1. Upacara Ma'nene
Tradisi Ma'nene merupakan ritual dalam masyarakat Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Upacara ini
dilakukan sebagai tanda untuk menghargai para leluhur yang sudah meninggal
Filosofi ;
mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja,
terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.
2. Accera Kalompoang
Accera Kalompoang adalah acara adat dari Gowa. Upcara adat ini diadakan setiap hari raya Idul
Adha. Dalam upacara ini, ditandai dengan kerbau yang disembelih, juga pemanggilan leluhur.
Filosofi:
sebagai persembahan untuk Kerajaan Gowa dan diadakan selama dua hari berturut-turut.
•Filosofi
Biasanya, tradisi ini dilakukan pada saat usia kehamilan telah menginjak 7 bulan. Menariknya,
masyarakat Jawa melakukan tradisi ini, khusus pada anak pertama.
4.Tradisi Jawa Timur yang masih dipertahankan hingga kini adalah upacara Kasada atau Sukasada.
•Filosofi
Kasada ini untuk memperingati pengorbanan seorang Raden Kusuma, putra bungsu Joko Seger dan
Roro Anteng
5. BaliOgoh-Ogoh
Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian
Bhuta Kala.
•Filosofi Ogoh-Ogoh
Masyarakat Bali mulai membuat patung raksasa ini dari tahun 1983. Pada saat itu pemerintah
Indonesia resmi menetapkan hari raya Nyepi sebagai hari libur nasional.
•Filosofi
Sebuah tradisi yang hanya dilakukan oleh laki-laki suku Nias. Tradisi Lompat Batu biasanya
dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu setinggi 2 meter untuk
menunjukkan bahwa mereka sudah pantas untuk dianggap dewasa secara fisik.
filosofi :
Ngaruwat bumi adalah ungkapan syukur atas hasil yang diperoleh dari bumi. Pengharapan setahun
kedepan, serta penghormatan kepada leluhur.
8. Upacara Sepitan Berasal dari Tradisi Sunda, Jawa Barat.Upacara adat sepitan juga dikenal
dengan upacara khitanan. Upacara adat ini dilakukan hanya untuk anak laki-laki.
Filosofi:
Upacara sepitan dilakukan dengan maksud agar alat vitalnya bersih dari najis . Anak yang telah
menjalani upacara sunatan dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai umat
Islam.
Filosofi
Tradisi Badudus bertujuan untuk membentengi diri dari berbagai masalah kejiwaan yang datang
dari luar dan dalam diri seseorang.
Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang di campur jeruk yang oleh
masyarakat Kampar sendiri disebut limau. Jeruk yang
biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah
wangiwangian yang biasanya dipakai kewajah dan tangan atau semacam
lulur. Bagi masyarakat Kampar pengharum badan( kasai )ini dipercayai dapat mengusir segala
macam rasa dengki yang ada dalam
kepala, sebelum memasuki bulan puasa.
Filosofi
upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur
dan kegembiraan memasuki bulan puasa juga merupakan simbol penyucian diri
Filosofi: upacara batu mencerminkan memajukan ekonomi masyarakat dan kehidupan masyarakat
lebih jadi baik
Filosofi: upacara Peusijuek mencerminkan bahwa masyarakat Aceh bersyukur atas nikmat Allah
yang di berikan kepada mereka