannya supaya nantinya bayi tersebut terhindar dari bahaya dan bisa
mendapatkan rezeki serta keberuntungan yang lebih.

Tradisi weton selain bagi bayi yang baru lahir biasanya dilakukan juga dengan menggelar bancakan
atau membagi-bagikan makanan dan puasa weton sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Allah
SWT.

9. Tingkeban
/Tingkeban atau mitoni merupakan tradisi masyarakat Jawa yang telah dilaksanakan secara
turun-menurun. Mitoni berasal dari bahasa Jawa pitu yang artinya tujuh, upacara adat ini
dilangsungkan saat seorang ibu tengah mengandung bayi tujuh bulun

Mitoni merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menghilangkan kecemasan seorang ibu
pada saat mengandung bayi.

10. Saparan
Saparan merupakan tradisi Masyarakat Jawa yang masih dilakukan hingga kini. Tiap daerah
berbeda-beda melakukan ritual Saparan tersebut, namun inti dari upacara adat tersebut yakni
bersyukur dan meminta keselamatan dan perlindungan Allah SWT dari malapetaka.

Daerah yang masih melakukan ritual Saparan di Jawa diantara tradisi Yaqowiyu di Klaten, Saparan
Bekakak di Jogja ada juga ritual sapar di Magelang.
TUGAS ADAT DI JAWA

BESERTA KETERANGANNYA

DISUSUN OLEH:

DINDA ZAAHIRA SM

KELAS 6 B

Anda mungkin juga menyukai