Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Museum Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa Tengah,
Indonesia. Sangiran memiliki area sekitar 48 km². Secara fisiografis Sangiran
terletak pada zona Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak
antara gunung api aktif, Merapi dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di
sebelah timur.
Candi Prambanan adalah salah satu candi terbesar yang ada di Indonesia
dan merupakan salah satu situs kebanggaan yang dimiliki Indonesia baik sebagai
objek wisata maupun sarana keagamaan. Candi ini merupakan candi yang
bercorak Hindu sesuai dengan fakta sejarah yang ada. Candi ini terbilang cukup
unik dan menarik karena pada awalnya candi ini dibangun tidak menggunakan
semen atau perekat lainnya. Penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan
akhirnya menyusunnya dalam bentuk sebuah karya tulis
Karya tulis ini ditulis berdasarkan hasil kunjungan ke Museum Sangiran
dan Candi Prambanan yang terletak di daerah Prambanan Sleman-Yogyakarta
saat study tour. Dalam penulisan karya tulis ini, penulis memiliki beberapa
alasan yaitu penulis secara langsung mengamati bentuk fisik candi Prambanan di
lapangan, mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah yang dipersoaalkan
perlu diteliti dan ditulis.

B. Tujuan
Karya tulis yang berjudul laporan study tour ke Candi Prambanan dan
Museum Sangiran ini ditulis bukanlah tanpa tujuan, adapun tujuan penulisan
adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperluas wawasan penulis dan pembaca mengenai situs sejarah
Museum Sangiran dan Candi Prambanan.
2. Memberikan gambaran umum mengenai Museum Sangiran dan Candi
Prambanan serta perkembangannya.
3. Mengetahui sejarah tentang asal mula dibangunnya Museum Sangiran dan
Candi Prambanan.
4. Menumbuhkan minat generasi muda terhadap sejarah melalui penelitian
benda-benda bersejarah.
C. Manfaat / Kegunaan
Manfaat atau kegunaan dari karya tulis ini kita bisa mengetahui latar belakang
Museum Sangiran dan Candi Prambanan.

D. Ruang Lingkup Pembuatan


Pengamatan merupakansalah satumodal dasar untukmengemukakan
masalah. Sebagai bahan penyusun karya tulis,penulis mengikuti kegiatan Karya
Wisata Ilmiah yang di selenggarakan oleh SMK Muhammadiyah Gubug.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Museum Sangiran
1. Sejarah Situs Sangiran
Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam
kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa
Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von
Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari “balung
buto” (Bahasa Jawa = tulang raksasa). Demikian penduduk Sangiran
mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah membatu
yang berserakan di sekitar ladang mereka. Balung buto tersebut adalah fosil
yaitu sisa-sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam
bumi.
Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan
Krikilan untuk bahan pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli
lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing
peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di
Pendopo Kelurahan Krikilan.
Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di
Sangiran, kegiatan mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono
sehingga jumlah fosil di Pendopo Kelurahan semakin melimpah. Dari
Pendopo Kelurahan Krikilan inilah lahir cikal-bakal Museum Sangiran.
Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah
maka pada tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen
membangun museum kecil di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m². Museum tersebut diberi
nama “Museum Pestosen”. Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan
kemudian dipindahkan ke Museum tersebut. Saat ini sisa bangunan museum
tersebut telah dirombak dan dialihfungsikan menjadi Balai Desa Krikilan.
Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun
1977 dibangun juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo,
Kabupaten Karanganyar. Museum ini difungsikan sebagai basecamp
sekaligus tempat untuk menampung hasil penelitian lapangan di wilayah
Cagar Budaya Sangiran sisi selatan. Saat ini museum tersebut sudah
dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan dijadikan Pendopo Desa Dayu.
Tahun 1983 pemerintah pusat membangun museum baru yang lebih
besar di Desa Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen. Kompleks Museum ini didirikan di atas tanah seluas 16.675 m².
Bnagunannya antara lain terdiri dari Ruang Pameran, Ruang Pertemuan/
Seminar, Ruang Kantor/ Administrasi, Ruang Perpustakaan, Ruang Storage,
Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/ Ruang Tinggal Peneliti, Ruang
Garasi, dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum
Plestosen Krikilan dan Koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum
yang baru ini. Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan fosil temuan
dari kawasan Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi temuan yang
ada dan sebagai pusat perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.
Tahun 1998 Dinas Praiwisata Propinsi Jawa Tengah melengkaspi
Kompleks Museum Sangiran dendan Bnagunan Audio Visual di sisi timur
museum. Dan tahun 2004 Bupati Sragen mengubah interior Ruang Knator
dan Ruang Pertemuan menjadi Ruang Pameran Tambahan.
Tahun 2003 Pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang
lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal
tahun 2004 ini telah selesai didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang
terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan
lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang
audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran
bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-
lain.

2. Proses Terbentuknya Sangiran


Pada awalnya Sangiran merupakan lautan dangkal. Pada saat itu
keadaan bumi masih belum stabil seperti sekarang, di beberapa bagian bumi
seringkali mendapatkan pergerakan di dalam perut bumi yang disebabkan
adanya dorongan tekanan endogen. Sangiran juga mengalami hal serupa,
karena adanya dorongan tenaga endogen (dari dalam bumi) terjadi
pengankatan dan pelipatan pada permukaan laut Sangiran. Akibat dn
pelipatan permukaan maka terbentuklah daratan-daratan yang mengisolasi
sebagaian lautan tersebut sehingga menjadi danau dan rawa-rawa.
Saat terjadinya masa glacial (pembekuan), permukaan air laut
menyusut, itu disebabkan karena adanya pembekuan es di kutub utara maka
muncullah daratan di permukaan bumi. Danau dan rawa Sangiran yang
terbentuk dari lautan dangkal juga menjadi daratan kering.
Proses pembentukan situs Sangiran erat kaitannya dengan aktivitas
gunung lawu tua. Kubah Sangiran diperkirakan terbentuk akibat gaya
kompresi dari runtuhan gunung Lawu tua, gaya endogen berupa pengakatan
dan pelipatan tanah serta gaya gravitasi bumi. Gaya kompresi yang sama
juga menyebabkan terbentuknya kubah-kubah lain seperti: Kubah
Gemolong, Kubah Gamping, Kubah Bringinan, Kubah Gesingan, dan Kubah
Munggur.
Tenaga endogen yang terjadi berulang-berulang mengakibatkan
permukan tanah di Sangiran naik akibatnya adanya dorongan di dalam dan
membentuk bukit. Kemudian karena aktivitas gunung lawu membuat tanah
perbukitan longsor dan membentuk kubah, tanah di sekitar sungai
cemarapun ikut longsor. Akibat dari hal tersebut, terbentuklah lapisan tanah
yang berbeda dari lapisan tanah permukaan. Lapisan tanah yang terbentuk
adalah lapisan dari jaman purbakala dimana hsil dari terbentuknya tanah
Sangiran membuat para ahli purbakala dan masyarakat sekitar menemukan
bukti-bukti kehidupan masa prasejarah. Higga kini lapisan tanah (stratigrafi)
yang dapat ditemukan dan diteliti terdapat 4 lapis.
Situs Sangiran merupakan daerah perbukitan yang terbentuk dari
fragmen-fragmen batu gamping foraminifera dan batu pasir yang tercampur
dengan Lumpur saat masa halosen. Juga yang endapan alivial yang terdiri
dari campuran lempung, pasir, kerikil, dan krakal dengan ketebalan kurang
lebih 2 meter yang dapat terlihat di sungai cemara. Sungai cemara yang
mengalir didaerah Sangiran merupakan sungai anteseden yang menyayat
kubah Sangiran. Hal ini menyebabkan struktur kubah dan stratifigrafi tanah
daerah Sangiran dapat dipelajari dengan baik.
Tersingkapnya tanah di tepi sungai cemara menunjukan aktivitas erosi
dan sedimentasi yang intensif pada masa sekarang. Proses erosi tersebut
mengakibatkan munculnya fosil-fosil binatang maupun manusia purba di
permukaan tanah sehingga sering ditemukan fosil-fosil setelah turun hujan.
Akibat dari dorongan tenaga endogen pada awalnya, aktivitas erosi dan
sedimentasi yang tinggi maka menyebabkan pengangkatan dan pelipatan
tanah Sangiran, sehingga lapisan tanah Sangiran terbagi dari 4 lapisan (dari
lapisan teratas) yaitu Formasi Notopuro, Formasi Kabuh, Formasi Pucangan
dan Formasi Kalibeng.
3. Wilayah Museum Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Sangiran
memiliki area sekitar 48 km². Secara fisiografis Sangiran terletak pada zona
Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung
api aktif, Merapi dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di sebelah timur.
Secara administratif Sangiran terletak di Kabupaten Sragen (meliputi 3
Kecamatan yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta
Kecamatan Gondangrejo) dan kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Sangiran terletak di desa Krikilan, Kec. Kalijambe ( + 40 km dari Sragen
atau + 17 km dari Solo) situs ini menyimpan puluhan ribu fosil dari jaan
pleistocen ( + 2 juta tahun lalu).
Situs Sangiran merupakan daerah perbukitan yang mencakup kawasan
seluas 32 km² dengan bentangan arah dari utara ke selatan kurang lebih 8 km
dan dari barat ke timur kurang lebih 4 km². Daerah ini meliputi 12 kelurahan
di 4 kecamatan, yaitu kecamatan kalijember, gemolong, plupuh, dan
godangrejo. Daerah Sangiran memiliki sebuah sungai yang membelah
daerah tersebut menjadi dua yaitu kali cemara yang bermuara di bengawan
solo.
Fosil-fosil purba ini merupakan 65 % fosil hominid purba di Indonesia
dan 50 % di seluruh dunia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685
fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan.
Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.070/0/1977, tanggal 5 Maret 1977.
Selanjutnya keputusan itu dikuatkan oleh Komite World Heritage UNESCO
pada peringatannya yang ke-20 di Merida, Mexico yang menetapkan
kawasan Sangiran sebagai kawasan World Heritage (warisan dunia) No. 593.

4. Formasi Lapisan Sangiran


Secara struktural Sangiran merupakan daerah yang mengalami
pengangkatan dan perlipatan yang kemudian membentuk struktur kubah
terbalik, yang seiring berjalannya waktu mengalami erosi. Adanya
pengangkatan ini terjadi karena proses penekanan dari kiri ke kanan oleh
tenaga eksogen dan dari bawah ke atas oleh tenaga endogen. Erosi
menyebabkan tersingkapnya lapisan-lapisan tanah secara alamiah. Dimana
di dalamnya terkandung informasi tentang kehidupan sejarah manusia purba
dengan segala yang ada di sekelilingnya (pola hidup dan binatang-binatang
yang hidup bersamanya).
Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu
pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan
akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung
Merbabu, Sangiran menjadi daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-
lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan
lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-
fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil binatang laut banyak
diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.
Adapun lapisan tanah yang tersingkap di wilayah Sangiran terbagi
menjadi 4 lapisan (dari lapisan terbawah) yaitu Formasi Kalibeng, Formasi
Pucangan, Formasi Kabuh, dan Formasi Notopuro.

5. Koleksi-Koleksi Museum Sangiran


1) Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus , Pithecanthropus
mojokertensis (Pithecantropus robustus ), Meganthropus
palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus, Homo soloensis , Homo
neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens .
2) Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus
(gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah),
Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus
sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan
Cervus sp (rusa dan domba).
3) Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting,
gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda
dan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera .
4) Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate,
Ametis
5) Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak
persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak
6) Koleksi lainnya :
a. Fosil kayu yang terdiri dari:
a) Fosil kayu
Temuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Ditemukan pada tahun
1995 pada lapisan tanah lempung warna abu-abu ditemukan
pada formasi pucangan
b) Fosil batang pohon
Temuan dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen. Fosil ini ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah
lempung Warna abu-abu dari endapan ditemukan pada Formasi
pucangan
b. Tulang hasta (Ulna) Stegodon Trigonocephalus
Ditemukan di kawasan cagar sangiran pada tanggal 23 november
1975 di tanah lapisan lempung warna abu –abu Formasi kabuh
bawah.
c. Tulang paha
Ditemukan dari Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe, Kabupaten
Sragen pada tanggal 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung
warna abu – abu dari endapan ditemukan pada formasi pucangan
atas.
d. Tengkorak kerbau
Ditemukan oleh Tardi Pada tanggal 20 November 1992 di Dukuh
Tanjung, Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten
Karanganyar pada lapisan tanah Warna coklat kekuning-kunginan
yang bercampur pasir ditemukan formasi kabuh berdasarkan
penanggalan geologi berumur 700.000-500 tahun
e. Gigi Elephas Namadicus
Ditemukan di situs cagar budaya sangiran Pada tanggal 12
Desember 1975, Pada lapisan tanah pasir bercampur kerikil
berwarna cokelat ditemukan pada Formasi kabuh
a) Fragmen gajah purba, Hidup di daerah cagar budaya sangiran.
Jenisnya adalah:
b) Mastodon
c) Stegodon
d) Elephas
f. Tulang rusuk (Casta) Stegodon Trigonocephalus
Ditemukan oleh Supardi pada tanggal 3 Desember 1991 di Dukuh
Bukuran, Desa Bukuran Kecamatan kalijambe Kabupaten Sragen
pada lapisan lempung warna abu – abu dari endapan pucangan atas.
g. Ruas tulang belakang (Vertebrae)
Ditemukan di situs cagar budaya sangiran pada tanggal 15
Desember 1975 di lapisan tanah pasir berwarna abu – abu pada
formasi kabuh bawah.
h. Tulang jari (Phalanx)
Ditemukan di situs sangiran pada tanggal 28 oktober 1975 pada
lapisan tanah pasir kasar warna cokelat kekuning-kuningan pada
formasi kabuh.
i. Rahang atas Elephas Namadicus
Rahang ini dilengkapi sebagian gading ditemukan oleh Atmo di
Dukuh Ngrejo, Desa Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten
Sragen pada tanggal 24 April 1980 pada lapisan Grenz bank antara
formasi pucangan dan kabuh.
j. Tulang kaki depan bagian atas (Humerus)
Bagian fosil ditemukan oleh Warsito Desa Krikilan, Kecamatan
Kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 28 Desember 1998 pada
lapisan tanah lempung warna abu – abu dari formasi pucangan atas
kala pleistosen bawah
k. Tulang kering
Ditemukan oleh Warsito di Dukuh Bubak Desa Ngebung,
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 4 januari
1993 lapisan tanah lempung warna abu – abu dari formasi pucangan
atas.
l. Fosil Molusca, Klas Pelecypoda dan Klas Gastropoda
m. Binatang air
a) Tengkorak buaya (Crocodilus Sp.) ditemukan pada tanggal 17
Desember 1994 oleh Sunardi di Dukuh Blimbing, Desa
Ngebung, Kecamatan kalijambe kabupaten Sragen pada
formasi pucangan
b) Kura – kura (Chlonia Sp.) ditemukan pada tanggal 1 Februari
1990 oleh hari Purnomo Dukuh Pablengan, Desa krikilan ,
Kecamatan Kalijambe, kabupaten Sragen pada Formasi
pucangan
c) Ruas tulang belakang ikan ditemukan pada tanggal 20
November 1975 oleh Suwarno di Desa Bukuran, Kecamatan
Kalijambe, Kabupaten Sragen pada formasi pucangan
B. Candi Prambanan
1. Sejarah Singkat Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan candi hindu yang dibangun oleh raja-
raja dinasti Sanjaya pada abad IX, ditemukanya tulisan nama Pikatan pada
candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai
Pikatan kemudian diselesaikan oleh raja Rakai Balitung berdasarkan prasasti
berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargiha” sebagai manifest politik untuk
meneguhkan kedudukan sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan
pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berkaitan tidak terawatnya candi di
daerah ini di tambah terjadinya gempa bumi serta beberapa kali letusan
gunung merapi menjadikan candi Prambanan runtuh tinggal puing-puing
batu yang berserakan. Apalagi ditambah dengan gempa pada tahun 2006,
Usaha pemugaran pun mulai dilakukan.
Pada tanggal 20 Desember 1953 pemugaran Candi induk Loro
Jonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Dr. Ir. Soekarno sebagai
Presiden Republik Indonesia Pertama.
Komplek percandian Prambanan terdiri atas bawa, latar tengah dan
latar atas (Latar Pusat) Latar bawah tak berisi apapun. Didalam latar tengah
terdapat reruntuhan candi-candi parawa. Latar pusat adalah latar terpenting
diatas berdiri 6 buah candi besar dan kecil. Candi-candi utama terdiri atas 2
deret yang paling berhadapan.
Deret pertama yaitu candi Siwa, candi Wisnu, dan candi Brahma.
Deret kedua yaitu candi Nandi, candi Angsa dan candi Garuda. Pada ujung
lorong yang memisah kedua deretan candi tersebut terdapat candi apit secara
keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi.

2. Deskripsi Bangunan
Denah asli Candi Prambanan berbentuk persegi panjang, terdiri atas
halaman luar dan tiga pelataran, yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan
(pelataran tengah) dan Njeron (pelataran dalam). Halaman luar merupakan
areal terbuka yang mengelilingi pelataran luar. Pelataran luar berbentuk
bujur dengan luas 390 m2. Pelataran ini dahulu dikelilingi oleh pagar batu
yang kini sudah tinggal reruntuhan. Pelataran luar saat ini hanya merupakan
pelataran kosong. Belum diketahui apakah semula terdapat bangunan atau
hiasan lain di pelataran ini.
Di tengah pelataran luar, terdapat pelataran kedua, yaitu pelataran
tengah yang berbentuk persegi panjang seluas 222 m2. Pelataran tengah
dahulu juga dikelilingi pagar batu yang saat ini juga sudah runtuh. Pelataran
ini terdiri atas empat teras berundak, makin ke dalam makin tinggi. Di teras
pertama, yaitu teras yang terbawah, terdapat 68 candi kecil yang berderet
berkeliling, terbagi dalam empat baris oleh jalan penghubung antarpintu
pelataran. Di teras kedua terdapat 60 candi, di teras ketiga terdapat 52 candi,
dan di teras keempat, atau teras teratas, terdapat 44 candi. Seluruh candi di
pelataran tengah ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu luas
denah dasar 6 m2 dan tinggi 14 m. Hampir semua candi di pelataran tengah
tersebut saat ini dalam keadaan hancur. Yang tersisa hanya reruntuhannya
saja.
Pelataran dalam, merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan
yang dianggap sebagai tempat yang paling suci. Pelataran ini berdenah
persegi empat seluas 110 m2, dengan tinggi sekitar 1,5 m dari permukaan
teras teratas pelataran tengah. Pelataran ini dikelilingi oleh turap dan pagar
batu. Di keempat sisinya terdapat gerbang berbentuk gapura paduraksa. Saat
ini hanya gapura di sisi selatan yang masih utuh. Di depan masing-masing
gerbang pelataran teratas terdapat sepasang candi kecil, berdenah dasar bujur
sangkar seluas 1, 5 m2 dengan tinggi 4 meter. Di pelataran dalam terdapat 2
barisan candi yang membujur arah utara selatan. Di barisan barat terdapat 3
buah candi yang menghadap ke timur. Candi yang letaknya paling utara
adalah Candi Wisnu, di tengah adalah Candi Syiwa, dan di selatan adalah
Candi Brahma. Di barisan timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap
ke barat. Ketiga candi ini disebut candi wahana (wahana = kendaraan),
karena masing-masing candi diberi nama sesuai dengan binatang yang
merupakan tunggangan dewa yang candinya terletak di hadapannya.
Candi yang berhadapan dengan Candi Wisnu adalah Candi Garuda,
yang berhadapan dengan Candi Syiwa adalah Candi Nandi (lembu), dan
yang berhadapan dengan Candi Brahma adalah Candi Angsa. Dengan
demikian, keenam candi ini saling berhadapan membentuk lorong. Candi
Wisnu, Brahma, Angsa, Garuda dan Nandi mempunyai bentuk dan ukuran
yang sama, yaitu berdenah dasar bujur sangkar seluas 15 m2 dengan tinggi
25 m. Di ujung utara dan selatan lorong masing-masing terdapat sebuah
candi kecil yang saling berhadapan, yang disebut Candi Apit.
3. Candi Utama
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu
Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang
Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur.
Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke
barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk
Wisnu.
Dalam filosopi hindu, Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang
Hyang Widhi, sebutan Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan,
memelihara, melebur alam beserta isinya. Trimurti terdiri dari 3 yaitu:
 Dewa Brahma yang berfungsi sebagai pencipta/Utpathi, Sakti: Dewi
Saraswati yang merupakan dewi ilmu pengetahuan, Senjata: Busur,
Simbol: A, Warna: Merah.
 Dewa Wisnu berfungsi sebagai Pemelihara / Sthiti. Dalam menjalankan
tugasnya beliau dibanti oleh Dewi Laksmi atau Sri. Atribut atau Senjata
dewa Wisnu adalah Cakram dengan Simbol aksara U,Warna Hitam
 Dewa SiwaBerfungsi sebagai Penghancur / Pralina yang memiliki
kekuatau atau Sakti Dewi Durga, Uma, dan Parwati. Dewa Siwa
bersenjatakan Trisula Dengan Simbol M dan Warna Panca Warna

Apabila simbol dari ketiga dewa tesebut digabungkan, maka akan


menjadi AUM yang dibaca "OM" ( ॐ ) yang merupakan simbol suci agama
Hindu. Inilah yang menjadi dasar candi Prambanan.

4. Candi Pendamping
Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap
ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk
Wisnu. Selain tiga candi pendamping, juga terdapat candi penjaga. Berikut
akan diulas satu persatu.
1. Candi Nandi
Candi ini mempunyai satu tangga masuk yang menghadap ke
barat, yaitu ke Candi Syiwa. Nandi adalah lembu suci tunggangan Dewa
Syiwa. Jika dibandingkan dengan Candi Garuda dan Candi Angsa yang
berada di sebelah kanan dan kirinya, Candi Nandi mempunyai bentuk
yang sama, hanya ukurannya sedikit lebih besar dan lebih tinggi. Tubuh
candi berdiri di atas batur setinggi sekitar 2 meter. Seperti yang terdapat
di Candi Siwa, pada dinding kaki terdapat dua motif pahatan yang
letaknya berselang-seling. Yang pertama merupakan gambar singa yang
berdiri di antara dua pohon kalpataru dan yang kedua merupakan gambar
sepasang binatang yang berteduh di bawah pohon kalpataru. Di atas
pohon bertengger dua ekor burung. Gambar-gambar semacam ini
terdapat juga pada candi wahana lainnya. Candi Nandi memiliki satu
ruangan dalam tubuhnya. Tangga dan pintu masuk ke ruangan terletak di
sisi barat. Dalam ruangan terdapat Arca Lembu Nandi, kendaraan Syiwa,
dalam posisi berbaring menghadap ke barat.
Dalam ruangan tersebut terdapat juga dua arca, yaitu Arca Surya
(dewa matahari) yang sedang berdiri di atas kereta yang ditarik oleh
tujuh ekor kuda dan Arca Candra (dewa bulan) yang sedang berdiri di
atas kereta yang ditarik oleh sepuluh ekor kuda. Dinding ruangan tidak
dihias dan terdapat sebuah batu yang menonjol pada tiap sisi dinding
yang berfungsi sebagai tempat meletakkan lampu minyak. Dinding
lorong di sekeliling tubuhcandi juga polos tanpa hiasan pahatan.
2. Candi Angsa
Candi ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas
dasarnya 13 m2 dan tingginya 22 m. mungkin ruangan ini hanya di pakai
untuk kandang angsa hewan yang biasa di kendarai oleh Brahma.
3. Candi Garuda
Di dalam satu-satunya ruangan yang ada, terdapat area kecil yang
berwujud seekor garuda diatas seekor naga, Garuda adalah kendaraan
Wisnu.
4. Candi Apit
Candi Apit merupakan sepasang candi yang saling berhadapan.
Letaknya, masing-masing, di ujung selatan dan ujung utara lorong di
antara kedua barisan candi besar. Kedua candi ini berdenah bujur
sangkar seluas 6 m2 dengan ketinggian 16 m. tubuh candi berdiri di atas
batur setinggi sekitar 2,5 m. Tidak terdapat selasar di permukaan kaki
candi. Masing-masing mempunyai satu tangga menuju satu-satunya
ruangan dalam tubuhnya. Hanya ada hal yang istimewa tentang candi ini,
ialah ketika candi ini sudah selesai di bangun kembali, kelihatan sangat
indah.
5. Candi Kelir
Luas dasarnya 1, 55 m2 dengan tinggi 4,10 m. Candi ini tidak
mempunyai tangga masuk. Fungsinya sebagai penolak bala.
6. Candi Sudut
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 m.

5. Perkembangan Pemugaran Candi Prambanan


Candi yang dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi ini mengalami
beberapa renovasi sejak tahun pembuatannya. Tidak lama setelah dibangun,
candi ini ditinggalkan dan mulai rusak. Renovasi candi ini dimulai pada
tahun 1918, dan sampai sekarang belum selesai. Bangunan utama baru
diselesaikan pada tahun 1953. Banyak bagian candi yang direnovasi,
menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau
dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila
minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil
yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi
ini adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai
tahun 1991, berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status
istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan.
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala
Richter (sementara United States Geological Survey melaporkan kekuatan
gempa 6,2 pada skala Richter) menghantam daerah Bantul dan sekitarnya.
Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan
kematian pada penduduk di sana. Salah satu bangunan yang rusak parah
adalah kompleks Candi Prambanan, khususnya Candi Brahma,beberapa
kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu kini sedang diperbaiki. Sejak
tanggal 18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi
Prambanan meski belum bisa masuk ke dalam candi.

6. Lokasi Candi Prambanan


Candi Prambanan terletak persis di perbatasan provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Letaknya kurang lebih 17
km ke arah timur dari Kota Yogyakarta. Cndi Prambanan masuk kedalam
dua wilayah, yakni kecamatan Prambanan kabupaten sleman Privinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah. Kompleks Candi Prambanan berdiri 200 meter
sebelah utara jalan Yogyakarta.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Sangiran
memiliki area sekitar 48 km². Secara fisiografis Sangiran terletak pada zona
Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung
api aktif, Merapi dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di sebelah timur.
Candi Prambanan merupakan candi hindu yang dibangun oleh raja-raja
dinasti Sanjaya pada abad IX, ditemukanya tulisan nama Pikatan pada candi ini
yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan
kemudian diselesaikan oleh raja Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka
tahun 856 M “Prasasti Siwargiha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan
kedudukan sebagai raja yang besar.

B. Saran-Saran
Setelah Penulis berkunjung ketempat rekreasi ini, penulis mempunyai sedikit
saran untuk tempat rekreasi yang menyenangkan antara lain :
1. Kunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di daerah Yogyakarta agar
dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejara-sejarah dan seni
budaya Indonesia.
2. Jagalah etika dalam berkunjung ke Museum Sangiran dan Candi
Prambanan karena tempat tersebut sejatinya adalah tempat ibadah
3. Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan
melestarikan Museum Sangiran dan Candi Prambanan tersebut tetap
menjadi daya tarik terutama dari segi kepariwisataan, arkeologi dan ilmu
pengetahuan .
4. Penulis mengharapkan kerapihan dan kebersihan di Museum Sangiran dan
Candi Prambanan tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Djogjakarta (2008). Candi Prambanan. http://djogjakarta.blogdetik.com /hr/candi-
Prambanan/ 29 januari 2012.
Srandilmandalagiri.blogspot.com (2011), Laporan Hasil Karya Tulis Ke Candi
Prambanan. http://srandilmandalagiri.blogspot.com/2011/06/ laporan-hasil -
karya-tulis- ke-candi.html, 29 januari 2012.
Suara Pembaharuan (2011). Banyak Rusak, Pemugaran Candi Prambanan Butuh
waktu 8 Tahun.http://www.suarapembaruan.com/home/banyak-rusak-
pemugaran- candi-Prambanan-butuh-waktu-8-tahun/5843. 29 january 2012
Wikipedia (2012. Wikipedia Indonesia. http://wikipedia-Indonesia.com. 29 januari
2012
Wisata Prambanan (2011) Candi Prambanan. Yogyakarta
http://vitaehistorica.blogspot.com/2017/07/Sangiran.

Anda mungkin juga menyukai