Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 5

1. Upacara Ma'nene

Tradisi Ma'nene merupakan ritual dalam masyarakat Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Upacara ini
dilakukan sebagai tanda untuk menghargai para leluhur yang sudah meninggal

Filosofi ;
mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja,
terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.

2. Accera Kalompoang

Accera Kalompoang adalah acara adat dari Gowa. Upcara adat ini diadakan setiap hari raya Idul
Adha. Dalam upacara ini, ditandai dengan kerbau yang disembelih, juga pemanggilan leluhur.

Filosofi:
sebagai persembahan untuk Kerajaan Gowa dan diadakan selama dua hari berturut-turut.

3. Tradisi ritual Jawa tengah


yaitu tradisi ritual sedekahan bulanan, seperti tradisi Suran, Saparan, Muludan, Rejeban, Ruwahan,
Selikuran, Syawalan.

•Filosofi
Biasanya, tradisi ini dilakukan pada saat usia kehamilan telah menginjak 7 bulan. Menariknya,
masyarakat Jawa melakukan tradisi ini, khusus pada anak pertama.

4.Tradisi Jawa Timur yang masih dipertahankan hingga kini adalah upacara Kasada atau Sukasada.

•Filosofi
Kasada ini untuk memperingati pengorbanan seorang Raden Kusuma, putra bungsu Joko Seger dan
Roro Anteng

5. BaliOgoh-Ogoh

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian
Bhuta Kala.

•Filosofi Ogoh-Ogoh
Masyarakat Bali mulai membuat patung raksasa ini dari tahun 1983. Pada saat itu pemerintah
Indonesia resmi menetapkan hari raya Nyepi sebagai hari libur nasional.

6.Sumatera Utara,Pulau Nias


Lompat batu (bahasa Nias: fahombo atau hombo batu)
adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan
Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi pertunjukan khas dari daerah tersebut.

•Filosofi
Sebuah tradisi yang hanya dilakukan oleh laki-laki suku Nias. Tradisi Lompat Batu biasanya
dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu setinggi 2 meter untuk
menunjukkan bahwa mereka sudah pantas untuk dianggap dewasa secara fisik.

7. Upacara ngaruwat bumi di Subang, Jawa Barat.Upacara Adat Ngaruwat Bumi


Upacara adat ngaruwat bumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu ngarawat. Makna kata ngarawat
adalah mengumpulkan atau memelihara.

filosofi :
Ngaruwat bumi adalah ungkapan syukur atas hasil yang diperoleh dari bumi. Pengharapan setahun
kedepan, serta penghormatan kepada leluhur.

8. Upacara Sepitan Berasal dari Tradisi Sunda, Jawa Barat.Upacara adat sepitan juga dikenal
dengan upacara khitanan. Upacara adat ini dilakukan hanya untuk anak laki-laki.

Filosofi:
Upacara sepitan dilakukan dengan maksud agar alat vitalnya bersih dari najis . Anak yang telah
menjalani upacara sunatan dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai umat
Islam.

9 . Badudus (provinsi Kalimantan selatan)


Badudus adalah ritual mandi untuk mensucikan diri calon pengantin dalam masyarakat Banjar,
Kalimantan Selatan, Indonesia. Ritual Badudus biasanya dilangsungkan saat pernikahan, penobatan
terhadap seseorang, dan juga saat hamil tujuh bulan (tian mandaring). Secara umum, makna ritual
Badudus adalah pembersihan diri, baik lahir maupun batin.

Filosofi
Tradisi Badudus bertujuan untuk membentengi diri dari berbagai masalah kejiwaan yang datang
dari luar dan dalam diri seseorang.

10 . Balimau kasai (provinsi riau)


adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar di provinsi Riau untuk
menyambut bulan suci ramadhan. Acara ini biasanya
dilaksanakan sekali dalam setahun yaitu sehari menjelang masuknya bulan puasa.

Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang di campur jeruk yang oleh
masyarakat Kampar sendiri disebut limau. Jeruk yang
biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah
wangiwangian yang biasanya dipakai kewajah dan tangan atau semacam
lulur. Bagi masyarakat Kampar pengharum badan( kasai )ini dipercayai dapat mengusir segala
macam rasa dengki yang ada dalam
kepala, sebelum memasuki bulan puasa.

Filosofi
upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur
dan kegembiraan memasuki bulan puasa juga merupakan simbol penyucian diri

11. Upacara Adat Papua: Bakar Batu, Ritual Masak Bersama-sama


Upacara adat Papua yang pertama adalah upacara bakar batu yang menjadi salah satu bentuk syukur
bagi masyarakat Papua.

Filosofi: upacara batu mencerminkan memajukan ekonomi masyarakat dan kehidupan masyarakat
lebih jadi baik

12. Peusijuek (Aceh)


Upacara adat Aceh yang pertama adalah upacara Peusijuek yang hingga kini masih berlangsung
dan dilakukan oleh masyarakat Aceh. Tradisi satu ini cukup mirip dengan tradisi Tepung Mawar
dalam kebudayaan masyarakat Melayu.

Filosofi: upacara Peusijuek mencerminkan bahwa masyarakat Aceh bersyukur atas nikmat Allah
yang di berikan kepada mereka

Anda mungkin juga menyukai