Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH.
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis.
Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan
saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.
Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana
Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor
penyebaran agama Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul
Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo,
Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad
Darwisy (Ahmad Dahlan).
Masa Muda
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu
dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun.
Menikah Dengan Nyai Ahmad Dahlan
Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari
pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah,
sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai
Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah.
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang
anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.
Abdullah.
la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad
Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan
Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta.
Mendirikan Muhammadiyah
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah
organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah
1330).
Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui
organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat
Islam.
Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern sesuai
dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional.
Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur’an dengan terjemahan dan tafsir agar
masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur’an semata, melainkan
dapat memahami makna yang ada di dalamnya.
Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang
diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya
hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya.
Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati. Di bidang pendidikan,
Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu.
Yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran
mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan umum.
Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran
pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah
seperti H.I.S. met de Qur’an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada
sekolah-sekolah umum.
Kiai Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga
semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit,
poliklinik, dan rumah yatim piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah
dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau
mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi
Muhammad SAW.
Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang
berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak.
Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran
agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.
Mendirikan Aisyiyah
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang
khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan
bagian dari Muhammadiyah ini.
Ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam
III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para
kaum bangsawan.
Mulai Bersekolah
Menjadi Wartawan
Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-
menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada
masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem
Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung
tajam mencerminkan semangat anti kolonial.
Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes
Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai ‘Tiga
Serangkai’. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.
Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian
mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi Utomo ia
berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya
semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar
Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika itu.
Ia pun juga membuat semboyan yang terkenal yang sampai sekarang dipakai dalam dunia
pendidikan Indonesia yaitu :
Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara kemudian
diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal
dengan nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa-jasanya, ia kemudian dianugerahi Doktor
Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada.
Selain itu ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga sebagai
Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa-jasanya dalam merintis
pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tanggal kelahiran
beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di
Taman Wijaya Brata. Wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar
Rp. 20.000
Biodata R.A Kartini
Sepeninggal R.A Kartini, kemudian seorang pria belanda bernama J.H. Abendanon
yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia
Belanda.
Ia mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia
aktif melakukan korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa ketika itu.
Dari situ kemudian disusunlah buku yang awalnya berjudul ‘Door Duisternis tot
Licht‘ yang kemudian diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang
terbit pada tahun 1911.
Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan kelima terdapat surat-
surat yang ditulis oleh Kartini. Pemikiran-pemikiran yang diungkapkan olehnya kemudian
banyak menarik perhatian masyarakat ketika itu terutama kaum Belanda. Karena yang
menulis surat-surat tersebut adalah wanita pribumi.
Pemikirannya banyak mengubah pola pikir masyarakat belanda terhadap wanita
pribumi ketika itu. Tulisan-tulisannya juga menjadi inspirasi bagi para tokoh-tokoh
Indonesia kala itu seperti W.R Soepratman. Beliau kemudian menbuat lagu yang berjudul
‘Ibu Kita Kartini‘. Inilah yang menjadi salah satu prestasi dari RA Kartini.
Atas jasa RA Kartini , Presiden Soekarno sendiri kala itu mengeluarkan instruksi
berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei
1964, yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Soekarno
juga menetapkan hari lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari
Kartini sampai sekarang ini.
Mengenai kisah hidup Presiden Soekarno, semasa kecilnya ia tidak tinggal bersama
dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama kakeknya yang bernama
Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Soekarno bahkan sempat bersekolah disana walaupun tidak sampai selesai ikut bersama
dengan orang tuanya pindahh ke Mojokerto.
Di Mojokerto, Soekarno kemudian di sekolahkan di Eerste Inlandse School dimana
ayahnya juga bekerja disitu sebagai guru. Namun ia dipindahkan tahun 1911 ke ELS
(Europeesche Lagere School) yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di
HBS (Hogere Burger School) di Surabaya.
Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di
rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto yang merupakan kawan
dari ayah Soekarno.
Masa Remaja Soekarno
H.O.S Cokroaminoto dikenal sebagai pendiri dari Serikat Islam (SI). Di rumah
Cokroaminoto lah Soekarno berkenalan dengan para pemimpin Sarekat Islam (SI) seperti
Haji Agus Salim dan Abdul Muis.
Peristiwa Rengasdengklok
Golongan Tua menghendaki agar kemerdekaan Indonesia dipersiapkan secara
matang dan golongan muda menghendaki agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
secepatnya.
Hal inilah yang kemudian membuat golongan muda melakukan penculikan
terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta pada tanggal 16 agustus 1945.
Keduanya kemudian dibawa ke daerah Rengasdengklok dengan tujuan agar segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkannya dari pengaruh Jepang.
Peristiwa penculikan ini kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok.
Mengetahui Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa ke Rengasdengklok membuat
Ahmad Soebardjo kemudian menjemput Soekarno dan Mohammad Hatta.
Sutan Syahrir yang dikenal sering berseberangan pendapat dengan Soekarno marah
mendengar para golongan muda menculik Soekarno dan Hatta dan menyuruh mereka
membwanya kembali ke Jakarta.
Tiba di Jakarta, Soekarno dan Muhammad Hatta beserta pemimpin lainnya bertemu
dengan Laksamana Maeda di rumahnya di Jl. Imam Bonjol.
Proklamasi Kemerdekaan
Laksamana Maeda kemudian menjamin keselamatan Soekarno dan para pemimpin
lain dan mempersilahkan Soerkarno dan Muhammad untuk merumuskan teks proklamasi
kemerdekaan.
Bersama dengan Ahmad Soebardjo mereka bertiga merumuskan teks proklamasi
kemerdekaan yang kemudian diketik ulang oleh Sayuti Melik.
Biografi Soeharto
Tulisan kali ini akan mengulas tentang Biografi dan Profil Soeharto. Mantan
Presiden Kedua Indonesia serta bapak pembangunan ini dilahirkan di Kemusuk,
Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921.
Ibunya bernama Sukirah dan ayah beliau yang merupakan seorang pembantu lurah
dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama
Kertosudiro.
Masa Kecil Soeharto
Ketika berumur delapan tahun Soeharto mulai bersekolah tetapi ia sering berpindah-
pindah sekolah. Awalnya ia sekolah di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean kemudian ia
pindah ke SD Pedes dikarenakan keluarganya pindah ke Kemusuk, Kidul.
Setelah itu kemudian ayahnya Kertosudiro memindahkan Soeharto ke Wuryantoro.
Beliau kemudian dititipkn dan tinggal bersama Prawirohardjo seorang mantri Tani yang
menikah dengan adik perempuan Soeharto.
Ditahun 1941 tepatnya di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Soeharto
terpilih sebagai Prajurit Telatan, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang tentara
atau militer. kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka, Soeharto
kemudian resmi menjadi anggota TNI.
Soeharto Menikah
Setelah itu kemudian Soeharto menikahi Siti Hartinah atau Ibu Tien yang merupakan
anak seorang Mangkunegaran pada tanggal 27 Desember 1947 dimana usia Soeharto etika
itu 26 tahun dan Siti Hartinah atau Ibu Tien berusia 24 tahun.
Dari pernikahannya kemudian ia dikarunia enam orang anak yaitu Siti Hardiyanti
Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala
Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Masuk Militer
Jalan panjang dan berliku dilalui Soeharto ketika merintis karier militer dan juga
karier politiknya. Dalam bidang militer Soeharto memulainya dengan pangkat sersan
tentara KNIL.
Dari KNIL situ ia kemudian menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan
Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian
menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
Soeharto Muda
Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa yang dikenal sebagai
Serangan Umum 1 Maret 1949, itu merupakan peristiwa yang menjadi catatan penting
dalam sejarah bangsa ketika resmi merdeka dari penjajahan bangsa Belanda selama tiga
setengah abad.
Banyak versi mengatakan bahwa Peranan Soeharto ketika merebut Yogyakarta yang
waktu itu sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan Umum 1 Maret tidak bisa
dipisahkan.
Tujuan dari serangan umum 1 Maret adalah menunjukan pada dunia internasional
tentang eksistensi dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) ketika itu dalam membela Bangsa
Indonesia. Dalam kepemimpinannya, Soeharto berhasil merebut kota Yogyakarta dari
cengkraman penjajah Belanda pada waktu itu.
Pada waktu itu beliau juga menjadi pengawal dari Panglima Besar Jenderal
Sudirman. Dalam operasi pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda ketika itu beliau
yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan di Makassar.
Peristiwa G-30-S/PKI
Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto
kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat ketika itu.
Kemudian mengeluarkan perintah yang cepat untuk mengatur dan mengendalikan
keadaan negara yang kacau akibat dari kudeta oelh PKI.
Setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima
Angkatan Darat menggantikan Jendral Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI. Selain
sebagai Panglima Angkatan Darat, Soeharto juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang
ditunjuk oleh Presiden Soekarno pada waktu itu.
Puncak karier Soeharto ketika ia menerima Surat Perintah Sebelas Maret atau yang
dikenal sebagai “Supersemar” oleh Presiden Soekarno pada bulan maret 1966 dimana
tugasnya adalah mengendalikan keamanan dan juga ketertiban negara yang kacau setelah
kudeta yang dilakukan oleh PKI dan mengamalkan ajaran Besar Revolusi Bung Karno.
Soeharto Sebagai Presiden Kedua Indonesia
Setelah peristiwa G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia
makin memburuk, kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang
kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang
menggantikan Presiden Soekarno, dimana pengukuhan dilakukan pada Maret 1968.
Orde Baru Soeharto
Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan masa Orde Baru dimana
kebijakan politik baik dalam dan luar negeri diubah oleh Presiden Soeharto.
Salah satunya adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan
Bangsa Bansa) pada tanggal 28 September 1966 setelah sebelumnya pada masa Soekarno,
Indonesia keluar sebagai anggota PBB.
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik
dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia.
Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk
mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.
Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru
bahkan sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi dengan cara
dieksekusi massal di hutan oleh militer pada waktu itu. Program pemerintah Soeharto
diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi
ekonomi.
Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga
barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara
fisik sarana dan prasarana ekonomi.
Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang
menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dan
pemerintahan Soeharto berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968,
tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak.
Rapelita Soeharto
Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah
mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga
barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi nasional
relatif stabil
Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah
selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan
nasional.
Sementara itu, Presiden RI kala itu yakni Susilo Bambang Yudhoyono didampingi
Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet
terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3
menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan
belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad
Soeharto.
Jasa Jasa Soeharto Sebagai Presiden dan Kontroversinya
Jika direnungkah banyak jasa-jasa besar yang dilakukan Soeharto untuk
pembangunan dan perkembangan Indonesia dimata dunia Internasional, sebagan rakyat
yang pernah hidup di zaman Presiden Soeharto menganggap zaman Soeharto merupakan
zaman keemasan ndonesia.
Karena harga-harga kebutuhan pokok yang murah dimasa itu yang berbanding
terbalik dengan zaman sekarang ini, pertumbuhan ekonomi yang stabil, Presiden Soeharto
berhasil merubah wajah Indonesia yang awalnya menjadi negara pengimpor beras menjadi
negara swasembada beras dan turut mensejahterahkan petani. Sektor pembangunan dimasa
Presiden Soeharto dianggap paling maju melalui Repelita I sampai Repelita VI.
Keamanan dan kestabilan negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran
nasionalisme yang tinggi pada masanya. Di bidang kesehatan, upaya meningkatkan
kualitas bayi dan masa depan generasi ini dilakukan melalui program kesehatan di
posyandu dan KB, sebuah upaya yang mengintegrasikan antara program pemerintah
dengan kemandirian masyarakat.
Di jamannya, program ini memang sangat populer dan berhasil. Banyak ibu berhasil
dan peduli atas kebutuhan balita mereka di saat paling penting dalam periode
pertumbuhannya.
Itulah sekelumit jasa-jasa atau prestasi dari presiden Soeharto meskipun disamping
jasa-jasanya tersebut banyak juga kegagalan di pemerintahannya seperti Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme di masanya, pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah
sehingga memunculkan kecemburuan dari daerah seperti Papua.
Dari banyaknya jasa presiden Soeharto tersebut sehingga banyyak yang
mengusulkan Soeharto sebagai pahlawan nasional Indonesia. Terlepas dari sejumlah pihak
yang masih mempermasalahkan sejumlah kasus hukum Soeharto, fakta di dalam sejarah
Indonesia menunjukkan bahwa Soeharto memiliki jasa besar kepada Indonesia.
Perjuangan Soeharto untuk Indonesia yang tercatat dalam buku sejarah bangsa ini,
antara lain, pada masa revolusi fisik antara 1945 hingga 1949, pascarevolusi fisik antara
1962 hingga 1967 dan masa kepemimpinannya sebagai presiden
Sosok Soeharto masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Rakyat kecil
mengingatnya sebagai pahlawan yang menyediakan bensin murah dan beras yang bisa
dijangkau. Mereka yang ketika itu tak bersentuhan dengan politik dan pergerakan, akan
langsung mengangguk setuju jika ditanya zaman Soeharto lebih enak.
Polemik soal gelar pahlawan bagi Soeharto pun masih penuh perdebatan. Sebagian
setuju, sebagian menolak mentah-mentah. Sebagian menganggap Soeharto pahlawan
pembangunan dan penyelamat Pancasila. Sebagian lagi menganggap Soeharto berlumuran
darah atas berbagai aksi pembantaian selama peralihan Orde Lama ke Orde Baru dan
seterusnya.