Anda di halaman 1dari 5

Perekonomian dalam Islam – Konsep dan Penerapannya

Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Islam mengatur seluruh
bagian hidup manusia dengan tujuan agar hidup manusia dapat menjadi hidup
yang memiliki makna dan berarti. Tentu saja menjalani hidup yang seperti itu,
manusia harus dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan fitrah.
Salah satu aspek yang menunjang hidup manusia adalah ekonomi.
Ekonomi adalah sektor yang penting dan memiliki tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan, dan papan. Tidak jarang, aspek
ekonomi menjadi dominan dalam kehidupan manusia dan bukan hanya sekedar
memenuhi kebutuhan melainkan menjadi alat kesombongan dan harga diri.
Larangan berlebih-lebihan dan menganjurkan hidup sederhana adalah
perintah Allah agar manusia menjadikan ekonomi sebagai bagian dari hidupnya
bukan untuk tujuan utama atau sebagai visi kehidupan. Ekonomi adalah alat atau
instrumen dalam manusia menjalankan hidupnya. Untuk bisa menerapkan
perekonomian dalam islam, maka umat islam juga harus mengetahui bagaimana
islam mengatur masalah tersebut.

Konsep Umum Ekonomi Islam


Konsep dasar dari ekonomi islam tentu saja tidak pernah lepas dari nilai-
nilai ketauhidan. Seluruh aturan islam termasuk aturan ekonomi dibuat oleh Allah,
sunnatullah yang berlaku juga Allah yang mengatur, dan manusia hanya berusaha
untuk memahmi dan menjalankan perintah tersebut dengan sebaik-baiknya.
Kembalinya, semua persoalan islam adalah kepada Allah SWT.
Secara umum ekonomi islam atau yang berbasis kepada syariah tidaklah
sama dengan konsep perekonomian lainnya. Sistem perekonomian dalam islam
menganut kepada jalan-jalan yang adil dan seimbang. Aspek ketuhanan,
keakhiratan, kehidupan individu, dan sosial diusahakan agar sama-sama
diperhatikan dan tidak ada yang dianaktirikan.
Sejatinya, sistem perekonomian dalam islam yang dibuat oleh Allah dalam Al-
Quran mengorientasikan pada keuntungan, kesejahteraan, dan nikmat yang
banyak bagi manusia. Aturan yang Allah buat dan perintahkan sejatinya agar
menyelamatkan manusia dan tidak lagi terjebak dalam kesengsaraan atau
kemudhraratan.
Akan tetapi sering kali manusia berpikir bahwa aturan tersebut sudah tidak
bisa dipakai, tidak sesuai zaman, mengekang dsb. Padahal sebetulnya, Allah
menyelematkan manusia lewat aturan islam, agar aktivitas ekonomi dapat berjalan
dengan baik, suka sama suka, saling menguntungkan, dan memberikan rezeki.

Contoh Penerapan Ekonomi Islam


Perekonomian islam tentu saja bersifat mendasar dan filosofis. Spirit
perekonomian dalam islam juga tidak terlepas dari Rukun Islam, Dasar Hukum
Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.
Hal-hal yang dijelaskan di bawah ini tentunya tidak sama dengan persoalan teknis
atau strategi yang berlaku. Dalam penerapannya, islam membutuhkan ilmu
tersendiri, ketetatan teori dan pengalaman, hikmah yang mendalam, dan lain
sebaginya.
Untuk itu, penerapan yang bersifat teknis tentu saja dapat berubah seiring
perkembangan zaman dan tekinologi. Namun berbeda hal dengan penerapan dasar
atau asas dari perekonomian dalam islam. Hal tersebut tidak bisa dirubah dan
diganggu gugat. Untuk itu, nilai-nilai tersebut harus selalu ada terjaga dalam
sistem ekonomi islam yang diterapkan di zaman tersebut.
Berikut adalah penerapan perkeonomian dalam islam, sebagaiman Allah
menjelaskan dalam Al-Quran.
1. Diperbolehkannya Jual Beli dan Diharamkannya Riba

“…..padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.…..” (QS
Al Baqarah : 275)
Dari ayat yang disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa yang dilarang Allah
adalah melakukan riba sedangkan melakukan proses jual beli adalah suatu yan
halal. Riba diharamkan oleh Allah dan ancaman sebagai ahli neraka sudah dekat
sejak manusia masih di dunia.
Jual beli tentunya termasuk dalam masalah perekonomian dalam islam. Jual beli
berarti bisa berupa barter, djualnya barang lalu dibayar, dan lain sebagainya. Di
zaman yang serba online dan cepat ini, jual beli juga dapat terjadi. Hal ini tentu
saja belum terjadi saat Nabi Muhammad masih berkuasa di mekkah.
Walaupun begitu, proses jual beli ini selagi akad, produk, harga, kepemilikan,
pada dasarnya adalah hal-hal yang harus ada dalam transaksi ekonomi. Dalam
keseharian jual beli ini tentu sering sekali dilakukan oleh manusia, baik sebagai
konsumen, produsen, ataupun distributor.
2. Diharamkannya Mengundi Nasib dan Judi

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada


keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,” (QS Al
Baqarah : 219)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah mengaramkan judi sebagai
aktifitas ekonomi. Allah melaknat dan melarang manusia untuk melakukan judi.
Hal ini ada beberapa aspek yang membuat judi haram sebagai bagian dari
transaksi perkenomian dalam islam, diantarnaya adalah:
 Hasil yang Spekulatif dan Tidak ada Kejelasan Standart
 Membentuk moral negatif dan emosional
 Tidak memutar dana atau memutar roda ekonomi pada orang-orang
lainnya
 Tidak teroptimalkannya rezeki dan sumber daya alam di muka bumi,
karena aktivitas ekonomi banyak mengarah kepada judi,
Larangan judi bukanlah hanya sekedar larangan belaka atau bersifat normatif. Hal
ini menjadi landasan bahwa Allah menyuruh manusia melakukan aktivitas
ekonomi agar memperhatikan juga kestabilan ekonomi diri ataupun orang lain.
Jika hanya mengandalkan judi tentu saja uang sulit bertambah, tidak produktif,
dan tidak ada pengembangan ekonomi di masyarakat.
3. Keseimbangan Hak Individu dan Sosial

Dalam penerapan perekonomian dalam islam, di dalamnya mengandung


pengaturan hak indiviidu dan pembangunan sosial. Islam memberikan perintah
mengeluarkan zakat 2,5 % pada harta yang dimiliki agar diberikan kepada yang
berhak. Islam hanya mewajibkan 2,5% sedangkan sisanya Allah memotivasi dan
memberikan pahala lebih pada mereka yang mau memberikan hartanya sebanyak-
banyaknya sesuai kebutuhan pengembangan islam saat itu.

Untuk itu, Keadilan perekonomian dalam islam, menyeimbangkan hak individu


dan sosial. Allah menghargai harta individu, untuk itu bisa diwariskan dan juga
dikeluarkannya sebagiaan saja tidak diwajbkan keseluruhan. Tentu saja jika
keseluruhan artinya hasil kerja keras individu tidak dihargai. Namun tidak dengan
islam.

Itulah secara umum mengenai perekonomian dalam islam, sangat mengarah


kepada keadilan dan keseimbangan. Seluruh aturan islam, termasuk dalam hal
pengaturan ekonomi sangat menunjang manusia dalam mencapai

Anda mungkin juga menyukai