Anda di halaman 1dari 34

Biografi KH.

Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH.
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis.
Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan
saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.
Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana
Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor
penyebaran agama Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul
Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo,
Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad
Darwisy (Ahmad Dahlan).

Masa Muda
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu
dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun.
Menikah Dengan Nyai Ahmad Dahlan
Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari
pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah,
sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai
Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah.
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang
anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.
Abdullah.
la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad
Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan
Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta.

Bergabung Dengan Organisasi Budi Utomo


Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi
Oetomo – organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau
memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota.
Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo
sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka
sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat
permanen.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional
yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.

Mendirikan Muhammadiyah
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah
organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah
1330).
Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui
organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat
Islam.
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern sesuai
dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional.
Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur’an dengan terjemahan dan tafsir agar
masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur’an semata, melainkan
dapat memahami makna yang ada di dalamnya.
Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang
diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya
hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya.
Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati. Di bidang pendidikan,
Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu.
Yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran
mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum.
Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran
pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah
seperti H.I.S. met de Qur’an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada
sekolah-sekolah umum.
Kiai Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga
semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit,
poliklinik, dan rumah yatim piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah
dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau
mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi
Muhammad SAW.
Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang
berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak.
Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran
agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.

Mendirikan Aisyiyah
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang
khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan
bagian dari Muhammadiyah ini.

Mendirikan Hizbul Wathan


Karena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya
sebagai pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan
membentuk Padvinder atau Pandu – sekarang dikenal dengan nama Pramuka – dengan
nama Hizbul Wathan disingkat H.W.
Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana
pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian
seragam, mirip Pramuka sekarang.
Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para
pemuda yang merupakan bunga harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaian
kader-kader terpercaya.
Ini sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan
progressif. Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan dengan tuntutan keadaan dan
kemajuan zaman.

Tokoh Pembaharu Islam


Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari
tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya dipandang
aneh. Sang Kiai sering diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan
kotoran binatang.
Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan
dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari
bahwa melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak
dan mempunyai risiko.
Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban yang
diajarkannya. Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya.
Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan
untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat
umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi.
Usahanya ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan
metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota
Muhammadiyah.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi
massa Islam terbesar di Indonesia. Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan ini.
Beliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di Indonesia
yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren dan
tidak dengan kitab karangan, melainkan dengan organisasi.
Sebab selama hidup, beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren
seperti halnya ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon
belum pernah mengarang sesuatu kitab atau buku agama.
Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal dan melaksanakan ide-ide
pembaruan Kiai Dahlan ini sangat menarik perhatian para pengamat perkembangan Islam
dunia ketika itu. Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun Barat sangat
memfokuskan perhatian pada Muhammadiyah.
Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia. Dalam kancah
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan beliau sangatlah
besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang diajarkannya merupakan saham
yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH. Muhammad
Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH. Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa);
dari KH. Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi).
Dari Kiai Mahfud dan Syekh KH. Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan
Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu
pengobatan dan racun binatang.
KH Ahmad Dahlan Wafat
Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad
Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di kampung Karangkajen,
Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan di Yogyakarta.

Gelar Pahlawan Nasional


Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada
beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan
tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.
Kisah tentang KH Ahmad Dahlan juga diangkat ke layar lebar pada tahun 2010
dengan judul film ‘Sang Pencerah‘ yang menceritakan tentang kisah KH Ahmad Dahlan
dan terbentuknya Muhammadiyah.
Biodata Ki Hajar Dewantara

Nama Lengkap : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat


Nama Panggilan : Ki Hadjar Dewantara
Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat : Yogyakarta, 26 April 1959
Agama : Islam
Orang Tua : Pangeran Soerjaningrat (Ayah), Raden Ayu Sandiah (ibu)
Saudara : Soerjopranoto
Istri : Nyi Sutartinah
Anak : Ratih Tarbiyah, Syailendra Wijaya, Bambang Sokawati Dewantara,
Asti Wandansari, Subroto Aria Mataram. Sudiro Alimurtolo.

Biografi KI Hajar Dewantara


Beliau merupakan tokoh pendidikan indonesia dan juga seorang pahlawan
Indonesia. Mengenai biografi dan profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan
nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar
Dewantara.

Ki Hajar Dewantara Muda


Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari
kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan.

Ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam
III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para
kaum bangsawan.

Mulai Bersekolah

Dalam banyak buku mengenai Biografi Ki Hajar Dewantara, Ia pertama kali


bersekolah di ELS yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum
bangsawan. Selepas dari ELS ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu
sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial
Hindia Belanda.

Sekolah STOVIA kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia.


Meskipun bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia
menderita sakit ketika itu.

Menjadi Wartawan

Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-
menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada
masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung
tajam mencerminkan semangat anti kolonial.

“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta


kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan
jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si
inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan
perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo
teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang
terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa
inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit
pun baginya – Ki Hadjar Dewantara.”

Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia


Belanda kala itu yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian ia
diasingkan ke pulau Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri.

Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes
Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai ‘Tiga
Serangkai’. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.

Masuk Organisasi Budi Utomo

Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian
mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi Utomo ia
berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya
semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia.

Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk


mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.

Di pengasingannya di Belanda kemudian Ki Hadjar Dewantara mulai bercita-


bercita untuk memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. Ia berhasil mendapatkan ijazah
pendidikan yang dikenal dengan nama Europeesche Akte atau Ijazah pendidikan yang
bergengsi di belanda. Ijazah inilah yang membantu beliau untuk mendirikan lembaga-
lembaga pendidikan yang akan ia buat di Indonesia.
Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem
pendidikannya sendiri. Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara kemudian mempersunting
seorang wanita keturunan bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang
merupakan putri paku alaman, Yogyakarta.

Mengenai Biografi Ki Hajar Dewantara, Dari pernikahannya dengan R.A


Sutartinah, beliau kemudian dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki
Subroto Haryomataram. Selama di pengasingannya, istrinya selalu mendampingi dan
membantu segala kegiatan suaminya terutama dalam hal pendidikan.

Kembali Ke Indonesia dan Mendirikan Taman Siswa

Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung


sebagai guru di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia
terima di sekolah tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah konsep baru
mengenai metode pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli
1922, sekolah tersebut bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian
kita kenal sebagai Taman Siswa.

Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar
Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika itu.

Semboyan Ki Hadjar Dewantara

Ia pun juga membuat semboyan yang terkenal yang sampai sekarang dipakai dalam dunia
pendidikan Indonesia yaitu :

 Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh).

 Ing madyo mangun karso, (di tengah memberi semangat).

 Tut Wuri Handayani, (di belakang memberi dorongan).


Penghargaan Pemerintah Kepada Ki Hadjar Dewantara

Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara kemudian
diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal
dengan nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa-jasanya, ia kemudian dianugerahi Doktor
Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada.

Selain itu ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga sebagai
Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa-jasanya dalam merintis
pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tanggal kelahiran
beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di
Taman Wijaya Brata. Wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar
Rp. 20.000
Biodata R.A Kartini

Nama Lengkap : Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat


Nama lain : R.A Kartini
Tempat dan Tanggal Lahir : Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879
Wafat : Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904
Agama : Islam
Orang Tua : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat (Ayah),
M.A. Ngasirah (Ibu)
Saudara Kandung : R.M Slamet Sosroningrat, P.A Sosrobusono,
R.A Soelastri, Drs. R.M.P Sosrokartono, R.A Roekmini,
R.A Kardinah, R.A Kartinah, R.M Muljono,
R.A Soematri, R.M Rawito
Suami : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Soesalit Djojoadhiningrat
Biografi R.A Kartini Singkat
Masa Kecil Kartini
R.A Kartini lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Kota Jepara. Nama lengkap
Kartini adalah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat. Mengenai sejarah RA Kartini dan
kisah hidup Kartini, ia lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu ia
memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya.

Kartini dan Keluarganya


Gelar itu sendiri (Raden Ajeng) dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah,
jika sudah menikah maka gelar kebangsawanan yang dipergunakan adalah R.A (Raden
Ayu) menurut tradisi Jawa.
Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV,
seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara. Beliau ini merupakan kakek dari
R.A Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang terpandang sebab
posisinya kala itu sebagai bupati Jepara
Ibu kartini yang bernama M.A. Ngasirah, beliau ini merupakan anak seorang kiai
atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara. Menurut sejarah, Kartini merupakan
keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Bahkan ada yang mengatakan bahwa
garis keturunan ayahnya berasal dari kerajaan Majapahit.
M.A. Ngasirah sendiri bukan keturunan bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa
saja. Oleh karena itu peraturan kolonial Belanda ketika itu mengharuskan seorang Bupati
harus menikah dengan bangsawan juga.
Hingga akhirnya ayah Kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama
Raden Adjeng Woerjan yang merupakan seorang bangsawan keturunan langsung dari Raja
Madura ketika itu.
Dalam Biografi R.A Kartini, diketahui ia memiliki saudara berjumlah 10 orang
yang terdiri dari saudara kandung dan saudara tiri.
Beliau sendiri merupakan anak kelima, namun ia merupakan anak perempuan
tertua dari 11 bersaudara. Sebagai seorang bangsawan, Ia juga berhak memperoleh
pendidikan.

Pendidikan R.A Kartini


Mengenai riwayat pendidikan RA Kartini, Ayahnya menyekolahkan anaknya di
ELS (Europese Lagere School). Disinilah ia kemudian belajar Bahasa Belanda dan
bersekolah disana hingga ia berusia 12 tahun. Sebab ketika itu menurut kebiasaan ketika
itu, anak perempuan harus tinggal dirumah untuk ‘dipingit’.

Pemikiran-Pemikiran R.A Kartini Tentang Emansipasi Wanita


Meskipun berada di rumah, Ia aktif dalam melakukan korespondensi atau surat-
menyurat dengan temannya yang berada di Belanda. Sebab beliau juga fasih dalam
berbahasa Belanda.
Dari sinilah kemudian, Ia mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa yang
ia baca dari surat kabar, majalah serta buku-buku yang ia baca.
Hingga kemudian ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan
pribumi. Dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki
status sosial yang cukup rendah kala itu.
R.A Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah kebudayaan eropa
yang menjadi langganannya yang berbahasa belanda.
Di usiannya yang ke 20, ia bahkan banyak membaca buku-buku karya Louis Coperus yang
berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt.
…Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa
diperbuat orang atas nama agama itu – R.A Kartini.”
Ia juga membaca berbagai roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya
berbahasa belanda. Selain itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max
Havelaar dan Surat-Surat Cinta.
Ketertarikannya dalam membaca kemudian membuat beliau memiliki pengetahuan
yang cukup luas soal ilmu pengetahuan dan kebudayaan. R.A Kartini memberi perhatian
khusus pada masalah emansipasi wanita melihat perbandingan antara wanita eropa dan
wanita pribumi.
Selain itu ia juga menaruh perhatian pada masalah sosial yang terjadi menurutnya,
seorang wanita perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum.
Surat-surat yang kartini tulis lebih banyak berupa keluhan-keluhan mengenai
kondisi wanita pribumi. Ia melihat contoh kebudayaan jawa yang ketika itu lebih banyak
menghambat kemajuan dari perempuan pribumi ketika itu.
Ia juga mengungkapkan dalam tulisannya bahwa ada banyak kendala yang
dihadapi perempuan pribumi khususnya di Jawa agar bisa lebih maju.
Ia menuliskan penderitaan perempuan di jawa seperti harus dipingit. Tidak bebas
dalam menuntuk ilmu atau belajar, serta adanya adat yang mengekang kebebasan
perempuan.
Cita-cita luhur R.A Kartini adalah ia ingin melihat perempuan pribumi dapat
menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini. Gagasan-gagasan baru mengenai
emansipasi atau persamaan hak wanita pribumi. Itu dianggap sebagai hal baru yang dapat
merubah pandangan masyarakat.
Selain itu, tulisan-tulisan Kartini juga berisi tentang yaitu makna Ketuhanan,
Kebijaksanaan dan Keindahan, peri kemanusiaan dan juga Nasionalisme. Inilah yang
menjadi keistimewaaan RA Kartini.
Kartini juga menyinggung tentang agama, misalnya ia mempertanyakan mengapa
laki-laki dapat berpoligami. Dan mengapa mengapa kitab suci itu harus dibaca dan dihafal
tanpa perlu kewajiban untuk memahaminya.
Teman wanita Belanda nya Rosa Abendanon, dan Estelle “Stella” Zeehandelaar
juga mendukung pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh R.A Kartini.
Sejarah mengatakan bahwa Kartini diizinkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang
guru sesuai dengan cita-cita. Namun ia dilarang untuk melanjutkan studinya untuk belajar
di Batavia ataupun ke Negeri Belanda.
Hingga pada akhirnya, ia tidak dapat melanjutanya cita-citanya baik belajar
menjadi guru di Batavia. Ataupun juga kuliah di negeri Belanda. Meskipun ketika itu ia
menerima beasiswa untuk belajar kesana.
Pada tahun 1903 pada saat R.A Kartini berusia sekitar 24 tahun, ia dinikahkan
dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan seorang
bangsawan dan juga bupati di Rembang yang telah memiliki tiga orang istri.
Meskipun begitu, suami R.A Kartini ykni K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo
Adhiningrat memahami apa yang menjadi keinginan istrinya itu.
Sehingga ia kemudian diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita
pertama. Sekolah itu berdiri di sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang yang
kemudian sekarang dikenal sebagai Gedung Pramuka.

Pernikahan R.A Kartini Hingga Wafatnya


Dalam Biografi R.A Kartini, diketahui dari pernikahannya dengan K.R.M. Adipati
Ario Singgih Djojo Adhiningrat, R.A Kartini kemudian melahirkan anak bernama Soesalit
Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904.
Namun miris, beberapa hari kemudian setelah melahirkan anaknya yang pertama,
R.A Kartini kemudian wafat pada tanggal 17 September 1904. Di usianya yang masih
sangat muda yaitu 24 tahun. Beliau kemudian dikebumikan di Desa Bulu, Kabupaten
Rembang.
Berkat perjuangannya kemudian pada tahun 1912, berdirilah Sekolah Wanita oleh
Yayasan Kartini di Semarang kemudian meluas ke Surabaya, Yogyakarta, Malang,
Madiun, Cirebon serta daerah lainnya.
Sekolah tersebut kemudian diberi nama “Sekolah Kartini” untuk menghormati jasa-
jasanya. Yayasan tersebut milik keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis di era
kolonial Belanda.

Terbitnya Buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’

Sepeninggal R.A Kartini, kemudian seorang pria belanda bernama J.H. Abendanon
yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia
Belanda.
Ia mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia
aktif melakukan korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa ketika itu.
Dari situ kemudian disusunlah buku yang awalnya berjudul ‘Door Duisternis tot
Licht‘ yang kemudian diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang
terbit pada tahun 1911.
Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan kelima terdapat surat-
surat yang ditulis oleh Kartini. Pemikiran-pemikiran yang diungkapkan olehnya kemudian
banyak menarik perhatian masyarakat ketika itu terutama kaum Belanda. Karena yang
menulis surat-surat tersebut adalah wanita pribumi.
Pemikirannya banyak mengubah pola pikir masyarakat belanda terhadap wanita
pribumi ketika itu. Tulisan-tulisannya juga menjadi inspirasi bagi para tokoh-tokoh
Indonesia kala itu seperti W.R Soepratman. Beliau kemudian menbuat lagu yang berjudul
‘Ibu Kita Kartini‘. Inilah yang menjadi salah satu prestasi dari RA Kartini.
Atas jasa RA Kartini , Presiden Soekarno sendiri kala itu mengeluarkan instruksi
berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei
1964, yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Soekarno
juga menetapkan hari lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari
Kartini sampai sekarang ini.

Keturunan R.A Kartini Hingga Saat Ini


Seperti diketahui sebelum wafat R.A Kartini mempunyai seorang anak bernama
R.M Soesalit Djojoadhiningrat hasil pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih
Djojo Adhiningrat.
Anak Kartini yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat sempat menjabat sebagai
Mayor Jenderal pada masa kependudukan Jepang.
Ia kemudian mempunyai anak bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu R.A Kartini)
yang kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Ray. Sri Biatini Boedi Setio
Soesalit.
Dari hasil pernikahannya tersebut, beliau mempunyai lima orang anak bernama
(Cicit R.A Kartini) yang masing-masing bernama RA. Kartini Setiawati Soesalit,
kemudian RM. Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen
Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahamt Harjanto Soesalit.
Biodata Ir. Soekarno

 Nama Lengkap : Dr. Ir. H. Soekarno


 Nama Kecil : Koesno Sosrodihardjo
 Nama Panggilan : Bung Karno, Soekarno, Pak Karno
 Lahir : Surabaya, 6 Juni 1901
 Wafat : Jakarta, 21 Juni 1970
 Orang Tua : Soekemi Sosrodihardjo (Ayah), Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu),
 Istri : Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manopo, Ratna Sari
Dewi, Haryati, Yurike Sanger, Heldy Djafar
 Anak : Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan
Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, Totok Suryawan Soekarnoputra, Karina
Kartika Sari Dewi Soekarno, Ayu Gembirowati
Biografi Soekarno
Ir Soekarno dilahirkan di Surabaya tepatnya pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama
asli bernama Koesno Sosrodihardjo, karena sering sakit yang mungkin disebabkan karena
namanya tidak sesuai maka ia kemudian berganti nama menjadi Soekarno.
Ayah beliau bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu bernama Ida Ayu
Nyoman Rai. Orang tuanya bertemu di Bali ketika ayahnya menjadi guru di Bali dan
ibunya merupakan bangsawan di Bali. Soekarno diketahui memiliki saudara atau kakak
kandung perempuan bernama Sukarmini.
Masa Kecil

Mengenai kisah hidup Presiden Soekarno, semasa kecilnya ia tidak tinggal bersama
dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama kakeknya yang bernama
Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Soekarno bahkan sempat bersekolah disana walaupun tidak sampai selesai ikut bersama
dengan orang tuanya pindahh ke Mojokerto.
Di Mojokerto, Soekarno kemudian di sekolahkan di Eerste Inlandse School dimana
ayahnya juga bekerja disitu sebagai guru. Namun ia dipindahkan tahun 1911 ke ELS
(Europeesche Lagere School) yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di
HBS (Hogere Burger School) di Surabaya.
Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di
rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto yang merupakan kawan
dari ayah Soekarno.
Masa Remaja Soekarno
H.O.S Cokroaminoto dikenal sebagai pendiri dari Serikat Islam (SI). Di rumah
Cokroaminoto lah Soekarno berkenalan dengan para pemimpin Sarekat Islam (SI) seperti
Haji Agus Salim dan Abdul Muis.

Soekarno dan Pembelaan “Indonesia Menggugat”


Dalam sejarah presiden Soekarno, diketahui bahwa kasusnya disidangkan oleh
Belanda melalui pengadilan Landraad di Bandung, ketika sudah delapan bulan berlalu
yaitu pada tanggal 18 Desember 1930.

Soekarno dalam pembelaanya membuat judul bernama “Indonesia Menggugat” yang


terkenal. Dimana ia mengungkapkan bahwa bangsa Belanda sebagai bangsa yang serakah
yang telah menindas dan merampas kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Soekarno dan Fatmawati


Dari pembelaannya itu kemudian sehingga membuat Belanda semakin marah
sehingga PNI bentukan Soekarno dibubarkan pada bulan Juli 1930.
Setelah keluar dari penjara bulan desember 1931, Soekarno kemudian bergabung
dengan Partindo tahun 1932 karena ia sudah tidak memiliki partai lagi dan ia kemudian
didaulat sebagai pemimpin Partindo namun ia kembali ditangkap oleh Belanda dan
kemudian diasingkan ke Flores.
Dalam Biografi Soekarno diketahui bahwa tahun 1938, ia kemudian dibuang ke
Bengkulu, disini Soekarno bertemu dengan Mohammad Hatta yang akan menjadi teman
seperjuangannya yang kemudian keduanya akan memproklamasikan Kemerdekaan bangsa
Indonesia.
Di Bengkulu juga Soekarno kemudian berkenalan dengan Fatmawati yang kelak
menjadi istri Soekarno dan ibu negara pertama. Fatmawati merupakan putri dari Hassan
Din yang mengajak Soekarno untuk mengajar di Sekolah Muhammadiyah di Bengkulu.
Tahun 1942, kekuasaan Belanda di Indonesia berakhir setelah Jepang masuk
menyerbu Indonesia. Soekarno yang sempat akan dipindahkan oleh Belanda ke Australia
namun gagal setelah dicegat oleh Jepang.
Soekarno kemudian kembali ke Jakarta. Jepang kemudian memanfaatkan Soekarno
berserta pemimpin Indonesia lainnya untuk menarik hati penduduk Indonesia.

Soekarno dan Jepang


Dalam Biografi Soekarno diketahui bahwa Jepang bahkan menunjuk Soekarno
untuk memimpin tim persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu BPUPKI dan PPKI
setelah berjanji memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Soekarno bahkan sempat
terbang ke Jepang untuk bertemu dengan Kaisar Hirohito.
Soekarno terus menerus melakukan pendekatan dan kerjasama dengan Jepang
dengan tujuan agar Indonesia segera diberi kemerdekaan. Segala persiapan untuk
kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh Soekarno seperti merumuskan Pancasila dan UUD
45 sebagai ideologi dan dasar negara serta perumusan teks proklamasi kemerdekaan
bersama Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo.
Sebelum mengumumkan kemerdekaan Indonesia pada bulan agustus 1945,
Soekarno bersama Mohammad Hatta bersama pemimpin Indonesia yang lainnya terbang
ke Dalat, Vietnam untuk menemui pimpinan tertinggi kekaisaran Jepang di Asia Tenggara
yaitu Marsekal Terauchi. Menjelang proklamasi kemerdekaan, terdapat perbedaan
pandangan antara golongan tua dan golongan tua.

Peristiwa Rengasdengklok
Golongan Tua menghendaki agar kemerdekaan Indonesia dipersiapkan secara
matang dan golongan muda menghendaki agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
secepatnya.
Hal inilah yang kemudian membuat golongan muda melakukan penculikan
terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta pada tanggal 16 agustus 1945.
Keduanya kemudian dibawa ke daerah Rengasdengklok dengan tujuan agar segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkannya dari pengaruh Jepang.
Peristiwa penculikan ini kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok.
Mengetahui Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa ke Rengasdengklok membuat
Ahmad Soebardjo kemudian menjemput Soekarno dan Mohammad Hatta.
Sutan Syahrir yang dikenal sering berseberangan pendapat dengan Soekarno marah
mendengar para golongan muda menculik Soekarno dan Hatta dan menyuruh mereka
membwanya kembali ke Jakarta.
Tiba di Jakarta, Soekarno dan Muhammad Hatta beserta pemimpin lainnya bertemu
dengan Laksamana Maeda di rumahnya di Jl. Imam Bonjol.

Proklamasi Kemerdekaan
Laksamana Maeda kemudian menjamin keselamatan Soekarno dan para pemimpin
lain dan mempersilahkan Soerkarno dan Muhammad untuk merumuskan teks proklamasi
kemerdekaan.
Bersama dengan Ahmad Soebardjo mereka bertiga merumuskan teks proklamasi
kemerdekaan yang kemudian diketik ulang oleh Sayuti Melik.

Presiden Pertama Indonesia


Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Juga Moh Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang dimana pada tanggal tersebut juga
diperingati sebagai Hari kemerdekaan bangsa Indonesia dimana pancasila kemudian
dibentuk oleh Soekarno sebagai dasar dari negara Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan inilah yang kemudian membawa Ir. Soekarno bersama dengan
Mohammad Hatta diangkat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Pertama Republik
Indonesia dalam sejarah bangsa Indonesia.

Indonesia Dalam Pemerintahan Presiden Soekarno


Selama pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia sebagai negara baru ketika itu
bertahan dari berbagai permasalahan yang kerap menggoyahkan stabilitas negara
Indonesia. Pertama kali dengan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda yang kembali
menjajah Indonesia setelah Jepang menyerah.
Kemudian muncul pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Muso (kawan lama
Soekarno) dan Amir Syarifudin, Pemberontakan Permesta, Pemberontakan Republik
Maluku, Pemberontakan APRA oleh Westeling, dan pemberontakan Darul Islam atau
DI/TII oleh Kartosuwiryo yang merupakan kawannya sendiri ketika Soekarno masih
muda.

Meskipun banyak dilanda masalah pada awal-awal lahirnya negara, dibawah


pemerintahan Soekarno, Indonesia mulai terkenal di mata Internasinal.
Banyak pemimpin dunia seperti John F. Kennedy yang merupakan presiden
Amerika ketika itu dan Fidel Castro yaitu presiden Kuba dan pemimpin negara lain
menaruh hormat pada Presiden Soekarno.
Indonesia ketika itu dikenal sebagai negara non blok, dan sempat berhubungan erat
dengan Rusia dan ditandai dengan pembelian senjata untuk pertahanan secara besar-
besaran dari Rusia dan juga untuk melawan Belanda ketika sedang melakukan upaya
pembebasan Irian Barat.
Selain itu Indonesia melalui presiden Soekarno membentuk poros Jakarta-Beijing-
Moskow yang membuat konfrontasi dengan blok barat semakin tinggi.
Hal ini juga membuat Indonesia semakin berhaluan kiri ditandai dengan semakin
berkembangnya komunis ketika itu dimana muncul istilah ‘NASAKOM’ yang dicetuskan
oleh Presiden Soekarno.
Indonesia bahkan sempat berganti sistem pemerintahan dari sistem parlementer
menjadi presidensil dari tahun 1945 hingga 1960an.
Dan pada tahun 1960an pergolakan politik yang amat hebat terjadi di Indonesia,
penyebab utamanya adalah adanya pemberontakan besar oleh PKI (Partai Komunis
Indonesia) yang dikenal dengan sebutan G30-S/PKI dimana dari peristiwa ini kemudian
membuat akhir cerita dari pemerintahan Presiden Soekarno dan juga orde lama berakhir.
Hal ini ditandai dengan adanya “Supersemar” atau Surat Perintah Sebelas Maret
di tahun 1966 yang terkenal dan masih menjadi kontroversi sejarah sebab naskah aslinya
tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang.
Supersemar dikeluarkan oleh Presiden Soekarno dan berisi himbauan dari Presiden
Soekarno ke Soeharto agar bisa mengendalikan Keamanan dan juga ketertiban negara yang
ketika itu sedang kacau dan juga berisi mandat pemindahan kekuasaan dari Soekarno ke
Soeharto yang kelak menjadikan Soeharto sebagai Presiden yang baru bagi bangsa
Indonesia.

Akhir Jabatan Soekarno Sebagai Presiden


Diketahui dalam biografi Soekarno, Setelah jabatannya sebagai Presiden berakhir
ditandai dengan diangkatnya Soeharto sebagai Presiden, Ir Soekarno kemudian banyak
menghabiskan waktunya di istana Bogor.
Lama-kelamaan kesehatannya terus menerus menurun sehingga ia mendapat
perawatan oleh tim dokter kepresidenan hingga tepatnya pada tanggal 21 Juni 1970
Presiden Soekarno atau Bung Karno menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot
Subroto, Jakarta.
Kepergian sang Proklamator sekaligus Bapak Bangsa Indonesia ke pangkuan Yang
Maha Kuasa menyisakan luka yang dalam bagi rakyat Indonesia pada waktu itu. Jenazah
dari bung Karno kemudian dibawa di Wisma Yaso, Jakarta setelah itu jenazahnya
kemudian dibawa ke Blitar, Jawa Timur untuk dikebumikan dekat dengan makam ibunya
Ida Ayu Nyoman Rai.
Gelar “Pahlawan Proklamasi” diberikan oleh pemerintah karena jasa-jasanya
kepada bangsa Indonesia. Kisah perjuangan Bung Karno kemudian diangkat ke dalam
layar lebar yang berjudul “Soekarno : Indonesia Merdeka” yang digarap oleh sutradara
terkenal Hanung Bramantio dimana Ario Bayu berperan sebagai Tokoh Soekarno, Inggit
yang diperankan oleh Maudy Koesnaedi dan Fatmawati yang diperankan oleh Tika
Bravani.

Akhir Tragis Kematian Soekarno


Di Wisma Yaso di Jln gatot Subroto ia ditahan sehingga ketika sakit ia tidak bisa
kemana-mana sehingga penahanan inilah yang kemudian membuat ia menderita lahir dan
batin, keluarganya pun tidak diperbolehkan secara bebas untuk menjenguk Soekarno.
Ketika sakit, banyak resep obat yang tidak dapat ditukar dengan obat dimana resep
itu diberikan oleh dr. Mahar Mardjono yang memimpin tim dokter ketika itu. Sehingga
banyak tumpukan resep ketika itu di meja penahanan Ir. Soekarno. resep tersebut dibiarkan
saja dan tidak pernah ditukarkan dengan obat.
Banyak yang mengatakan penguasa yang baru memang sengaja membiarkan
soekarno sakit dan makin parah sehingga mempercepat kematiannya. Alat-alat kesehatan
yang berasal dari Cina untuk menyembuhkan Soekarno ditolak oleh Presiden Soeharto
ketika itu. Rachmawati Soekarnoputri menuturkan bahkan sekedar menebus obat sakit gigi
pun harus seizin presiden Soeharto.
Biodata Soeharto

Nama Lengkap : Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto


Lahir : Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921
Wafat : Jakarta, 27 Januari 2008
Orangtua : Kertosudiro (ayah), Sukirah (ibu)
Istri : Tien Soeharto
Anak : Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati
Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, Siti Hutami Endang Adiningsih
Agama : Islam

Biografi Soeharto
Tulisan kali ini akan mengulas tentang Biografi dan Profil Soeharto. Mantan
Presiden Kedua Indonesia serta bapak pembangunan ini dilahirkan di Kemusuk,
Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921.
Ibunya bernama Sukirah dan ayah beliau yang merupakan seorang pembantu lurah
dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama
Kertosudiro.
Masa Kecil Soeharto
Ketika berumur delapan tahun Soeharto mulai bersekolah tetapi ia sering berpindah-
pindah sekolah. Awalnya ia sekolah di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean kemudian ia
pindah ke SD Pedes dikarenakan keluarganya pindah ke Kemusuk, Kidul.
Setelah itu kemudian ayahnya Kertosudiro memindahkan Soeharto ke Wuryantoro.
Beliau kemudian dititipkn dan tinggal bersama Prawirohardjo seorang mantri Tani yang
menikah dengan adik perempuan Soeharto.
Ditahun 1941 tepatnya di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Soeharto
terpilih sebagai Prajurit Telatan, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang tentara
atau militer. kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka, Soeharto
kemudian resmi menjadi anggota TNI.

Soeharto Menikah
Setelah itu kemudian Soeharto menikahi Siti Hartinah atau Ibu Tien yang merupakan
anak seorang Mangkunegaran pada tanggal 27 Desember 1947 dimana usia Soeharto etika
itu 26 tahun dan Siti Hartinah atau Ibu Tien berusia 24 tahun.
Dari pernikahannya kemudian ia dikarunia enam orang anak yaitu Siti Hardiyanti
Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala
Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Masuk Militer
Jalan panjang dan berliku dilalui Soeharto ketika merintis karier militer dan juga
karier politiknya. Dalam bidang militer Soeharto memulainya dengan pangkat sersan
tentara KNIL.
Dari KNIL situ ia kemudian menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan
Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian
menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
Soeharto Muda
Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa yang dikenal sebagai
Serangan Umum 1 Maret 1949, itu merupakan peristiwa yang menjadi catatan penting
dalam sejarah bangsa ketika resmi merdeka dari penjajahan bangsa Belanda selama tiga
setengah abad.
Banyak versi mengatakan bahwa Peranan Soeharto ketika merebut Yogyakarta yang
waktu itu sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan Umum 1 Maret tidak bisa
dipisahkan.
Tujuan dari serangan umum 1 Maret adalah menunjukan pada dunia internasional
tentang eksistensi dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) ketika itu dalam membela Bangsa
Indonesia. Dalam kepemimpinannya, Soeharto berhasil merebut kota Yogyakarta dari
cengkraman penjajah Belanda pada waktu itu.

BACA JUGA : Biografi Dian Sastrowardoyo

Pada waktu itu beliau juga menjadi pengawal dari Panglima Besar Jenderal
Sudirman. Dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda ketika itu beliau
yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan di Makassar.
Peristiwa G-30-S/PKI
Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto
kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat ketika itu.
Kemudian mengeluarkan perintah yang cepat untuk mengatur dan mengendalikan
keadaan negara yang kacau akibat dari kudeta oelh PKI.
Setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima
Angkatan Darat menggantikan Jendral Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI. Selain
sebagai Panglima Angkatan Darat, Soeharto juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang
ditunjuk oleh Presiden Soekarno pada waktu itu.
Puncak karier Soeharto ketika ia menerima Surat Perintah Sebelas Maret atau yang
dikenal sebagai “Supersemar” oleh Presiden Soekarno pada bulan maret 1966 dimana
tugasnya adalah mengendalikan keamanan dan juga ketertiban negara yang kacau setelah
kudeta yang dilakukan oleh PKI dan mengamalkan ajaran Besar Revolusi Bung Karno.
Soeharto Sebagai Presiden Kedua Indonesia
Setelah peristiwa G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia
makin memburuk, kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang
kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang
menggantikan Presiden Soekarno, dimana pengukuhan dilakukan pada Maret 1968.
Orde Baru Soeharto
Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan masa Orde Baru dimana
kebijakan politik baik dalam dan luar negeri diubah oleh Presiden Soeharto.
Salah satunya adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan
Bangsa Bansa) pada tanggal 28 September 1966 setelah sebelumnya pada masa Soekarno,
Indonesia keluar sebagai anggota PBB.
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik
dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia.
Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk
mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.
Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru
bahkan sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi dengan cara
dieksekusi massal di hutan oleh militer pada waktu itu. Program pemerintah Soeharto
diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi
ekonomi.
Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga
barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara
fisik sarana dan prasarana ekonomi.
Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang
menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dan
pemerintahan Soeharto berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968,
tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak.
Rapelita Soeharto
Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah
mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga
barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi nasional
relatif stabil
Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah
selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan
nasional.

BACA JUGA : Biografi Alexander Graham Bell - Penemu Telepon

Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui


Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.
Presiden Soeharto (Liputan6.com)
Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode 25-30
tahun.
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan
Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional
yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.
Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami
perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa itu pemerintah
sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas
ekonomi.
Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-perubahan
kebijakan terutama dalam hal anggaran negara. Pada masa pemerintahan orde baru,
kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi
tersebut didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah.
Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia
Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan
Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan
pemerataan pembangunan. Dari keberhasilannya inilah sehingga Presiden Soeharto
kemudian disebut sebagai “Bapak Pembangunan”.
Presiden Soeharto Bersama Pengawal dan Staf (Merdeka.com)
Titik kejatuhan Soeharto, ketika pada tahun 1998 dimana masa tersebut merupakan
masa kelam bagi Presiden Soeharto dan masuknya masa reformasi bagi Indonesia, Dengan
besarnya demonstrasi yang dilakukan oleh Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan
kepemimpinan Soeharto.
Selain itu makin tidak terkendalinya ekonomi serta stabilitas politik Indonesia maka
pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB Pak Harto membacakan pidato “pernyataan
berhenti sebagai presiden RI” setelah runtuhnya dukungan untuk dirinya.
Soeharto telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia mundur,
Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi dalam 6 sampai 12 bulan sebelumnya.
BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa masa kepresidenannya sebelum
kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1999. Kejatuhan Suharto juga
menandai akhir masa Orde Baru, suatu rezim yang berkuasa sejak tahun 1968 atau selama
32 Tahun.
Wafatnya Presiden Soeharto
Presiden RI Kedua HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari
2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak
Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari
(sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.
Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru,
Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter
Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10
WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.
Kemudian sekira pukul 14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan
dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang
mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta
pengawal.
Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak
menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.
Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut
kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto.
Isak tangis warga pecah begitu rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan
Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekira pukul 14.55, Minggu (27/1).

BACA JUGA : Biografi Bu Muslimah (Laskar Pelangi) - Sosok Guru Teladan

Sementara itu, Presiden RI kala itu yakni Susilo Bambang Yudhoyono didampingi
Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet
terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3
menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan
belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad
Soeharto.
Jasa Jasa Soeharto Sebagai Presiden dan Kontroversinya
Jika direnungkah banyak jasa-jasa besar yang dilakukan Soeharto untuk
pembangunan dan perkembangan Indonesia dimata dunia Internasional, sebagan rakyat
yang pernah hidup di zaman Presiden Soeharto menganggap zaman Soeharto merupakan
zaman keemasan ndonesia.
Karena harga-harga kebutuhan pokok yang murah dimasa itu yang berbanding
terbalik dengan zaman sekarang ini, pertumbuhan ekonomi yang stabil, Presiden Soeharto
berhasil merubah wajah Indonesia yang awalnya menjadi negara pengimpor beras menjadi
negara swasembada beras dan turut mensejahterahkan petani. Sektor pembangunan dimasa
Presiden Soeharto dianggap paling maju melalui Repelita I sampai Repelita VI.
Keamanan dan kestabilan negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran
nasionalisme yang tinggi pada masanya. Di bidang kesehatan, upaya meningkatkan
kualitas bayi dan masa depan generasi ini dilakukan melalui program kesehatan di
posyandu dan KB, sebuah upaya yang mengintegrasikan antara program pemerintah
dengan kemandirian masyarakat.
Di jamannya, program ini memang sangat populer dan berhasil. Banyak ibu berhasil
dan peduli atas kebutuhan balita mereka di saat paling penting dalam periode
pertumbuhannya.
Itulah sekelumit jasa-jasa atau prestasi dari presiden Soeharto meskipun disamping
jasa-jasanya tersebut banyak juga kegagalan di pemerintahannya seperti Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme di masanya, pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah
sehingga memunculkan kecemburuan dari daerah seperti Papua.
Dari banyaknya jasa presiden Soeharto tersebut sehingga banyyak yang
mengusulkan Soeharto sebagai pahlawan nasional Indonesia. Terlepas dari sejumlah pihak
yang masih mempermasalahkan sejumlah kasus hukum Soeharto, fakta di dalam sejarah
Indonesia menunjukkan bahwa Soeharto memiliki jasa besar kepada Indonesia.
Perjuangan Soeharto untuk Indonesia yang tercatat dalam buku sejarah bangsa ini,
antara lain, pada masa revolusi fisik antara 1945 hingga 1949, pascarevolusi fisik antara
1962 hingga 1967 dan masa kepemimpinannya sebagai presiden
Sosok Soeharto masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Rakyat kecil
mengingatnya sebagai pahlawan yang menyediakan bensin murah dan beras yang bisa
dijangkau. Mereka yang ketika itu tak bersentuhan dengan politik dan pergerakan, akan
langsung mengangguk setuju jika ditanya zaman Soeharto lebih enak.
Polemik soal gelar pahlawan bagi Soeharto pun masih penuh perdebatan. Sebagian
setuju, sebagian menolak mentah-mentah. Sebagian menganggap Soeharto pahlawan
pembangunan dan penyelamat Pancasila. Sebagian lagi menganggap Soeharto berlumuran
darah atas berbagai aksi pembantaian selama peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan
seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai