Anda di halaman 1dari 12

1.

Wetonan (wedalan)

Wetonan (wedalan) merupakan upacara adat Jawa Tengah yang masih banyak
dikenal oleh manusia. Pengertian dari Wetonan menurut bahasa Jawa berarti keluar
tetapi yang di maksud di sini yaitu lahirnya seseorang. Dalam menyambut
kelahirannya itu, masyarakat akan melakukan upacara ini sebagai sarana mendoakan
agar diberi panjang umur dan di hindarkan berbagai macam mara bahaya.

2. Popokan

Popokan adalah upacara adat di Jawa Tengah. Kegiatan tradisi tradisional ini yaitu
melempar lumpur yang dilakukan oleh warga Beringin di Semarang. Waktu
melakukan Popokan sendiri dilakukan pada saat bulan Agustus di hari Jum’at
Kliwon.
Konon, asal usul tradisi Popokan ini berawal dari dahulu di daerah Beringin. Dimana
masyarakat setempat didatangi seekor macan yang mengganggu dan mengancam
warga desa, sehingga segala macam peralatan digunakan untuk mengusirnya
termasuk dengan melempar lumpur.
Dari situlah upacara Popokan ini dilaksanakan. Tujuannya untuk menghilangkan
kejahatan dan tolak bala di daerah mereka. Kabar menggembirakan, upacara Popokan
ini masih terjaga dengan baik hingga sekarang.
3. Upacara Mendak Kematian

Selanjutnya yaitu tradisi atau upcara Mendak Kematian yang berasa dari Jawa
Tengah. Secara bahasa indonesia, Mendak Kematian merupakan memperingati
kematian setelah satu tahun. Sebenarnya tidak hanya itu saja dalam adat Jawa seperti
Mitoni (tujuh hari pasca kematian).
Berdasarkan sejarah, upacara tersebut memiliki hubungan sangat erat dengan agama
Hindu-Budha.

4. Upacara Ruwatan

Ruwatan merupakan upacara adat propinsi Jawa Tengah sebagai sarana pembebasan
atau penyucian manusia dari dosa dan kesalahannya. Contohnya yaitu masyarakat
sekitar Dieng Wonosobo. Anak-anak yang memiliki rambut gimbal biasanya di
anggap sebagai keturunan Buto Ijo segara di ruwat supaya selamat dari marabahaya.
5. Padusan

Upacara Padusan ini ditujukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Padusan
sendiri berasal dari kata Adus yang berarti ‘mandi’ dan ‘membersihkan diri’. Tradisi
Padusan dilakukan dengan mandi bersama dimana warga setempat akan mandi
sekaligus mensucikan diri baik jiwa dan raga guna menyambut datangnya bulan
Ramadhan dalam kehidupan mereka yang mereka jalani.
Ada yang sebut Padusan salah satu peninggalan budaya Walisongo ketika mereka
menyebarkan ajaran Islam dengan mengkawinkan dengan budaya Jawa yang kala itu
didominasi oleh budaya Hindu.

6. Upacara Nyewu (1000)

Tradisi Upacara Nyewu 1000 hari setelah kematian (nyewu) adalah upacara/tradisi
masyarakat Jawa untuk memperingati kematian seseorang di Jawa Tengah. Upacara
tersebut di lakukan masyarakat setempat secara bersama-sama. Tradisi ini yaitu
mendoakan orang yang telah meninggal seperti bacaan tahlil dan surah Yasin serta
doa yang di pimpin oleh tokoh agama.
7. Upacara Kenduren

Kenduren termasuk sebagai upacara daerah Jawa Tengah. Kata lain dari Kenduren
adalah Slametan yang lebih dikenal kalangan masyarakat. Kebiasaan ini merupakan
adat yang pertama. Sebelum adanya agama Islam di Jawa, Kenduren ialah kegiatan
doa bersama yang di pimpin oleh tokoh agama atau ketua suku. Tetapi pada zaman
dahulu makanan sebagai sesaji dan untuk persembahannya.
Disebabkan adanya perpaduan budaya Islam, akhirnya upacara Jawa mengalami
perubahan yang sangat besar. Kebiasaan yang tadinya sejaji digunakan persembahan
kemudian dihilangkan dan di makan bersama setelah acara usai.

8. Sadran (Nyadran)

Poin yang ini adalah Nyadran. Tradisi Jawa Tengah ini merupakan upacara yang di
lakukan oleh masyarakat Jawa guna menyambut bulan suci Ramadhan. Perlu
diketahui, sebelum adanya agama Islam Nyadran adalah tradisi dari agama Hindu-
Budha. Dan sejak adanya Walisongo di tanah Jawa para Sunan menyebarkan agama
Islam dengan menggabungkan dan meluruskan tradisi-tradisi tersebut.
Agar mudah di terima masyarakat yang masih memuja-muja roh yang di dalam
agama islam itu musyrik. Para sunan mengganti doa dan bacaan-bacaan Al Qur’an
walaupun itu berbenturan dengan tradisi Jawa. Seiring waktu akhirnya bisa di terima
dan diamalkan oleh orang Jawa.
9. Selikuran

Selikuran merupakan upacara yang berlaku di Jawa Tengah. Malam 21 Ramadhan


adalah waktu pelaksanaan tradisi ini. Orang Jawa daerah setempat biasanya dengan
melakukan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama yang mendapat mandat.
Mengetahui artinya, Selikur dalam bahasa Jawa mempunyai arti yang sangat spesial.

Waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendoakan orang-orang
Islam yang telah mendahuluinya. Masyarakat Jawa setempat menganggap kebiasaan
ini sebagai rasa kecintaan mereka kepada agama Islam dan Rasulullah Saw.

10. Upacara Maulid Nabi (Muludan)

Upacara atau tradisi Maulid Nabi berlaku juga di Jawa Tengah. Muludan atau maulid
nabi yang dalam adat Jawa mempunyai arti sebagai hari peringatan lahirnya nabi
Muhammad Saw dan perayaan itu setiap tanggal 12 rabiul awal.

Tradisi merayakan maulid nabi Muhammad Saw tidak hanyak berlaku di Jawa
Tengah. Daerah lain seperti Sumatera Utara, banyak juga umat Islam yang
melaksanakannya. Hanya saja dalam tertib acara disesuaikan dengan kebiasaan yang
berlaku di daerah setempat.
1. Kebo-keboan

Dengan merayakan upacara Kebo-keboan ini. Tradisi tersebut lazimnya dilakukan


oleh para petani jelang menanam atau memanen.

Bagi mereka, dengan melaksanakan upacara ini semoga tanaman mereka dapat
tumbuh dengan baik dan mendapatkan hasil panen yang maksimal. Salah satu simbol
dalam tradisi ini yaitu ditandai dengan 30 orang menyerupai kerbau dan akan di arak
keliling kampung. Mereka akan berjalan seperti kerbau sedang membajak sawah.

2. Upacara Larung Sesaji

Larung Sesaji merupakan upacara yang dilakukan masyarakat Jawa Tengah bagian
pesisir Utara dan Selatan. Motivasi melakukan tradisi ini yaitu wujud rasa syukur
kepada Sang Pencipta atas hasil ikan tangkapan mereka selama melaut. Dan
memohon agar selalu di beri keselamatan dan hasil yang cukup dalam usahanya.

Kebiasaan ini di tandai berbagai bahan pangan dan hewan sembelihan yang di
hanyutkan ke laut. Dan di laksanakan pada tanggal 01 muharram.
3. Upacara Ngapati

Upacara Ngapati yaitu ketika ada seorang wanita hamil yang masa kehamilan tersebut
telah mencapai 4 bulan. Biasanya, orang jawa melakukan acara ini yaitu karena di
usia 4 bulan janin akan diberi nyawa oleh Allah SWT sehingga orang Jawa akan
mendoakannya. Dan sebagai rasa syukur atas karunia yang telah di berikan dengan
cara Ngapati.

Ketika proses Ngapati yaitu berdoa bersama agar kelak ketika sudah lahir akan
menjadi orang yang bermanfaat dan di jauhkan dari larangan agama.

4. Dugderan

(Jawa Tengah) guna menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi ini diawali
dengan pemukulan beduk yang berbunyi “dug dug dug”, kemudian disambut dengan
suara dentuman meriam “der” sehingga masyarakat setempat menamakannya dengan
nama Dugderan.

Usai prosesi Dugderan selesai digelar pawai keliling kota dimana masyarakat tumpah
ruah berpakaian adat dan menyajikan aneka festival tradisonal khas Semarang yang
ditujukan untuk menyambut datangnya bulan puasa yaitu Bulan Ramadhan di Kota
Semarang.
5. Siraman

Tradisi Siraman merupakan upacara adat khas Semarang dimana calon pengantin
wanita harus dimandikan dan disucikan dengan air bunga 7 rupa. Tradisi ini
dilakukan dengan cara menguyurkan dan memandikan calon pengantin perempuan
agar dirinya bisa suci sebelum prosesi pernikahan digelar.

Usai Siraman selesai biasanya calon pengantin perempuan akan dibopong oleh
ayahnya atau keluarganya guna dirias untuk acara sungkeman meminta doa restu
kepada pihak ayah dan ibunya agar pernikahannya bisa lancar dan berkah.

6. Sadran (Nyadran)

Poin yang ini adalah Nyadran. Tradisi Jawa Tengah ini merupakan upacara yang di
lakukan oleh masyarakat Jawa guna menyambut bulan suci Ramadhan. Perlu
diketahui, sebelum adanya agama Islam Nyadran adalah tradisi dari agama Hindu-
Budha. Dan sejak adanya Walisongo di tanah Jawa para Sunan menyebarkan agama
Islam dengan menggabungkan dan meluruskan tradisi-tradisi tersebut.
Agar mudah di terima masyarakat yang masih memuja-muja roh yang di dalam
agama islam itu musyrik. Para sunan mengganti doa dan bacaan-bacaan Al Qur’an
walaupun itu berbenturan dengan tradisi Jawa. Seiring waktu akhirnya bisa di terima
dan diamalkan oleh orang Jawa.
7. Upacara Kenduren

Kenduren termasuk sebagai upacara daerah Jawa Tengah. Kata lain dari Kenduren
adalah Slametan yang lebih dikenal kalangan masyarakat. Kebiasaan ini merupakan
adat yang pertama. Sebelum adanya agama Islam di Jawa, Kenduren ialah kegiatan
doa bersama yang di pimpin oleh tokoh agama atau ketua suku. Tetapi pada zaman
dahulu makanan sebagai sesaji dan untuk persembahannya.
Disebabkan adanya perpaduan budaya Islam, akhirnya upacara Jawa mengalami
perubahan yang sangat besar. Kebiasaan yang tadinya sejaji digunakan persembahan
kemudian dihilangkan dan di makan bersama setelah acara usai.

8. Wetonan (Wedalan)

Wetonan (wedalan) merupakan upacara adat Jawa Tengah yang masih banyak
dikenal oleh manusia. Pengertian dari Wetonan menurut bahasa Jawa berarti keluar
tetapi yang di maksud di sini yaitu lahirnya seseorang. Dalam menyambut
kelahirannya itu, masyarakat akan melakukan upacara ini sebagai sarana mendoakan
agar diberi panjang umur dan di hindarkan berbagai macam mara bahaya.
9. Popokan

Popokan adalah upacara adat di Jawa Tengah. Kegiatan tradisi tradisional ini yaitu
melempar lumpur yang dilakukan oleh warga Beringin di Semarang. Waktu
melakukan Popokan sendiri dilakukan pada saat bulan Agustus di hari Jum’at
Kliwon.
Konon, asal usul tradisi Popokan ini berawal dari dahulu di daerah Beringin. Dimana
masyarakat setempat didatangi seekor macan yang mengganggu dan mengancam
warga desa, sehingga segala macam peralatan digunakan untuk mengusirnya
termasuk dengan melempar lumpur.
Dari situlah upacara Popokan ini dilaksanakan. Tujuannya untuk menghilangkan
kejahatan dan tolak bala di daerah mereka. Kabar menggembirakan, upacara Popokan
ini masih terjaga dengan baik hingga sekarang.

10. Upacara Mendak Kematian

Selanjutnya yaitu tradisi atau upcara Mendak Kematian yang berasa dari Jawa
Tengah. Secara bahasa indonesia, Mendak Kematian merupakan memperingati
kematian setelah satu tahun. Sebenarnya tidak hanya itu saja dalam adat Jawa seperti
Mitoni (tujuh hari pasca kematian).
Berdasarkan sejarah, upacara tersebut memiliki hubungan sangat erat dengan agama
Hindu-Budha.
KLIPING
TRADISI ISLAM DI JAWA

Disusun Oleh :
Nama : Rika Amalia Sari
Kelas : IX C
No. Absen : 26

MTs MIFTAHUL MUBTADIIN TAMBAKAN


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KLIPING
TRADISI ISLAM DI JAWA

Disusun Oleh :
Nama : Dewi Kurina
Kelas : IX B
No. Absen :

MTs MIFTAHUL MUBTADIIN TAMBAKAN


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai