Anda di halaman 1dari 7

ADAT ISTIADAT JAWA BARAT

1. JAWA BARAT
 Masa Kehamilan

Upacara Mengandung Empat Bulan


Upacara yang dilakukan pada saat mengandung empat bulan tersebut mempunyai tujuan
memberitahukan kepada tetangga dan kerabat bahwa wanita itu benar–benar sudah hamil.
Orang-orang melakukan upacara ketika kehamilan menginjak bulan ke empat. Masyarakat
percaya ketika masa kehamilan tersebut merupakan waktu roh tersebut ditiupkan kepada sang
janin dalam kandungan.Upacara empat bulanan ini biasanya dengan pengajian, selamatan untuk
dibacakan doa kesempurnaan fisik, kesehatan sang jabang bayi dan keselamatan.

Tingkeban (Upacara Tujuh Bulan)

Upacara ini lebih terkenal dengan istilah tingkeban, dilakukan pada saat usia kehamilan
tujuh bulan. Upacara ini bertujuan agar bayi dan ibu selamat ketika menghadapi hari persalinan.
Dinamakan tingkeban, karena “tingkep” artinya tutup. Tutup mempunyai arti bahwa wanita
hamil pada usia tersebut hendaknya tidak diperbolehkan melakukan hubungan suami istri hingga
40 hari pasca persalinan.

Selain itu, ada beberapa orang yang masih melaksanakan tradisi membersihkan tubuh
wanita yang tengah hamil dengan air kembang 7 rupa, dimandikan 7 kerabat secara bergantian,
dan digantikan 7 kain setiap kali guyuran. Kemudian, ketika guyuran yang ketujuh,belut
dimasukkan hingga jatuh pada perut si ibu hamil yang bertujuan agar bayi yang akan dilahirkan
bisa keluar dengan lancar seperti belah kelapa gading, jualan rujak kanistren yang dilakukan ibu
hamil.

Upacara Usia Sembilan Bulan


Upacara ini diselenggarakan, jika kandungan telah memasuki usia 9 bulan. Ketika
menyelenggarakan tradisi tersebut, biasanya akan diadakan pengajian yang bertujuan agar bayi
dalam kandungan bisa segera terlahir ke dunia dengan selamat.

 Upacara Memellihara Tembuni

Upacara ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada placenta atau ari – ari.
Upacara ini harus dilakukan karena placenta dianggap bagian dari keluarga bayi sehingga ketika
membuang pun tidak diperbolehkan sembarangan.

 Upacara Adat Kematian

Beberapa ritual atau upacara adat istiadat Jawa Barat untuk orang yang sudah meninggal
hampir sama dengan yang dilakukan orang-orang jawa pada umumnya.
Upacara-upacara tersebut yaitu memandikan mayat, mengkafani, menyolatkan,
menguburkan, menyusur tanah dan tahlilan atau pembacaan doa dan dzikir kepada Allah agar
almarhum/almarhumah diterima amal ibadahnya dan diampuni segala dosa-dosanya, serta agar
keluarganya tetap sabar dalam menghadapi ujian.
Upacara tahlilan biasanya dilakukan 1 hari kematian (poena), 3 hari (tiluna), 7 hari
(tujuhna), 40 hari (matangpuluh), 100 hari (natus), 1 tahun (mendak taun), dan 1000 hari (newu).

 Upacara Adat Seret Tahun


Upacara adat yang dilakukan pada saat mengangkut padi (ngakut pare) dari sawah ke
lumbung padi (leuit) dengan memakai alat pikulan khusus yang disebut rengkong dengan iringan
musik tradisional yang ditabuh.

2. JAWA TENGAH
 Upacara Kenduren

Slametan atau kenduren lebih dikenal kalangan masyarakat. Upacara ini merupakan adat
yang pertama.
Menurut sejarah sebelum adanya agama islam di jawa kenduren merupakan kegiatan doa
bersama yang di pimpin oleh tokoh agama atau ketua suku. Tetapi pada zaman dahulu makanan
sebagai sesaji dan untuk persembahannya.
Karena adanya akluturasi budaya islam dan akhirnya upacara jawa mengalami perubahan
yang sangat besar. Yang tadinya sejaji sebagai persembahan sudah di hilangkan dan di makan
bersama setelah acara usai.

 Upacara Sadran (Nyadran)


Nyadran merupakan upacara yang di lakukan oleh masyarakat jawa untuk menyambut
bulan suci ramadhan. Namun sebelum adanya agama islam nyadran adalah tradisi dari
agama hindu-budha. Sejak adanya walisongo di tanah jawa para sunan menyebarkan agama
islam dengan menggabungkan dan meluruskan tradisi-tradisi tersebut.
Agar mudah di terima masyarakat yang masih memuja-muja roh yang di dalam agama
islam itu musyrik. Para sunan mengganti doa dan bacaan-bacaan alquran walaupun itu
berbenturan dengan tradisi jawa.
Dengan seiring waktu akhirnya bisa di terima dan diamalkan oleh orang jawa.

 Upacara Selikuran

Malam 21 ramadhan dalam adat jawa adalah sebuah upacara/tradisi orang jawa.
Sedangkan dalam sejarah malam 21 adalah lailatul qodar.
Orang jawa biasanya dengan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh
agama. Selikur dalam bahasa jawa memiliki arti yang sangat spesial.
Waktu untuk mendekatkan diri kepada allah dan mendoakan orang-orang islam yang telah
mendahuluinya. Masyarakat jawa menjadikan tradisi/adat sebagai rasa kecintaan mereka
kepada agama islam dan rasulullah SAW.
 Upacara Ruwatan

Ruwatan adalah upacara adat jawa tengah yang sebagai sarana pembebasan atau
penyucian manusia dari dosa dan kesalahannya. Contohnya yaitu masyarakat sekitar dieng
wonosobo. Anak-anak yang memiliki rambut gimbal biasanya di anggap sebagai keturunan buto
ijo segara di ruwatan agar selamat dari marabahaya.

 Upacara kebo keboan

Karena masyarakat jawa mayoritas sebagai petani mereka memiliki tradisi dan upacara
yang unik yaitukebo-keboan. kebo-keboan merupakan upacara tradisi suku jawa untuk menolak
segala balak pada tanaman yang mereka tanam.
Dengan upacara ini semoga tanaman mereka dapat tumbuh dengan baik dan hasil panen
yang maksimal. Dalam upacara ini di tandai dengan,30 orang menyerupai kerbau dan akan di
arak keliling kampung. Mereka akan berjalan seperti kerbau sedang membajak sawah.

3. JAWA TIMUR
 Temu Manten Pegon
Temu Manten Pegon adalah proses pertemuan antara pihak mempelai pengantin laki –
laki dengan pihak mempelai pengantin perempuan yang khas di Kota Surabaya. Manten Pegon
atau Pengantin Pegon merupakan pengantin yang dirias sedemikian rupa dimana terdapat
akulturasi budaya antara Arab, Jawa, Belanda, dan China yang memang menjadi warna dominan
dalam busana para pengantin dan rombongan pengantin. Ketika prosesi pertemuan perngantin
ini dilakukan ternyata dilakukan dengan cara diarak yaitu mengarak pihak pengantin pria dan
rombongan guna menjemput pengantin perempuan dimana setelah ditemukan keduanya
kembali diarak keliling oleh rombongan dengan cara yang meriah.

 Peningsetan

Peningsetan adalah upacara melamar gadis. Ketika prosesi upacara Nakokake sudah
selesai dan hasilnya positif bahwa sang gadis masih single, maka Peningsetan akan segera digelar
oleh pihak keluarga laki – laki dengan berkunjung ke pihak keluarga perempuan. Peningsetan
sendiri merupakan proses ramah tamah yang disertai dengan acara makan bersama antara
rombongan pihak pelamar lelaki dengan pihak yang dilamar perempuan dimana hal ini wajib
dilakukan sebelum proses pernikahan digelar.

Anda mungkin juga menyukai