PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Museum Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa Tengah,
Indonesia. Sangiran memiliki area sekitar 48 km². Secara fisiografis Sangiran
terletak pada zona Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak
antara gunung api aktif, Merapi dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di
sebelah timur.
Candi Prambanan adalah salah satu candi terbesar yang ada di Indonesia
dan merupakan salah satu situs kebanggaan yang dimiliki Indonesia baik sebagai
objek wisata maupun sarana keagamaan. Candi ini merupakan candi yang
bercorak Hindu sesuai dengan fakta sejarah yang ada. Candi ini terbilang cukup
unik dan menarik karena pada awalnya candi ini dibangun tidak menggunakan
semen atau perekat lainnya. Penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan
akhirnya menyusunnya dalam bentuk sebuah karya tulis
Karya tulis ini ditulis berdasarkan hasil kunjungan ke Museum Sangiran
dan Candi Prambanan yang terletak di daerah Prambanan Sleman-Yogyakarta
saat study tour. Dalam penulisan karya tulis ini, penulis memiliki beberapa
alasan yaitu penulis secara langsung mengamati bentuk fisik candi Prambanan di
lapangan, mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah yang dipersoaalkan
perlu diteliti dan ditulis.
B. Tujuan
Karya tulis yang berjudul laporan study tour ke Candi Prambanan dan
Museum Sangiran ini ditulis bukanlah tanpa tujuan, adapun tujuan penulisan
adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperluas wawasan penulis dan pembaca mengenai situs sejarah
Museum Sangiran dan Candi Prambanan.
2. Memberikan gambaran umum mengenai Museum Sangiran dan Candi
Prambanan serta perkembangannya.
3. Mengetahui sejarah tentang asal mula dibangunnya Museum Sangiran dan
Candi Prambanan.
4. Menumbuhkan minat generasi muda terhadap sejarah melalui penelitian
benda-benda bersejarah.
C. Manfaat / Kegunaan
Manfaat atau kegunaan dari karya tulis ini kita bisa mengetahui latar belakang
Museum Sangiran dan Candi Prambanan.
A. Museum Sangiran
1. Sejarah Situs Sangiran
Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam
kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa
Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von
Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari “balung
buto” (Bahasa Jawa = tulang raksasa). Demikian penduduk Sangiran
mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah membatu
yang berserakan di sekitar ladang mereka. Balung buto tersebut adalah fosil
yaitu sisa-sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam
bumi.
Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan
Krikilan untuk bahan pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli
lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing
peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di
Pendopo Kelurahan Krikilan.
Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di
Sangiran, kegiatan mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono
sehingga jumlah fosil di Pendopo Kelurahan semakin melimpah. Dari
Pendopo Kelurahan Krikilan inilah lahir cikal-bakal Museum Sangiran.
Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah
maka pada tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen
membangun museum kecil di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m². Museum tersebut diberi
nama “Museum Pestosen”. Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan
kemudian dipindahkan ke Museum tersebut. Saat ini sisa bangunan museum
tersebut telah dirombak dan dialihfungsikan menjadi Balai Desa Krikilan.
Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun
1977 dibangun juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo,
Kabupaten Karanganyar. Museum ini difungsikan sebagai basecamp
sekaligus tempat untuk menampung hasil penelitian lapangan di wilayah
Cagar Budaya Sangiran sisi selatan. Saat ini museum tersebut sudah
dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan dijadikan Pendopo Desa Dayu.
Tahun 1983 pemerintah pusat membangun museum baru yang lebih
besar di Desa Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen. Kompleks Museum ini didirikan di atas tanah seluas 16.675 m².
Bnagunannya antara lain terdiri dari Ruang Pameran, Ruang Pertemuan/
Seminar, Ruang Kantor/ Administrasi, Ruang Perpustakaan, Ruang Storage,
Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/ Ruang Tinggal Peneliti, Ruang
Garasi, dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum
Plestosen Krikilan dan Koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum
yang baru ini. Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan fosil temuan
dari kawasan Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi temuan yang
ada dan sebagai pusat perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.
Tahun 1998 Dinas Praiwisata Propinsi Jawa Tengah melengkaspi
Kompleks Museum Sangiran dendan Bnagunan Audio Visual di sisi timur
museum. Dan tahun 2004 Bupati Sragen mengubah interior Ruang Knator
dan Ruang Pertemuan menjadi Ruang Pameran Tambahan.
Tahun 2003 Pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang
lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal
tahun 2004 ini telah selesai didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang
terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan
lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang
audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran
bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-
lain.
2. Deskripsi Bangunan
Denah asli Candi Prambanan berbentuk persegi panjang, terdiri atas
halaman luar dan tiga pelataran, yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan
(pelataran tengah) dan Njeron (pelataran dalam). Halaman luar merupakan
areal terbuka yang mengelilingi pelataran luar. Pelataran luar berbentuk
bujur dengan luas 390 m2. Pelataran ini dahulu dikelilingi oleh pagar batu
yang kini sudah tinggal reruntuhan. Pelataran luar saat ini hanya merupakan
pelataran kosong. Belum diketahui apakah semula terdapat bangunan atau
hiasan lain di pelataran ini.
Di tengah pelataran luar, terdapat pelataran kedua, yaitu pelataran
tengah yang berbentuk persegi panjang seluas 222 m2. Pelataran tengah
dahulu juga dikelilingi pagar batu yang saat ini juga sudah runtuh. Pelataran
ini terdiri atas empat teras berundak, makin ke dalam makin tinggi. Di teras
pertama, yaitu teras yang terbawah, terdapat 68 candi kecil yang berderet
berkeliling, terbagi dalam empat baris oleh jalan penghubung antarpintu
pelataran. Di teras kedua terdapat 60 candi, di teras ketiga terdapat 52 candi,
dan di teras keempat, atau teras teratas, terdapat 44 candi. Seluruh candi di
pelataran tengah ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu luas
denah dasar 6 m2 dan tinggi 14 m. Hampir semua candi di pelataran tengah
tersebut saat ini dalam keadaan hancur. Yang tersisa hanya reruntuhannya
saja.
Pelataran dalam, merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan
yang dianggap sebagai tempat yang paling suci. Pelataran ini berdenah
persegi empat seluas 110 m2, dengan tinggi sekitar 1,5 m dari permukaan
teras teratas pelataran tengah. Pelataran ini dikelilingi oleh turap dan pagar
batu. Di keempat sisinya terdapat gerbang berbentuk gapura paduraksa. Saat
ini hanya gapura di sisi selatan yang masih utuh. Di depan masing-masing
gerbang pelataran teratas terdapat sepasang candi kecil, berdenah dasar bujur
sangkar seluas 1, 5 m2 dengan tinggi 4 meter. Di pelataran dalam terdapat 2
barisan candi yang membujur arah utara selatan. Di barisan barat terdapat 3
buah candi yang menghadap ke timur. Candi yang letaknya paling utara
adalah Candi Wisnu, di tengah adalah Candi Syiwa, dan di selatan adalah
Candi Brahma. Di barisan timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap
ke barat. Ketiga candi ini disebut candi wahana (wahana = kendaraan),
karena masing-masing candi diberi nama sesuai dengan binatang yang
merupakan tunggangan dewa yang candinya terletak di hadapannya.
Candi yang berhadapan dengan Candi Wisnu adalah Candi Garuda,
yang berhadapan dengan Candi Syiwa adalah Candi Nandi (lembu), dan
yang berhadapan dengan Candi Brahma adalah Candi Angsa. Dengan
demikian, keenam candi ini saling berhadapan membentuk lorong. Candi
Wisnu, Brahma, Angsa, Garuda dan Nandi mempunyai bentuk dan ukuran
yang sama, yaitu berdenah dasar bujur sangkar seluas 15 m2 dengan tinggi
25 m. Di ujung utara dan selatan lorong masing-masing terdapat sebuah
candi kecil yang saling berhadapan, yang disebut Candi Apit.
3. Candi Utama
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu
Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang
Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur.
Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke
barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk
Wisnu.
Dalam filosopi hindu, Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang
Hyang Widhi, sebutan Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan,
memelihara, melebur alam beserta isinya. Trimurti terdiri dari 3 yaitu:
Dewa Brahma yang berfungsi sebagai pencipta/Utpathi, Sakti: Dewi
Saraswati yang merupakan dewi ilmu pengetahuan, Senjata: Busur,
Simbol: A, Warna: Merah.
Dewa Wisnu berfungsi sebagai Pemelihara / Sthiti. Dalam menjalankan
tugasnya beliau dibanti oleh Dewi Laksmi atau Sri. Atribut atau Senjata
dewa Wisnu adalah Cakram dengan Simbol aksara U,Warna Hitam
Dewa SiwaBerfungsi sebagai Penghancur / Pralina yang memiliki
kekuatau atau Sakti Dewi Durga, Uma, dan Parwati. Dewa Siwa
bersenjatakan Trisula Dengan Simbol M dan Warna Panca Warna
4. Candi Pendamping
Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap
ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk
Wisnu. Selain tiga candi pendamping, juga terdapat candi penjaga. Berikut
akan diulas satu persatu.
1. Candi Nandi
Candi ini mempunyai satu tangga masuk yang menghadap ke
barat, yaitu ke Candi Syiwa. Nandi adalah lembu suci tunggangan Dewa
Syiwa. Jika dibandingkan dengan Candi Garuda dan Candi Angsa yang
berada di sebelah kanan dan kirinya, Candi Nandi mempunyai bentuk
yang sama, hanya ukurannya sedikit lebih besar dan lebih tinggi. Tubuh
candi berdiri di atas batur setinggi sekitar 2 meter. Seperti yang terdapat
di Candi Siwa, pada dinding kaki terdapat dua motif pahatan yang
letaknya berselang-seling. Yang pertama merupakan gambar singa yang
berdiri di antara dua pohon kalpataru dan yang kedua merupakan gambar
sepasang binatang yang berteduh di bawah pohon kalpataru. Di atas
pohon bertengger dua ekor burung. Gambar-gambar semacam ini
terdapat juga pada candi wahana lainnya. Candi Nandi memiliki satu
ruangan dalam tubuhnya. Tangga dan pintu masuk ke ruangan terletak di
sisi barat. Dalam ruangan terdapat Arca Lembu Nandi, kendaraan Syiwa,
dalam posisi berbaring menghadap ke barat.
Dalam ruangan tersebut terdapat juga dua arca, yaitu Arca Surya
(dewa matahari) yang sedang berdiri di atas kereta yang ditarik oleh
tujuh ekor kuda dan Arca Candra (dewa bulan) yang sedang berdiri di
atas kereta yang ditarik oleh sepuluh ekor kuda. Dinding ruangan tidak
dihias dan terdapat sebuah batu yang menonjol pada tiap sisi dinding
yang berfungsi sebagai tempat meletakkan lampu minyak. Dinding
lorong di sekeliling tubuhcandi juga polos tanpa hiasan pahatan.
2. Candi Angsa
Candi ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas
dasarnya 13 m2 dan tingginya 22 m. mungkin ruangan ini hanya di pakai
untuk kandang angsa hewan yang biasa di kendarai oleh Brahma.
3. Candi Garuda
Di dalam satu-satunya ruangan yang ada, terdapat area kecil yang
berwujud seekor garuda diatas seekor naga, Garuda adalah kendaraan
Wisnu.
4. Candi Apit
Candi Apit merupakan sepasang candi yang saling berhadapan.
Letaknya, masing-masing, di ujung selatan dan ujung utara lorong di
antara kedua barisan candi besar. Kedua candi ini berdenah bujur
sangkar seluas 6 m2 dengan ketinggian 16 m. tubuh candi berdiri di atas
batur setinggi sekitar 2,5 m. Tidak terdapat selasar di permukaan kaki
candi. Masing-masing mempunyai satu tangga menuju satu-satunya
ruangan dalam tubuhnya. Hanya ada hal yang istimewa tentang candi ini,
ialah ketika candi ini sudah selesai di bangun kembali, kelihatan sangat
indah.
5. Candi Kelir
Luas dasarnya 1, 55 m2 dengan tinggi 4,10 m. Candi ini tidak
mempunyai tangga masuk. Fungsinya sebagai penolak bala.
6. Candi Sudut
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 m.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Sangiran
memiliki area sekitar 48 km². Secara fisiografis Sangiran terletak pada zona
Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung
api aktif, Merapi dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di sebelah timur.
Candi Prambanan merupakan candi hindu yang dibangun oleh raja-raja
dinasti Sanjaya pada abad IX, ditemukanya tulisan nama Pikatan pada candi ini
yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan
kemudian diselesaikan oleh raja Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka
tahun 856 M “Prasasti Siwargiha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan
kedudukan sebagai raja yang besar.
B. Saran-Saran
Setelah Penulis berkunjung ketempat rekreasi ini, penulis mempunyai sedikit
saran untuk tempat rekreasi yang menyenangkan antara lain :
1. Kunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di daerah Yogyakarta agar
dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejara-sejarah dan seni
budaya Indonesia.
2. Jagalah etika dalam berkunjung ke Museum Sangiran dan Candi
Prambanan karena tempat tersebut sejatinya adalah tempat ibadah
3. Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan
melestarikan Museum Sangiran dan Candi Prambanan tersebut tetap
menjadi daya tarik terutama dari segi kepariwisataan, arkeologi dan ilmu
pengetahuan .
4. Penulis mengharapkan kerapihan dan kebersihan di Museum Sangiran dan
Candi Prambanan tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Djogjakarta (2008). Candi Prambanan. http://djogjakarta.blogdetik.com /hr/candi-
Prambanan/ 29 januari 2012.
Srandilmandalagiri.blogspot.com (2011), Laporan Hasil Karya Tulis Ke Candi
Prambanan. http://srandilmandalagiri.blogspot.com/2011/06/ laporan-hasil -
karya-tulis- ke-candi.html, 29 januari 2012.
Suara Pembaharuan (2011). Banyak Rusak, Pemugaran Candi Prambanan Butuh
waktu 8 Tahun.http://www.suarapembaruan.com/home/banyak-rusak-
pemugaran- candi-Prambanan-butuh-waktu-8-tahun/5843. 29 january 2012
Wikipedia (2012. Wikipedia Indonesia. http://wikipedia-Indonesia.com. 29 januari
2012
Wisata Prambanan (2011) Candi Prambanan. Yogyakarta
http://vitaehistorica.blogspot.com/2017/07/Sangiran.