Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH TAMADDUN

7 ADAT ISTIADAT DIKELUARGA

DOSEN PENGAMPU:
Assist. Prof. Dr.Zaitun.,S.S.M.Ag

NAMA: WIWIN JUNIARSIH


NIM: 2303010025
KELAS: P02
7 ADAT ISTIADAT SUKU JAWA

1). Upacara Tingkeban

Upacara Tingkeban ini adalah upacara yang dilakukan jika kandungan sudah berusia 7
bulan. tradisi ini lebih dikenal dengan nama tradisi “nujuh bulan”, tradisi ini juga dilakukan
dengan cara memandikan ibu hamil, lalu kemudian membacakan doa yang bisa memberikan
keberkahan pada sang jabang bayi atau calon bayi.

2). Tedak Siten (Turun Tanah)

Tradisi Tedak Siten ini adalah tradisi yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya sudah
menginjak usia 7 bulan. Tradisi ini juga dikenal dengan nama upacara turun tanah karena
bertujuan untuk mengenalkan anak tanah yang ia pijak. Upacara ini dilakukan sesuai dengan
tanggal kelahiran anak.

3). Kenduren (Slametan)

Kenduren ini juga merupakan salah satu upacara adat jawa tengah, kenduren ini juga
dikenal dengan nama slametan. Kenduren merupakan kegiatan doa bersama yang dipimpin oleh
ketua tokoh agama. Namun, di zaman dulu, makanan yang disediakan merupakan sesaji untuk
persembahannya. Dikarenakan adanya perpaduan dengan budaya Islam, upacara adat Jawa ini
akhirnya mengalami perubahan yang cukup besar. Kebiasaan sesaji yang dahulu dijadikan
persembahan kemudian diganti menjadi acara makan bersama sesudah acara usai.

4). Temu Manten

Tradisi ini merupakan sebuah pertemuan antara kedua keluarga yang akan menjalin
hubungan melalui pernikahan (pengantin laki-laki menjemput pengantin perempuan). Tujuannya
adalah untuk menjalin hubungan antara kedua keluarga yang akan terikat dalam sebuah
hubungan pernikahan. Waktu pelaksanaan tradisi temu manten ini dilakukan setelah acara
siraman, sebelum akad nikah. Pada acara temu manten, biasanya diadakan pembacaan doa
bersama, pertukaran cincin.
5). Mendak Kematian

Mendak kematian merupakan kegiatan mengirimkan do’a untuk salah satu keluarga yang
telah meninggal dunia. Tradisi mendak kematian ini memiliki 8 jenis yaitu:

1. Nelung dino

Acara yang digelar setelah 3 hari kematian. Tradisi yang dilakukan berupa kirim doa
yang dipimpin oleh ustadz atau tokoh agama untuk jenazah yang meninggal.

Sebab masyarakat Jawa mempercayai bahwa di hari ke-3 kematian roh jenazah yang
telah meninggal dunia ini masih menempati rumah layaknya sang jenazah masih hidup.

Pada hari ke 3 para tamu undangan biasanya dijamu dengan beberapa makanan ringan
saja.

2. Mitung Dino

Mitung Dino, tradisi mendak yang pelaksanaanya dilakukan setelah 7 hari kematian.

Bagi sebagian masyarakat Jawa, sebelum melakukan mitung dino jendela rumah akan dibuka
dengan tujuan agar acara yang digelar bisa berjalan dengan lancar.

Sajian yang diberikan cukup bervariasi, tak hanya makanan ringan namun terdapat juga makanan
berat.

Tak lupa terdapat kue apem sebagai suguhan, karena masyarakat Jawa beranggapan kue
apem menjadi simbolis permintaan maaf atas kesalahan yang telah diperbuat almarhum/mah
semasa hidupnya.

3. Matang puluh
Matang puluh dilakukan setelah 40 hari kematian. Menurut masyarakat Jawa tradisi
Matang Puluh ini memiliki tujuan agar roh mayit mudah dalam melakukan perjalanan menuju
alam kubur tempat kehidupan barunya. Terdapat beberapa benda yang diyakini menjadi sarana

memudahkan mayit saat menuju alam kubur seperti benang lawe, minyak wangi, jarum dan lain-
lainnya.

4. Nyatus dino

Tradisi yang dilakukan untuk menandai hari ke 100 meninggalnya mayit. Tujuannya agar
menyempurnakan badan wadah yang melekat pada jenazah. Acara yang dilakukan berupa kirim
doa membacakan tahlil.

5. Mendak Sepisan

Mendak yang dilakukan di tahun pertama setelah jenazah meninggal. Tujuannya untuk
memberi do’a dan mengenang jasa yang telah diberikan almarhum/mah semasa hidup kepada
ahli waris.

6. Mendak Pindo

Tradisi mendak yang dilakukan di tahun ke 2 setelah kematian. Mendak Pindo bertujuan
menyempurnakan anggota fisik mayit karena di tahun ini badan jenazah mulai hancur, dan akan
menyisakan tulang belulang saja.

7. Nyewu dino

Nyewu, acara selamatan yang dilakukan setelah seribu hari meninggalnya seseorang, dan
masyarakat jawa percaya di hari ke seribu ini roh tidak akan Kembali lagi ke dunia.
8. Tradisi Kolan

Acara kirim doa yang dilakukan ahli waris untuk keluarga yang telah meninggal setelah
acara nyewu dino. Biasanya dilakukan di hari dan bulan yang sama ketika jenazah meninggal.
Semua kegiatan dalam mendak kematian di atas, biasanya selalu dikemas dalam bentuk
kenduren atau kenduri. Dalam istilah masyarakat jawa biasa disebut bancaan.

6). Syawalan

Syawal merupakan salah satu bulan yang terdapat pada kalender hijrah, tradisi syawalan
ini dilaksanakan selama satu pekan penuh. Syawalan dimulai sejak setelah salat idulfitri hinggs
lebaran ketupat pada hari ke-7 di bulan syawal. Tradisi ini selalu dilaksanakan secara turun-
menurun dari generasi ke generasi.

7). Malam Satu Suro

Malam satu suro merupakan peringatan besar yang mesti disambut masyarakat jawa
dengan samadi (memohon ampun kepada tuhan) dan berdoa bersama-sama. Tradisi ini
dilaksanakan dengan acara makan jalan atau bisa disebut makan bersama di pinggir jalan.

Anda mungkin juga menyukai